• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES KREATIF KARYA SINEMATOGRAFI FILM PENDEK “LAMPU-LAMPU AMPERA”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROSES KREATIF KARYA SINEMATOGRAFI FILM PENDEK “LAMPU-LAMPU AMPERA”"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA SINEMATOGRAFI

FILM PENDEK “LAMPU-LAMPU AMPERA”

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

ANGELA FRENZIA B. NIM 054114024

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ada dua jenis manusia di dunia ini, seorang realis dan pemimpi.

Mereka yang realis tahu kemana akan pergi Mereka yang pemimpi telah tiba disana

(Robert Orben)

Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk:

Bapa di Surga Yesus dan Bunda Maria

Mama dan Papa Kaum miskin di Indonesia

(5)
(6)
(7)

vii

Frenzia, Angela. 2010. Proses Kreatif Karya Sinematografi Film Pendek “Lampu-Lampu Ampera”. Tugas Akhir Strata 1 (S-1). Yogyakarta : Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Tugas Akhir karya sinematografi ini memaparkan proses kreatif pembuatan film pendek karya penulis yang berjudul “Lampu-Lampu Ampera”. Tugas akhir ini bertujuan menjabarkan proses pembuatan karya sinematografi mulai dari tahap awal atau pra produksi, tahap pengambilan gambar atau produksi dan tahap editing atau pasca produksi, hingga menjadi suatu karya utuh film pendek “Lampu-Lampu Ampera”.

Proses pembuatan karya sinematografi film pendek “Lampu-Lampu Ampera” ini melewati beberapa tahapan yaitu (1) tahap pra produksi atau perencanaan kegiatan seperti penciptaan skenario, pembuatan Script Breakdown, Storyboard dan Breakdown Budget pembentukaan tim inti, perekrutan pemain, pencarian lokasi shooting, tata ruang, juga tata rias dan properti, (2) tahap produksi seperti shooting film pendek meliputi penetapan skenario akhir, penetapan lokasi shooting, persiapan peralatan shooting, peran dan tugas kru, juga pemain film pendek, (3) tahap pasca produksi seperti proses editing gambar, editing suara, dan tata musik.

(8)

viii

dibuang Ilham dan Ilham pun sadar bahwa terlalu sulit baginya untuk menyicipi cahaya lampu listrik.

Setelah melalui kegiatan pengambilan gambar, hasil yang didapat dari proses tersebut adalah (1) film pendek berjudul “Lampu-Lampu Ampera” berbentuk Video Compact Disc dan Digital Video Disc, (2) sebuah laporan akhir pertanggungjawaban karya sinematografi film pendek “Lampu-Lampu Ampera” yang menjabarkan proses pembuatan karya sinematografi film pendek “Lampu-Lampu Ampera.”

(9)

ix

Frenzia, Angela. 2010. Proses Kreatif Karya Sinematografi Film Pendek “Lampu-Lampu Ampera.” Tugas Akhir Strata 1 (S-1). Yogyakarta : Indonesian Literature Study Program, Indonesian Literature Department, Indonesian Literature Faculty, Sanata Dharma University.

This Final Paper on cinematography exposed the creative process in making a short movie, “Lampu-Lampu Ampera” written by the paper writer. This Final Paper aimed at the explanation of the process in making the cinematograph started from the first stage or pre-production, filming process or production, editing process or post-production, to a complete work of short movie entitled “Lampu-Lampu Ampera”.

The process in making the cinematograph had gone through some stages. The first stage was (1) pre-production. This stage included script creating process, planning and storyboarding, crew and team recruitment, characters development and audition process, fund raising, filming locations, planning for the settings, sound system, make up and properties, (2) production stage was about the production or filming process. It included script revision, the final plan of locations, the fixed plan of tools and equipments using, team works, and the performance of actors and actresses, (3) editing stage was about the post-production. It contained of the editing process for the film, sound, and music.

(10)

x

arranged demonstrations and asked many things there. When he and Agus arrived at the office, they did not know what they should do there. Finally, they went home after waiting for hours. A day later, Ilham threw the stolen lamp away. Finally he realized that it was just too difficult to get electricity and saw its lights.

The results after the filming process were (1) a short movie entitled “Lampu-Lampu Ampera” in the Compact Disc and Digital Video Disc format, (2) a Final Report of a short movie entitled “Lampu-Lampu Ampera” which exposed and revealed the process in making the short movie.

(11)

xi

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya yang melimpah sehingga panulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis sadar bahwa tugas akhir ini terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya tugas akhir ini, yaitu:

1. S.E. Peni Adji, S.S., M. Hum. selaku dosen pembimbing I, terima kasih telah membantu, memberi masukan, membimbing dengan sabar hingga saya dapat menyelasaikan tugas akhir ini.

2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum. selaku dosen pembimbing II, terima kasih telah memberi kepercayaan dan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Dra. Tjandrasih, M. Hum. Terima kasih telah membimbing saya dan bersedia mendengarkan keluh kesah selama melakukan studi di prodi Sastra Indonesia. 4. Dr. I. Prapromo Baryadi, M. Hum., Drs. Heri Antono, M. Hum,. Drs. Ari

(12)

xii

Arwan Tuti Arta, terima kasih telah memberikan sebuah nasehat kepada saya, sehingga saya kembali bangkit dan mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Kepada Ayahanda P. Franz Sarjiana, terima kasih atas doa, semangat, nasihat, saran, kritik, kepercayaan, kesabaran, dana yang tak terhingga yang telah diberikan kepada saya hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan S1.

7. Kepada Ibunda Yustina Sri Subekti (Bon-Bon),yang ketika skripsi ini dibuat, mengalami kecelakaan, terima kasih telah memberi pelajaran berharga bahwa kita tak harus berputus asa ketika kita jatuh, melainkan bangkit dan mencoba untuk kembali berjalan. Terima kasih juga atas limpahan doa, kasih sayang, perhatian, yang diberikan kepada saya, hingga saya pun bangkit dan menyelesaikan pendidikan S1.

8. Untuk “Bunnyku”, terima kasih atas kesabaranmu yang teramat sangat, perhatian yang berlimpah,bantuanmu dalam segala hal, semangat yang tak putus-putus kepadaku dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Terima kasih juga, karena kamu telah menunjukkan arti hidup yang sesungguhnya.

9. Kepada Tante Ririn, Tante Naning, dan Om Nonot, sebagai pengganti mama dan papaku di Jogja, terima kasih atas perhatian, kasih sayang, semangat, doa dan wejangan yang telah diberikan kepada saya, hingga saya berhasil menyelesaikan tugas akhir ini.

(13)

xiii

“Lampu-Lampu Ampera”: Andika Kartika Putra, Singgih Setyawan, Felix

T.A, Priska B.A, Maria Sari, Windy Novatrin, Felicia Joelian, Nancy, Bpk.Eddy,

Bpk. Yohanes Alwi, Ibu Diana Rina, Bpk. Sukirman, Kak Deli, duMas Pras,

Mas Menyun, Mbak Rosa, PT. PLN Persero Cabang Palembang, Warga

Pemukiman Pemulung di Ringroad, dan semua yang tak bisa disebutkan

satu-persatu. Terima kasih semuanya, tanpa bantuan kalian semuanya,

“Lampu-Lampu Ampera” mungkin hanya sekedar judul.

12. Kepada semua karyawan Universitas Sanata Dharma terutama Bpk. Kemis,

terima kasih atas ketulusan dan senyum kalian sehingga telah membuat kampus

kita menjadi lebih bersahabat.

13. Kepada semua kaum miskin dan Anak-anak jalanan, terima kasih telah menjadi

inspirasi hingga terwujudlah film pendek “Lampu-Lampu Ampera”.

Penulis menyadari benar bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, Oleh karena

itu, saran dan kritik dari semua pihak terhadap saya dengan tujuan dapat memperbaiki

tugas akhir ini, saya terima dengan lapang dada. Penulis juga berharap skripsi ini dapat

menjadi renungan hidup bagi kita semua.

Yogyakarta, 10 Juli 2010

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

PERNYATAAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR GAMBAR... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Landasan Teori... 5

1.5.1 Film... 5

(15)

xv

1.5.2.2 Melakukan Observasi dan Riset... 6

1.5.2.3 Alur Cerita... 7

1.5.2.4 Sinopsis... 8

1.5.2.5 Tokoh... 8

1.5.2.6 Penulisan Skenario... 11

1.5.3 Tim Inti... 12

1.5.3.1 Produser... 12

1.5.3.2 Sutradara... 13

1.5.3.3 Penata Fotografi dan Operator Kamera... 14

1.5.3.4 Penata Artistik... 18

1.5.3.5 Pencatat Adegan dan Petugas Clapper... 20

1.5.4 Script Breakdown,Storyboard dan Breakdown Budget... 21

1.5.5 Pemain... 23

1.5.6 Editing ... 24

1.6 Metodologi Penelitian... 26

1.7 Sistematika Penyajian... 27

BAB II TAHAP PRA PRODUKSI FILM PENDEK “LAMPU-LAMPU AMPERA”... 28

2.1 Skenario... 28

(16)

xvi

2.1.3 Alur Cerita... 30

2.1.4 Sinopsis... 32

2.1.5 Tokoh... 33

2.1.5.1 Tokoh Ilham... 34

2.1.5.2 Tokoh Agus... 35

2.1.5.3 Tokoh Pak Santo... 37

2.1.5.4 Tokoh Emak... 38

2.1.5.5 Tokoh Bu Santo... 39

2.1.5.6 Tokoh Pelanggan PLN... 40

2.1.6 Penulisan Skenario... 42

2.2 Tim Inti... 56

2.3 Script Breakdown, Storyboard dan Breakdown Budget ... 57

2.4 Pemain... 58

2.5 Pencarian Lokasi... 60

2.6 Tata Ruang... 61

2.7 Tata Rias dan Properti... 63

BAB III TAHAP PRODUKSI FILM PENDEK “LAMPU-LAMPU AMPERA”... 64

(17)

