• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya sinematografi proses kreatif pembuatan film pendek berjudul ``Ceris`` - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Karya sinematografi proses kreatif pembuatan film pendek berjudul ``Ceris`` - USD Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Progam Studi Sastra Indonesia

Disusun oleh : Ardi Tambara NIM 024114036

PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DARMA YOGYAKARTA

(2)

i Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Ardi Tambara

024114036

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Stop Dreaming Start Action Dreaming

(

Van Hallen )

Jadikan hidupmu seperti air mengalir sampai jauh.

( Gesang )

TUGAS AKHIR INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK Kemuliaan Allah yang memberikan inspirasi

Kedua orang tuaku dan adik-adikku. Semua teman-teman yang mendukung

(6)

v

Terima kasih kepada Tuhan YME karena atas karunianya, penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir yang berjudul “Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul

“Ceris”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. Selaku dosen pembimbing I terima kasih atas segala bimbingan, masukan, kritikan, perhatian dan telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing sampai terselesaikannya skripsi ini.

2. Drs. B Rahmanto., M.Hum. Selaku dosen pembimbing II terima kasih atas perhatian dan waktu luang yang diberikan kepada penulis.

3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Drs. Ari Subagyo, M.Hum,. Drs Heri Antono, M.Hum,. Drs. FX. Santosa, M.S., Drs. Heri Santoso, M.Hum., Dra. Adjie Tjandrasih., M.Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., dan semua dosen Sastra Indonesia yang belum disebutkan, terima kasih atas segala pembelajaran yang telah penulis terima selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

(7)

vi

5. Karyawn dan karyawati perpustakaan Sanata Dharma yang telah membantu mempermudah peminjaman buku-buku.

6. Kedua orang tua dan dua adikku yang memberikan inspirasi, kasih sayang, kepercayaan, dan nasihat-nasihat yang telah diberikan kepada saya.

7. Teman-teman Bengkel Sastra yang telah menjadi media pembelajaran bagi penulis

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002 yang telah memberikan motivasi sehingga penulis selalu terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Dadit dan Rice, terima kasih telah mendukung kelancaran shoting film. 10.Terima kasih kepada Ceris karena telah meluangkan waktu untuk shoting film

11.Semua kru, pemain film, dan pihak-pihak lain yang membantu pembuatan film pendek berjudul Ceris, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,segalan saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap skripsi ini dapar bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, …………..2010

(8)

vii

karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juni 2010 Penulis

(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

Nama : Ardi Tambara Nomor Mahasiswa : 024114036

Demi pembangunan Ilmu Pengetahuan, Saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, karya Ilmiah Saya yang berjudul:

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS” Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian Saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan Akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat

Yogyakarta, 26 Juni 2010 Penulis

(10)

ix

Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini berjudul Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul Ceris. Film tidak bisa dianggap sebagai tontonan atau hiburan belaka. Melalui proses pembuatan film ini, penulis berusaha untuk menciptakan film sebagai media refleksi. Rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu (1) bagaimana proses pra-produksi pembuatan film berjudul Ceris? (2 ) bagaimana proses produksi pembuatan film berjudul Ceris? (3) Bagaimana proses pasca-produksi pembuatan film berjudul Ceris? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi pembuatan film pendek berjudul Ceris.

Dalam mencapai tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan metode observasi dan metode deskriptif. Penulis menggunakan metode observasi untuk mengamati tingkah laku dan karakter anjing peliharaan. Sementara metode deskriptif digunakan penulis untuk memaparkan proses pembuatan film pendek Ceris dari tahap pra produksi hingga tahap pasca produksi.

Langkah-langkah yang dibuat dalam proses pembuatan karya sinematografi ini adalah persiapan ide cerita, karakter, penulisan skenario, pemilihan pemeran, persiapan sutradara dan produser, rencana modal, pembuatan story board, pemilihan kostum, hunting lokasi, jadwal kegiatan, shooting film, dan proses editting film

Film pendek Ceris merupakan hasil refleksi penulis dalam melakukan observasi terhadap pola tingkah laku anjing peliharaan. Film pendek Ceris menggambarkan kesetiaan seekor anjing kepada majikannya. Di dalam film tersebut Ceris disia-siakan oleh majikannya yang bernama Dadit. Padahal seekor anjing seperti Ceris memiliki kesetiaan yang tulus. Hal ini terlihat saat Ceris menyelamatkan majikannya yang sedang sekarat. Pada akhirnya Dadit menyesal telah menyia-nyiakan Ceris terutama ketika mengetahui anjing peliharaannya itu meninggal.

(11)

x ABSTRACT

Tambara, Ardi. 2010. Making Creative Work Cinematography Processes of Short Film Entitled “Ceris”. S1 Final Task. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Literature Department, Sanata Dharma University.

This final task is titled Making Creative Work Cinematography Processes of Short Film Entitled Ceris. The film can not be regarded as a mere spectacle or entertainment. Through the process of making this film, the author tries to create the film as a medium of reflection. Formulation of the problem in this paper are (1) how the pre-production of filmmaking titled Ceris? (2) How the production process for the film Ceris? (3) What is the process of post-production for the film Ceris? Based on the formulation of the problem, the purpose of this study is to describe the process of pre-production, production, and post-production of short film titled Ceris.

In this paper, the writer uses observation method and descriptive method. The writer uses observation method to observe the characters of dogs and the descriptive method to describe the process of Ceris filmmaking from the pre production process up to the post production process.

The steps made in the process of making cinematographic work is the preparation of this story ideas, characters, scenario writing, the selection of casts, director and producer of preparation, capital planning, story board creation, the selection of costumes, hunting locations, schedule of events, film shooting, and film editing

Short film Ceris is actually the writer’s reflection in observing the characters of dog. Short film Ceris describe the loyalty of a dog to his master. In the film, narrated that Ceris have been wasted by the master named Dadit, whereas a dog like Ceris has a sincere loyalty. Ceris was the one who saved his master’s life while Dadit was dying. Dadit ultimately regret having wasted Ceris after knowing that the dog died.

(12)

xi

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

HALAMAN PUBLIKASI………. viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACK………. x

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ………... 3

1.3 Tujuan Penelitian ………... 3

1.4 Manfaat Penelitian ……….... 4

1.5 Kerangka Teori………... 4

1.5.1 Sinematografi………...……… 4

1.5.2 Pra Produksi... 5

1.5.2.1 Skenario... 6

1.5.2.1.1 Cerita... 6

1.5.2.1.2 Kerangka tokoh... 7

(13)

xii

1.5.2.3 Produser dan Modal... 7

1.5.2.4 Story Board... 8

1.5.2.5 Kostum... 9

1.5.2.6 Pemeran (Bintang Film/ Artist)... 9

(14)

xiii

BAB III PRODUKSI ... 64

3.1 Penata Fotografi dan Juru Kamera ……….. 64

3.2 Tata Artistik dan Seting Film ...………..………. 70

3.3 Tata Rias …….………... 72

3.4 Penata Suara dan Cahaya……….. 73

BAB IV PASCA PRODUKSI... 75

4.1 Proses Editing ... 75

4.1.1 Editing Gambar ... 75

4.1.2 Editing Suara ... 82

4.1.3 Tata Musik... 84

BAB. V PENUTUP ... 87

5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Catatan Reflektif ... 89

5.3 Film Sebagai Sarana Pendidikan... 96

5.4 Saran... 91

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tokoh Ceris... 48

Gambar 2. Tokoh Dadit... 49

Gambar 3. Tokoh Dian... 49

Gambar 4. Tokoh Cece...50

Gambar 5. Tokoh Om Broto... 51

Gambar 6. Tokoh Rebo ... 51

Gambar 7. Tokoh Koho ... 51

Gambar 8. Tokoh Bu Is ... 52

Gambar 9. Tokoh Pak RT ... 52

Gambar 10. Tokoh Pemulung……… 52

Gambar 11. Tokoh Udin ………... 53

Gambar 12. Tokoh Bangun ... 53

Gambar 13. Tokoh Pemain Musik... 54

Gambar 14. Sutradara Memberi Arahan Kameramen ... 56

Gambar 15,16,17 dan 18. Contoh Hunting Lokasi ...61

Gambar 19. Kameramen Sedang Mengambil Angle yang Tepat... 65

Gambar 20. Contoh Medium Long Shot ... 66

Gambar 21. Contoh Medium Shot ... 66

Gambar 22. Contoh Close Up ... 67

(16)

xv

Gambar 27. Petugas Clapper dan Kameramen ...69

Gambar 28. Contoh Clapper ... 69

Gambar 29. Contoh Lokasi shoting ... 70

Gambar 30. Tim Artistik Bekerja dibawah Komando Sutradara... ... 71

Gambar 31. Penata Rias Saat Merias Pemeran...73

Gambar 32. Contoh Lighting Saat Shooting... 74

Gambar 33. Contoh Menghubungkan Analog Source dan Komputer... 76

Gambar 34. Membuat Project Baru ... 77

Gambar 35. Jendela New Project ... 77

Gambar 36. Import File ………... 78

Gambar 37. Memanjangkan Potongan Film ... 78

Gambar 38. Pemotongan Gambar dengan Razor ………... 79

Gambar 39. Contoh Efek Black and White...79

Gambar 40. Contoh Fade In...81

Gambar 41. Contoh Fade Out ...81

Gambar 42. Project File Audio pada Adobe Premier 2.0...83

(17)

