• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS-ASAS HUKUM BENDA 1 pengertian

Dalam dokumen HUKUM PERDATA HUKUM (Halaman 46-53)

HUKUM BENDA

A. ASAS-ASAS HUKUM BENDA 1 pengertian

Asas-asas hukum benda berasal dari kata asas dan hukum benda. Asas berarti pokok, dasar, prinsip. Sedangkan hukum benda yaitu hubungan hukum antara sebyek hukum dengan objek hukum (benda). Jadi yang yang dimaksud dari asas hukum benda yaitu dasar-dasar atau pokok- pokok hubungan antara sebyek hukum dengan objek hukum (benda).

2. Asas-asas umum dari hukum kebendaan

Sebelum kita mulai membicarakan hak-hak kebendaan itu satu persatu secara lebih mendalam, lebih dahulu asas-asas umum dari hukum benda. Di dalam kita memperkenalkan atau

menafsirkan aturan-aturan dari hukum benda itu hendaklah selalu ingat asas-asas umum itu. Dalam hukum benda (buku II KUHPdt) diatur mengenai beberapa asas yang berlaku bagi hak- hak kebendaan. Asas-asas tersebut adalah seperti diuraikan berikut ini:

1) Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)

Hak-hak kebendaan tersebut tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan oleh Undang-undang. Dengan kata lain, bahwa kehendak para pihak itu tidak dapat memengaruhi isi hak kebendaan. Hukum benda adalah merupakan dwigendrecht (hukum memaksa), artinya bahwa berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh para pihak. Akan tetapi terhadap asas tersebut terdapat pengecualiannya, antara lain pada:

• Pasal 674 KUH perdata /BW mengenai pengabdian pekarangan; di sini para pihak diberi kebebasan untuk menentukan sendiri jenisnya, misalnya: hak jalan, hak pemandangan, dan lain- lain.

• Pasal 1165 KUH perdata /BW berkaitan dengan hipotek khususnya mengenai ligkup / luas hipotek. Dalam hal ini para pihak dapat mempengaruhi sedikit isi dari hak kebendaan tersebut. 2) Asas dapat di pindah tangankan

Menurut perdata barat, tidak semua hak kebendaan dapat dipindahkan, kecuali hak pakai dan hak mendiami. Tetapi setelah berlakunya UUHT , semua benda dapat dipindah tangankan. Berlainan dengan pada tagihan, di sini para pihak dapat menentukan bahwa, tidak dapat dipindah

tangankan. Namun berhak juga menyanggupi akan tidak memperlainkan (vervreemden)

barangnya, Tetapi berlakunya dibatasi oleh `etische causaliteitsregel [pasal 1337 KUH perdata]: tidak berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan. Hak milik kebendaan dapat dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya, dengan segala akibta hukumnya. 3) Asas individualiteit

Objek hak kebendaan selalu benda tertentu atau dapat ditentukan secara individual , yang merupakan kesatuan. Artinya orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang yang berwujud yang merupakan kesatuan , misalnya: rumah, meubel, dan hewan. Tidak dapat atas barang yang ditentukan menurut jenis dan jumlah, misalnya 10 buah kendaraan bermotor, 100 ekor burung. 4) Asas totaliteit

hak kebendaan selalu terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan (psl 500, 588, 606 KUHPdt). Siapa yang mempunayai zakelijkrecht atas suatu zaak ia mempunyai zakelijkrecht itu atas keseluruhan zaak itu, jadi juga atas bagian-bagiannya yang tidak sendiri. Misalnya hak jaminan piutang atas kendaraan bermotor mobil BE 2601 AA, sebagai satu kesatuan, termasuk ban serep, kunci, dongkrak, tape recorder dalam mobil.

Demikian pula terhadap barang-barang yang tidak berdiri sendiri. Akibatnya, jika suatu benda sudah terlebur dalam benda lain, maka hak kebendaan atas benda pertama menjadi lenyap. Terhadap akibat tersebut terdapat pelunakan:

a) Adanya hak milik bersama atas barang baru (pasal 607 KUHPerdata / BW).

b) Jika pada waktu terlebur sudah ada hubungan antara kedua pemilik yang bersangkutan (lihat pasal 714, 725,1567 KUHPerdata / BW).

c) Lenyapnya barang yang ternyata terjadi atas usaha pemiliknya sendiri (pasal 602, 606, 608 KUHPerdata / BW).

5) Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)

Orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan sebagian dari kekuasaan yang termasuk suatu hak kebendaan yang ada padanya . Misalnya pemillik kendaraan mobil tidak boleh memindahtangankan sebagian kekuasaannya atas mobil itu terhadap orang lain. Kekuasaannya atas mobil itu harus utuh sesuai dengan kebendaan itu. Pemilik rumah menyewahkan sebuah

kamar kepada mahasiswa tidaklah termasuk dalam pengertian memisahkan kekuasaannya sebagai pemilik. Hak miliknya tetap utuh. pemilik Pemisahan daripada zakelijkrecht itu tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in realina (pemilik diberi kewenangan untuk membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat terbatas). Ini kelihatannya seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya. Tetapi itu hanya kelihatannya saja, hak miliknya tetap utuh.

6) Asas prioriteit

Hak prioriteit adalah hak yang lebih dahulu terjadinya dimenangkan dengan hak hak yang terjadi kemudian. Semua hak kebendaan memberi kekuasaan yang sejenis dengan kekuasaan atas hak milik (eigendom) sekalipun luasnya berbeda-beda, dus perlu diatur urutannya.Ius realiena meletakkan sebagai beban atas eigendom. Sifat ini membawa serta bahwa iura in realiena didahulukan [pasal 674, 711, 720, 756, dan 1150 KUHPer.]. misalnya atas sebuah rumah dibebani hipotik, kemudian dibebani lagi dengan hak memungut hasil. Dalam hal ini hipotik diprioritaskan karena terjadinya lebih dahulu daripada hak memungut hasil. Artinya kreditur mempunyai hak memperlakukan (melelang) benda jaminan itu tanpa memperhatikan hak-hak yang terjadi lebih kemudian, seolah-olah benda jamina itu tidak dibebani oleh hak-hak yang lainnya.

Asas prioriteit sifatnya tidak tegas, tetapi akibat dari sifat ini bahwa seorang itu hanya dapat membarikan hak yang tidak melebihi apa yang dipunyai (asas nemoplis) yang artinya bahwa orang dapat memberikan atau memindahkan kepada orang lain suatu hak yang lebih besar (banyak) daripada hak yang ada pada dirinya. Vollmar berpendapat, bahwa orang yang

memperoleh peralihan hak tidak bisa memperoleh hak lebih daripada yang dimiliki pemilik yang lebih dahulu. Berlakunya asas prioriteit didalam praktek ternyata ada yang ditrobos, sehingga urut-urutan hak kebendaan menjadi terganggu. Misalnya seseorang memberikan wewenang pada temannya untuk menempati rumahnya, tetapi malahan rumah itu dihipotekkan oleh yang

menempati (dijadikan tanggungan hutang). Disini asas prioriteit ditrobos sebab yang didahulukan adalah hipotek recht-nya.

7) Asas percampuran (Verminging)

Hak kebendaan yang terbatas jadi selain hak milik hanya mungkin atas benda orang lain. Tidak dapat orang itu untuk kepentingan sendiri memperoleh hak gadai (menerima gadai) hak

memungut hasil atas barangnya sendiri. Apabila hak yang membebani dan yang dibebani itu terkumpul dalam satu tangan , maka hak yang membebani itu lenyap (pasal 706, 718, 724, 736, 807 KUHPdt). Jadi orang yang mempunyai hak memungut hasil atas tanah kemudian membeli tanah itu, maka hak memungut hasil itu lenyap, contohnya ialah hak numpang karang lenyap apabila tanah pekarangan itu dibeli oleh yang bersangkutan (pasal 718 KUHPdt). Hak memungut hasil lenyap apabila pemegang hak tersebut menjadi pemilik pekarangan itu. Misalnya karena jual beli, karena pewarisan, karena hibah (pasal 807 KUHPdt).

8) Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak

Terhadap benda bergerak tak bergerak terdapat perbedaan pengaturan dalam hal terjadi peristiwa hukum penyerahan , pembebanan , bezit , kedaluarsa mengenai benda-benda roernd dan

Onroerend berlainan. Demikian menegenai Iura in realina yang dapat diadakan, misalnya untuk benda bergerak maka hak kebendaan yang dapat diadakan : gadai, hak memungut hasil;

sedangkan untuk benda tetap ; pengabdian pekarangan, erfpacht, postal, hipotek, hak pakai dan mendiami.