xvii

3.3 Peralatan Shooting... 99

3.4 Peran dan Tugas Tim Inti... 100

3.4.1 Sutradara dan Produser... 101

3.4.1.1 Sutradara... 101

3.4.1.2 Produser... 106

3.4.2 Penata Artistik... 107

3.4.2.1 Penataan Ruang/ Setting... 107

3.4.2.2 Properti... 109

3.4.2.3 Kostum... 110

3.4.3 Penata Fotografi... 112

3.4.4 Operator Kamera/ Kameraman... 113

3.4.4.1 Angle Kamera... 114

3.4.4.2 Jenis Shot... 118

3.4.4.3 Pergerakan Kamera... 123

3.4.5 Pencatat Adegan dan Petugas Clapper... 128

3.5 Akting Pemain... 129

3.5.1 Tokoh Utama “Ilham” ... 130

3.5.2 Tokoh Pembantu “Agus” ... 131

3.5.3 Tokoh Pembantu “Pak Santo” ... 132

3.5.4 Tokoh Pembantu “Emak Yati” ... 134

3.5.5 Tokoh Pembantu “Istri Pak Santo” ... 135

(18)

xviii

3.5.8 Tokoh Figuran “Tukang Pangkas Rambut” ... 138

BAB IV TAHAP PASCA PRODUKSI FILM PENDEK “LAMPU-LAMPU AMPERA”... 140

4.1 Editing Gambar... 140

4.2 Editing Suara... 143

4.3 Tata Musik... 144

BAB V PENTUTUP... 148

5.1 Kesimpulan... 148

5.2 Saran... 150

DAFTAR PUSTAKA... 152

LAMPIRAN... 153

1. Contoh Script Breakdown... 153

2. Contoh Rancangan Kostum Pemain... 159

3. Contoh Working Schedule... 163

4. Contoh Breakdown Budget... 164

(19)

xix

Gambar 1. Gambar Rancangan Penataan ruang tamu, rumah Bpk. Santo... 62

Gambar 2. Gambar Rancangan Penataan rumah Ilham... 62

Gambar 3. Jembatan Ampera, Palembang... 97

Gambar 4. Benteng Kuto Besak, Palembang... 97

Gambar 5. Rumah Pemulung di jln. Ringroad, Jogja... 97

Gambar 6. Depan Degung PDRD, Palembang... 97

Gambar 7. Clapper, Handycam, DVD, dan Mini DV... 100

Gambar 8. Camera Digital... 100

Gambar 9. Handycam Mini DV... ... 100

Gambar 10. Tripod... ... 100

Gambar 11 dan 12. Gambar Contoh arah gerak pemain... 102

Gambar 13 dan 14. Gambar Situasi saat sutradara dan kru melakukan diskusi... 104

Gambar 15 dan 16. Gambar saat Sutradara sedang mengarahkan kameraman... 105

Gambar 17 dan 18. Gambar saat sutradara mengarahkan pemain... 105

(20)

xx

Gambar 23. Radio... 110

Gambar 24. Kipas Sate... 110

Gambar 25. Pakaian Lusuh... 110

Gambar 26. Toples/kue kering... ... 110

Gambar 27. Gitar... 110

Gambar 28. Bolham 20 watt... ... 110

Gambar 29 dan 30. Penata rias merias pemeran Emak... 112

Gambar 31 dan 32. Hasil foto angle terbaik untuk pengambilan gambar... 113

Gambar 33. Foto untuk dokumentasi... ... 113

Gambar 34. Penata fotografi mencari angle... 113

Gambar 35.Contoh hasil Teknik Eye Profil pada adegan di kantor PLN... 115

Gambar 36. Contoh hasil Frog Eye Low untuk adegan Ilham bingung... 115

Gambar 37. Contoh hasil High Angle untuk adegan Emak melipat pakaian... 116

Gambar 38. Contoh hasil Low Angle Perview untuk adegan Ilham pulang ke rumah... 117

Gambar 39. Contoh hasil Over Shoulder untuk adegan Ilham bertemu Seorang pelanggan PLN... 117

(21)

xxi

Gambar 42. Contoh gambar adegan menggunakan framing MCU... 119

Gambar 43. Contoh gambar adegan menggunakan framing MS... 120

Gambar 44. Contoh gambar adegan menggunakan framing MLS... 121

Gambar 45. Contoh gambar adegan menggunakan framing LS... 121

Gambar 46. Contoh gambar adegan menggunakan framing ELS... 122

Gambar 47. Contoh gambar adegan dengan 1 objek/ 1 shot... 123

Gambar 48. Conoth gambar adegan dengan 2 objek/ 2 shot... 123

Gambar 49. Contoh gambar gerak tilt-down... 124

Gambar 50. Contoh gambar gerak tilt-up... 125

Gambar 51. Contoh gambar gerak kamera pan right... 126

Gambar 52. Contoh gambar gerak kamera pan left... 126

Gambar 53. Contoh gambar gerak kamera track in... 127

Gambar 54. Contoh gambar kamera melakukan zoom in... 128

Gambar 55 dan 56. Gambar petugas clapper sekaligus pencatat adegan.... 129

Gambar 57 dan 58. Andika Kartika Putra memerankan tokoh Ilham dalam film pendek “Lampu-Lampu Ampera”... 131

Gambar 59 dan 60. Felix Tri Artanto memerankan tokoh Agus dalam film pendek “Lampu-Lampu Ampera”... 132

Gambar 61 dan 62. Singgih Setyawan memerankan tokoh Pak Santo dalam film pendek “Lampu-Lampu Ampera”... 133

(22)

xxii

dalam film pendek “Lampu-Lampu Ampera”... 136 Gambar 67 dan 68. Felicia Joelian memerankan tokoh Pelanggan PLN dalam

film pendek “Lampu-Lampu Ampera”... 137 Gambar 69. Bpk. Eddy memerankan tokoh Sekuriti PLN dalam film pendek

“Lampu-Lampu Ampera”... 138 Gambar 70. Cipto memerankan tukang pangkas rambut dalam film pendek

“Lampu-Lampu Ampera”... 139 Gambar 71. Contoh gambar transisi dissolve... 142 Gambar 72. Contoh gambar transisi fade out/ fade to black... 142 Gambar 73. Contoh gambar transisi fade in/ fade to white... 143

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kata pengantar buku “Film Pinggiran Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan Film Dokumenter” (2008), Prakosa melalui David mengemukakan bahwa film pendek Indonesia mempunyai sejarahnya sendiri yang bukan merupakan bagian dari sejarah film cerita di Indonesia. Ia lalu mengutamakan bahwa sejarah film pendek harus dilihat sebagai sejarah dari sejumlah rangsangan. yang kadangkala hanya berlangsung sesaat.

Menurut Prakosa (2008: 30) beranggapan jika ditarik garis dari keseluruhan film-film pendek dari Filipina, Taiwan, Singapura, dan sebagian dari Indonesia, yang mayoritas para pembuatnya adalah anak-anak muda, yang baru menyelesaikan pendidikan sinematografinya, adalah tampak sekali adanya kesetaraan visi, kekuatan pemanfaatan teknologi sinematografi, dan kebanyakan mau tidak mau masih ada pengaruh visi tradisi film cerita yang di negaranya sangat kuat mengakar dari tahun ke tahun.

(24)

2

kejujuran kehidupan manusia daripada film percintaan yang dibumbui secara berlebihan. Film pendek memenangkan hati para pembuat film muda yang tidak mempunyai sponsor karena tidak memakan biaya puluhan juta. Film pendek yang memberi ruang bagi para pembuat film untuk mengatur sendiri segala sesuatunya yang berkaitan dengan pembuatan film tersebut.

Inilah yang menjadi pertimbangan penulis untuk membuat karya sinematografi yang berupa film pendek berjudul “Lampu-Lampu Ampera” guna memenuhi tugas akhir perkuliahan. Pemilihan karya sinematografi film pendek inipun didukung oleh beberapa mata perkuliahan yang didapatkan di Prodi Sastra Indonesia.

(25)

3

Tema dari film ini adalah semua orang berhak atas terang, tidak hanya jembatan Ampera. Pemikiran sederhana penulis tentang film ini terinspirasi dari realita kesenjangan yang tampak di kota Palembang. Mengamati Palembang sebagai kota yang baru-baru ini dijadikan sebagai kota wisata sehingga pemerintah setempat menghabiskan energi listrik hanya untuk menerangi tempat-tempat wisata. Padahal di sisi lain banyak kaum miskin yang terpaksa harus mencuri aliran listrik untuk sekedar menerangi rumahnya yang berukuran 3x3 meter. Bahkan banyak rumah yang sama sekali tidak tersentuh oleh listrik. Keironisan ini membuktikan bahwa hanya kaum berada (diibaratkan ampera) yang mempunyai hak untuk menikmati apa pun termaksud cahaya yang mahal atau lampu listrik. Realita ini diekspresikan dalam sebuah film pendek berjudul “Lampu-Lampu Ampera”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam karya sinematografi film pendek “Lampu-Lampu Ampera” ini yaitu:

1.2.1 Bagaimana tahap praproduksi yang meliputi skenario, Script Breakdown Storyboard dan Breakdown Budget,pembentukaan tim inti, perekrutan pemain, pencarian lokasi shooting, tata ruang, juga tata rias dan properti “Lampu-Lampu Ampera”?