1

BAB I

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

1.1 Latar Belakang

Sebagian orang menganggap film sebagai tontonan atau hiburan saja, padahal sebuah film tidak sesederhana itu. Dalam sebuah film, terdapat banyak nilai-nilai positif yang bisa dipetik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bisa sebagai penghancur moral kita. Di dalamnya, terdapat kritikan-kritikan yang membangun dan dapat membuat kehidupan menjadi lebih baik. Sebaliknya, sebuah film juga bisa memutar-balik kehidupan ke dalam keterpurukan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Film memiliki wawasan yang sangat luas, bahkan dengan film kita bisa megenal sejarah, masalah-masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari, budaya, dan berbagai macam penyimpangan-penyimpangan lainnya.

Munculnya film di tengah-tengah masyarakat, telah menimbulkan tanggapan pro dan kontra. Film diterima sebagai penyebar nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, tetapi juga dianggap sebagai sumber kebejatan moral. Film disambut sebagai pendidik yang baik, tetapi juga ditolak karena eksistensinya sebagi penggoda yang licik. Film dipuji sebagai alat perkembangan budaya, tetapi juga dikecam sebagai penghancur kebudayaan manusia (Mangunhardjana, 1976 : 7).

Sebuah film dapat berfungsi sebagai alat mengekspresikan diri, sebagai salah satu cara untuk mengutarakan isi hati kita dalam berkarya. Banyak ide-ide dan terobosan baru yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia agar menjadi lebih

(18)

baik. Sebagai sebuah wacana, film juga menjadi salah satu bahan pertimbangan, dan mengajari cara hidup secara mendalam asalkan kita tidak mengambil film itu secara mentah, yang kita ambil sisi positifnya saja.

Dalam Program Studi Sastra Indonesia, terdapat mata kuliah yang mendukung proses pembuatan sebuah film, antara lain Analisis Drama Indonesia, Penulisan Skenario Radio-TVdan Film, Penulisan Iklan, Penulisan Drama, Drama Indonesia, Pementasan Ekspresi Sastra, dan Penulisan Resensi.

Berangkat dari mata kuliah yang diajarkan, penulis memberanikan diri untuk membuat sebuah karya sinematografi yang diwujudkan dalam sebuah film pendek berdurasi kurang lebih 40 menit dengan judul “Ceris” untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan. Tema “Ceris” ini adalah kesetiaan, karena penulis ingin memberikan contoh kepada masyarakat arti pentingnya sebuah kesetiaan. Penulis memilih aktor anjing karena anjing adalah salah satu binatang yang sangat setia terhadap majikannya. “Ceris” bercerita tentang kesetiaan seekor binatang peliharaan (anjing) terhadap majikannya (manusia). Walaupun anjing itu sering dimarahi, dicaci-maki, tetapi tetap setia kepada majikannya. Dalam keseharian, acapkali terjadi seperti itu, manusia sering kali sombong, angkuh, egois, hingga mereka lupa akan jati dirinya.

(19)

3

yang telah dilakukannya terhadap anjingnya, setelah mengetahui anjingnya telah tiada.

1.2Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana proses pra-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”?

1.2.2 Bagaimana proses produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”?

1.2.3 Bagaimana proses pasca-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”?

1.3Tujuan

Berdasar rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :

1.3.1 Mendeskripsikan proses pra-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”.

1.3.2 Mendeskripsikan proses produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”.

(20)

1.4 Manfaat Pembuatan Film

Manfaat pembuatan karya sinematografi ini secara umum bermanfaat bagi perkembangan sinematografi di Indonesia dan khususnya di Yogyakarta. Manfaat-manfaat itu antara lain:(1) Dengan adanya film pendek yang berjudul “Ceris” ini, kita dapat mengetahui proses dari awal hingga akhirnya menghasilkan sebuah karya film. (2) Bagi Jurusan Sastra Indonesia sendiri, film ini berguna untuk bahan kajian mata kuliah yang berhubungan dengan sinematografi.

1.5Kerangka Teori

Kerangka teori yang dibahas dalam sub-judul ini merupakan pengertian atau definisi dari pembuatan film, seperti sinematografi, skenario, sutradara, produser dan modal, story board, juru kamera dan penata fotografi, tata artistik, kostum dan tata rias, tata suara dan tata cahaya, editing, tata musik, serta pemeran / tokoh.

1.5.1 Sinematografi

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematography yang berasal dari bahasa latin kinema „gambar‟. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). (Bazin, 1996 : 38-53).

(21)

5

pun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Film sebagai genre seni juga merupakan produk sinematografi. Menurut Sumarno (1996 : 112). Sinema berasal dari bahasa Yunani yang berarti gerak. Di Inggris, sinema dipakai untuk menyebut gedung bioskop

1.5.2 Pra-Produksi

Pra produksi adalah proses sebelum produksi sebuah film dijalankan. Pra produksi merupakan sebuah tahap persiapan sebelum kegiatan syuting dimulai. Proses ini sangat menentukan kelancaran kegiatan syuting nantinya. Oleh karena itu, proses ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Pra produksi meliputi penulisan skenario, penyutradaraan, produser dan modal, story board, kostum,pemeran, hunting lokasi,dan jadwal kegiatan. (Denis, 2008:30)

1.5.2.1 Skenario

(22)

Skenario adalah naskah atau script yang menjadi acuan sutradara untuk memproduksi sebuah film. Penulis skenario menciptakan sebuah cerita secara utuh, lengkap dengan dialog dan deskripsi visualnya. Namun, pekerjaan seorang penulis skenario tidak berhenti sampai di atas kertas. Selain harus memikirkan agar cerita agar enak dibaca secara tulisan (gunanya untuk panduan sutradara, produser, kru, pemain, dll), penulis skenario juga harus membayangkan bagaimana visualisasi tulisan tersebut menjadi tontonan sinetron atau film (Lutters, 2004:xv)

1.5.2.1.1 Cerita

(23)

7

1.5.2.1.2 Kerangka Tokoh

Tokoh tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan. Ditinjau dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Altenbert dan lewis via Nurgiantoro, 1995:178).

1.5.2.2 Sutradara

Sutradara disebut sebagai pencipta, karena ia menciptakan seluruh ide dalam bentuk tulisan menjadi bentuk gambar atau visual. Tugas sutradara adalah menciptakan sebuah hasil karya menarik dari ide yang dicetuskan atau yang diberikan penulis naskah. Tuntutan dari seorang sutradara adalah harus kreatif. Kreatif berarti bisa menciptakan sesuatu yang menarik dan beda, selain itu melahirkan ide-ide cemerlang. Kalau imajinasinya tajam dan selalu terasah maka kreativitasnya tidak akan kering, bahkan selalu menghasilkan yang terbaik. Sutradara dituntut mengetahui seluk-beluk seni peran, kamera, pencahayaan dan suara (Dennis, 2008 : 3-4).

(24)

1.5.2.3 Produser dan Modal

Produser tugasnya adalah memimpin sebuah departemen produksi. Ia menjadi penggerak awal sebuah produksi film. Dalam sebuah film, produser akan membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film tersebut. Jika istilah produser tercetus, yang ada di benak kita pastinya urusan uang. Apalagi di Indonesia, istilah produser diartikan sebagai pemilik modal, pemilik uang yang akan memproduksi film tersebut. Anggapan itu tidak tepat. Di televisi, produser adalah orang yang mempunyai progam. Ia bertanggung jawab atas berbagai hal dalam produksi, baik teknis, kreatif maupun urusan keuangan (Dennis, 2008:7).