9) Asas publiciteit

Hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan didaftarkan dalam register umum, misalnya hak milik, hak guna usaha. sedangkan mengenai benda-benda yang bergrak cukup dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register umum, misalnya hak milik atas pakaian sehari-hari, hak gadai. Kecuali apabila ditentukan lain oleh Undang-undang bahwa hak kebendaan itu harus didaftarkan, misalnya hak milik atas kendaraan bermotor.

10) Asas mengenai sifat perjanjiannya/ Asas bahwa hak kebendaan mempunyai sifat zakelijk overeenkomst

Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendanya itu di serahkan kepada yang memperoleh hak kebendaan itu. Untuk memperoleh hak kebendaan perlu dilakukan dengan perjanjian zakelijk. Yaitu perjanjian memindahkan hak kebendaan. Setelah perjanjian zakelijk selesai dilakukan, tujuan pokok tercapai yaitu adanya hak kebendaan. Tegasnya, hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendahnya itu diserahkan kepada yang memperoleh hak kebendaan itu. Misalnya hak sewa rumah. Hak mendiami rumah hanya akan diperoleh apabila rumah itu diserahkan kepada penyewa, diserahkan kepada yang mendiaminya.

Sifat perjanjian ini menjadi makin penting adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas Iura in Realina sebagaimana dimungkinkan dalam Undang Undang.

HUKUM BENDA

HUKUM BENDA

A. Pendahuluan

Hubungan Hukum antara seorang (subjek Hukum) dengan benda yang diatur dalam buku Ke-II Kitab Undang-Undang Perdata menimbulkan kekuasaan langsung kepada seseorang yang berhak untuk menguasai suatu benda di dalalm tangan siapapun juga benda itu berada, dengan demikian hak kebendaan bersifat mutlak dalam arti dapat dipertahankan dan berlaku terhadap siapapun juga dan setiap orang harus menghormatinya serta dalam hak kebendaan ini selalu ada hubungan langsung antara orang yang berhak dengan benda meskipun ada campur tangan dari pihak lain.

Jumlah hak kebendaan bersifat terbatas dalam arti hanya ada hak-hak sepanjang yang sudah ditentukan oleh Undang-undang. karenanya ketentuan yang terdapat dalam buku Ke-II Kitab Undang-Undang Perdata umumnya bersifat Dwingenrechts (memaksa). Segala apa yang karena hukum perlekatan termasuk dalam sesuatu kebendaan sepertipun segala hasil dari kebendaan itu, baik hasil karena alam maupun hasil karena pekerjaan orang, selama yang akhir-

akhir ini melekat pada kebendaan itu laksana dahan dan akar terpaut pada tanahnya kesemuanya itu adalah bagian dari kebendaan. Pemakalah akan membahas hukum benda yang mencangkup pengertian benda, pembadaan macam-macam benda dan perbedaan sistem hukum benda dan sistem hukum perikatan.

B. Pembahasan 1. Pengertian benda

Pengertian benda dalam arti luas dianut olah KHU Perdata, sebagai mana yang tercantum di dalam Pasal 499 KHU Perdata. KHU Perdata berbunyi: “kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”. Benda sebagai objek hukum dapat dibedakan menjadi dua macam: Benda yang berwujud dan benda yang tidak dapat diraba. Benda yang berwujud ialah benda yang dapat dilihat dan dirab dengan pancaindera, seperti tanah, rumah, binatang. Sedangkan benda yang tidak dapat diraba merupakan hasil pikiran seseorang, separti hak pengarang, hak octroi, dan semua hak-hak tagihan (piutang).