(26)

4

1.2.3 Bagaimana tahap pascaproduksi yang meliputi edting gambar, editing suara, dan tata musik, hingga menghasilkan film pendek “Lampu-Lampu Ampera”?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah yang diuraikan di atas, pembuatan karya sinematografi film pendek ini bertujuan :

1.3.1 Melakukan tahap praproduksi yang meliputi penciptaan skenario, pembuatan Script Breakdown, Storyboard dan Breakdown Budget, pembentukaan tim inti, perekrutan pemain, pencarian lokasi shooting, tata ruang, juga tata rias dan properti “Lampu-Lampu Ampera”.

1.3.2 Melakukan tahap produksi yaitu shooting film pendek meliputi penetapan skenario akhir, penetapan lokasi shooting, persiapan peralatan shooting, peran dan tugas kru, juga pemain film pendek “Lampu-Lampu Ampera”.

1.3.3 Mengerjakan tahap pascaproduksi yang meliputi proses editing gambar, editing suara, dan tata musik, hingga dihasilkan film pendek “Lampu-Lampu Ampera”

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil pembuatan karya film pendek tersebut diharapkan dapat bermanfaat: 1.4.1 Manfaat teoritis, hasil dari pembuatan film pendek ini diharapkan dapat

(27)

5

1.4.2 Manfaat praktis, hasil pembuatan film pendek ini dapat dijadikan salah satu wujud ekspresi seni berupa karya sinematografi film pendek.

1.5 Landasan Teori 1.5.1 Film Pendek

Prakosa (2008: 3) berpendapat bahwa film pendek tak akan sama dengan dunia film cerita komersial. Dunia film pedek tak akan mengenal star system, tak mengenal peraturan produksi yang rumit, juga tak mangenal ballyhoo yang besar dipajang di depan gedung bioskop. Dan, tampaknya tak mengenal keglamouran, Film pendek masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat ekslusif.

Film pendek dan eksperimental secara murni memang dikenal sebagai media ungkapan batin yang jujur (Prakosa, 2008: 31).

Effendy (2008: 13) mengatakan bahwa durasi film pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.

(28)

6

Sebelum memasuki tahap membuat skenario, perlu ditentukan dahulu beberapa hal yang berkaitan dengan cerita yang akan ditulis. Untuk itu ada berbagai hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1.5.2.1 Mencari Ide Cerita

Ide cerita adalah gagasan yang nantinya akan dituangkan menjadi sebuah cerita ke dalam skenario. (Lutters, 2004:46).

Widagdo dan Gora, dalam buku “Bikin Sendiri Film Kamu” (2004: 19), mengatakan bahwa [...] menemukan inspirasi ide cerita scenario, sama seperti mencari jarum di tumpukan jarum. Artinya sebenarnya jika kita mau, sumber inspirasi sudah ada dimana-mana, hanya saja bagaimana kepekaan kita untuk memikirnya secara lebih mendalam.

1.5.2.2 Melakukan Observasi dan Riset

Observasi adalah pengamatan terhadap sebuah kasus untuk kebutuhan penulisan skenario. Pengamatan yang dimaksud di sini bukan sebatas mengamati atau melihat secara fisik dari dekat atau dari jauh, namun yang lebih penting kita harus dapat menyelami dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut. (Lutters, 2004:59).

Riset hampir sama dengan observasi, namun lebih diartikan sebagai penelitian yang sifatnya mencari data kebenaran tentang sesuatu hal. Riset ini biasanya dibutuhkan jika kita mendapat pesanan tulisan tentang hal-hal yang bertemakan sejarah atau memerlukan penyelidikan ilmiah (Lutters, 2004:61).

(29)

7

Alur cerita sama dengan jalan cerita, atau sering kita sebut plot. Tidak ada cerita tanpa jalan cerita atau plot. Jadi plot adalah hal yang wajib dalam membuat sebuah cerita, termasuk cerita untuk skenario film dan sinetron. Plot yang berkaitan dengan penulisan skenario dapat dibagi menjadi plot lurus dan plot bercabang (Lutters, 2004:50).

1.5.2.4 Sinopsis

Menurut Lutters (2004: 61), Skenario [...] adalah ringkasan cerita. Namun dalam sebuah cerita film atau sinetron, sinopsis bukan sekedar ringkasan cerita, melainkan sebuah ikhtisar yang mmeuat semua data dan informasi dalam skenario. Dalam sinopsis untuk film dan sinetron, ada beberapa hal yang harus termuat, yakni isi cerita, keinginan dan tujuan dari cerita, hambatan dan cara penanggulangannya, karakter tokoh-tokohnya, lokasi dan waktu kejadian, serta inti pembicaraan.

Untuk sebuah penulisan skenario, peran sinopsis cukup penting guna mengisi skenario yang akan dibuat. [...], bagi penulis yang mendapat pesanan cerita, justru diminta membuat sinopsisnya dahulu sebelum membuat skenario(Lutters, 2004:62). 1.5.2.5 Profil dan Tipologi Tokoh

Dalam buku “Kunci Sukses Menulis Skenario” (2004: 69-79), Lutters menjabarkan mengenai nama, usia, status, profesi, tipe fisik dan psikis, juga latar belakang seorang tokoh dalam sebuah film cukup penting. Berikut penjabaran tersebut:

(30)

8

b. Nama tokoh harus disesuaikan dengan banyak hal. [...] Selain itu, saat menuliskan nama tokoh dalam profil [...] mencantumkan embel-embel nama tokoh[...]. Nama beken juga menjadi salah satu hal yang penting pula untuk dicantumkan dalam profil tokoh.

c. Usia tokoh

Penulisan usia tokoh perlu untuk kebutuhan make-up sehingga jika ada peran yang membutuhkan alat-alat make-up spesial akan dapat diketahui dari profil ini

d. Status

Status yang dimaksud di sini bukanlah status dalam arti umum, misalnya pelajar, mahasiswa, lajang atau sudah menikah. Status dalam keluarga pun perlu ditegaskan dalam sebuah skenario, misalnya status sebagai suami, istri, anak, janda atau duda.

e. Agama

Pencantuman agama sebenarnya tidak mutlak.[...] jika cerita tidak berkisah tentang agama, tetapi kita ingin menunjukkan bahwa agama menjadi satu hal yang sangat mempengaruhi si tokoh maka agama juga perlu disebutkan. f. Profesi atau Jabatan

Profesi dan jabatan perlu ditulisakan jika dalam skenario profesi/jabatan tokoh akan menjadi bagian yang diceritakan.

(31)

9

Tipologi tokoh adalah istilah psikologis untuk membedakan manusia berdasarkan beberapa tipe. Tipologi tokoh dibedakan menjadi:

Tipe Fisik

Tipe fisik terbagi menjadi empat ciri, yaitu: - Piknis

Tipe piknis mengarah pada tubuh dengan ciri-ciri pendek, berat badan melebihi berat normal. Jenis tubuh ini memperlihatkan banyak lemak sehingga tulang-tulangnya tidak tampak.

- Leptosom

Tipe leptosom mengarah pada tubuh yang tinggi dan kurus. Berat badan kurang dari normal. Jenis tubuh ini [...] tulang-tulang terlihat menonjol. Wajah cenderung memelas dan sedih.

- Atletis

Tipe tubuh atletis adalah tipe tubuh yang mengarah pada bentuk tubuh yang tinggi dan kekar. Tidak banyak lemak, tapi juga tidak tampak tulang-tulang di tubuhnya. Yang tampak lebih menonjol adalah urat-urat. Biasanya badannya tegap dan kuat. Perbandingan berat badan seimbang.

- Displatis

(32)

10 Tipe Psikis

Tipe psikis merupakan penggolongan manusia berdasarkan tempramen. Tipe psikis dibagi menjadi empat yaitu:

- Sanguinis

Tipe sanguinis memiliki sifat-sifat dasar yang dalam pergaulan ia ramah, supel, periang [...]. Cepat bosan dengan hal yang serius. Namun, sangat suka pada hal-hal yang bersifat hiburan.

- melankolis

Tipe melankolis memiliki sifat dasar yang selalu curiga terhadap orang lain, kurang percaya dan tidak mudah menerima keramahan orang. - Koleris

Tipe koleris memiliki sifat-sifat dasar yang cepat terbakar/marah, tetapi juga cepat padam tanpa benci atau dendam. Tindakannya cepat tidak stabil. Selalu tampak sibuk[...], suka bermurah hati dan melindungi.

- Flegmatis

Tipe flegmatis memiliki sifat-sifat dasar yang cool, atau lambat menjadi panas. Namun, jika dia sudah panas, panasnya itu akan tahan lama. Dengan kata lain, jika dia sudah cocok dengan suatu bidang atau hal yang dicintainya, dia akan setia. [...], penyabar.

(33)

11

Ciri-ciri khusus yang dimaksud adalah ciri-ciri fisik ataupun kelakuan dari tokoh-tokoh yang ada. Ciri-ciri khusus ini [...] untuk tanda bahwa tokoh tersebut memiliki suatu kelebihan atau kekurangan pada dirinya yang berkaitan dengan perannya.

i. Latar belakang

Latar belakang tokoh adalah hal-hal yang berkaitan dengan masa lalu tokoh tersebut yang masih mempengaruhi sikap hidup tokoh hingga saat ini. Hal yang berhubungan dengan latar belakang tokoh yaitu: latar belakang keluarga, budaya, ekonomi, sosial, dan pendidikan.