Perhitungan biaya pembuatan film (budget) biasanya dilakukan secara ketat. Angka-angka di dalam perhitungan itu menunjuk sampai ke sen-senya. Budget dihitung menurut pengeluaran seluruh biaya pembuatan film yang bersangkutan. Ini meliputi harga-harga baku, ongkos peralatan, honorium bagi para petugas pembuat film, seperti penulis skenario, para bintang film, penyusun film, biaya syuting, biaya administrasi untuk mencari izin produksi misalnya, biaya pengolahan film sampai film itu jadi. Kalau seluruh budget pembuatan film itu telah dibuat, budget harus dipecah-pecah menurut acara syuting. Hal itu untuk menghindari jangan sampai terjadi pembuatan film macet di tengah jalan karena kehabisan modal (Mangunhardjana, 1976:68-69).

1.5.2.4 Story Board

(25)

9

gambar-gambar film dari adegan atau bagian adegan film yang bersangkutan. Story board merupakan gambar-gambar sket yang kasar, yang melukiskan adegan-adegan atau bagian-bagian yang pokok dari adegan film itu.

Keuntungan dari pembuatan story board ini adalah sutradara bisa langsung melihat adegan atau bagian pokok dari adegan film yang akan dibuatnya. Sutradara tidak perlu repot menerjemahkan kata-kata skenario ke dalam bentuk-bentuk visual. Tentu saja penulis skenario harus pandai menggambar (Mangunhardjana,1976 : 17).

1.5.2.5 Kostum

Fungsi kostum adalah, pertama membantu menghidupkan perwatakan pelaku, bahkan kostum dapat menunjukkan hubungan psikologisnya dengan karakter yang lain. Fungsi kedua adalah untuk individualisme peranan, warna dan gaya kostum membedakan peranan yang satu dengan yang lain dan latar belakang. Fungsi yang ketiga adalah memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku, tetapi juga menambah efek visualisasi gerak, menambah indah dan menyenangkan setiap posisi yang diambil pelaku setiap saat (Harymawan, 1988 : 131-132).

1.5.2.6 Pemeran (Bintang Film/ Artist)

(26)

menjadi bahan baku untuk merek dagangannya. Dasar penilaian acting adalah pelarisan atau alat mendatangkan uang. Jadi, bintang film harus berperan ganda (bermain baik dan menarik penonton), (Mangunhardjana,1976:58).

Di sinilah dedikasi seorang bintang film dituntut. Tanpa dedikasi, artist akan lebih mencintai uang daripada memperkembangkan kepandaian bermainnya. Dia akan mudah tertarik kesana-kemari untuk “main asal main.” Semua peran disanggupi tanpa memikirkan apakah peran itu cocok atau tidak, apakah dia mampu atau tidak. Terutama bagi bintang film yang sedang laris, cara kerja seperti ini cepat atau lambat akan “menjerat lehernya sendiri.” Cepat atau lambat permainannya akan merosot, akhirnya tidak terpakai lagi. Uang imbalan memang perlu, tapi bila dimutlakkan akan merugikan (Mangunhardjana, 1976 : 61).

1.5.2.7 Hunting Lokasi

Hunting lokasi merupakan proses pencarian tempat yang sesuai sebelum shoting berlangsung. Hunting lokasi dihasilkan melalui observasi dengan memperhatikan norma yang berlaku di masyarakat. Observasi dilakukan oleh sutradara, juru fotografi dan stage manager, agar sesui dengan apa yang diharapkan oleh sutradara dalam pembuatan film (Dennis, 2008:32).

1.5.2.8 Jadwal Kegiatan

(27)

11

oleh sutradara berdasarkan kesiapan para kru dan alat pendukung dalam pembuatan film.

1.5.3 Produksi

Tahap produksi merupakan tahap dimana seluruh tim mulai bekerja. Seorang sutradara, produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi kru dalam tiap tahap (Dennis, 2008:33). Proses ini meliputi :

1.5.3.1 Juru Kamera dan Penata Fotografi

Tugas pokok seorang juru kamera adalah mengambil gambar-gambar untuk disusun menjadi film. Dia merupakan orang yang bertanggung jawab sepenuhnya atas segala segi fotografis dari film yang dibuat. Setiap juru kamera selalu mendapat pembantu sedemikian lengkap dalam setiap pembuatan film. Hal ini sangat tergantung dari situasi dan kebutuhan orang sewaktu membuat film itu (Mangunhardjana,1976:19).

Sebagai tangan kanan sutradara, penata fotografi melakukan tugas pembingkaian. Dalam pelaksanaan tugasnya, seorang penata fotografi harus sadar betul, walaupun dasar-dasarnya sama, tetapi komposisi foto dan film punya persamaan dan perbedaan.

(28)

komposisi. Oleh karena itu, komposisi untuk film harus dipikirkan dengan seksama. Tujuannya agar penonton tidak kehilangan pusat perhatian (Sumarno,1996:51).

1.5.3.2 Tata Artistik

Urusan penampilan artis dalam hal busana dan make-up menjadi tanggung jawab penata artistik. Dalam bekerja, penata artistik dibantu oleh properti master, kostum dan tata rias (Dennis, 2008 : 44).

Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Penata artistik boleh mempunyai kecenderungan, namun bukan gaya yang harus tunduk pada tuntutan cerita atau pengarahan sutradara. Ia bertugas menerjemahkan konsep visual sutradara kepada pengertian-pengertian visual: segala hal yang mengelilingi aksi di depan kamera, di latar depan sebagaimana di latar belakang. Selain itu, penata artistik tidak boleh merancang tugas berdasarkan pertimbangan estetik semata, tetapi juga menyangkut biaya dan teknis pembuatan (Sumarno, 1996:51).

(29)

13

1.5.3.3 Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah pemeran. Fungsi rias akan berhasil baik kalau pemain-pemain itu mempunyai syarat-syarat watak, tipe, dan keahlian yang dibutuhkan oleh oleh peranan-peranan yang akan dilakukannya. Rias film membentuk suasana atau karakter pemeran yang dilihat oleh penonton melalui lensa kamera (Harymawan, 1988 : 134-135).

1.5.3.4 Tata Suara dan Tata Cahaya

Ada bermacam-macam suara manusia, suara alam, musik, dan suara-suara yang kita dengar sewaktu kita menikmati film. Untuk membuat film bersuara, perekaman suara tidak selalu dilakukan bersama dengan shoting filmnya. Suara-suara yang biasa direkam bersama dengan shoting adalah suara manusia, dialog atau suara khas manusia. Untuk setiap film, bahkan film yang paling sederhana sekalipun juru penata suara mempersiapkan paling sedikit tiga-empat macam suara. Bagaimana menentukan banyak sedikitnya suara-suara yang harus dipersiapkan, sangat dipengaruhi oleh jenis film yang akan dibuat. Agar juru penata suara bisa mempersiapkan suara-suara itu dengan baik, dia perlu mengetahui bagaimana jenis film itu akan dibuat dan bagaimana bentuk dan cara film itu akan disusun (Magunhardjana,1976:24-42)

(30)

objek yang penting daripada objek-objek yang lain. Dengan cara penyinaran khusus itu, penonton dipaksa untuk melihat dan memperhatikan objek itu serta melupakan saja objek-objek yang lain. Objek itu berbicara lebih keras daripada objek-objek yang lain (Mangunhardjana, 1976 : 24-42).

1.5.4 Pasca-Produksi

Tahap ini adalah tahap penyelesaian akhir dari semua kegiatan shoting yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Kesalahan pada waktu shoting sebagian mungkin diselesaikan pada tahap ini. Pasca produksi meliputi editing, dan tata musik (Dennis, 2008:34).

1.5.10 Editing

(31)

15

1.5.11 Tata Musik

Pada awal sejarah perkembangannya, musik mula-mula diperdengarkan hanya untuk mengiringi adegan-adegan di atas layar, agar suasana tidak sepi. Lambat laun, musik dihubungkan dengan isi adegan di layar. Ditelisik mempunyai kemampuan yang dapat menimbulkan perasaan khusus di dalam hati mereka yang mendengarkannya, maka musik dimanfaatkan untuk menciptakan situasi film yang tidak mungkin diperoleh dengan kata-kata yang diucapkan atau dengan penyajian gambar-gambar saja (Mangunhardjana, 1976 : 78-79).

Musik dapat dipakai untuk melucu dan menyindir. Musik dapat dipakai untuk menambah rasa takut. Singkatnya musik dapat menjadi penghubung yang efektif antara gambar-gambar yang ada di atas layar dan para penontonnya. Musik menyentuh indera pendengar penonton dan menenggelamkan mereka ke dalam pengalaman batin yang bercorak ragam (Mangunhardjana, 1976 : 78-79).

1.6 Metode Penelitian

Metode (Yunani: methodos ) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memakai objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1977:16).

