• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

B. Asas-asas Hukum Pengangkutan dan Pihak-pihak dalam

1. Asas-asas Hukum Pengangkutan

Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu asas hukum publik dan asas hukum perdata. Asas hukum publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah (negara). Asas hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan, yaitu pengangkut dan penumpang atau pemilik barang.

a. Asas Hukum Publik

Asas-asas hukum publik adalah landasan undang-undang yang lebih mengutamakan kepentingan umum atau kepentingan masyarakat banyak yang dirumuskan dengan istilah atau kata-kata: manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, keserasian, keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian, keterbukaan dan antimonopoli, berwawasan lingkungan

74

hidup, kedaulatan Negara, kebangsaan, dan kenusantaraan, serta keselamatan penumpang dan cargo.

1) Asas manfaat

Asas ini mengandung bahwa setiap pengangkutan harus dapat memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan bagi warga Negara Indonesia.

2) Asas adil dan merata

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

3) Asas kepentingan umum

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas.

4) Asas keterpaduan

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi, baik intra maupun antarmoda pengangkutan. 5) Asas tegaknya hukum

Asas ini mengandung makna bahwa pemerintah wajib menegakkan dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada

setiap warga Negara Indonesia agar selalu sadar dan taat pada hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan.

6) Asas percaya diri

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus berlandaskan kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.

7) Asas keselamatan penumpang

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan dan/atau asuransi kerugian lainnya.

8) Asas berwawasan lingkungan hidup

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dilakukan berwawasan lingkungan.

9) Asas kedaulatan Negara

Asas ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat menjaga keutuhan wilayah Negara Republik Indonesia.

10)Asas kebangsaan

Asas ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebinekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Asas hukum perdata adalah landasan undang-undang yang lebih mengutamakan kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan, yang dirumuskan dengan kata-kata: perjanjian (kesepakatan), koordinatif, campuran, retensi, dan pembuktian dengan dokumen.

1) Asas perjanjian

Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan diadakan dengan perjanjian antara pihak perusahaan pengangkutan dan penumpang atau pemilik barang. Tiket/karcis penumpang dan dokumen pengangkutan merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian antara pihak-pihak. Perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak. Akan tetapi untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi dan mengikat harus dibuktikan dengan atau didukung oleh dokumen pengangkutan.

2) Asas koordinatif

Asas ini mengandung makna bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain. Walaupun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang atau pemilik barang, pengangkut bukan bawahan penumpang atau pemilik barang. Asas ini menunjukkan bahwa pengangkutan adalah perjanjian pemberian kuasa (agency agreement).

3) Asas campuran

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjain pengangkutan.

4) Asas retensi

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkut tidak menggunakan hak retensi (hak menahan barang). Penggunaan hak retensi bertentangan dengan tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai kewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya.

5) Asas pembuktian dengan dokumen

Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan selalu dibuktikan dengan dokumen pengangkutan. Tidak ada dokumen pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika ada kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan dengan pengangkut perkotaan (angkot) tanpa tiket/karcis penumpang.

75

75

2. Pihak-pihak dalam Perjanjian Pengangkutan

Pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan.76 Menurut Purwosutjipto, pihak-pihak dalam pengangkutan yaitu pengangkut dan pengirim. Pengangkut pada umumnya adalah orang, yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Lawan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan. Pengangkut mengikatkan diri untuk mengangkut muatan yang diserahkan kepadanya, selanjutnya menyerahkan kepada orang yang ditunjuk sebagai penerima dan menjaga keselamatan barang muatan itu.77

Subjek hukum adalah pendukung kewajiban dan hak. Subjek hukum pengangkutan adalah pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, yaitu:

a. Pihak pengangkut; b. Pihak penumpang; c. Pihak pengirim; dan d. Pihak penerima kiriman. 78 Berikut penjelasannya: a. Pihak Pengangkut

76

H. Zainal Asikin, Op. Cit., hlm 163.

77

H.M.N. Purwosutjipto, Op. Cit., hlm. 4.

78

Istilah pengangkut dalam Pasal 466 KUHD adalah sebagai berikut: “barang siapa yang baik dengan persetujuan carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan, baik dengan persetujuan lain, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, yang seluruh atau sebagian melalui angkutan laut”.79

Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan), yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan.80

Pihak pengangkut dalam penelitian ini adalah CV. Anugrah Toba Permai Lestari, yang mengangkut pulp dari lokasi pabrik PT. Toba Pulp Lestari di Porsea sampai ke Belawan.

b. Pihak Penumpang

Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan), yakni pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.81

c. Pihak Pengirim

Pengirim barang dalam praktik bukanlah pemilik barang karena pemilik barang itu lazimnya menyerahkan pengiriman barang-barang itu kepada orang lain, dalam hal ini disebut dengan ekspeditur. Sesuai dengan ketentuan Pasal 86 KUHD, ekspeditur adalah orang yang pekerjaannya menyuruh mengangkut barang-barang perniagaan dan barang-barang di

79

H. Hasnil Basri Siregar, Op. Cit., hlm. 8-9.

80

Hasim Purba, Op. Cit., hlm. 12.

81

darat atau di perairan. Melihat rumusan ini, ekspeditur itu tidak menangani sendiri pengangkutan barang-barang yang di percayakan kepadanya. Ia hanya mengurusi dan bertanggung jawab atas pengiriman barang-barang itu saja. Atau secara sederhana dapat disebut bahwa ekspeditur ini adalah orang yang mencari alat pengangkut saja. Pengiriman barang bisa pihak pemilik barang itu sendiri, juga bisa orang lain. Lazimnya dalam praktik bahwa pengirim barang itu adalah bukan pemilik barang itu.82 Pihak pengirim barang (pengguna jasa angkutan), yakni pihak yang berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah disepakati dan berhak untuk memperoleh pelayanan jasa angkutan atas barang yang dikirimnya.83

Pihak pengirim dalam penelitian ini adalah PT. Toba Pulp Lestari yang di pimpin oleh Tjhi Min Sin selaku Direktur PT. Toba Pulp Lestari. d. Pihak Penerima Kiriman

Dalam perjanjian pengangkutan, penerima mungkin pengirim sendiri mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan. Dalam hal ini penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, tetapi tergolong juga sebagai subjek hukum pengangkutan.

Penerima adalah pengirim yang dapat diketahui juga dari dokumen pengangkutan, selain itu dari dokumen pengangkutan dapat diketahui

82

Sinta Uli, Op. Cit., hlm. 20-21.

83

bahwa penerima adalah pembeli (importir), jadi sebagai pihak ketiga yang berkepentingan. Penerima juga adalah pihak yang memperoleh kuasa untuk menerima barang yang dikirimkan kepadanya. Jadi, penerima berposisi atas nama pengirim. Penerima yang berposisi sebagai pembeli (importir) berarti dia sebagai pengusaha yang menjalankan perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum.84 Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan), yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang yang diangkut ditempat tujuan.85

Pihak penerima dalam penelitian ini adalah PT. Berkat di Belawan yang juga merupakan bagian dari PT. Toba Pulp Lestari, yang menerima pulp yang di angkut oleh CV. Anugrah Toba Permai Lestari.

Dokumen terkait