1.5.2.6 Penulisan Skenario

Skenario adalah naskah cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog yang matang dan siap digarap dalam bentuk visual. Skenario merupakan jiwa dari sebuah tayangan film. Marselli Sumarno dalam buku “Dasar-Dasar Apresiasi Film” melalui Lutters dalam bukunya “Kunci Sukses Menulis Skenario” (2004:90-91), menjabarkan bahwa skenario diibaratkan seperti cetak biru bagi insinyur atau kerangka bagi tubuh manusia.[...] Skenario adalah sesuatu yang membuat hidup sebuah tontonan atau film. [...] Dalam membuat skenario tidak perlu mencantumkan sudut atau angle kamera, istilah-istilah penyutradaraan yang detail

(34)

12

digunakan dalam skenario film pendek “Lampu-Lampu Ampera nantinya adalah sebagai berikut:

a. Judul Scene

Berisi nomor scene1.; keterangan luar atau dalam ruangan, EXT./INT.; keterangan tempat kejadian atau ruangan, RUMAH MARKUS; RUANG TAMU; waktu kejadian; PAGI/SIANG/SORE/MALAM.

b. Tokoh Dialog

Bagian ini menerangkan NAMA tokoh yang sedang berdialog [...]. c. Deskripsi Visual

Berisikan tentang keterangan suasana, peristiwa yang terkandung dalam scene tersebut.

d. Beat

[...] Beat adalah kata kerja aktif yang berisikan pikiran, perasaan, dan emosi tokoh. [...]. Contoh,(menyesali perbuatannya), (menangisi ibunya), (memarahi adiknya), dll.

e. Dialog

Di bagian ini terdapat kalimat dialog yang nantinya akan diucapkan oleh pemain. Dialog dibutuhkan untuk menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dilakukan hanya dengan gerak dan gambar, [...].

(35)

13

Produser mengepalai depertemen produksi yang biasa jadi penggerak awal sebuah produksi film (Effendy, 2008: 59). Menurut Effendy dalam buku “Mari Membuat Film” (2008:59-61), Sebutan produser berbeda-berda sesuai tugas dan peranannya. Produser diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: Executive producer, associate producer, producer dan line producer. Executive producer disandang oleh satu atau sejumlah orang yang menjadi inisiator produksi sebuah film. Merekalah yang bertanggung jawab atas penggalangan dana produksi. Associate producer adalah satu atau sejumlah orang yang punya hak mengetahui jalannya produksi [...] tak punya hak untuk mencampuri keputusan yang diambil dalam sebuah produksi film. [...]. Predikat ini diberikan kepada institusi yang terlibat dalam pendanaan film. Producer disandang oleh orang yang memproduksi sebuah film, bukan membiayai sebuah atau menanam investasi dalam sebuah produksi film. Tugas produser adalah memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun maanagemen produksi,[...]. Line producer [...] tugasnya membantu memberi masukkan dan alternatif atas masalah-masalah yang dihadapi oleh seluruh departemen dalam batasan anggaran yang sudah disepakati, line producer tidak ikut campur dalam urusan kreatif. Dengan begitu line producer tidak terlibat dalam proses casting (penentuan pemeran) dan pengambangan skenario.

1.5.3.2 Sutradara

(36)

14

membuat uraian arah pengambilan gambar dari tiap adegan [...], kemudian diterjemahkan ke dalam storyboard [...] yang akan direkam menjadi sebuah film. [...] Sutradara kemudian memberi pengarahan tentang film yang akan digarap. Untuk itu, sutradara harus berkomunikasi secara intensif dengan tim inti lainnya seperti penata fotografi, penata artistik bahkan editor (Effendy, 2008: 62).

Tugas sutradara adalah menciptakan sebuah hasil karya menarik dari ide-ide yang dicetuskan atau yang ada dalam naskah. [...]. Sutradara juga disebut pencipta karena menciptakan sebuah ide yang masih dibuat dalam bentuk tulisan menjadi gambar atau visual. Selain itu seorang sutradara juga harus memiliki kemampuan memimpin karena ia akan mengarahkan banyak orang yang ahli di bidangnya, seperti juru kamera, juru lampu dan pemain sehingga mereka bekerja berdasarkan apa yang diinginkan sutradara (Dennis, 2008: 03).

Tuntutan seorang sutradara adalah harus kreatif. Maksudnya adalah dapat menciptakan sesuatu yang menarik dan beda.[...]. Sebagai seorang pemimpin, sutradara pun dituntut untuk mengetahui dan memahami bidang lain yang digeluti para pekerja dalam tim kerjanya. Karena menyutradarai pemain, maka sutradara dituntut mengerti seluk-beluk seni peran. Ia harus tahu bagaimana akting yang alami atau kaku. Begitu juga dengan hal yang berkaitan dengan kamera, sutradara setidaknya mengerti tentang berbagai jenis kamera, manfaat pemakaian setiap jenis kamera dan sebagainya. (Dennis, 2008: 04).

(37)

15

mungkin terjadi. Dia harus mempunyai alternatif rencana sebagai strategi jika rencana A tidak berjalan, maka sudah ada rencana B, C, dan seterusnya dengan maksud agar produksi tidak terhenti hanya karena beberapa kendala kecil saja. Sutradara harus yakin dengan kemampuannya untuk dapat mengatasi keadaan di lapangan.

1.5.3.3 Penata Fotografi dan Operator Kamera

Penata fotografi merancang tata cahaya dan tata kamera yang sesuai. Kemudian, menyusun daftar seputar lampu yang akan dipakai; kamera yang digunakan, jenis film, lensa, dan filter lensa; serta peralatan khusus lainnya (Dennis, 2008:10). [...] Operator kamera adalah orang yang mengoperasikan kamera, [...] Operator kamera bertanggung jawab mengoperasikan kamera tanpa menentukan lensa atau filter kamera apa yang cocok atau jenis dan filter lampu apa yang dipakai. Pendeknya, penata fotografi merancang apa yang harus dilakukan oleh para operator kamera atau kameraman (Effendy, 2008: 67).

Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau sering juga diistilahkan satu kali take (pengambilan gambar). Sementara shot setelah film telah terjadi, memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar.[...]. Shot merupakan unsur terkecil dari film.[...]. Sekumpulan beberapa shot biasanya dapat menjadi sebuah adegan (Pratista, 2008: 29).

(38)

16

tema, karakter atau motif. Satu adegan umumnya terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan (Pratista, 2008: 29-30).

Dalam suatu pengambilan gambar seorang operator kamera dibantu penata fotografi harus mengetahui jarak, sudut, kemiringan serta ketinggian kamera terhadap objek, serta pergerakan kamera untuk mendapatkan gambar yang diinginkan. Dalam buku “Memahami Film” (2008: 104-110), Pratista menjabarkan mengenai hal tersebut :

1.5.3.3.1 Jarak

Jarak yang dimaksud adalah dimensi jarak kamera terhadap objek dalam kamera. Teknis jarak diukur menggunakan skala manusia. Dimensi jarak kamera terhadap objek dikelompokkan menjadi tujuh;

a. Extreme Long Shot

Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.[...].

b. Long Shot

Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan.[...].

c. Medium Long Shot

Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.

(39)

17

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

e. Medium Close-up

Pada jarak ini diperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Tubuh manusia mulai mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan.[...].

f. Close-up

Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki atau sebuah objek kecil lainnya. [...] memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas. Close-up biasa digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga memperlihatkan sangat mendetail sebuah benda atau objek.

g. Extreme Close-up

Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian dari wajah seperti mata, telinga, hidung atau bagian dari sebuah objek.

Namun jarak-jarak tersebut bukanlah hal yang bersifat baku.[...] Jarak apa saja dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan, tuntutan serta selera.

1.5.3.3.2 Sudut

(40)

18 1.5.3.3.3 Pergerakan kamera

Dalam produksi film, kamera sangat dimungkinkan untuk bergerak bebas. [...]. Pergerakan kamera berfungsi umumnya untuk mengikuti pergerakan seorang karakter serta obyek. Pergerakan kamera seringkali juga digunakan untuk menggambarkan situasi dan suasana sebuah lokasi atau suatu panorama. Pergerakan kamera secara teknis sebenarnya tidak terhitung namun secara umum dikelompokkan menjadi empat, yakni,

a. Pan

merupakan singkatan dari panorama. Istilah panorama digunakan karena umumnya menggambarkan pemandangan[...]. Pan adalah pergerakan kamera secara horisontal (kanan ke kiri) dengan posisi kamera statis.

b. Tilt

Tilt merupakan pergerakan kamera secara vertikal (atas-bawah atau bawah-atas) dengan posisi kamera statis.

c. Track

Tracking shot atau dolly shot merupakan pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara horisontal. [...]. Pergerakan dapat bervaiasi yakni, maju, mundur, atau menyamping.

d. Crane shot

(41)

19 1.5.3.4 Penata Artistik

Bertugas menerjemahkan apa yang jadi keinginan kreatif sutradara dan merancangnya. [...]. Penata artistik juga menata ruang dan tata letak, perabot,[...], tata rias, busana, property, luar bidang gambar, dan tata letak pemeran.[...] Untuk itu diperlukan pengetahuan luas dalam soal kreatif dan teknis agar mampu menuangkan keinginan sutradara menjadi rancangan yang diterima dan dimengerti oleh semua pihak (Effendy, 2008: 65-66).