(32)

setia pada majikannya. Berangkat dari pengamatan tersebut penulis memperoleh ide awal yaitu tentang kesetian anjing terhadap majikannya. Ide tersebut diwujudkan menjadi sebuah skenario film pendek berjudul “Ceris”. Metode deskriptif digunakan oleh penulis dalam memaparkan proses pembuatan film “Ceris” dari tahap pra

produksi hingga tahap pasca produksi.

1.7 Sistematika Penyajian

(33)

17 BAB II PRA PRODUKSI FILM PENDEK CERIS

Pra-produksi adalah proses sebelum produksi sebuah film dilakukan. Pra- produksi merupakan tahap persiapan sebelum kegiatan shooting dimulai dan sangat menentukan kelancaran kegiatan shooting nantinya. Pada bab ini penulis memaparkan tahap pra produksi yang terdiri dari cerita, karakter, skenario, pemeran, persiapan sutradara dan produser, rencana modal, story board, kostum, hunting lokasi, dan jadwal kegiatan.

Secara khusus dalam memaparkan proses penulisan skenario, penulis

mengawalinya dengan konsep cerita dan karakter film “Ceris”. Hal ini bertujuan

untuk mempermudah penulisan skenario nantinya. Dengan memahami konsep cerita

dan karakter film “Ceris” terlebih dahulu, penulis dapat lebih mudah menyusun

(34)

2. Pra-Produksi

2.1 Skenario 2.1.1 Cerita

Tahap pertama penulisan skenario film pendek berjudul “Ceris” dimulai bulan Juni dan selesai bulan Agustus tahun 2009. Tema film “Ceris” adalah kesetiaan. Film ini bercerita kesetiaan seekor anjing yang bernama Ceris kepada majikannya, Dadit. Walaupun anjing itu sering dimarahi dan dihukum, ia tidak memiliki rasa benci, dendam, dan marah kepada majikannya. Sebaliknya, anjing itu menyelamatkan Dadit saat ia tengah sekarat karena sakit. Anjing tersebut akhirnya mati karena kecelakaan. Dadit sangat sedih mengetahui kematian Ceris dan menyesali apa yang telah diperbuatnya terhadap Ceris.

Penulis terinspirasi pada anjing peliharaannya sendiri. Ide cerita muncul dari kisah nyata karena penulis hidup bersama dua ekor anjingnya. Sebelum penulis membuat skenario, penulis terlebih dahulu melakukan riset terhadap anjing. Penulis mempelajari tingkah laku anjing, apa yang tidak disukai, dan tidur bersama dua ekor anjingnya.

(35)

19

penulis ingin karya filmnya berbeda dengan yang lain, itupun sesuai dengan isi dari skenario.

Skenario film pendek yang berjudul „CERIS‟ tidak menjadi acuan

sepenuhnya dalam shoting film, karena sutradara memberikan kebebasan para pemeran berimprovisasi dengan batasan tidak keluar dari skenario, apalagi tokoh utamanya adalah seekor anjing.

2.1.2 Kerangka Tokoh

2.1.2.1 Karakter Ceris a. Kultural

Nama asli : Keris diganti menjadi Ceris

Nama panggilan : Ceris

Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 28 Januari 2008

(36)

b. Fisikal / biologis Suara dan kualitas : Normal

Penampilan : Seadanya Cara berjalan : Ringan, santai c. Psikologis

Inteligensia : Bagus, lebih pandai dari anjing-anjing lain Mudah tidaknya bergaul : Sangat mudah

Tempramen / watak : Optimis ( selalu berusaha )

Sifat secara umum : Penurut , setia Kelainan jiwa : Tidak ada

Masalah utama yang harus diatasi : Kutu

Jalan keluar dari masalah : Dicari kutunya Pengalaman yang membentuk sifat : Ceris sering dicuekin Dadit, dia

menjadi sedih dan

pendiam d. Hubungan keluarga / pertemanan

(37)

21 Berapa tahun sekolah : Empat bulan sekolah khusus anjing

Tokoh protagonis adalah tokoh yang selalu dikagumi, disebut hero, tokoh yang yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai serta apa yang ideal bagi kita. (Lutters, 2004:80-81).

Tokoh protagonis menjadi pusat perkembangan alur. Tokoh protagonis

dalam film ini adalah Ceris. Ceris menjadi tokoh penggerak alur dalam film “Ceris”.

2.1.2.2 Karakter Dadit a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Dadit Wijanarko Nama panggilan : Dadit

(38)

Agama / kepercayaan : Katolik Mudah tidaknya bergaul : Kurang begitu Tempramen / watak : Cuek, santai

(39)

23

kuliah di perguruan tinggi swasta, menempuh semester delapan.

Tokoh Dadit adalah tokoh antagonis. Antagonis adalah peran yang mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Tokoh antagonis selalu berseberangan dengan tokoh protagonis dan cenderung menyakiti tokoh protagonis. Peran antagonis juga sering menjadi tokoh sentral dalam cerita yang tugasnya mengganggu dan melawan tokoh protagonis (Lutters, 2004: 80-81).

2.1.2.3 Karakter Dian a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Dian Putra Wibisono Nama panggilan : Dian

Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 1 Oktober 1984

(40)

Berat badan : 60 kg

Mudah tidaknya bergaul : Mudah bergaul Tempramen / watak : Cuek, santai

Sifat secara umum : Menghargai hidup dengan santai, setia

(41)

25

Tokoh Dian adalah tokoh tritagonis. Tritagonis adalah peran pendamping atau peran pembantu yaitu peran pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi bisa juga sebagai penengah atau perantara antar tokoh sentral. (Lutters, 2004:80-81).

2.1.2.4 Karakter Om Broto a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Brotowali Nama panggilan : Broto

Tempat dan Tanggal Lahir : Jogjakarta, 13 Juli 1976

(42)

c. Psikologis

Intelegensia : Tinggi Mudah tidaknya bergaul : Mudah Tempramen / watak : Santai

Tokoh Om Broto adalah tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi sebagai tokoh pelengkap, guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita (Lutters, 2004:81-82).

2.2.2.5 Karakter Cece a. Kultural

Nama panggilan : Cece

Ras / suku bangsa : Tionghoa (Jawa tionghoa)

b. Fisikal / Biologis

Tinggi badan : 160 cm Berat badan : 40 kg Bentuk tubuh : Seksi

Kondisi fisik : Bugar, Warna mata Gaya bicara : Sopan

Penampilan : Rapi

c. Psikologis

(43)

27

Tokoh Cece adalah tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi sebagai tokoh pelengkap, guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita (Lutters, 2004:81-82).

2.1.2.6 Karakter Bu Is, Pak RT, Koho, Rebo, Bangun, Udin, Pengemis, Dokter

Mereka semua merupakan tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi sebagai tokoh pelengkap guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini tidak ada pada semua bagian cerita, tergantung dari kebutuhan cerita.

2.1.3 Skenario Film “Ceris”

CERIS

Opening Tease Musik Keroncong

01.INT. - Di rumah Dadit/ Malam

Di sebuah rumah sederhana, tinggallah pemuda yang bernama Dadit. Dia seorang mahasiswa di perguruan swasta setempat. Pada saat itu Dadit dan teman-teman sedang sibuk latihan keroncong, sembari menunggu temannya. Lima belas menit kemudian datanglah temannya yang bernama Dian.

Dadit

(secara serentak musik tiba-tiba berhenti) Wah ditunggu ket mau kok ora teko-teko?

Dian

Wah, sorry bro, biasa tau sendiri anak muda kalau malam minggu ngapain? Dian

(44)

Teman-teman

Yuk gah yuk (sambil melihat ke wajah Dian). Dadit

Yang harusnya ngajak latihan itu aku, ayo kita latihan lagi, ayo cepat!!, tiga, empat

Mereka pun kembali latihan, tidak terasa ayam jantan telah berkokok tiga kali menunjukkan waktu sudah pagi. Teman-teman band dadit pun segera pulang ke rumah masing-masing, kecuali dian yang masih tinggal di rumah dadit, lalu mereka ngobrol di dalam kamar.

FADE OUT CUT TO

02.INT.Dikamar Dadit /Subuh

Dian

Wah kamar kok panasnya kayak gini, mbok dipasangi AC. (sambil menghisap sebatang rokok)

Dadit

Lha ini kamu lihat ! angin jendela Dian

Angin jendela dari Arab? Dadit

Lha iya memang pesannya di Arab! Dian

He tak bilangin! mbok kamu itu cari cewek, biar di rumah gak sendirian Dadit

Repot! Dian Repot apanya?

