• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

A. Pengangkutan, Perjanjian Pengangkutan dan Jenis-jenis

1. Pengangkutan

Angkutan (transport) adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana (kendaraan). Yang harus diperhatikan adalah keseimbangan antara kapasitas moda angkutan (armada) dengan jumlah (volume) barang maupun orang yang memerlukan angkutan.50 Angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.51 Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.52

Pasal 1 butir (1) UU No. 22 Tahun 2009 menyebutkan: “angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan” 53

Pengangkutan dalam kehidupan manusia memegang peranan yang sangat penting. Demikian

50

Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ITB, Bandung, 2002, hlm. 1.

51

Setiawan Widagdo, Kamus Hukum, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 36.

52

Ibid., hlm. 413.

53

Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan, Pasal 1 butir (1), Lembaran Negara No. 96

juga halnya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang peranan yang mutlak, sebab tanpa pengangkutan perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat berjalan. Nilai suatu barang tidak hanya tergantung dari barang itu sendiri, tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, sehingga dengan pengangkutan nilai suatu barang akan meningkat.

Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar angkutan. Fungsi pengangkutan pada umumnya adalah untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Jadi dengan pengangkutan maka dapat diadakan perpindahan barang-barang dari suatu tempat yang dirasa barang itu kurang berguna ke tempat dimana barang-barang tadi darasakan akan lebih bermanfaat.54

Pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan mafaat serta efisien.55 Pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari satu tempat pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat penurunan

54

H. Zainal Asikin, Hukum Dagang, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 153.

55

Sinta Uli, Pengangkutan suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat, Angkuta Udara, USU Press, Medan, 2006, hlm. 20.

penumpang atau pembongkaran barang muatan. Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan:

a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut; b. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan; dan

c. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan. Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan ini merupakan satu kesatuan proses yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Pengangkutan juga dapat dirumuskan dalam arti sempit. Dikatakan dalam arti sempit karena hanya meliputi kegiatan membawa penumpang atau barang dari stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tempat pemberangkatan ke stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tujuan. Untuk menentukan pengangkutan itu dalam arti luas atau arti sempit bergantung pada perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh pihak-pihak, bahkan kebiasaan masyarakat.56

Pengangkutan merujuk kepada kendaraan yang membawa seseorang atau sesuatu dari satu tempat ke satu tempat yang lain, biasanya pada jarak yang jauh berbanding jika berjalan kaki. Pengangkutan memudahkan pemindahan barang dari tempat yang mengalami lebihan ke tempat yang mengalami kekurangan supaya penawaran dan permintaan dapat diselaraskan. Penawaran yang berlebihan akan menyebabkan harga menurun sementara penawaran yang tidak mencukupi akan mengakibatkan kenaikan harga. Harga akan dapat distabilkan dengan bantuan pengangkutan karena lebihan

56

Abdulkadir muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hlm. 42-43.

penawaran dapat dialihkan ke tempat yang mengalami kekurangan. Pengangkutan membantu meluaskan pasaran karena dapat dapat dialihkan ke tempat yang mengalami kekurangan.57

2. Perjanjian Pengangkutan

Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.58 Perjanjian pengangkutan niaga adalah persetujuan di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan penumpang atau pengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan.59

Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim/penumpang, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim/penumpang mengikatkan diri untuk membayar utang angkutannya. Pengertian perjanjian pengangkutan dari defenisi di atas adalah sama dengan pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata, dimana adanya persetujuan antara dua orang/lebih secara timbal balik. Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan pengertian perjanjian secara umum sedangkan dalam

57

http://ms.wikipedia.org/wiki/Pengangkutan#, Diakses tanggal 2 Februari 2014 Pukul 04:27.

58

Setiawan Widagdo, Op. Cit., hlm. 439.

59

perjanjian pengangkutan mengkhususkan pada hal pengangkutan, jadi dapatlah dikatakan bahwa untuk semua macam bentuk perjanjian harus berdasarkan pada Pasal 1313 KUH Perdata.60

Perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian biasa, yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk suatu perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam Buku III KUH Perdata tentang Perikatan, selama tidak ada peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.61

Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang/pemilik barang. Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan. Perjanjian pengangkutan selalu diadakan secara lisan, tetapi didukung oleh dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi dan mengikat. Perjanjian pengangkutan biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam arti luas, yaitu kegiatan memuat, membawa, dan menurunkan/membongkar, kecuali jika dalam perjanjian ditentukan lain.62

Pengangkutan sebagai suatu perjanjian adalah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang/barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan pihak yang lain menyanggupi

60

H. hasnil Basri Siregar, Op. Cit., hlm. 64-65.

61

Siti Nurbaiti, Op.Cit. hlm. 13.

62

untuk membayar ongkos. Perjanjian pengangkutan adalah suatu peristiwa yang telah mengikat seseorang untuk melaksanakan pengangkutan karena orang tersebut telah berjanji untuk melaksanakannya, sedang orang lain telah pula berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang berupa memberikan sesuatu yang berupa pemberian imbalan atau upah.63

Pengangkutan barang adalah usaha untuk membawa barang-barang dari pihak ekspeditur ke tempat yang diperjanjikan dengan menggunakan alat angkut yang dioperasikan oleh pihak pengangkut, terhadap mana pihak pengangkut mendapat imbalan berupa pembayaran sejumlah uang.64 Perjanjian pengangkutan ialah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu kelain tempat, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar ongkosnya.65

3. Jenis-jenis Pengangkutan

Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umumnya didasarkan pada jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan.66 Jenis-jenis pengangkutan ialah: 1. Pengangkutan darat; 2. Pengangkutan laut; 3. Pengangkutan udara; 63

H. Zainal Asikin, Op.Cit. hlm. 155.

64

Munir Fuady, Op. Cit. hlm. 266.

65

R. Subekti, Op. Cit., hlm. 69.

66

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Laut, Persprektif Teori dan Praktek, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hlm. 9.

4. Pengangkutan perairan darat. 67

Jenis-jenis pengangkutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengangkutan Darat

Pada dasarnya pengangkutan melalui darat digunakan untuk menghubungkan kota yang satu dengan kota yang lain atau daerah yang lain di satu pulau.68

Angkutan darat terdiri atas: a. Angkutan jalan raya

Angkutan jalan raya, meliputi angkutan yang menggunakan alat angkut berupa manusia, binatang, pedati, sepeda motor, becak, bus, truk, dan kendaraan bermotor lainnya. Tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga uap, BBM (bahan bakar minyak), dan diesel.

b. Angkutan jalan rel atau kereta api.

Angkutan jalan rel, menggunakan kereta api yang terdiri dari lokomotif, gerbong barang dan kereta penumpang. Jalan yang dipergunakan berupa jalan rel baja, baik dua rel maupun mono rel dengan tenaga penggerak berupa tenaga uap, diesel, dan tenaga listrik.

69

Pengangkutan darat diatur di dalam:

1. Pasal 91 sampai dengan Pasal 98 tentang surat angkutan dan tentang pengangkut dan juragan perahu melalui sungai dan perairan darat.

67

H.M.N. Purwosutjipto, Op. Cit., hlm. 2-3.

68

H. Hasnil Basri Siregar, Op. Cit., hlm. 23.

69

2. Ketentuan di luar KUH Dagang/KUH Perdata, terdapat di dalam: a. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos.

b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian. c. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. 70 2. Pengangkutan Laut

Pengangkutan laut diatur dalam: a. KUH Dagang yaitu pada:

1) Buku II Bab V tentang Perjanjian Carter Kapal;

2) Buku II Bab VA tentang Pengangkutan Barang-barang; 3) Buku II Bab VB tentang Pengangkutan Orang.

b. Ketentuan lainnya dapat ditemukan pada:

1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang

Perkapalan;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan;

4) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Penguasaan Angkutan Laut. 71 3. Pengangkutan Udara

Angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk

70

H. Zainal Asikin, Op. Cit., hlm. 174.

71

satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

Dasar hukum pengangkutan udara diatur dalam beberapa peraturan yaitu; a. Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

b. Selain itu juga dalam Ordonansi Pengangkutan Udara (OPU) S. 100 tahun 1939;

c. Sebagian besar aturan-aturan tersebut mengacu pada konvensi Warsawa tahun 1929. 72

4. Pengangkutan Perairan Darat

Perairan darat ialah perairan di daerah darat, seperti sungai, terusan dan danau. Angkutan melalui air terdiri atas dua macam, yaitu:

a. Angkutan air pedalaman atau perairan darat;

Angkutan air pedalaman atau perairan darat (inland transport) menggunakan alat angkut berupa sampan, kano, motor boat, dan kapal. Jalan yang dilaluinya adalah sungai, kanal, dan danau.

b. Angkutan laut.

Angkutan laut (ocean transport) menggunakan alat angkut perahu, kapal api/uap, dan kapal mesin. Jalan yang digunakan adalah laut atau samudera dan teluk. 73

Dikatakan pengangkutan perairan karena dalam kegiatan pengangkutannya dilakukan dengan melalui perairan, hanya saja jenis perairannya berbeda-beda. Angkutan di perairan adalah kegiatan

72

Ibid., hlm. 259.

73

mengangkut dan /atau memindahkan penumpang dan /atau barang dengan menggunakan kapal. Berdasarkan Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran, angkutan di perairan terdiri atas: Angkutan Laut, Angkutan Sungai dan Danau, dan Angkutan Penyeberangan.74

B. Asas-asas Hukum Pengangkutan dan Pihak-pihak dalam Perjanjian

Dokumen terkait