Namun, pengertian benda sebagai objek hukum yang dianut didalam KHU Perdata adalah benda yang dapat diraba. Halini disebabkan: (1) Buku II KHU Perdata berhubungan dengan hak- hak yang melekat pada barang ,dan (2) hak-hak yang bersifat inmateriil (tidak dapat diraba), separti hak pengarang, hak octroi, dan hak-hak semacam itu, tidak diatur di dalam Buku II KHU Perdata tetapidiatur didalam UU tersendiri.[1]

2. Perbedaan macam-macam benda

Menurut sistem hukum perdata barat sebagaimana diatur dalam BW benda dapat dibedakan atas:

a. Benda tidak bergerak dan benda bergerak

1) Benda tidak bergerak (pasal 505-508 BW) ada 3 golongan benda tidak bergerak.

a) Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak diatur dalam pasal 506 KHU Perdata. Yang termasuk dalam ketegori benda tidak bergerak berdasarkan sifatnya adalah tanah, dan semua hal yang berhubungan erat dengan yang melekat pada tanah tersebut, termasuk akar-akaran, tanaman dan pohon-pohon yang melekat diatas tenh tersebut.

b) Benda yang menurut tujuan pemakaiannya supaya bersatu dengan benda tidak bergerak. Misalnya, mesin dala suatu pabrik, rumah beserta isinya (cermin, lukisan dan perhiasan- perhiasan lainnya). Dalam (pasal 507 KHU Perdata).

c) Benda yang menurut Undang-undang sebagai benda tidak bergerak adalah segala hak atau penagihan mengenai suatu benda tidak bergerak (Pasal 508 KHU Perdata) misal:

 Hak numpang karangan adalah suatu hak kebenaran untuk mempunyai gedung-gedung, dan peneneman di atas pekarangn orang lain (Pasal 711 KHU Perdata).

 Pajak pekan atau pasar, yang diakui oleh pemerintah dan hak-hak istemewa yang melekat padanya.

 Gugatan guna menuntut pengambilan atau penyerahan benda tidak bergerak.[2] 2) Benda bergerak (pasal 509-511 BW) ada 2 golongan benda bergerak: a) Benda yang menurut sifatnya bergerak, misalnya sepeda, kursi, meja.

b) Benda yang menurut Undang-undang sebagai benda bergerak, mislnya memetik, hak hasil dan hak memakai.

Perbedaan tersebut penting karenaadanya ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku bagi masing-masing golongan benda tersebut misalnya: mengenai hak bezit, pembebanan, penyerahan, daluwarsa, dan penyitaan.[3]

b. Benda yang musnah dan benda yang tetap ada.

1) Benda yang musnah, benda-benda yang dalam pemakaiannya akan musnah, kegunaan dari benda-benda ini justeru terletak pada kemusnahannya, misalnya: makanan dan minuman, kayu bakar dan arang.

2) Benda yang tetap, benda-benda yang dalam pemakaiannya tidak mengakibatkan benda itu menjadi musnah, tetapi memberi manfaat bagi si pemakai, misalnya: cangkir, sendok, mobil.[4] c. Benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti.

Perbedaan antara benda yang dapat diganti dan yang tidak dapat diganti ini tidak disebut secara tegas dalam BW, tetapi perbedaan itu ada dalam BW, misalnya dalam pasal yang mengatur perjanjian penitipan barang.

Menurut pasal 1694 BW pengembalian benda oleh yang di titipi harus in natura artinya tidak boleh diganti dengan benda yang lain. Oleh karena itu, perjanjian penitipan barang pada umumnya hanya pada benda yang tidak akan musnah.

Bilamana benda yang di titipkan berupa uang, menurut pasal 714 BW, jumlah uang yang harus di kembalikan harus dalam mata uang yang sama seperti mata uang yang di titipkan, baik mata uang itu telah naik atau telah turun nilainya. Lainhalnya jika uang tersebut tidak di titipkan, tetapi di pinjam-menggantikan, yang meminjam hanya mewajibkan mengembalikannya sejumlah uang saja, sekalipun mata uang yang berbeda dari waktu pada perjanjian pinjam mengganti di adakan.[5]

d. Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi.

Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila dibagi tidak mengakibatkan hilangnya hakikat daripada benda itu sendiri, misalnya: beras, gula pasir.

Benda yang tidak dapat bergerak adalah benda yang apabila wujudnya dibagi mengakibatkan hilangnya hakikat benda itu sendiri, misalnya: kuda, sapi, uang.

e. Benda yang diperdagangkan dan benda yang tidak diperdagangkan

Benda yang diperdagangkan adalah benda-benda yang dapat dijadikan obyek suatu perjanjian

Benda yang tidak dapar diperdagangkan adalah benda-benda yang tidak dapat dijadikan obyek (pokok) suatu perjanjian.[6]

f. Benda yang terdaftar dan benda yang tidak terdaftar

Pembagian atas benda yang terdaftar dan benda yang tiak terdaftar tidak dikenal dalam sistem hukum perdata (BW). Pembagian benda semacam ini yang di kenal beberapa waktu kemudian setelah BW dikodifikasikan dan diberlakukan.

Benda-benda yang harus didaftarkan diatur dalam berbagai macam peraturan yang terpisah-pisah seperti peraturan tentang pendaftaran tanah, paratunan tetang pendaftaran kapal, persaturan tentang pendaftaran kendaraan bermotor.

Adanya peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang pendaftaran berbagai macam benda itu, disamping untuk menjamin kepastian hukum dan kepastian hak atas benda-benda yang

didaftarkan tersebut, juga mempunyai kaitan erat dengan usaha pemerintah untuk memperoleh pendapatan yaitu dengan melalukan pungutan-pungutan wajib seperti: pajak, iuran dan sebagainya terhadap pemilik pemakai-pemakai benda yang terdaftar tersebut.[7]

3. Perbedaan sistem hukum benda dan sistem hukum perikatan.

Dari kajian barbagai literatur tentang hukum perdata, dapat dilihat bahwa sistem pengaturan hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system).

Sistem pengaturan hukum benda adalah sistem terturup (closed system). Yang diratikan dengan sistem tertutup adalah orang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan baru, selain yang telah ditetepkan dalam UU, sedangkan sistem pengaturan hukum perikatan adalah sistem terbuka. Sistem terbuka artinya bahwa orang dapat mengadakan perjanjian mengenai apa pun juga, baik yang sudah ada aturannya didalam KHU Perdata. Jenis perjanjian yang dikenal di dalam KHU Perdata, seperti jual beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, pinjam-meminjam uang, perjanjian kerja, kongsi, dan pemberian kuasa. Perjanjian ini disebut perjanjian nominaat yang dikenal dan diatur di dalam KHU Perdata. Perjanjuan yang tidak diatur di dalam KHU Perdata, separti leasing, beli sewa, pranchise, perjanjian ini disebuat perjanjian innominaat, yaitu perjanjian ynag tidak diatur di dalam KHU Perdat, tetapi dikenal didalam praktek.[8]

a. Sistem Hukum Perikatan

1) Mengatur seseorang dengan orang lain 2) Persoonlijk recht

3) Sifatnya nisbi 4) Sistem terbuka

Kedudukan rangkaian pasal-pasal dalam hukum perikatan hanyalah bersifat mengatur atau hanya sebagai hukum pelengkap saja (aanvullende recht).

b. Sistem Hukum Benda

1) Mengatur seseorang dengan benda 2) Zakelijk recht

3) Bersifat absolut 4) Sistem tertutup

Jumlah hak-hak kebendaan adalah terbatas pada apa yang hanya termuat dalam Buku II BW bersifat memaksa (dwingend recht).[9]

C. Simpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa benda merupakan tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik, dan benda dibagi menjadi dua bagian yaitu benda yang berwujud dan benda yang tidak dapat diraba. Benda sebagai objek hukum yang dianut didalam KHU Perdata adalah benda yang dapat diraba.

Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. (Jakarta: Sinar Grafika, 2009). hal. 96-99 http://mustain-billah.blogspot.com/2012/05/makalah-hukum-perdata-tentang-hukum.html http://mohammadblogspotcom.blogspot.com/2010/04/assalamualaikum.html http://obrolanmanusia.blogspot.com/2010/11/benda-hukum-perikatan.html http://www.google.com/#gs_rn=15&gs_ri=psy-ab&suggest=p&pq=perbedaan%20sistem %20hukum%20benda%20dan%20sistem%20hukum %20perikatan&cp=68&gs_id=6c&xhr=t&q=perbedaan+sistem+hukum+benda+dan+sistem+huk um+perikatan+dalam+hukum&es_nrs=true&pf=p&sclient=psy ab&oq=perbedaan+sistem+hukum+benda+dan+sistem+hukum+perikatan+dalam+hukum+&gs_l =&pbx=1&bav=on.2,or.r_qf.&bvm=bv.47380653,d.bmk&fp=20d8db2eb164dc3b&biw=1024&b ih=462

Dalam dokumen HUKUM PERDATA HUKUM (Halaman 46-53)

Dokumen terkait