TAHAP PRODUKSI
3.1 Perubahan Skenario dan Skenario Akhir
Skenario film pendek “Lampu-Lampu Ampera” dibuat oleh Angela Frenzia Betyarini sekaligus sutradara dan produser film ini. Pembuatan skenario awal terdiri 10 scene dengan tambahan 1 adegan pembukaan berupa gambar gerak dan 2 adegan penutup. Setelah melakukan pengambilan gambar dan masuk ke proses pengeditan, terdapat beberapa perubahan adegan menjadi gambar gerak untuk pembukaan, 12 scene, dan gambar gerak untuk penutup adegan. Improvisasi pada saat pengambilan gambar dalam bentuk dialog maupun gerak tubuh cukup banyak dilakukan, namun tidak sampai mengubah jalan cerita. Improvisasai tersebut terjadi karena arahan sutradara pada saat latihan utntuk tidak segan-segan melakukan improvisasi gerak tubuh dan dialog senyaman mungkin, namun sutradara meminta agar para pemain tidak sampai menghilangkan pesan cerita.
65
Berikut ini merupakan perubaan-perubahan yang terjadi pada Skenario film pendek “Lampu-Lampu Ampera”:
OPENING TASE: EXT. AMPERA
Palembang menyinarkan cahayanya. Lampu-lampu berhamburan di sekeliing Jembatan Ampera. Ditambah dengan kerlap-kerlip lampu di pusat kota. Perlahan
terlihat dua orang lelaki muda tidur pulas. Anak yang satu memegangi gitarnya, dan yang satu lagi meringkuk kedinginan.
Pada adegan pembukaan ini, tidak ada penambahan ataupun pengurangan. Semua sesuai dengan skenario awal.
1. EXT. Benteng Kuto Besak – MORNING
ACT- ILHAM, ANAK SEKOLAH
Seorang lelaki tidur di depan Benteng yang merupakan tempat wisata tersebut. Seorang anak sekolah yang hendak melewati tempat itu jatuh tersandung
ANAK SEKOLAH Heh, Heh, Bangun!
ANAK SEKOLAH Aduh!
ILHAM
Huah, , Haduh, ANAK SEKOLAH
Ganggu orang lewat! Sana pergi!
Adegan pada scene ini tidak ditampilkan dalam film dikarenakan ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan keinginan sutradara dan dianggap tidak begitu penting.
66
2. INT. RUMAH ILHAM – AFTERNOON
ACT- EMAK, ILHAM
Dari kejauhan Ilham berjalan menuju rumahnya yang kumuh dan reot. Ilham masuk dan bertemu dengan emaknya. Emak tengah mengambil baju-baju dari jemuran dam membawanya masuk, lalu melipatinya.. Ilham masuk. Emak melihat raut wajah Ilham.
EMAK
Dari mana saja, sama siapa kau? Semalaman dak pulang…
(Emak berhenti melipat baju dan mendekati Ilham. Ilham hanya memandangi emak sambil menggaruk-garuk rambutnya karena gatal.)
ILHAM
Semalem tu aku pergi sama Agus, Cari makan, trus kito
tidur di Benteng, males balek. Tidur di rumah samo di jalan samo bae.
EMAK
Ya udah. Mandi dulu sana! Ganti baju, baju udah berapa minggu kamu dak ganti baju.
ILHAM
(Mencuim baju dan keleknya.)
Emang Ilham masih punya baju lain?
Jeda
EMAK
Itu emak nemu kemarin. Lumayan buat ganti. ILHAM
67
(Melihat baju yang diberi emak.
Ilham membuka radio kesayangannya, lalu didengarnya berita demo di DPRD Palembang.)
ILHAM
Mak, emak sudah lihat kan di jalan-jalan tu lampu di mana-mana. Di jembatan Ampera tu terang betul. Air mancurnya juga ada lampu. Di perempatan tuh juga. Jadi kepikiran aku mak.
EMAK
Mikir apa Ilham…Ilham, ngaya! SD aja ndak lulus. ILHAM
Emangnya anak dak lulus SD dak boleh mikir! Dari kemarin aku lihat kota kita ini terang nian. Lampu ada di mana-mana. Tapi tempat kita ini dak ada lampunya?
EMAK
Ya, beda lah Ilham. Lampu yang di jalan-jalan itu kan ada yang bayari. Sampe pajak motornya, pajak mobilnya, itu kan dibayari semua.
ILHAM
Mak, bukannya motor sama mobil itu ada lampunya sendiri?
EMAK
Kurang terang kali lampunya. ILHAM
Kurang terang gimana mak? Dak ngerti aku. Ngomong sama emak ni dak nyambung!