Aspek utama tim penata artistik, yaitu: 1.5.3.4.1 Setting

Setting adalah seluruh latar bersama propertinya. Properti dalam hal ini adalah semua benda tidak bergerak seperti perabot, pintu, jendela, kursi, lampu,pohon dan sebagainya. Setting digunakan dalam sebuah film umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya. Setting yang sempurna pada prinsipnya adalah setting yang otentik. Setting harus mampu menyakinkan penontonnya jika film tersebut tampak sungguh-sungguh terjadi pada lokasi dan waktu sesuai konteks cerita filmnya [...] (Pratista, 2008: 62).

(42)

20

biasanya menggunakan lokasi aktual yang sesungguhnya. Dan Set virtual adalah teknik manipulasi setting yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer.

[...]. Fungsi utama setting adalah memberikan petunjuk kepada penonton tentang waktu dan ruang agar memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya. Selain berfungsi sebagai latar ceritaitu, Setting juga dapat menjadi petunjuk status sosial karakter seorang tokoh dalam film juga menjadi pembangun mood sesuai dengan tuntutan cerita (Pratista, 2008: 66).

1.5.3.4.2 Kostum dan tata rias

Kostum adalah segala sesuatu hal yang dikenakan pemain bersama seluruh aksesorisnya. Aksesoris kostum termasuk di antaranya topi, perhiasan, jam tangan, kacamata, sepatu, tongkat, dan sebagainya. Dalam sebuah film, busana tidak hanya sekedar sebagai penutup tubuh semata, namun juga memiliki beberapa fungsi sesuai dengan konteks naratifnya (Pratista, 2008: 71).

Tata rias wajah memiliki fungsi untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah nonmanusia. Tata rias wajah biasanya digunakan karena wajah pemain tidak seperti yang diharapkan dalam cerita film. [...] (Pratista, 2008: 74).

1.5.3.5 Pencatat Adegan dan Petugas Clapper

(43)

21

sebagainya untuk kemudian diketukkan pasa saat shooting dialog ketika kamera gambar dan alat rekam suara berputar dalam kecepatan yang sinkron (Effendy, 2008: 132).

1.5.4 Script Breakdown, Storyboard dan Breakdown Budget

Dalam buku “Bekerja Sebagai Sutradara” (2008: 14-15), Dennis merincikan 26 format atau hal-hal yang tertera pada Script Breakdown. Namun yang digunakan dalam skenario film pendek “Lampu-Lampu Ampera nantinya adalah sebagai berikut: a. Date, yaitu tempat untuk mengisi tanggal saat script breakdown ini

diisi.

b. Script version date, yaitu untuk mengisi tanggal versi skenario yang dipakai untuk menyiapkan shooting.

c. Production Company, yaitu tempat untuk mencantumkan nama dan nomor telepon rumah produksi yang memproduksi film tersebut. d. Title/no of episodes, yaitu tempat untuk menuliskan film yang kita

produksi. [...].

e. Page count, yaitu panjang adegan dari skenario yang kita buat. f. Location or set, pencantuman lokasi sesuai dengan skenario.

g. Scene no, yaitu tempat untuk menuliskan nomor adegan sesuai dengan yang tercantum dalam skenario.

(44)

22

i. Day/Night, yaitu tempat menuliskan waktu saat adegan berlangsung, siang atau malam hari.

j. Description, [...] tercatat kejadian spesifik yang ada dalam adegan. k. Cast, bagian ini mencatat semua pemeran yang melakukan dialog

termasuk peran pendukung.

l. Wardobe, bagian yang mencatat pakaian yang dikenakan para pemeran.

m. Extras/Atmosphere, mencantumkan jumlah orang yang dibutuhkan untuk mendukung suasana dalam sebuah adegan.

n. Make up/hair do, bagian ini mencantumkan catatan khusus tentang tata rias dan rambut untuk tiap peran.

o. Vehicles or Animal, mencatat kendaraan dan binatang yang ada.

p. Props, Sey Dressing,Greenery, mencatat benda yang dipakai/properti yang digunakan.

q. Sound/Music, mencatat kebutuhan akan efek suara, seperti suara mobil.

[...] Storyboard yaitu rangkaian gambar ala komik yang memuat informasi tentang ruang dan tata letak pemeran atau (blocking) (Effendy, 2008:61).

(45)

23

buletin, dilengkapi dengan dialog yang sesuai waktunya atau deskripsi adegan (Dennis, 2008: 09).

Script Breakdown [...] memungkinkan anda untuk mengetahui rincian kebutuhan shooting berikut biaya yang dibutuhkan serta memuungkinkan mengatur jadwal shotting shedule (Effendy, 2008: 29). Storyboard ini akan memudahkan tim lokasi dalam menerjemahkan lokasi sesuai visi sutradara (Dennis, 2008: 14).

Berakdown Budget adalah biaya kebutuhan produksi dari masing-masing departement, yang dirinci secara detail (Widagdo dan Gora, 2004: 173).

1.5.5 Pemain

[...] merupakan pelaku cerita yang memotivasi dan selalu bergerak dalam melakukan sebuah aksi. Hal yang perlu kita catat adalah pelaku cerita dapat memiliki wujud fisik yang beragam dan tidak selalu wujud manusia. [...] dikelompokkan menjadi beberapa jenis sesuai tuntutan dan fungsinya dalam sebuah film. dan terakhir yang merupakan salah satu kunci utama untuk menentukan keberhasilan sebuah film adalah perfoma dari seorang pemain (akting) (Pratista, 2008: 80).

Penampilan seorang aktor dalam film secara umum dapat dibagi dua yakni, visual dan audio. Secara visual menyangkut aspek fisik yakni, gerak tubuh (gesture), serta ekspresi wajah. [...](Pratista, 2008: 85).

(46)

24 1.5.6 Editing

Proses pengambilan gambar telah selesai, dan setelah itu produksi film memasuki tahap editing. Dalam tahap ini, shot-shot yang telah diambil, dipilih, diolah dan dirangkai hingga menjadi satu rangkaian kesatuan yang utuh. Aspek editing bersama pergerakan kamera merupakan unsur sinematik yang murni oleh seni film. Sejak awal perkembangan, para pembuat film telah menyadari betapa kuatnya pengaruh teknik editing untuk memanipulasi ruang dan waktu (Pratista, 2008: 132). Mereka bahkan menganggap aspek editing adalah unsur dasar pembentuk sinema (Pratista, 2008: 132).

Definisi editing setelah filmnya jadi (pasca produksi) adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya. [...]. Adapun sineas memiliki wilayah kontrol yang luas untuk menghubungkan shot-shot dalam film mereka. [...]. Sineas juga dapat memilih pentuk perubahan sesuai tuntutan naratif dan estetik yang ia inginkan. Editing dibagi dua jenis, yakni editing kontinu dan editing diskontinu. Editing kontinu adalah perpindahan shot langsung tanpa terjadi lompatan waktu. Sebbaliknya editing diskontinu adalah perpindahan shot dengan terjadi lompatan waktu. Adapun bentuk-bentuk editing menurut Pratista (2008: 123-126) dalam bukunya “Memahami Film” adalah:

a. Cut

(47)

25

adalah yang paling umum digunakan. Cut Sifatnya amat fleksibel hingga memungkinkan untuk editing kontinu ataupun diskontinu.

b. Wipe

Wipe adalah transisi shot dimana frame sebuah shot bergeser ke arah kiri, kanan, atas, bawah atau lainnya hingga berganti menjadi sebuah shot baru. Teknik ini biasanya digunakan untuk perpindahan shot yang terputus waktu tidak berselisih jauh(Selanng beberapa menit). [...] Teknik wipe dapat digunakan pula untuk editing kontinu seperti jika sebuah karakter atau obyek bergerak melintas sebuah tiang atau pohon besar. Teknik wipe dapat “disembunyikan” melalui obyek-obyek tersebut sehingga shot tidak tampak terputus.

c. Disolve

Disolve merupakan transisi dimana gambar pada shot sebelumnya selama sesaat bertumpuk dengan shot setelahnya. Selama sesaat bayangan gambar shot A bertumpuk dengan bayangan gambar shot B. Seringkali digunakan untuk menunjukkan perubahan waktu pada ruang yang sama.

d. Fade

(48)

26

adegan dengan intensitas gambar bertambah gelap sementara fade-in digunakan utnuk membuka sebuah adegan dengan intensitas gambar bertambah terang

1.6 Metodologi Penelitian

Untuk menyusun skenario, digunakan metode observasi ke pemukiman kumuh yang terletak di pinggiran Jembatan Ampera dan di pinggiran Sungai Musi II yang berada di Kota Palembang. Kemudian untuk mendapatkan data-data yang menunjang skenario, dilakukan riset sederhana atau penyelidikan untuk mencocokkan kebenaran yang ada dengan opini masyarakat yang ada di pinggiran Jembatan Ampera dan Musi II. Riset dilakukan di PT. PLN Cabang Palembang dan melakukan wawancara langsung dengan beberapa karyawan PT. PLN tersebut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan informasi penting untuk menunjang skenario. Hasil observasi dan riset sederhana tersebut kemudian diekspresikan dalam bentuk skenario. Setelah skenario dibuat, dilakukan proses pra produksi (pembentukan tim inti, perancangan script Breakdown dan Story Board, pembuatan Breakdown Budget, pencarian lokasi syuting, tata ruang/setting, dan, rancangan tata cahaya), proses produksi (skenario awal dan akhir, penetapan lokasi shooting, persiapan peralatan shooting, peran dan tugas kru, dan akting pemain), dan proses pasca produksi (pengeditan gambar, suara, penataan musik, pengkoreksian, dan penetapan hasil editing). Tahap-tahap tersebut dideskripsikan menjadi laporan tugas akhir ini.

