• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Landasan Teori .1 Film Pendek .1 Film Pendek

1.5.3 Tim Inti .1 Produser

digunakan dalam skenario film pendek “Lampu-Lampu Ampera nantinya adalah sebagai berikut:

a. Judul Scene

Berisi nomor scene1.; keterangan luar atau dalam ruangan, EXT./INT.; keterangan tempat kejadian atau ruangan, RUMAH MARKUS; RUANG TAMU; waktu kejadian; PAGI/SIANG/SORE/MALAM.

b. Tokoh Dialog

Bagian ini menerangkan NAMA tokoh yang sedang berdialog [...]. c. Deskripsi Visual

Berisikan tentang keterangan suasana, peristiwa yang terkandung dalam scene tersebut.

d. Beat

[...] Beat adalah kata kerja aktif yang berisikan pikiran, perasaan, dan emosi tokoh. [...]. Contoh,(menyesali perbuatannya), (menangisi ibunya), (memarahi adiknya), dll.

e. Dialog

Di bagian ini terdapat kalimat dialog yang nantinya akan diucapkan oleh pemain. Dialog dibutuhkan untuk menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dilakukan hanya dengan gerak dan gambar, [...].

1.5.3 Tim Inti 1.5.3.1 Produser

13

Produser mengepalai depertemen produksi yang biasa jadi penggerak awal sebuah produksi film (Effendy, 2008: 59). Menurut Effendy dalam buku “Mari Membuat Film” (2008:59-61), Sebutan produser berbeda-berda sesuai tugas dan peranannya. Produser diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: Executive producer, associate producer, producer dan line producer. Executive producer disandang oleh satu atau sejumlah orang yang menjadi inisiator produksi sebuah film. Merekalah yang bertanggung jawab atas penggalangan dana produksi. Associate producer adalah satu atau sejumlah orang yang punya hak mengetahui jalannya produksi [...] tak punya hak untuk mencampuri keputusan yang diambil dalam sebuah produksi film. [...]. Predikat ini diberikan kepada institusi yang terlibat dalam pendanaan film. Producer disandang oleh orang yang memproduksi sebuah film, bukan membiayai sebuah atau menanam investasi dalam sebuah produksi film. Tugas produser adalah memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun maanagemen produksi,[...]. Line producer [...] tugasnya membantu memberi masukkan dan alternatif atas masalah-masalah yang dihadapi oleh seluruh departemen dalam batasan anggaran yang sudah disepakati, line producer tidak ikut campur dalam urusan kreatif. Dengan begitu line producer tidak terlibat dalam proses casting (penentuan pemeran) dan pengambangan skenario.

1.5.3.2 Sutradara

Pekerjaan sutradara dimulai dari membedah skenario ke dalam konsep kreatif tentang arahan gaya pengambilan gambar. Selanjutnya mengurai setiap adegan dan

14

membuat uraian arah pengambilan gambar dari tiap adegan [...], kemudian diterjemahkan ke dalam storyboard [...] yang akan direkam menjadi sebuah film. [...] Sutradara kemudian memberi pengarahan tentang film yang akan digarap. Untuk itu, sutradara harus berkomunikasi secara intensif dengan tim inti lainnya seperti penata fotografi, penata artistik bahkan editor (Effendy, 2008: 62).

Tugas sutradara adalah menciptakan sebuah hasil karya menarik dari ide-ide yang dicetuskan atau yang ada dalam naskah. [...]. Sutradara juga disebut pencipta karena menciptakan sebuah ide yang masih dibuat dalam bentuk tulisan menjadi gambar atau visual. Selain itu seorang sutradara juga harus memiliki kemampuan memimpin karena ia akan mengarahkan banyak orang yang ahli di bidangnya, seperti juru kamera, juru lampu dan pemain sehingga mereka bekerja berdasarkan apa yang diinginkan sutradara (Dennis, 2008: 03).

Tuntutan seorang sutradara adalah harus kreatif. Maksudnya adalah dapat menciptakan sesuatu yang menarik dan beda.[...]. Sebagai seorang pemimpin, sutradara pun dituntut untuk mengetahui dan memahami bidang lain yang digeluti para pekerja dalam tim kerjanya. Karena menyutradarai pemain, maka sutradara dituntut mengerti seluk-beluk seni peran. Ia harus tahu bagaimana akting yang alami atau kaku. Begitu juga dengan hal yang berkaitan dengan kamera, sutradara setidaknya mengerti tentang berbagai jenis kamera, manfaat pemakaian setiap jenis kamera dan sebagainya. (Dennis, 2008: 04).

Widagdo dan Gora, dalam buku “Bikin Sendiri Film Kamu” (2004: 41), menjelaskan bahwa sutradara harus mewaspadai kendala dan hambatan yang

15

mungkin terjadi. Dia harus mempunyai alternatif rencana sebagai strategi jika rencana A tidak berjalan, maka sudah ada rencana B, C, dan seterusnya dengan maksud agar produksi tidak terhenti hanya karena beberapa kendala kecil saja. Sutradara harus yakin dengan kemampuannya untuk dapat mengatasi keadaan di lapangan.

1.5.3.3 Penata Fotografi dan Operator Kamera

Penata fotografi merancang tata cahaya dan tata kamera yang sesuai. Kemudian, menyusun daftar seputar lampu yang akan dipakai; kamera yang digunakan, jenis film, lensa, dan filter lensa; serta peralatan khusus lainnya (Dennis, 2008:10). [...] Operator kamera adalah orang yang mengoperasikan kamera, [...] Operator kamera bertanggung jawab mengoperasikan kamera tanpa menentukan lensa atau filter kamera apa yang cocok atau jenis dan filter lampu apa yang dipakai. Pendeknya, penata fotografi merancang apa yang harus dilakukan oleh para operator kamera atau kameraman (Effendy, 2008: 67).

Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau sering juga diistilahkan satu kali take (pengambilan gambar). Sementara shot setelah film telah terjadi, memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar.[...]. Shot merupakan unsur terkecil dari film.[...]. Sekumpulan beberapa shot biasanya dapat menjadi sebuah adegan (Pratista, 2008: 29).

Adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi cerita,

16

tema, karakter atau motif. Satu adegan umumnya terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan (Pratista, 2008: 29-30).

Dalam suatu pengambilan gambar seorang operator kamera dibantu penata fotografi harus mengetahui jarak, sudut, kemiringan serta ketinggian kamera terhadap objek, serta pergerakan kamera untuk mendapatkan gambar yang diinginkan. Dalam buku “Memahami Film” (2008: 104-110), Pratista menjabarkan mengenai hal tersebut :

1.5.3.3.1 Jarak

Jarak yang dimaksud adalah dimensi jarak kamera terhadap objek dalam kamera. Teknis jarak diukur menggunakan skala manusia. Dimensi jarak kamera terhadap objek dikelompokkan menjadi tujuh;

a. Extreme Long Shot

Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.[...].

b. Long Shot

Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan.[...].

c. Medium Long Shot

Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.

17

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

e. Medium Close-up

Pada jarak ini diperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Tubuh manusia mulai mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan.[...].

f. Close-up

Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki atau sebuah objek kecil lainnya. [...] memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas. Close-up biasa digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga memperlihatkan sangat mendetail sebuah benda atau objek.

g. Extreme Close-up

Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian dari wajah seperti mata, telinga, hidung atau bagian dari sebuah objek.

Namun jarak-jarak tersebut bukanlah hal yang bersifat baku.[...] Jarak apa saja dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan, tuntutan serta selera.

1.5.3.3.2 Sudut

Sudut kamera adalah sudut pandang kamera terhadap objek yang berada dalam sebuah frame. Secara umum sudut kamera dapat dibagi menjadi tiga, yakni; high angle (kamera melihat obyek dalam frame yang berada di bawahnya) , straight-on angle (kamera melihat objek dalam frame secara lurus) , serta low-angle (kamera melihat obyek dalam frame yang berada di atasnya).

18 1.5.3.3.3 Pergerakan kamera

Dalam produksi film, kamera sangat dimungkinkan untuk bergerak bebas. [...]. Pergerakan kamera berfungsi umumnya untuk mengikuti pergerakan seorang karakter serta obyek. Pergerakan kamera seringkali juga digunakan untuk menggambarkan situasi dan suasana sebuah lokasi atau suatu panorama. Pergerakan kamera secara teknis sebenarnya tidak terhitung namun secara umum dikelompokkan menjadi empat, yakni,

a. Pan

merupakan singkatan dari panorama. Istilah panorama digunakan karena umumnya menggambarkan pemandangan[...]. Pan adalah pergerakan kamera secara horisontal (kanan ke kiri) dengan posisi kamera statis.

b. Tilt

Tilt merupakan pergerakan kamera secara vertikal (atas-bawah atau bawah-atas) dengan posisi kamera statis.

c. Track

Tracking shot atau dolly shot merupakan pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara horisontal. [...]. Pergerakan dapat bervaiasi yakni, maju, mundur, atau menyamping.

d. Crane shot

Crane shot adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara vertikal, horisontal atau kemana saja selama masih di atas permukaan tanah(melayang).

19 1.5.3.4 Penata Artistik

Bertugas menerjemahkan apa yang jadi keinginan kreatif sutradara dan merancangnya. [...]. Penata artistik juga menata ruang dan tata letak, perabot,[...], tata rias, busana, property, luar bidang gambar, dan tata letak pemeran.[...] Untuk itu diperlukan pengetahuan luas dalam soal kreatif dan teknis agar mampu menuangkan keinginan sutradara menjadi rancangan yang diterima dan dimengerti oleh semua pihak (Effendy, 2008: 65-66).

Aspek utama tim penata artistik, yaitu: 1.5.3.4.1 Setting

Setting adalah seluruh latar bersama propertinya. Properti dalam hal ini adalah semua benda tidak bergerak seperti perabot, pintu, jendela, kursi, lampu,pohon dan sebagainya. Setting digunakan dalam sebuah film umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya. Setting yang sempurna pada prinsipnya adalah setting yang otentik. Setting harus mampu menyakinkan penontonnya jika film tersebut tampak sungguh-sungguh terjadi pada lokasi dan waktu sesuai konteks cerita filmnya [...] (Pratista, 2008: 62).

Dalam buku “Memahami Film” (2008: 63-65), Pratista menjabarkan mengenai Jenis-jenis Setting, yaitu; set studio, Shot on location dan set virtual. Set studio adalah membangun sebuah studio besar dam melakukan penyetingan pada studio tersebut sesuai dengan tempat yang dibutuhkan dalam film. Shot on location

20

biasanya menggunakan lokasi aktual yang sesungguhnya. Dan Set virtual adalah teknik manipulasi setting yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer.

[...]. Fungsi utama setting adalah memberikan petunjuk kepada penonton tentang waktu dan ruang agar memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya. Selain berfungsi sebagai latar ceritaitu, Setting juga dapat menjadi petunjuk status sosial karakter seorang tokoh dalam film juga menjadi pembangun mood sesuai dengan tuntutan cerita (Pratista, 2008: 66).

1.5.3.4.2 Kostum dan tata rias

Kostum adalah segala sesuatu hal yang dikenakan pemain bersama seluruh aksesorisnya. Aksesoris kostum termasuk di antaranya topi, perhiasan, jam tangan, kacamata, sepatu, tongkat, dan sebagainya. Dalam sebuah film, busana tidak hanya sekedar sebagai penutup tubuh semata, namun juga memiliki beberapa fungsi sesuai dengan konteks naratifnya (Pratista, 2008: 71).

Tata rias wajah memiliki fungsi untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah nonmanusia. Tata rias wajah biasanya digunakan karena wajah pemain tidak seperti yang diharapkan dalam cerita film. [...] (Pratista, 2008: 74).

1.5.3.5 Pencatat Adegan dan Petugas Clapper

Pencatat adegan bertugas mencatat tiap pergantian shot, pengulangan take, pemeran, scene, tanggal dan waktu take dan kameraman. Sedangkan Petugas clapper bertugas membawa clapper board yang berisi scene, take, date, director, dan

21

sebagainya untuk kemudian diketukkan pasa saat shooting dialog ketika kamera gambar dan alat rekam suara berputar dalam kecepatan yang sinkron (Effendy, 2008: 132).

Dokumen terkait