EMAK
Ya, mau gimana lagi, emang begitu dari sanonya kali? ILHAM
Sanonya mana? Pemerintah?
Lihatlah mak rumah kito ini. Gelep, dak ada lampunya, eh, kok malah sanonya itu pasang lampu di jalanan
68
meriahnyo minta ampun. Mubazir kan, mending kasih kito dikit lampunyo…
(Emak hanya diam. Dia sudah tak tahu lagi harus menjawab apa. Ilham lalu pergi)
EMAK
Heh, kemana lagi Ilham?
Oalah Ham…Ham…Wong susah kok nganeh-aneh.
Ilham pergi meninggalkan rumahnya kemudian ia berjalan menuju sebuah pangkas rambut. Di situ ia menunggu giliran sembari membaca koran yang beberapa beritanya berisikan kebobrokan pemerintah kota.
Perubahan dialog terjadi cukup banyak pada scene di atas. Hal ini karena para pemain melakukan improvisasi. Dikarenakan scene 1 tidak dipakai, adegan pada scene di atas menjadi scene 1. Penambahan adegan pun terjadi pada awal scene ini. Adegan Ilham pulang ke perumahan kumuh, dan sebelum memasuki rumah Ilham membasuh muka, membasahi rambut, kaki dan tangannya di tempat penampungan air yang tak jauh dari rumah Ilham. Perubahan lain adalah adegan Ilham di sebuah tempat pangkas rambut dijadikan scene berikutnya yaitu scene 2.
3. EXT. SIMPANG JALAN– AFTERNOON
ACT- ILHAM
Ilham duduk di perempatan dan memandangi tulisan iklan. Ilham tertegun ILHAM
69
Ilham menggut-manggut setelah menemukan jawaban dari pertanyaannya. Kemudian beranjak dari persimpangan tersebut,
Tidak banyak terjadi perubahan dialog pada scene 3.
4. EXT. DEPAN KANTOR PLN – AFTERNOON
ACT- ILHAM, ORANG 1
Ilham memandangi kantor PLN dengan terkesima. Dilihatnya patung maskot PLN dengan takjub.
ILHAM
Ai, besar nian kantor ini. Kalah Balai Desa sama Lapangan Sepak bola di kampung aku. (Ilham mengendap-endap hendak masuk ke sana.
Seseorang perempuan yang baru keluar dari kantor memperhatikan gerak-gerik Ilham. Perempuan itu mendekatinya.)
ORANG 1
Dek, kenapa sembuyi-sembuyi begitu? ILHAM
Bu, mau beli listrik di sini bukan? ORANG 1
Waduh, beli listrik? Ini bukan toko, ini kantor, jadi enggak menjual listrik.
ILHAM
Ai, bohong ibu ni. Tadi aku lihat ada tulisan “BAYARLAH LISTRIK TEPAT PADA WAKTUNYA”
ORANG 1
O, mau pasang listrik? Adek masuk aja ke sana. Tanya bagian pemasangan listrik! Nah, nanti dipasang deh listrik di rumah adek.
70 ILHAM
O, iya …iya, gampang kayaknya. Makasih ya bu
Pada scene 4 terdapat penambahan adegan saat pengambilan gambar berlangsung, yaitu Ilham masuk ke halaman depan kantor lalu bersembunyi di balik sebuah mobil. Seorang perempuan melihat Ilham bersembunyi di balik mobilnya, lalu menepuk bahu Ilham dari belakang. Tambahan lain adalah Ilham memasuki kantor menaiki tangga tanpa rasa takut lagi terhadap orang yang berpakaian satpam.
5. INT. RUANG AKUNTANSI LISTRIK – AFTERNOON
ACT- ILHAM, PAK SANTO
Ilham berhasil masuk ke dalam kantor. Namun, ia tidak menemukan bagian pemasangan listrik. Raut muka Ilham menunjukan kebingungan. Ada banyak ruangan di kantor itu. Ia nampak bingung masuk ke ruangan yang mana. Dengan ragu-ragu ia membuka pintu sebuah ruangan Dilihatnya seorang bapak sedang menelepon. Ilham berdiri menunggu bapak itu selesai menelepon. Bapak tersebut kaget melihat seorang anak dengan dandanan yang kumal masuk ke ruangannya. Diperhatikannya Ilham. Dilihatnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
PAK SANTO
Kamu kok bisa masuk ke ruangan ini? Kamu mau apa? Jangan-jangan kamu mau mencuri ya? Kamu jangan macam-macam ya! Mau saya laporkan ke kantor polisi?
ILHAM
Jangan…Jangan pak. Aku cuma mau minta tolong pak PAK SANTO
71
Adek mau minta sumbangan? Aduh dek, di sini itu dak menerima permintaan sumbangan. Ini bukan yayasan sosial. Ini kantor perusahaan listrik negara. Sana, pergi!
ILHAM
Nah, itu dia pak maksud saya. Aku mau minta listrik pak untuk di rumah saya.
Ilham agak berbisik
Bapak ini ni, mentang-mentang aku gembel dikira mau minta sumbangan aku. Gembel-gembel begini masih lebih terhormat daripada koruspor, eh, ko…rupsor. Ai bukan koruptor!
PAK SANTO
Heh, kamu mau pasang listrik di rumahmu? Kenapa tidak ayah atau ibumu saja yang kemari?
ILHAM
Aku Cuma tinggal dengan emakku. Emak sudah tua. Pak, rumah kami itu gelap terus, makanya aku mau minta listrik.
PAK SANTO
Di mana rumah kamu memangnya? ILHAM
Plaju, Pinggir Musi pak bawah Ampera. PAK SANTO
Itu kan pemukiman kumuh. Jeda
Bapak sepertinya tidak bisa bantu dek. Emm, begini saja, bapak beri uang, agar kamu membeli penerangan lain selain lampu. Bagaimana?
ILHAM Selain lampu?
72 PAK SANTO
Iya, , , lilin atau lampu sentir ILHAM
Saya maunya listrik dan lampu. Lilin itu kurang terang pak!
PAK SANTO
Untuk punya listrik dan lampu, kamu harus membayar biaya administrasinya.
ILHAM
Ha, astrerasi? Membayar uang maksudnya? Aku punya. Ini 20ribu.
PAK SANTO
Hhahaha…dek, biayanya itu maksimal 1 juta. Punya 1juta. Orang-orang itu saja ngutang untuk bisa pasang listrik di jalan-jalan itu. Memangnya punya uang segitu?
ILHAM
Hah, 1 juta ya pak? Dak punya kalau sebanyak itu. Jeda
Pak, kalau begitu, saya minta tolong bapak untuk bantu mindahin lampu-lampu yang di ampera itu ke rumah saya saja pak?
PAK SANTO
Sinting kamu…Jangan macam-macam ya!
(Mengangkat gagang telepon dan memencet angka.) Securiti, keruangan saya segera!
ILHAM
Pak, tunggu dulu pak. Daripada di jalan, lampunya mubazir pak.
73
Duh, pusing saya. Sudah, sudah, lebih baik kamu pergi dari ruangan saya. Kepala saya sudah pusing. Sana, pergi sana!
ILHAM Pak,…
(Terdengar suara langkah kaki satpam. Lalu satpam itu membuka pintu. Pak Santo mengisyaratkan dengan gerakan kepala untuk membawa Ilham keluar dari ruangannya. Satpam memegang lengan Ilham dan membawanya keluar dari ruangan tersebut. Ilham pun berteriak)
Pak, , ,saya cuma minta satu lampu saja pak……satu lampu saja paaaaakkkk!
Pada scene 5 terdapat sedikit perubahan dialog oleh tokoh Pak Santo untuk mempermudah pemain berdialog, namun tidak sampai mengubah jalan cerita.
6. EXT. BENTENG KUTO BESAK– LATE AFTERNOON
ACT- ILHAM, AGUS
Tampak Ilham sedang duduk di bangku benteng. Tampak suasana di sana sangat indah. Cukup pantas jika dijadikan Kota Visit Indonesia. Wajahnya terlihat letih. Tak lama, Agus yang baru pulang ngamen, menghampiri Ilham.
AGUS
Ilham, woey, Bro! Dari mana kau? Ku cari ke rumah, dak ada. Ngamen sendiri aku, jadinya.
ILHAM
Ai, , pening..pening kepala aku ni. Jeda
Tadi tuh aku abis minta listrik buat rumah aku biar dak gelep terus.
74 AGUS
Oey, minta juga aku kalo gitu. Di mana mintanya? ILHAM
Di PLN. Gus, ,Gus, ,Kau nak minta? Boro-boro! Aku bae dak dikasih, malah di usir aku.
AGUS
Na, kok diusir Ham? ILHAM
Ternyato listrik tu bayar. 1 juta. Nak pake apa aku bayar? Pake gitar kau? Ai, sudahlah. Ngamen bae kito. AGUS
Listriknyo? ILHAM
Tenang, aku punya akal. Nanti tapi aku kasih tau. Ngamen dulu kito.