(49)

27

(50)

28 BAB II

TAHAP PRA PRODUKSI

FILM PENDEK “LAMPU-LAMPU AMPERA”

Tahap pra produksi merupakan tahap ketika pembuat film merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada pelaksanaan produksi. Tahap pra produksi dalam pembuatan film haruslah terencana dengan baik agar pelaksanaan produksi akan lebih efisian. Dengan perencanaan kegiatan pembuat film dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Berikut ini merupakan penjabaran mengenai kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yang berupa skenario, Script Breakdown, Storyboard dan Breakdown Budget, pembentukaan tim inti, perekrutan pemain, , pencarian lokasi shooting, tata ruang, juga tata rias dan properti “Lampu-Lampu Ampera”:

2.1 Skenario

Skenario film pendek “Lampu-Lampu Ampera diciptakan pada tanggal 16 hingga 25 Febuari 2009. Untuk dapat menciptakan sebuah skenario utuh, penulis terlebih dahulu melakukan beberapa tahapan seperti:

2.1.1 Mencari Ide Cerita

(51)

29

tetangga-tetangganya. Namun, begitu tahu tarif pemasangan listrik mahal, anak itu pamit pulang dan berjanji akan mengumpulkan uang untuk memasang aliran listrik di rumahnya. Merasa iba, namun tidak berhak untuk bertindak karena tidak memiliki kedudukan tinggi, maka karyawan tersebut hanya memberinya uang sekadarnya untuk ditabung.

Pengalaman menarik inilah yang menjadi ide cerita bagi penulis. Selain kejadian itu, penulis juga mengamati perubahan keadaan kota Palembang yang baru saja dijadikan salah satu kota Wisata Indonesia. Kota Palembang yang terlihat megah karena lampu-lampu yang terang dan berwarna-warni, menyimpan banyak kejanggalan. Pemasangan lampu sorot, lampu berwarna-warni di berbagai tempat wisata di Palembang membutuhkan ribuan volt listrik. Hal ini membuat Perusahaan Listrik di kota Palembang kerepotan karena mereka harus melakukan pemadaman bergilir terhadap rumah-rumah warga di kota Palembang. Pengalaman tersebut menarik bagi penulis untuk digarap menjadi sebuah skenario.

2.1.2 Observasi dan Riset

(52)

30

keseharian kaum miskin tersebut. Di pemukiman tersebut, ada beberapa warga yang mencuri aliran listrik, warga yang rumahnya tidak dialiri listrik, biasanya berbondong-bondong mendatangi warga lain yang mencuri aliran listrik untuk sekadar menonton televisi.

Dari hasil pengamatan singkat tersebut kemudian penulis mencoba mencari kebenaran dan informasi lainnya melalui wawancara dengan salah satu karyawan PT. PLN. Karyawan PT. PLN tersebut mengatakan bahwa penggunaan lampu berdaya listrik yang besar harus diimbangi dengan pemadaman bergilir. Namun, warga kota Palembang tidak bisa menerima kebijakan tersebut. Info lain yang didapat adalah pemerintah kota seringkali tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran rekening lisrik untuk penerangan kota dan tempat wisata, dan berbagai informasi lainnya yang kemudian dijadikan data untuk skenario.

2.1.3 Merancang Alur Cerita

Alur lurus yang ceritanya hanya terfokus pada konflik sentral Ilham dalam mendapatkan lampu untuk menerangi rumahnya. mengemukakan rancangan alur cerita film pendek “Lampu-Lampu Ampera menggunakan teori Hudson yang terdapat dalam buku “Kunci Sukses Menulis Skenario” (Lutters, 2006: 53), yang terdiri dari: 2.1.3.1 Pengenalan

Pada pengenalan akan diperlihatkan kegiatan sehari- hari Ilham sebagai pengamen lampu merah yang biasa mengamen terkadang hingga malam dan tidur di pinggir jalan.

(53)

31

Pada awal konflik akan ditandai dengan percakapan Ilham dengan ibunya mengenai kota Palembang dengan lampu-lampunya yang megah, namun sangat bertolak belakang dengan rumahnya.

2.1.3.3 Pertumbuhan Laku

Pada pertumbuuhan laku akann diperlihatkan Ilham yang berusaha mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ibunya. Ilham akhirnya pergi ke kantor PLN.

2.1.3.4 Klimaks

Pada tahap ini, akan diperlihatkan ketika Ilham membicarakan keinginannya dengan salah satu karyawan PLN, namun perdebatanlah yang terjadi sampai akhirnya Ilham diusir dari kantor tersebut dan pada akhirnya Ilham dan Agus mencuri lampu lalu-lintas yang masih baru.

2.1.3.5 Penurunan laku

Kekecewaan Ilham karena lampu lalu-lintas itu tidak bisa hidup. Ilham mencoba meminta lampu di kantor DPRD, namun sesampainya di kantor DPRD, Ilham dan Agus bingung akan meminta kepada siapa. Alhasil mereka hanya menunggu di luar gerbang akan diperlihatkan pada tahap ini.

2.1.3.6 Penyelesaian

(54)

32 2.1.4. Sinopsis

“Lampu-Lampu Ampera” adalah cerita seorang transmigran remaja jalanan bernama Ilham yang sangat ingin rumahnya dialiri aliran listrik agar dapat merasakan sedikit cahaya lampu ada di rumahnya. Keinginan Ilham ini dilatarbelakangi oleh berkilaunya kota Palembang oleh lampu listrik, namun tidak di rumahnya. Ilham mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenaknya kepada emaknya. Namun emak yang juga tidak tahu banyak dan nrimo itu, membuat Ilham jengkel dan pergi dari rumah untuk mencari jawaban tersebut. Di tengah kekecewaan karena Ilham tidak menemukan titik terang, ia memutuskan untuk memotong rambutnya dengan harapan semua kesialannya akan hilang dan ia akan berhasil mendapatkan keinginannya tersebut. Benar saja usai potong rambut, Ilham menemukan koran yang berisikan tentang PLN dan Ampera. Tidak hanya itu Ilham melihat tulisan mengenai listrik dan PLN. Akhirnya Ilham memberanikan diri untuk pergi ke kantor PLN.

(55)

33

baik, tetapi Ilham justru diusir dari ruangan tersebut. Ilham gagal, namun ia tidak menyerah. Di otaknya masih tersimpan cara lain untuk mendapatkan lampu.

Di saat itu, Ilham bertemu dengan Agus, sahabatnya dan menceritakan kejadian di PLN. Usai mengamen Ilham mengutarakan niatnya untuk mencongkel lampu lalu lintas yang baru dibuat di perempatan jalan karena menurut Ilham lampu itu bisa hidup tanpa listrik. Ternyata lampu itu sama sekali tidak menyala, namun Ilham tetap menunggu keajaiban. Digantungnya lampu di langit-langit rumahnya dengan harapan akan menyala walau sedikit. Ternyata Lampu tetap tidak menyala.

Keesokannya Ilham mencoba peruntungan dengan meminta lampu di kantor DPRD. Hal itu ia lakukan karena sebelumnya ia selalu melihat dan mendengar bahwa semua orang melakukan demo dan meminta banyak hal di kantor DPRD tersebut. Sesampainya di kantor DPRD, Ilham dan Agus justru bingung akan meminta kepada siapa dan bagaimana caranya. Mereka pun pulang setelah menunggu berjam-jam. Keesokannya, lampu curian itu dibuang Ilham dan Ilham pun sadar bahwa terlalu sulit baginya untuk menyicipi cahaya lampu listrik.

2.1.5 Tokoh

(56)

34

penata rias dalam merias pemain agar sesuai dengan karakter tokoh dalam film. Berikut ini merupakan profil dari tokoh-tokoh utama dan pembantu:

2.1.5.1 Tokoh Ilham

Nama lengkap: Ilham Saputro Eko. Nama Panggilan: Ilham.

Usia: 18 tahun.

Status: Anak tunggal dari Emak Yati, sahabat Agus. Agama: Islam.

Profesi: Pengamen jalanan. Ciri Khusus:

Rambut ikal bergelombang seperti ibunya. Malas mandi dan ganti baju. Selain itu Ilham sangat gemar merokok. Gaya bicaranya berlogat Jawa namun menggunakan bahasa Palembang. Ketika sedang bersemangat, Ilham akan berbicara dengan lantang dan tegas. Namun ketika Ilham sedang sedih atau binggung, nada suaranya terkesan memelas dan terputus-putus.

Latar belakang:

(57)

35

transmigran, maka Ilham harus mampu bertahan hidup dan mau berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Ilham hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 5 SD.

Dalam pergaulannya, Ilham hanya mengenal teman-teman satu profesinya (pengamen) yang sama-sama mencari nafkah di perempatan jl. Jendral Sudirman, dan teman-teman sebayanya yang tinggal di pemukiman kumuh transmigran dari pulau Jawa. Sahabat karib Ilham adalah Agus.

Tipologi tokoh:

Secara fisik Ilham memiliki tipe tubuh atletis. Tinggi badannya 176 cm dan berat badannya 75 kg. Badannya tegap dan proporsional. Warna rambut hitam dan memiliki bentuk muka oval. Sedangkan secara psikis, Ilham yang bersuku bangsa Jawa ini tipe orang yang flegmatis. Ilham orang yang sabar, polos namun ia cukup kritis untuk ukuran anak putus sekolah. Ilham tidak tempramental, ia lebih suka mencari tempat yang tenang dan menyendiri jika sedang marah atau sedih.

2.1.5.2 Tokoh Agus

Nama lengkap: Muhammat Agus. Nama panggilan: Agus.

Usia: 16 tahun.

Status: Tetangga, teman satu profesi dan teman dekat Ilham. Agama: Islam.

(58)

36

Agus mempunyai bekas luka jahitan di dekat mata sebelah kiri. Kebiasaan khususnya selalu membawa gitar pemberian kakaknya. Gaya bicaranya bersuara agak berat/ bass karena pubertas. Karena bersahabat dengan Ilham, yang bahasanya campur aduk, Agus terkadang menggunakan bahasa Indonesia jika bersama Ilham. Namun, logat dan cengkok nada khas Melayu tetap ada.

Latar Belakang:

Anak kedua dari 4 bersaudara ini merupakan tetangga Ilham dan sahabat baik Ilham. Agus lahir dan besar di Palembang. Ayahnya, Ngadiyo seorang tukang sampah keliling sedangkan ibunya Zulziyah, merupakan ibu rumah tangga, dan kakak laki-lakinya seorang pencopet. Dari kakaknya Agus mendapatkan sebuah gitar yang menghantar ia menjadi musisi jalanan. Trauma masa lalunya yang pernah ditinggalkan temannya saat dikeroyok oleh orang banyak karena dikira pencuri, menjadikan Ilham orang yang selektif dalam memilih teman dekat.

Tipologi Tokoh:

(59)

37 2.1.5.3 Tokoh Pak Santo

Nama lengkap: Santo Antonius. Nama Panggilan: Santo.

Usia: 34 tahun.

Status: Seorang suami yang belum dikaruniai anak. Agama: Katolik.

Profesi: Tim inti Akuntan PT. PLN Persero Cabang Palembang .

Ciri Khusus: Rambut sedikit beruban, gaya bicaranya datar dan agak kaku. Latar belakang:

Pak Santo mejabat kepala atau koordinator bagian akuntansi di PT. PLN Cabang Palembang setelah ia berhasil menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Akuntansi di salah satu Universitas Swasta di Jakarta .Ia Adalah orang Keturunan Jawa. Pak Santo merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya bernama Ir. Hartono seorang pensiunan Karyawan Perusahaan swasta. Ibunya bernama Ranti seorang pensiunan Kepala Sekolah Menengah Pertama. Kedua adik laki-lakinya masih berkuliah. Dalam lingkungan kerja dan pergaulan, Pak Santo dikenal sebagai orang yang tulus, tidak pamrih, bertanggung jawab dan sangat disegani. Istrinya adalah keturunan Thionghoa dan lebih muda 4 tahun darinya.

Tipologi tokoh:

(60)

38

koleris. Pak Santo orang yang konservatif dan amat mencintai pekerjaannya. Pak Santo juga sosok pekerja keras, patuh, dan jujur. Pak Santo gampang gampang tersentuh hatinya jika melihat orang lain sedang dalam kesusahan, namun ia tegas bila menyangkut urusan pekerjaan.

2.1.5.4 Tokoh Emak Nama lengkap: Yati.

Nama Panggilan: Emak Yati. Usia: 48 tahun.

Status: Janda yang mempunyai seorang anak lelaki bernama Ilham. Agama: Islam.

Profesi: Buruh cuci, terkadang kerja di pasar. Ciri khusus:

Badan gemuk, mempunyai tahi lalat di hidung sebelah kiri, laki leter O karena gemuk. Gaya bicaranya berlogat jawa dengan penggunaan bahasa jawa bukan krama. Karena terbiasa dengan transmigran lain yang sudah terpengaruh budaya palembang, terkadang nada bicara Emak naik di akhir kalimat dan sedikit keras.

Latar Belakang:

(61)

39

almarhum ibunya, bernama Sumi, hanya ibu rumah tangga pedesaan. Emak adalah perempuan jawa yang berasal dari kelas bawah..

Tipologi Tokoh:

Secara fisik Emak Yati memiliki tipe tubuh piknis. Tinggi badannya 153 cm dan berat badannya 80kg. Badannya gempal dengan warna kulit sawo matang, rambut panjang tidak terurus karena sering diikat. Sedangkan secara psikis, Emak Yati merupakan tipe orang Sanguinis. Walaupun hidup susah, emak tetap ikhlas dan menerima nasibnya. Ia cepat beradaptasi dan mudah diterima oleh orang-orang di pemukiman tempat ia tinggal. Namun, Emak tidak suka dengan hal-hal yang berbau politik dan yang bersifat kekerasan.

2.1.5.5Tokoh Ibu Santo

Nama lengkap: Agatha Novatrin Nama Panggilan: Agatha

Usia: 30 tahun.

Status: Istri dari Bpk. Santo Antonius. Agama: Katolik

Profesi: Ibu rumah tangga, pengusaha catering. Ciri khusus:

Agatha pandai bermain alat musik piano. Agatha sering memainkan poni rambutnya. Gaya bicaranya pelan dan lembut. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia, karena istri dari pak Santo ini lama tinggal di Jakarta.

(62)

40

Perempuan keturunan China, anak ke dua dari dua bersaudara ini mengenyam pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Ia berhasil meraih gelar S1, fakultas Komunikasi di salah satu Universitas Swasta di Jakarta. Dalam menjalin relasi, wanita yang belum dikaruniai anak ini aktif dalam kegiatan Wanita Katholik di sala satu gereja di Palembang. Ayahnya Yohanes Hadi seorang Dosen sedangkan ibunya, Silvani Lukman adalah pensiunan karyawan sebuah BANK. Keluarga Agatha merupakan keturunan China yang tidak rasisme.

Tipologi Tokoh:

Secara fisik Agatha memiliki tipe tubuh atletis. Tinggi badannya 168 cm dan berat badannya 80kg. Badannya berisi, mata sipit, kulit kuning langsat. Agatha memiliki model rambut panjang lurus tergerai dan terawat dengan warna hitam pekat. Sedangkan secara psikis, Agatha merupakan tipe orang Flegmatis. atau istri pak Santo merupakan istri yang penyabar, perhatian, lembut dan elegan. Dia bukanlah tipe perempuan yang suka berdandan dan memakai perhiasan mewah. Agatha sosok perempuan berpendidikan yang santun dan sederhana. Agatha yang pemalu ini lebih senang mendengarkan cerita dan memberi saran kepada orang lain yang meminta pendapatnya saja.

(63)

41

Status: Pelanggan PT. PLN. Seorang wirasuasta yang melajang Agama: Kristen Protestan

Profesi: Pengelola dan pemilik sebuah rumah makan moderen di Palembang. Ciri khusus:

Yuli mempunyai tahi lalat di bawah hidung sebelah kanan. Bicaranya Agak cepat, namun tetap santun. Keturunan China ini biasa menggunakan bahasa Indonesia namun, logat Melayu tetap nampak.

Latar Belakang:

Yuliana, tidak menyelesaikan kuliahnya di salah satu Universitas Swasta di Palembang. Ia lebih memilih untuk membuka usaha dan dapat memberi pekerjaan bagi orang lain. Tokoh Pelanggan PLN (Yuliana) merupakan wanita single yang mandiri. Yuliana memiliki usaha di bidang kuliner.

Tipologi Tokoh:

(64)

42 2.1.6 Skenario Awal

Skenario film pendek “Lampu-Lampu Ampera” ditulis oleh Angela Frenzia Betyarini sutradara sekaligus produser film ini. Skenario awal terdiri 10 scene dengan tambahan 1 adegan pembukaan berupa gambar gerak dan 2 adegan penutup. Berikut ini merupakan bentuk utuh skenario awal:

OPENING TASE: EXT. AMPERA

Palembang menyinarkan cahayanya. Lampu-lampu berhamburan di sekeliing Jembatan Ampera. Ditambah dengan kerlap-kerlip lampu di pusat kota. Perlahan

terlihat dua orang lelaki muda tidur pulas. Anak yang satu memegangi gitarnya, dan yang satu lagi meringkuk kedinginan.

1. EXT. Benteng Kuto Besak – MORNING

ACT- ILHAM, ANAK SEKOLAH

Seorang lelaki tidur di depan Benteng yang merupakan tempat wisata tersebut. Seorang anak sekolah yang hendak melewati tempat itu jatuh tersandung

ANAK SEKOLAH

(65)

43

2. INT. RUMAH ILHAM – AFTERNOON

ACT- EMAK, ILHAM

Dari kejauhan Ilham berjalan menuju rumahnya yang kumuh dan reot. Ilham masuk dan bertemu dengan emaknya. Emak tengah mengambil bahu-baju dari jemuran dam membawanya masuk, lalu melipatinya.. Ilham masuk. Emak melihat raut wajah Ilham.

EMAK

Dari mana saja, sama siapa kau? Semalaman dak pulang…

(Emak berhenti melipat baju dan mendekati Ilham. Ilham hanya memandangi emak sambil menggaruk-garuk rambutnya karena gatal.)

ILHAM

Semalem tu aku pergi sama Agus, Cari makan, trus kito tidur di Benteng, males balek. Tidur di rumah samo di jalan samo bae.

EMAK

Ya udah. Mandi dulu sana! Ganti baju, baju udah berapa minggu kamu dak ganti baju.

ILHAM

(Mencuim baju dan keleknya.)

Emang Ilham masih punya baju lain?

Jeda

EMAK

Itu emak nemu kemarin. Lumayan buat ganti.

ILHAM

(Melihat baju yang diberi emak.

(66)

44 ILHAM

Mak, emak sudah lihat kan di jalan-jalan tu lampu di mana-mana. Di jembatan Ampera tu terang betul. Air mancurnya juga ada lampu. Di perempatan tuh juga. Jadi kepikiran aku mak.

EMAK

Mikir apa Ilham…Ilham, ngaya! SD aja ndak lulus.

ILHAM

Emangnya anak dak lulus SD dak boleh mikir! Dari kemarin aku lihat kota kita ini terang nian. Lampu ada di mana-mana. Tapi tempat kita ini dak ada lampunya?

EMAK

Ya, beda lah Ilham. Lampu yang d ijalan-jalan itu kan ada yang bayari. Sampe pajak motornya, pajak mobilnya, itu kan dibayari semua.

ILHAM

Mak, bukannya motor sama mobil itu ada lampunya sendiri?

EMAK

Kurang terang kali lampunya.

ILHAM

Kurang terang gimana mak? Dak ngerti aku. Ngomong sama emak ni dak nyambung!

EMAK

Ya, mau gimana lagi, emang begitu dari sanonya kali?

ILHAM

Sanonya mana? Pemerintah?

Lihatlah mak rumah kito ini. Gelep, dak ada lampunya,

eh, kok malah sanonya itu pasang lampu di jalanan meriahnyo minta ampun. Mubazir kan, mending kasih kito dikit lampunyo…

(67)

45 EMAK

Heh, kemana lagi Ilham?

Oalah Ham…Ham…Wong susah kok nganeh-aneh.

Ilham pergi meninggalkan rumahnya kemudian ia berjalan menuju sebuah pangkas rambut. Di situ ia menunggu giliran sembari membaca koran yang beberapa beritanya berisikan kebobrokan pemerintah kota.

3. EXT. SIMPANG JALAN– AFTERNOON

ACT- ILHAM

Ilham duduk di perempatan dan memandangi tulisan iklan. Ilham tertegun

ILHAM

Bayarlah listerik tepat pada waktunya.

Ilham menggut-manggut setelah menemukan jawaban dari pertanyaannya. Kemudian beranjak dari persimpangan tersebut,

4. EXT. DEPAN KANTOR PLN – AFTERNOON

ACT- ILHAM, ORANG 1

Ilham memandangi kantor PLN dengan terkesima. Dilihatnya patung maskot PLN dengan takjub.

ILHAM

Ai, besar nian kantor ini. Kalah Balai Desa sama Lapangan Sepak bola di kampung aku.

(Ilham mengendap-endap hendak masuk ke sana. Seseorang perempuan yang baru keluar dari kantor memperhatikan gerak-gerik Ilham. Perempuan itu mendekatinya.)

(68)

46

Dek, kenapa sembuyi-sembuyi begitu?

ILHAM

Bu, mau beli listrik di sini bukan?

ORANG 1

Waduh, beli listrik? Ini bukan toko, ini kantor, jadi enggak menjual listrik.

ILHAM

Ai, bohong ibu ni. Tadi aku lihat ada tulisan “BAYARLAH LISTRIK TEPAT PADA WAKTUNYA”

ORANG 1

O, mau pasang listrik? Adek masuk aja ke sana. Tanya bagian pemasangan listrik! Nah, nanti dipasang deh listrik di rumah adek.

ILHAM

O, iya …iya, gampang kayaknya. Makasih ya bu

5. INT. RUANG AKUNTANSI LISTRIK – AFTERNOON

ACT- ILHAM, PAK SANTO

Ilham berhasil masuk ke dalam kantor. Namun, ia tidak menemukan bagian pemasangan listrik. Raut muka Ilham menunjukan kebingungan. Ada banyak ruangan di kantor itu. Ia nampak bingung masuk ke ruangan yang mana. Dengan ragu-ragu ia membuka pintu sebuah ruangan Dilihatnya seorang bapak sedang menelepon. Ilham berdiri menunggu bapak itu selesai menelepon. Bapak tersebut kaget melihat seorang anak dengan dandanan yang kumal masuk ke ruangannya. Diperhatikannya Ilham. Dilihatnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

PAK SANTO

(69)

47 ILHAM

Jangan…Jangan pak. Aku cuma mau minta tolong pak

PAK SANTO

Adek mau minta sumbangan? Aduh dek, di sini itu dak menerima permintaan sumbangan. Ini bukan yayasan sosial. Ini kantor perusahaan listrik negara. Sana, pergi!

ILHAM

Nah, itu dia pak maksud saya. Aku mau minta listrik pak untuk di rumah saya.

Ilham agak berbisik

Bapak ini ni, mentang-mentang aku gembel dikira mau minta sumbangan aku. Gembel-gembel begini masih lebih terhormat daripada koruspor, eh, ko…rupsor. Ai bukan koruptor!

PAK SANTO

Heh, kamu mau pasang listrik di rumahmu? Kenapa tidak ayah atau ibumu saja yang kemari?

ILHAM

Aku Cuma tinggal dengan emakku. Emak sudah tua. Pak, rumah kami itu gelap terus, makanya aku mau minta listrik.

PAK SANTO

Di mana rumah kamu memangnya?

ILHAM

Plaju, Pinggir Musi pak bawah Ampera.

PAK SANTO

Itu kan pemukiman kumuh.

(70)

48

Bapak sepertinya tidak bisa bantu dek. Emm, begini saja, bapak beri uang, agar kamu membeli penerangan lain selain lampu. Bagaimana?

Saya maunya listrik dan lampu. Lilin itu kurang terang pak!

PAK SANTO

Untuk punya listrik dan lampu, kamu harus membayar biaya administrasinya.

ILHAM

Ha, astrerasi? Membayar uang maksudnya? Aku punya. Ini 20ribu.

PAK SANTO

Hhahaha…dek, biayanya itu maksimal 1 juta. Punya 1juta. Orang-orang itu saja ngutang untuk bisa pasang listrik di jalan-jalan itu. Memangnya punya uang segitu?

ILHAM

Hah, 1 juta ya pak? Dak punya kalau sebanyak itu.

Jeda

Pak, kalau begitu, saya minta tolong bapak untuk bantu mindahin lampu-lampu yang di ampera itu ke rumah saya saja pak?

PAK SANTO

Sinting kamu…Jangan macam-macam ya!

(Mengangkat gagang telepon dan memencet angka.)

(71)

49 ILHAM

Pak, tunggu dulu pak. Daripada di jalan, lampunya mubazir pak.

PAK SANTO

Duh, pusing saya. Sudah, sudah, lebih baik kamu pergi dari ruangan saya. Kepala saya sudah pusing. Sana, pergi sana!

ILHAM Pak,…

(Terdengar suara langkah kaki satpam. Lalu satpam itu membuka pintu. Pak Santo mengisyaratkan dengan gerakan kepala untuk membawa Ilham keluar dari ruangannya. Satpam memegang lengan Ilham dan membawanya keluar dari ruangan tersebut. Ilham pun berteriak)

Pak, , ,saya cuma minta satu lampu saja pak……satu lampu saja paaaaakkkk!

6. EXT. BENTENG KUTO BESAK– LATE AFTERNOON

ACT- ILHAM, AGUS

Tampak Ilham sedang duduk di bangku benteng. Tampak suasana di sana sangat indah. Cukup pantas jika dijadikan Kota Visit Indonesia. Wajahnya terlihat letih. Tak lama, Agus yang baru pulang ngamen, menghampiri Ilham.

AGUS

Ilham, woey, Bro! Dari mana kau? Ku cari ke rumah, dak ada. Ngamen sendiri aku, jadinya.

ILHAM

Ai, , pening..pening kepala aku ni.

Jeda

Gambar

Gambar 69. Bpk. Eddy memerankan tokoh Sekuriti PLN dalam film pendek
gambar atau visual. Selain itu seorang sutradara juga harus memiliki kemampuan
gambar dan alat rekam suara berputar dalam kecepatan yang sinkron (Effendy, 2008:
gambar muncul kembali bertambah terang, dan shot telah berganti. Pada umumnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Proses pembuatan film dibagi menjadi (a) tahap praproduksi seperti penulisan skenario, pembentukan tim produksi, perekrutan pemain, pemilihan lokasi, pembuatan storyboard,

Editing merupakan proses vital dalam pembuatan sebuah film, karena pada tahap ini editor dapat mewujudkan konsep yang diinginkan oleh sutradara dan penulis skenario untuk

Penulis bertanggungjawab atas keseluruhan proses pembuatan film pendek Saudade mulai dari proses pra-produksi, proses produksi sampai dengan proses pasca produksi lebih

Dalam projek ini, penulis membuat sebuah rancangan naskah skenario film pendek yang menjadi patokan serta acuan bagi kru dalam departemen lain untuk menelaah kerja dari proses

Tahap 2 adalah proses pra produksi film dokumenter tradisi Megebeg-Gebegan “Sebuah Kebersamaan Yang Hilang” dimana pada tahapan ini dilakukan pembuatan ide cerita

Didalam pembuatan film animasi 3d dilakukan dalam 3 tahap utama yaitu pra produksi dengan mempersiapkan tema cerita, skenario dan storyboard kemudian

Dalam skripsi penciptaan ini, penulis berfokus pada tugas produser dalam merancang proposal dan negosiasi dengan pihak luar dalam pendanaan produksi film pendek independen

Seperti yang diangkat dalam seluruh proses pembuatan karya seni tugas akhir penciptaan film animasi pendek 2D, „Pop Frio: Mengejar Veranda JKT48‟ yang berasal dari lirik