Dadit

(45)

29

Dian

(Sambil melirik ke arah Dadit dengan tatapan curiga) Jangan-jangan kamu ?

Dadit

(Sambil melihat dan menegaskan) We, aku ini normal brow! Mau dicek po? Walaupun aku suka kayak gini, aku normal (sambil minum air kemasan)

Dian

(dengan wajah agak jijik) Gak-gak, njijiki tenan kamu itu. Dian

He kamu itu tho, kalau mau tau tak saranin ya? Mbok beli anjing. Kata orang tua, kalau kita belum punya anak, kita mancing anak dengan cara ngadopsi

anak dulu, seperti halnya kamu, kamu ngadopsi anjing biar dapat cewek. Dadit

Tis-tisan, emangnya aku ini binatang po? Dian

Yo nggak, itu kan pepatah orang tua, apapun bisa terjadi. Ah aku ngantuk mau tidur dulu, dibilangin kok ngeyel. Kalau mau beli anjing, ada temenku om Broto namanya, mau jual anjingnya bagus.

Dadit

Ah embuh lah aku juga udah ngantuk nih (Sambil mematikan rokok, mereka berdua segera tidur).

CUT TO FADE IN

03.EXT. / INT. - Di rumah Om Broto/Siang

(46)

Dian

Kulo nuwun..kulo nuwun..om.Broto.(sambil mengetuk pintu, sela beberapa saat pintu terbuka) Sugeng siang Om?

Om Broto

Sugeng siang (sambil berjabat tangan), ayo.. silahkan duduk!

Dian

Wah baru memperdalam ilmu, gimana kabarnya Om? Om Broto

(sambil tertawa) Baik saya! Gimana, ada bisa saya bantu? Dian

Ini teman saya mau beli anjing (sambil tertawa, ingat obrolan semalam) katanya mau dijual anjingnya?

Om Broto

Oh ya, sebenarnya saya sayang sih, tapi mertua gak suka jadi terpaksa saya jual, mau lihat?

Dian

Ia boleh om, boleh! (sambil berdiri mau menuju kebelakang rumah) Dadit

(47)

31

Dian

Oh..om Broto kan sukanya klenik! Dadit

(Sambil geleng-geleng kepala) Pantes..ayo ke belakang!

Om broto

Wah lucu banget, ini jenis apa om? Om Broto

Ini jenis golden retriver! Udah divaksin kok, sehat (sambil melepas rantai) ini pegang aja!

Dadit

Siapa Om namanya? Om broto

(48)

Dadit

(Sambil memanggil) keris! (dadit mengajak main keris), he kamu suka bola ya? (Dadit ngajak bicara keris) ini bisa apa Om?

Om Broto

Bisa macam-macam, bisa nangkap bola, salaman, roll, tos.. Dadit

Wah om, pintar banget anjingnya Om Broto

Ya, gimana? Dadit

Kalau gitu, okelah saya ambil keris om Broto

Jadi? Kalau begitu tak ambil makanannya dulu ya..

CUT TO

Akhirnya Dadit membeli Keris, dan mereka berdua pun segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, mereka berdua pun masih ngobrol.

04.INT. Di rumah Dadit/Siang

Dadit

Kamu kok serem banget sih namanya?(melihat kearah Ceris sambil mengelusnya) anjing kok namanya serem banget, padahal kamu anjing pintar!

Dadit

Kamu aku kasih nama aja ya? (sambil melihat kearah Ceris) kamu mau gak ganti nama? Beris?

(49)

33

Dadit

(dengan gembira) namamu Ceris..Namamu Ceris..oke kalau begitu kita tos dulu? (sambil tos dengan Ceris)

CUT TO

05.EXT. / INT. - Di taman dan Di rumah Dadit

Dadit dan Ceris suka bermain dan bercanda, Ceris sangat manja sekali, bandel dan juga lincah. Ceris pun tumbuh menjadi dewasa tapi tingkahnya masih bandel dia sangat menurut dengan Dadit.

CUT TO

Di malam hari, Dadit sedang tidur di kamar, sedangkan Ceris sedang santai-santai di ruang tamu. Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar, tetapi Dadit tidak mendengar karena tertidur pulas. CUT TO

Bu Is

(Mengetuk pintu sambil menengok kiri-kanan) Mas Dadit..mas Dadit..mas

(Bu Is masuk rumah karena pintu tidak dikunci) Mas Dadit..mas Dadit! (baru masuk beberapa langkah, Bu Is sangat kaget, karena didepanya ada Ceris. Sebaliknya Ceris juga kaget, karena sama-sama belum kenal. Bu Is hanya diam kaku seperti es. Beberapa detik kemudian Ceris melolong).

(50)

Karena mendengar gaduh, Dadit pun terbangun dari tidurnya, melihat apa yang terjadi. Selagi Dadit mencari tahu apa yang terjadi, Bu Is masih

teriak-teriak di luar rumah! CUT TO

06.EXT.-Di luar Rumah

Dadit

(Dadit keluar rumah bersama ceris) Eh ibu, ada apa bu kok teriak-teriak? Bu Is

Anjingmu itu lho, aku takut he.. Dadit

Oalah..si Ceris tho bu? Gak apa-apa Dia gak gigit kok Bu, sakestu! Lho kan gak gigit tho bu? (sambil mengelus-elus ceris menunjukkan ke Bu Is bahwa

ceris ramah) Bu Is

(Dengan wajah ragu-ragu) “Beneran? Dadit

Yakin Bu sakestu, mari masuk bu! (akhirnya Bu Is masuk ruang tamu) CUT TO

07.EXT.-Di luar Rumah FADE IN

Dadit

Mari silahkan duduk Bu! (sambil duduk berhadapan) mau nagih uang kontrakan ya bu?

Bu Is

Ia mas Dadit, maaf mas Dadit ini uang kontrakan saya naikkan sepuluh persen! Mas Dadit Tau sendiri sekarang apa-apa mahal.

Dadit

(51)

35

Bu Is

Habis gimana ya mas Dadit, kan tau sendiri apa-apa kan sekarang mahal! Dadit

Begini saja, saya sudah saya siapin sebenarnya, tunggu sebentar ya bu, saya ambilkan di dalam!

Dadit

Bu, ini seperti yang sudah saya siapkan, mau dihitung dulu bu kira-kira

Bu Is

(sambil mengambil uangnya) Makasih ya...saya sudah percaya dengan mas Dadit!

Sela beberapa saat Bu Is pun segera beranjak dari tempat duduk, dan berpamitan untuk segera pulang.

CUT TO

08. EXT. - Di suatu Taman

Pada sore hari yang cerah, Ceris diajak jalan-jalan Dadit, mereka berlari-lari sambil bercanda. Ceris senang karena banyak bertemu anjing, tidak jauh dari situ ada seorang cewek yang sedang lari-lari menghampiri Ceris. Cewek itu lalu mendekat dan menghampirinya

Cece

(menghampiri ke arah Ceris sambil memegang kepala Ceris) Aduh lucunya, namanya siapa Mas?

Dadit

(dengan wajah kagum dan percaya diri melihat cewek di depannya) Nama saya Dadit mbak!

Cece

Maaf mas, maksudnya nama anjingnya? Dadit

(52)

Cece

Halo Ceris, bulumu kok lembut sekali sih..boleh tak ajak jalan-jalan sebentar mas? (sambil melihat ke arah Dadit sambil jongkok)

Dadit

Silahkan, gak apa-apa, kalau mau pakai bolanya sekalian. (wah benar juga

apa kata Dian…Dadit ngomong sendiri dalam hati, sambil memainkan

tangannya)

(Ceris pun diajak jalan-jalan sambil berlari-lari memutari taman itu. Ceris senang sekali punya teman baru. Setelah beberapa menit diajak jalan-jalan,

cewek itupun menghampiri Dadit yang dalam keadaan melamun). Cece

(Sambil menghampiri dadit bersama ceris) Mas makasih ya!..Mas..Mas..Mas.. (sambil memegang bahu dadit)

Dadit

(Dadit pun kaget sekali, karena dia sedang melamun) ia sayang…ha! Maaf..maaf?

Cece

Makasih ya mas udah dipinjami ngajak jalan-jalan Ceris? (sambil tersenyum) Dadit

Sama-sama mbak, oiya perkenalkan nama saya Dadit? (sambil mengulurkan tangan)

Cece

(Sambil mengulurkan tangan) Saya Cece! Dadit

Mbaknya tinggal di sini juga ya? Cece

Ia, saya tinggal di gang Tlogo.. Dadit

Oh kalau saya tinggal di gang Kapling mbak.. Cece

(53)

37

Dadit

Iya, saya paling keluar ngajak jalan-jalan Ceris saja. (sambil mengelus dan menyuruh duduk Ceris)

Cece

Wah pintar ya, hebat nih anjingnya mas? Dadit

Iya.. Cece

Wah hujan mas, kita pulang aja sekarang?

Mereka bertiga berlarian, karena hujan mulai turun dengan deras. Akhirnya mereka mendapatkan tempat berteduh tidak jauh dari situ. Dadit dan Cece sudah semakin akrab saja, mereka saling bertukar nomor telepon.

FADE OUT CUT TO

09.INT. - Di rumah Dadit/pagi hari

Merekapun sering bertemu di taman itu. Lama-kelamaan, mereka semakin akrab, dan akhirnya pun mereka jadian.

FADE OUT CUT TO FADE IN

10.INT/EXT-RUMAH dan KAMAR/ MALAM dan SIANG

(54)

Ceris pun disuruh keluar ke belakang rumah. Sedangkan Dadit, bermesraan dengan Cece sambil menonton film. Ceris di belakang kamar, badannya lemas, dia sangat murung dan bersedih karena tidak pernah diajak main dan selalu dicuekin sama Dadit.

Pada siang hari, Dadit membeli kue tart untuk memberikan surprise buat kekasihnya, karena Cece hari ini merayakan ulang tahun. Karena Dadit mau menjemput Cece, kue tart ditaruh di dapur, Dadit pun meninggalkan rumah. Tidak lama kemudian Ceris muncul di ruang tamu, karena lapar belum makan, lalu dimakanlah kue tart untuk Cece. Setelah beberapa menit, Dadit datang bersama Cece, Cece disuruh menunggu di depan rumah, sedangkan Dadit masuk ke dalam rumah dan kaget bukan main.

Cece

(Mereka berdua menuju berjalan menuju rumah, di sebelah rumah pak RT sedang mengecat rumahnya, lalu Cece menyapanya) Mari pak?

Pak RT Ya mari Dadit

Ayo masuk! (sambil membukakan pintu, merekapun duduk di ruang tamu) Cece

(55)

39

Sini kamu!! (Dadit memanggil Ceris dan memarahi) itu bukan buat kamu! Sekarang masuk! Ceris masuk! (Ceris sangat sedih, dia hanya termenung

diam)

Cece mendengar suara gaduh dan tidak lama kemudian dia menyusul ke belakang menghampiri Dadit.

Cece

Ada apa sih saya? (sambil berjalan menuju suara gaduh, lalu mendekati Dadit sambil memegang bahunya)

Dadit Itu ceris, lihat dia!

Cece

(Sambil menenangkan dan menatap mata Dadit) “Yah..udahlah, mungkin kamu belum kasih makan? Iya nggak?

Dadit

(Sambil melihat ke arah Cece) Ya-iya sih emang bener, tapi itu bukan buat dia!

Cece

Udahlah kue tart gak begitu penting, yang penting kan doanya (sambil menenangkan Dadit yang sedang marah)

Dadit

Maafin aku ya yang ya? Tapi tetap cinta kan? Cece

He..eem..(sambil dicium keningnya sama Dadit) CUT TO

(56)

11.EXT.DI PINGGIR JALAN

Pada keesokan harinya, Dadit bersama-sama Ceris sedang jalan-jalan, Tidak lama kemudian, suara Handphone Dadit berbunyi, ia pun mengangkat telepon. Beberapa saat setelah menerima telepon, Dadit jatuh terkapar dipinggir jalan asmanya kumat lagi. Nafasnya tersesak-sesak, kejang-kejang, Dadit pun tidak sadarkan diri beberapa saat kemudian. Ketika Ceris melihat Dadit tersungkur tak berdaya di lantai, Ceris terus-terusan menggonggong Dadit. Ceris sangat bingung, kemudian dia pun segera keluar menuju ke kos Dian.

CUT TO

12.EXT. / INT. - Di Rumah Dian/Pagi

Kebetulan, rumah Dian tidak jauh dari situ. Sesampainya di depan rumah Dian, Ceris menggonggong terus-menerus. Dian yang sedang membaca koran di depan kos kaget melihat ceris sedang menggongong sendirian tanpa Dadit.

Dian

Lho Ceris kenapa ada di sini? (ngomong sendiri)Ceris? Lho mana juraganmu?(sambil mendekati Ceris dan mengelus-elusnya).

Ceris

Guk…guk…guk…(Ceris terus menggongong di depan Dian, berharap Dian mengikutinya)

CUT TO

13.EXT.- Di pinggir jalan/Pagi

Sesampainya di pinggir jalan, Dian sangat kaget karena melihat Dadit sudah terkapar kaku tidak sadarkan diri.

Dian

Dadit bangun! Kamu kenapa? Dit?

Melihat keadaan Dadit yang memprihatinkan, Dian segera menelpon Ambulans, untuk segera dibawa ke rumah sakit. Tidak lama kemudian, Dadit sudah berada di rumah sakit.

(57)

41

14.EXT. - Di Jalan/Siang

Ambulans pun segera berangkat ke rumah sakit, Dian ikut menemani Dadit menuju rumah sakit. Di rumah, hanya tertinggal Ceris sendirian, Ceris sangat sedih, dia hanya terdiam saja.

Karena terlalu lama menunggu, Ceris menjadi sangat bingung dan kacau, akhirnya Ceris keluar rumah lewat pintu depan, karena belum terkunci, dan segera mencari keberadaan Dadit. Untuk mencari Dadit, Ceris harus melewati banyak rintangan, dia melewati sungai, menuruni dan mendaki bukit sampai jalan raya yang banyak lalu-lalang kendaraan bermotor dan mobil. Dari arah berlawanan, ada sebuah mobil melaju kencang, karena mobil itu tidak melihat seekor anjing ada didepannya, secara tidak sengaja Ceris pun tertabrak oleh mobil itu hingga sekarat dan mati. Mobil itu pun berhenti, karena menabrak sesuatu yang mereka belum ketahui. Tidak lama kemudian, dua orang terlihat turun dari mobil.

Koho

(Sambil menoleh ke temannya) Kayaknya kita nabrak sesuatu kita? Rebo

Nabrak apa lu? (sambil membuka pintu mobil, lalu keluar) Koho

Gimana Brow? (sambil menengok di jendela) Rebo

Asu man! Koho

(58)

Koho

Lho kamu kok malah misuhi aku? (Koho keluar dari mobil). Rebo

Udah tinggali duit aja!! (sambil menaruh uang di atas tubuh Ceris lalu mereka segera pergi)

Pemulung melewati jalan itu. Kemudian dia melihat ada uang di atas tubuh Ceris. Pengemis itu ingin mengambil uang tersebut. Dia melihat keadaan sekitar lalu mengambil uang itu. Setelah mengambil uang, dia langsung pergi.

CUT TO FADE IN

15.EXT. - Di pinggir Jalan/Siang

Dua orang itu pun segera pergi meninggalkan Ceris sendiri, tidak lama kemudian lewat anak muda. Melihat ada anjing mati, pemuda itu berhenti matanya melotot karena melihat uang di dekat anjing itu. Tanpa pikir panjang, pemuda itu turun dari motor dan menyambar uang tersebut dan segera kabur.

Berselang beberapa menit, teman Dadit yang juga tetangganya lewat jalan itu. Mereka kaget melihat mayat seekor anjing yang sedang terkapar di jalan yang tidak asing lagi. Mereka pun berhenti, turun dari motor dan menghampiri mayat anjing tersebut!

Udin

(Dengan wajah kaget) Lho anjing siapa nih? Kok pernah lihat? Bangun

(59)

43

Udin

( Sambil berpikir sejenak) Oiya-ya, ini kan Ceris! Anjingnya Dadit, Ayo kita bawa ke rumah Dadit?

Bangun

Din-din mana ada orang, Dadit di rumah sakit. Udin

(Dengan wajah ling-lung)Ia po? Masak aku gak tau ya? Bangun

Din-din kerja tidur melulu, mana bisa tau! Udin

Kayak orang tua aja kamu? Namamu kan Bangun, makanya kamu sering bangun pagi!

Bangun

( Dengan wajah sebel) ngeyel! Udin

Yo wis yo kita bawa aja! (mereka segera membawa Ceris pulang dengan sepeda motornya)

CUT TO

16.INT. - Di Dalam Rumah Sakit/Malam

Mereka berdua pun segera pulang menuju rumah Dadit. Sesampainya di rumah Dadit, Udin menyusul ke rumah sakit untuk memberi tau Dadit bahwa Ceris sudah mati.sesampainya di rumah sakit, Udin bertemu dengan Dian dan mengatakan keadaan Ceris, karena Dadit masih belum sadar.

Udin

(Sambil membangunkan Dian yang sedang tertidur karena menjaga Dadit) Dian..an bangun an!

Dian

(Terbangun dan agak kaget melihat kedatangan Udin) Ada apa din? Udin

(60)

Dian

Tenang dulu, Ceris kenapa? Udin

Eh..Ceris itu ditabrak mobil, dia udah..udah mati! Dian

Kamu yang benar?Apa bener itu Ceris, kamu jangan mengada-ada? Udin

Bener itu memang Ceris! Sekarang Ceris sama Bangun lagi mau diurus.

Dian

Waduh..gimana ya? Tolong urusin Ceris dulu ya! Udin

Baik! kalau begitu, saya pulang dulu ya? Dian

Terimakasih banyak ya, maaf merepotkan! Udin

Iya gak apa-apa..

CUT TO

17.INT. - Di dalam Rumah Sakit/Malam

Di dalam rumah sakit, Dadit masih belum sadar,saat belum sadarkan diri Dadit membayangkan kejadian yang dialami sebelumnya, bahwa dia diputus cintanya oleh Cece lewat telepon, hingga beberapa jam kemudian akhinya Dadit siuman. Lalu dia melihat lingkungan sekitar, dia bingung berada di mana, dia hanya melihat Dian.

Dadit

(61)

45

Dian

(Sambil menghampiri Dadit) Tenang Dit kamu sudah berada di rumah sakit, tadi kamu pingsan di jalan!

Dadit

(Sambil melihat wajah Dian) Terimakasih banyak ya, An kamu selamatkan aku.

Dian

Jangan berterimakasih padaku, berterimakasihlah kepada Ceris karena dia yang telah menyelamatkanmu!

Dadit

Dimana Ceris sekarang An? Aku mau berterimakasih kepadanya! Kalau aku sudah sembuh nanti aku mau ajak jalan-jalan dia, pasti dia sangat suka.. An

dimana Ceris sekarang? Jawab An? Dian

Maaf Dit, Ceris sekarang sudah bahagia selama-lamanya! Dadit

(Dengan ekspresi sedih dan tegang ) maksud kamu apa An, kamu bercanda kan?(sambil meraih pergelangan tangan Dian) katakan An?

Dian

(Dengan wajah berbela sungkawa) Maaf, Dit, Ceris sudah tiada!! Dadit

Tidak mungkin, gak mungkin An Ceris ninggalin aku..aku mau pulang sekarang! Ceris...ceris..ceris! (Dadit meronta ingin bangun dari ranjang

tidurnya) aku mau lihat Ceris! Dadit

(Dadit memaksa keluar dari ranjang, tapi Dian terus menghalanginya, karena keadaan Dadit belum pulih) Tolong lepasin! Aku mau cari

Ceris!..Ceris..Ceris.. Dian

(62)

Dadit

Tidak..tidak..aku mau bertemu Ceris..tidaaaaaaaaaaak…(Dadit memaksa bangun dan berjalan walaupun keadaannya masih belum fit, menuju pulang rumah untuk menemui Ceris, walaupun Ceris sudah mati, tapi dia tetap tidak

percaya) CUT TO

18.INT. - Di rumah Dadit/Malam

Akhirnya, dia diperbolehkan pulang ke rumah, dia hanya duduk sendirian di kamar sambil melihat foto Ceris dan dia berkata...

Dadit

(Dengan wajah sedih) Terima kasih Ceris……

SELESAI

2.3 Pemeran

(63)

47

membawakan karakter dan interaksi terhadap pemain lain(Mangunhardjana, 1976:62).

Jumlah pemain yang direkrut dalam film pendek “Ceris” berjumlah tujuh belas orang. Klasifikasinya sebagai berikut: dua pemeran utama, yaitu Ceris (seekor anjing) dan Dadit. Dua orang pemeran pembantu wanita dan tiga belas pemeran pembantu pria serta pemain musik keoncong “Kagol Asmoro”. Latihan dialog dan bloking kamera dilakukan pemeran film selama tiga minggu sebelum syuting film. Dalam film ini, jikalau ada orang lain yang tertangkap oleh kamera itupun karena situasi lokasi syuting dibiarkan apa adanya.

Ceris belum bisa akrab dengan orang-orang baru, dan Ceris juga takut mendengar suara keras, hair drayer, galon. Selebihnya, ia mampu berperan dengan baik.

(64)

2.3.2 Tokoh Dadit dan Dian

Tokoh Dadit diperankan oleh Dian Wijanarko RBN dan Dian diperankan oleh Ardi Tambara. Sutradara menginginkan tokoh utama pria yang muda dan tampan. Tokoh ini digambarkan seorang mahasiswa berusia 24 sampai 25 tahun yang bertempat tinggal di sebuah rumah kontrakan. Kegiatan mereka berdua bermain musik dengan teman-temannya. Selain itu, Dadit juga memiliki kekasih bernama Cece, itupun atas usulan Ardi Tambara. Setelah melalui proses casting, Dian Wijarnako dianggap dapat memerankan tokoh ini. Dian Wijarnako belum mempunyai pengalaman berakting di dunia perfilman, tetapi ia mempunyai keterampilan dalam teater. Dian Wijarnako dapat memerankan tokoh ini walaupun harus berakting dengan seekor anjing, itu tidak menjadi hambatan bagi dirinya memerankan tokoh

Dadit dalam film pendek “Ceris”.

Gambar 2 dan 3. Pemeran Wijanarko sebagai Dadit dan Ardi Tambara sebagai Dian

2.3.3 Tokoh Cece

(65)

49

Setelah melalui proses casting, Hedwik ternyata dapat memerankan tokoh Cece. Hedwik belum memiliki pengalaman dalam dunia perfilman. Namun, hal tersebut tidak menjadi hambatan, justru sutradara ingin mendapat tokoh yang dapat berakting secara natural.

Hedwik memerankan tokoh ini dengan baik, meskipun harus beradegan romantis dengan lawan mainnya Dadit. Dari ekspresi dan gesture, Hedwik dapat memerankan tokoh Cece.

Gambar 4. Hedwik Alfa Karlinda sebagai Cece dalam film “Ceris”

2.3.4 Tokoh Om Broto

(66)

tokoh lainnya, Joe Ingridion belum memiliki pengalaman akting dalam dunia perfilman maupun dalam dunia teater. Tokoh Om Broto sangup diperankan oleh Joe Ingridion dengan baik, sehingga saat berakting sangat natural dan tidak dibuat-buat. Kekurangan yang terdapat pada tokoh ini saat memerankan Om Broto adalah intonasi dan Ekspresi wajah. Secara keseluruhan Joe Ingridion sanggup bermain dengan maksimal.

Gambar 5. Joe Gideon sebagai Om Broto dalam Film “Ceris”

2.3.5 Tokoh Rebo dan Koho

(67)

51

Gambar 6 dan 7. Aloysius sebagai Rebo dan Simplisius sebagai Koho 2.3.6 Tokoh Bu Is, Pak RT, dan Pemulung

(68)

Gambar 8, 9 dan 10. Muji Rahayu sebagai Bu Is, pak Kasio sebagai pak RT dan Domenikus Ganang sebagai

pemulung film “Ceris”

2.3.7 Tokoh Udin dan Bangun

Pemeran tokoh Udin diperankan oleh Dika Prasetiyo sedangkan tokoh Bangun diperankan oleh Reza Aditya. Sutradara memilih tokoh ini karena memiliki sifat dan karakter yang sesuai dengan keinginan sutradara. Kedua tokoh ini merupakan pemeran pembantu, Kedua tokoh ini digambarkan sebagai teman Dadit yang membantu Ceris karena tertabrak dan tergeletak ditengah jalan.

(69)

53

2.3.8 Tokoh Pemain Musik

Tokoh pemain musik diperankan oleh Desy, Sanda, Kido, Wawan, Petruk, Triyas. Tokoh ini tidak berperan dominan dari tokoh-tokoh yang lainnya. Kelima tokoh ini hanya muncul saat scence pertama pada saat opening. Namun, beberapa tokoh tersebut berperan penting dalam film pendek “Ceris”, yaitu sebagai penjelas sahabat-sahabat Dadit sebagai personil band Kagol Asmoro.

Gambar 13. Pemain musik kroncong “Kagol Asmoro dalam opening film “Ceris”

2.4 Persiapan Sutradara dan Produser

(70)

semua itu bisa terjadi, salah satu faktor penyebabnya adalah karena dana yang kurang mencukupi.

Menjadi sutradara atau director tidak hanya membutuhkan suara lantang saat berteriak action dan cut. Lebih dari itu, sutradara haruslah memiliki bekal dan syarat-syarat khusus. Kesabaran mengelola produksi, wawasan luas tentang seluk- beluk produksi, kejelian kontinuitas, serta ketelitian adalah beberapa kunci sukses. Sutradara harus memiliki citra rasa seni. Citra rasa seni yang dimaksudkan di sini adalah kekhasan seorang sutradara saat mengemas karya filmnya. Termasuk juga kreativitasnya dalam menyajikan film agar terkesan tidak dipaksakan atau bahkan kurang berkualitas meskipun skenarionya ringan.

Produser tidak kalah penting dengan sutradara, karena dialah yang memiliki kuasa dalam memilih ataupun mengganti sutradara jika dirasa tidak cocok. Produser identik dengan pemilik modal atau penyokong dana dalam produksi film. Produser berhak memberi masukan pada skenario, pemeran dan alur cerita dalam produksi sebuah film.

(71)

55

Di dalam seluruh organisasi kerja itu, sutradara hanya mempunyai satu pedoman, yaitu film yang sedang dibuatnya. Segala susunan dan pengaturan kerja itu diarahkan pada kesuksesan pembuatan film. Setiap kru di dalam pembuatan film ini sesuai tugas masing-masing juga ikut bertanggung jawab atas film yang dihasilkan, pada waktu perencanaan mereka juga diajak bicara. Pada pertemuan itu, mereka diberi kesempatan untuk memberikan usul, saran, baik mengenai hal-hal yang praktis maupun mengenai hal-hal yang artistik sifatnya. Hanya, di dalam pengambilan gambar-gambar, syuting, kekuasaan penuh ada di tangan sutradara (Mangunhardjana 1976:64).

Dalam proses pembuatan film pendek “Ceris”, sutradara memberikan

waktu istirahat yang cukup, dan banyak melakukan komunikasi, tukar pendapat dengan para kru dan pemain agar menjaga mood mereka. Semua itu dilakukan sutradara agar dalam proses syuting berjalan dengan lancar dan tidak mengalami hambatan.

(72)

Pengaturan waktu juga sangat berarti ketika kita bekerja dengan orang lain. Bagi sutradara, hal itu sangat mutlak dan harus dilakukan. Untuk melaksanakan produksi dengan baik, sutradara perlu menegaskan sistem kerja yang harus disepakati dan dijalankan bersama dengan kru.

Dalam proses pembuatan film pendek “Ceris”, sebelum syuting berlangsung, sutradara harus bisa melatih dan membagi tugas secara tepat kepada kru dan pemeran. Sang sutradara pun harus mengolah skenario, mempelajarinya dengan seksama serta menentukan setting yang benar-benar cocok dengan apa yang diharapkan.

2.5 Rencana Modal

Menentukan modal untuk produksi film sangat sulit. Pertama, memilah-milah dana yang akan dialokasikan ke berbagai elemen, yaitu buat properti, kru, pemeran, peralatan, konsumsi dan lain-lain. Terkadang, walaupun dana sudah ditentukan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan finansial, dikarenakan lamanya syuting berlangsung, dan juga faktor cuaca bisa menambah pembengkakan biaya. Banyak unsur tak terduga yang juga harus mempersiapkan dana tambahan sebagai cadangan.

Dalam pembuatan film pendek, seringkali rincian modal atau dana dihitung setelah film itu selesai. Tetapi, dalam proses pembuatan film, modal sangat mempengaruhi akan dibuat seperti apa film tersebut. Dalam membuat film, harus bisa menentukan kira-kira modal yang akan dikeluarkan sesuai kapasitas produser.

(73)

57

Modal produksi film pendek “Ceris” ialah Rp. 5.000.000,- dengan perincian penggunaan sebagai berikut:

1. Produksi a.Peralatan:

-Sewa kamera :Rp. 800.000,-

-Delapan kaset mini DV :Rp. 200.000,- -Satu head cleaner untuk mini DV :Rp. 45.000,-

-Make up dan kostum :Rp. 150.000,-

-Alat tulis :Rp. 50.000,-

-Kertas dan foto kopi :Rp. 200.000,-

b. Operasional:

-Properti :Rp. 500.000,-

-Komsumsi :Rp 2.000.000,-

-Transportasi :Rp. 200.000,-

2. Pasca Produksi: -Editing :Rp. 350.000,-

-Mastering :Rp. 100.000,-

-Penggandaan vcd dan dvd :Rp. 300.000,-

Total :Rp. 4.895.000,-

(74)

2.6 Story Board

Kinerja sutradara sangat dibantu dengan adanya story board dalam pengambilan gambar. Penata artistik dan kameramen juga sangat membutuhkan story board, karena terbantu mengetahui ke mana film ini akan dibawa. Penata artistik akan lebih mudah dalam memilih setting dan unsur-unsur artistik dalam proses pembuatan film. Kameramen pun akan lebih mudah dalam pengambilan gambar dan angel-angel yang akan digunakan dalam proses pembuatan film walaupun sering terjadi improvisasi kameramen itu sendiri.

Pembuatan film pendek berjudul “Ceris” dibuat berdasarkan story board. Akan tetapi, tidak keseluruhan adegan berdasarkan story board, hanya mewakili saja dalam setiap scene yang dianggap penting, selebihnya improvisasi sutradara dalam proses pembuatan film. Scene yang memiliki story board yaitu, adegan dialog di dalam kontrakan Dadit, di taman, di pinggir jalan, di rumah sakit. Contoh story board

dalam film pendek “Ceris” dapat dilihat pada lampiran.

2.7 Kostum

Kostum dalam film pendek berjudul “Ceris” dirancang terlebih dahulu dengan

(75)

59

Kostum yang akan dikenakan para pemeran dalam film pendek berjudul

“Ceris” adalah berpakaian anak muda layaknya mahasiswa masa kini. Kostum Ceris adalah pakaian yang dibuat khusus untuk seekor anjing. Untuk warna, penulis memilih warna biru, karena sesuai dengan warna kulitnya. Kostum yang digunakan selalu diperhitungkan dengan kondisi lingkungan atau lokasi, serta menggunakan make up yang tidak terlalu mencolok atau senatural mungkin.

2.8 Hunting lokasi

Pertimbangan sutradara mengenai lokasi tidaklah mudah karena lokasi harus terjangkau, tersedia sumber energi, baik listrik maupun logistik, terlebih konsumsi, dan juga akomodasi yang memadai untuk setiap kru pelaksana produksi. Proses ini tidak hanya dilakukan sutradara, tetapi juga melibatkan kameramen, penata fotografi, tata artistik, dan koordinasi lokasi. Tujuannya untuk mendapatkan angle yang baik dan nyaman dalam proses syuting, sedangkan yang mengurusi persoalan perijinan merupakan tugas dari koordinator lokasi atau lapangan.

Proses hunting lokasi film pendek berjudul “Ceris” dilakukan sebulan sebelum syuting film. Sutradara bersama tim mempelajari kondisi lapangan dan mengambil gambar dengan foto. Hasil foto hunting lokasi dipelajari oleh kru dan pemain agar mereka memperoleh gambaran tentang fotografi lapangan yang akan digunakan untuk lokasi syuting.

Gambar

Gambar 11 dan 12. Dika Prasetyo sebagai Udin dan Reza Aditiya sebagi Bagun dalam film “Ce
Gambar 14. Sutradara memberi arahan kepada kameramen
gambar atau shot. Framing pengambilan gambar dengan jarak sedang atau dikenal
Gambar 24. Contoh extreme long shoot
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Proses pembuatan film dibagi menjadi (a) tahap praproduksi seperti penulisan skenario, pembentukan tim produksi, perekrutan pemain, pemilihan lokasi, pembuatan storyboard,

1.4 Tujuan Penciptaan Setelah mengetahui fokus penciptaan, maka tujuan dari Tugas Akhir ini adalah menghasilkan skenario yang mengacu pada ide dan konsep sutradara, serta

Diakses melalui (http://www.hukumonline.com) dijelaskan definisi Film menurut UU 8/1992 yang merupakan karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa

Setelah itu, penulis bersama sutradara, DoP, dan produser melakukan testcam untuk adegan dapur yang menjadi lokasi utama pada film untuk melihat bagian apa saja yang akan

1 berjudul Film Sebagai Proses Kreatif Dalam Bahasa Gambar (2007) yang ditulis oleh Teguh Imanto, Dosen FIKOM Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta. Jurnal

Definisi film menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi