• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAP PASCA PRODUKSI

4.3 Tata Musik

Musik dalam film pendek “Lampu-Lampu Ampera, sangat penting peranannya dalam memberikan kekuatan adegan atau penguatan terhadap karakter tokoh terhadap peristiwa yang terjadi dalam cerita. Atmosfir dramatis dapat terbentuk, lalu memberi kesan psikologis terhadap penontonnya. Musik dalam film pendek ini penggunakan instrumen yang slow atau lembut lebih dominan. Sebagian lagi menggunakan musik dengan tempo cepat pada adegan konflik atau klimaks. Di sisi lain, musik dapat digunakan sebagai latar belakang, petunjuk waktu dan tempat, juga untuk mengiringi credit title.

145

Sutradara beserta kru pada saat pra produksi film pendek ini, terlebih dahulu mengolah konsep musik yang akan digunakan, tidak perlu detail yang terpenting adalah pemilihan lagu tersebut memiliki tempo musik yang sesuai dengan adegan. Dalam pembuatan fim pendek ini tidak diperlukan suatu kru khusus untuk menata musik, melainkan sutradara bekerja sama dengan kru lain yang mempunyai kemampuan di bidang musik, untuk mencari konsep musik sesuai dengan adegan-adegan dalam film pendek “Lampu-Lampu Ampera” ini. Konsep musik tersebut, kemudian dituliskan pada script breakdown dalam kolom sound atau musik.

Pada saat editing, tugas editorlah yang mencarikan lagu apa yang cocok untuk adegan-adegan dalam film pendek ini. Namun, tetap sesuai dengan konsep yang telah dibuat sebelumnya. Tidak semua adegan menggunakan latar belakang musik, hanya adegan-adegan tertentu saja. Dalam proses ini editor tidak menemui kesulitan berarti. Editor melakukan pemotongan musik dan mengatur besar atau kecilnya suara musik dalam adegan dengan baik. Program yang digunakan untuk melakukan penataan musik adalah program adobe audition2.0. Musik berbentuk grafik suara dalam track atau musik track. Editor beroperasi menggunakan line system untuk mengolah volume suara dalam adegan. Kemudian, setelah hasil editing sempurna, editor melakukan rendering.

Lagu-lagu yang digunakan untuk backsound musik dalam film pendek ini dipilih dari kumpulan lagu-lagu instrumen Aphex Twin, dan sebuah musik dangdut. Pada sebuah adegan, terdapat suara seorang perempuan di radio. Suara itu didapatkan dari rekaman melalui handphone. Oleh editor, suara tersebut dipoles agar suara

146

menyerupai seorang penyiar radio yang sedang siaran. Lagu untuk ending menggunakan instrumen dari sebuah lagu daerah yang berasal dari Palembang, yaitu “Gending Sriwijaya. Terdapat 12 lagu yang dipakai dalam film pendek ini, yaitu:

1. Instrumen “Petiatil Cx Htdui” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham menuju rumah.

2. Musik dangdut, digunakan untuk adegan Ilham menuju rumah.

3. Instrumen “Meltphace 6” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham masuk ke kantor PLN.

4. Instrumen “Penty Harmonium” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham diusir dari kantor PLN dan duduk di pinggir Sungai Musi.

5. Instrumen “Dhyonchord” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham dan Agus mengamen.

6. Instrumen “Cork-Verlo” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham dan Agus mencuri lampu bolham.

7. Instrumen “Nanou 2” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham dan Emak makan malam.

8. Instrumen “Penty Harmonium” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham dan Agus di atas Ampera.

9. Instrumen “Weythek” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Pak Santo pulang ke rumah dan bertemu istrinya.

147

10.Instrumen “A Scullyar of A Dhagrow” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham dan Agus di depan kantor DPRD Sumsel hingga mereka pergi.

11.Instrumen “Petiatil cx Htdui” yang dibawakan oleh Aphex, digunakan untuk adegan Ilham merenung di pinggir Musi.

12.Instrumen yang berasal dari lagu daerah “Gending Sriwijaya” oleh NN, digunakan untuk credit title.

Setelah semua proses tersebut dilakukan hingga menjadi satu kesatuan film pendek “Lampu-Lampu Ampera”, tahap berikutnya adalah membuatkan cover untuk film dan mengcopy film pendek tersebut untuk nantinya dibagikan kepada para dosen, kru, pemain dan orang-orang yang telah membantu proses pembuatan film pendek “Lampu-Lampu Ampera” tersebut.

148 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Untuk dapat menghasilkan film pendek “Lampu-Lampu Ampera”. Penulis melewati banyak tahapan yaitu (1) tahap praproduksi atau perencanaan kegiatan seperti penciptaan skenario, Script Breakdown dan Storyboard, pembentukaan tim inti, perekrutan pemain, Breakdown Budget, pencarian lokasi shooting, tata ruang, juga tata rias dan properti, (2) tahap produksi seperti skenario akhir, lokasi shooting, peralatan shooting, peran dan tugas tim inti, dan pemainnya, (3) tahap pascaproduksi seperti proses editing gambar, editing suara dan tata musik. Sehingga penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, film pendek memiliki peran berarti dalam mengembangkan dan mempertahankan suatu budaya film pribumi. Film pendek tak mengenal peraturan produksi yang rumit, atau keglamouran. Film pendek memiliki kaitan erat dengan sastra karena film pendek mencerminkan kejujuran pembuatnya dalam mengekspresikan pemikiran serta kehidupan manusia yang tertuang dalam sebuah skenario yang dilakonkan oleh para pemainnya. Film pendek merupakan ungkapan seni rupa yang memiliki pesan yang disajikan berupa gambar dan suara, dan akan disampaikan kepada penonton.

Kedua, skenario yang matang didasarkan pada penulis skenario atau sutradara. Perekrutan tim inti yang berkualitas dan mau bekerja sama, pembuatan Script

149

Breakdown atau data kebutuhan dalam scene, pematangan setting berupa storyboard, perincian dana yang transparan, pemilihan para pemain yang sesuai dengan kriteria, penetapan lokasi, pencarian properti, dan gambaran pencahayaan merupakan hal yang penting agar dapat menghasilkan sebuah film yang berkualitas.

Ketiga, dalam melakukan pengambilan gambar, seorang sutradara memposisikan dirinya bukan sebagai mandor tetapi sebagai rekan kerja. Seorang sutradara harus mampu menghandle apa saja, baik itu pengoperasian kamera, penataan ruang, penataan cahaya, dan sebagainya. Sutradara harus bisa berfikir positif dan jernih ketika menemui permasalahan di lokasi shooting. Selain itu, seorang sutradara harus mau menerima saran maupun kritikan dari kru lain yang bersifat membangun, dengan begitu kru dan pemain akan menghormati sutradara.

Keempat, dalam pengambilan gambar kerjasama tim sangat penting ketika seorang kru tidak dapat melakukan tugasnya karena suatu hal, kru yang lain dan sutradara menggantikan tugas kru tersebut, jadi tidak berpatok pada job masing-masing yang sudah ditentukan. Antara kru, pemain, maupun sutradara harus saling membantu, mengingat waktu shooting yang singkat dan sunber daya manusia yang terbatas. Ungkapan penyemangat dan perhatian kepada kru atau pemain yang sedang down, sangat penting untuk memberi rasa nyaman dan menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.

Kelima, pengeditan sangat penting agar film yang memiliki banyak kekurangan itu dapat ditutupi dengan proses pengeditan. Agar menjadi sebuah film yang baik, editor tidak hanya sekedar melakukan pengabungan gambar dan

150

menyocokkannya dengan scene. Dibutuh kesabaran, ketelitian, keahlian untuk memilah mana gambar yang berkualitas dan tidak. Dibutuhkan intuisi agar cacat pada film dapat ditutupi oleh editor, misalnya, dengan cara memberi effect atau pemotongan adegan. Editor juga memiliki kepekaan terhadap musik apa yang cocok untuk adegan-adegan yang ada pada film pendek. Dengan begitu, kekurangan pada film tidak begitu nampak saat film ditonton.

5.2 Saran

Film pendek “Lampu-Lampu Ampera ini masih banyak kekurangannya. Namun, yang ada sebuah proses pembelajaran yang akan memberi banyak pengalaman berharga bagi penulis untuk dapat menciptakan karya yang lebih baik, kedepannya. Oleh kerena itu, penulis memberikan sedikit saran berdasarkan pengalaman penulis dalam proses pembuatan film pendek “Lampu-Lampu Ampera.”

1. Perencanaan kegiatan pengambilan gambar haruslah matang dan terperinci, agar mempermudah proses selanjtnya. Pentingnya dibuat rancana cadangan, untuk mempersiapkan ketika keadaan dilapangan tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

2. Sutradara harus memiliki persiapan khusus untuk menghadapi kru yang down, pemain yang kesulitan berdialog atau berackting saat pengambilan gambar, ataupun masalah yang terjadi saat pengambilan gambar. Karena, hal-hal seperti itu kemungkinan besar akan dialami dalam proses pembuatan film.

151

3. Dalam penganggaran dana, juga dianggarkan dana untuk keperluan yang tidak terduga, agar kru tidak mengalami kesilitan mencari dana untuk keperluan yang tidak terduga.

4. Sutradara tidak memposisikan diri sebagai pimpinan yang ditakuti, melainkan sutradara memposisikan diri rekan kerja, agar hubungan kerja dengan kru maupun pemain menjadi lebih baik, kondusif dan menyenangkan. Dengan begitu sutradara akan mengurangi konflik yang seringkali terjadi antara sutradara dengan kru atau pemain. Saling memberi semangat kepada sesama kru dan pemain dapat memulihkan mood.

152

Dokumen terkait