AGUS
Ham, aku dari tadi udah ngamen. ILHAM
Yo, ngamen lagi. Ye dak CS.
Terdapat penambahan scene sesudah scene 6 ini. Scene 7 adalah scene dengan adegan Ilham dan Agus mengamen di perempatan lampu merah.
7. EXT. PEREMPATAN JALAN – NIGHT
ACT- ILHAM, AGUS
Ilham dan Agus mengamen di perempatan lampu merah. Keduanya tampak begitu semangat. Tak lama mereka duduk di pinggir jalan. Agus kemudian mendekati dinding pertokoan dan buang air kecil. Tampak air kencingnya
75
amat deras mengucur. Sedang Ilham menghitung uang hasil mengamen. Tak lama perhatian Ilham beralih pada lampu merah di perempatan tersebut.
AGUS
Ham, apa rencana kau tadi? ILHAM
Gus, , ,sini Gus! Liat lampu merah itu na! Kadang mati, kadang hidup, dak kayak lampu lain, idup terus. Nah, berarti lampu itu dak pake listrik. Iya dak Gus? AGUS
Iya. Pinter kau Ham ILHAM
Nah, kito ambil bae lampu itu. AGUS
Yuk…
(Kemudian mereka berdua menuju ke arah lampu lalu lintas yang dimaksud mereka. Kemudian tampak dari bawah Agus keberatan menyangga Ilham yang sedang mempereteli lampu tersebut. Entah bagaimana cara Ilham. Namun ia berhasil membongkar lampu tersebut.)
ILHAM
Bisa Gus, gampang ternyata AGUS
Cepet Ham, pegel bahu aku!
(Tak lama terdengar teriakan seseorang. Kedua anak lelaki itu pun menoleh ke arah suara. Lalu mereka segera kabur)
ILHAM dan AGUS Kabur……Kabur…..
76
Scene di atas berubah menjadi scene 8. Di awal skenario Agus yang seharusnya melakukan adegan kencing, namun pada pengambilan gambar, pemeran digantikan oleh Ilham. Pada adegan pencurian bolham lampu lalu-lintas, adegan yang seharusnya adalah Agus menyangga Ilham untuk merusak bolham dan membawanya, namun pada adegan ini Ilham yang menyangga Agus. Hal tersebut karena postur tubuh pemeran tokoh Ilham lebih besar ketimbang pemeran tokoh Agus. Lokasi adegan kencing yang awalnya di tetapkan dipertokoan, pada pengambilan gambar, adegan tersebut dilakukan di bawah jembatan layang perempatan jalan. Mengikuti perubahan pada scene-scene sebelumnya, scene di atas menjadi scene 8.
8. EXT. AMPERA – AFTERNOON
ACT- ILHAM, AGUS
Di jembatan tersebut, tampak Ilham dan Agus sedang bediskusi. Ilham menimbang-nimbang lampu yang semalam dicurinya. Namun dari semalam bolham itu tak juga menyala.
AGUS
Tunggu aja Ham, Kurang lama kali njemurnya. Jadi tenaganya belum penuh. Makanya belum bisa nyala. Sabar, Orang sabar di sayang Alloh.
ILHAM
Serasa ustad bae kau ini. Ke mesjid be setaon sekali. Sudahlah, percuma! Lama nunggunya! Dari semalam dak hidup hidup ini lampu.
AGUS
Mungkin nanti malam hidup? Atau besok pagi, atau siangnya.
77
Ham, sudah lapar aku. Pulang dulu kita ya!
ILHAM
Ya sudah, aku juga ngantuk Gus
(Agus beranjak dari tempatnya disusul Ilham. Namun Ilham kembali menoleh lampu yang ditinggalkannya, lama Ilham mematung, dan akhirnya diambilnya kembali lampu itu.)
Tunggu Gus!
Scene di atas mengalami perubahan setelah masuk di bagian editing. Setelah dilakukan pengamatan ulang scene di atas diubah menjadi scene 10. Pada dialog terdapat sedikit perubahan untuk menyesuaikan keadaan pada saat pengambilan gambar.
9. INT. RUMAH PAK SANTO – LATE AFTERNOON
ACT- PAK SANTO, ISTRI
Setelah pulang dari tempat kerjanya pak Santo langsung menuju ruang makan. Terlihat istrinya menyiapkan makanan untuknya
PAK SANTO Ahhhhh….. ISTRI
Bagaimana hari ini pa?
Sembari menyiapkan makanan PAK SANTO
Memang susah menjadi pegawai kayak papa nie. ISTRI
78 PAK SANTO
Iya! Birokrasi pemerintahan selalu menekan kita untuk hemat daya. Sementara di lapangan banyak pemborosan listrik.
ISTRI Terus
PAK SANTO
Nah, warga yang kurang mampu selalu memprotes kenapa biaya listrik mahal. Mereka butuh subsidilah, PLN tidak tanggung jawablah, sementara kita dapet duit darimana? Orang-orang saja utang sama PLN. Alasannya ingin membuat Palembang jadi kota yang megah.
ISTRI
Tapi kasian juga mereka yang tidak mampu ya? PAK SANTO
Iya, seperti pengamen yang menemui papa, ma. ISTRI
Kenapa memangnya Pa? PAK SANTO
Dia itu sepertinya pengamen, nah anak itu ingin rumahnya dipasangi listrik. Namun dia tidak ada biaya. Nah, masak papa disuruh mindah lampu-lampu ampera ke rumahnya.
ISTRI Tertawa kecil PAK SANTO
Padahal bapak sudah tawarin dia uang, tapi anak itu tidak mau. Terpaksa bapak panggil satpam buat usir anak itu keluar.
ISTRI Bapak tega? PAK SANTO
79
Sebenarnya tidak, tapi mau bagaimana? Semua itu selalu ada prosedurnya dan prosedur itu pasti ada biaya! Huh, bikin darah tinggi aja…
(terlihat mereka masih bercakap, lampu di atasnya menerangi seluruh ruangan itu. Kelesuan malam seusai rutinitas kerja. Namun rumah itu masih menyala, menyudutkan malam.)
Pada skenario adegan yang terjadi seharusnya adalah Pak Santo dan Bu Santo mengobrol di ruang makan sembari bu Santo menyiapkan makanan. Namun saat mengecek lokasi dan mengkonfirmasikan untuk pengambilan gambar, pemilik rumah hanya mengijinkan untuk melakukan pengambilan gambar di wilayah ruang tamu dan ruang keluarga. Sehingga kru memutuskan untuk memilih ruang tamu untuk melakukan adegan di atas. Karena adanya perubahan tempat, di akhir adegan terdapat perubahan dialog untuk menyesuaikan keadaan yang terjadi. Terdapat pula adegan tambahan yaitu adegan Istri pak Santo bermain piano sembari menunggu suaminya pulang.
DISSOVLE TO :
Dari atas langit-langit gelap terlihat bolam lampu mati, menggantung. Di bawahnya Emak dan Ilham sedang makan ditemani sebuah cahaya kecil. Ilham seperti masih menununggu bolam lampu itu bersinar di atasnya. Namun, ia tidak lagi peduli. Perutnya yang keroncongan membuat ia lupa pada bolam yang menggantung.
80
10. EXT. DEPAN GEDUNG DPRD. SIANG
ACT- ILHAM, AGUS.
Ilham dan Agus terlihat berjalan di suatu tempat, Agus membawa gitarnya. Mereka terlihat membicarakan sesuatu.
Ilham :
Gus, semalem aku punya ide, setelah kupikir-pikir ada
satu tempat yang bisa kita mintai listrik!!!!!!! Agus :
O ya? Dimana man? Ilham :
Ahhh…sudah kau ikut aja!
Mereka berjalan menembus panas aspal trotoar, sementara jalanan acuh menyapu mereka.
Ilham : Nah ini dia!!!! Agus :
Lho kok disini Ham? Ilham :
Weeee, jangan salah! Kata orang-orang dan kata berita, kalau kita punya permintaan dan kita minta di sini pasti akan dikabulkan bro!
Agus :
Ah yang bener? Ilham :
Iya!!! Agus :
Terus mintanya sama siapa? Ilham :
81
(Ia terdiam, wajahnya mencari sesuatu di dalam pagar tinggi itu. Matanya terus mencari, ia pun menaiki pagar tersebut.)
Agus : Gimana ni?
(Beberapa jam kemudian mereka lelah menunggu… Sampai akhirnya Agus dan Ilham pergi.)
Scene di atas menjadi scene 12.
CLOSEING TASE:
Lampu yang sengaja dibuang atau tidak sengaja dibuang terlihat tergelentak di bawah tulisan DPRD
Setelah mengalami proses pengeditan, adegan di atas menjadi adegan dalam scene 13.
Iham menyerah, pikirannya melayang entah ke mana. Di tepi Sungai Musi ia merenung...atau mungkin melamun. Hanya ditemani sebatang rokok.
82
Berikut ini adalah skenario akhir film pendek “Lampu-Lampu Ampera”:
OPENING TASE: