• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-

Dalam dokumen HUKUM PERUNDANG - UNDANGAN (Halaman 177-189)

PERTEMUAN IX TUTORIAL IV: SEJARAH PERUNDANG-

10.5. Asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-

dipahami pula asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai asas yang berhubungan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan, antara lain I.C. van der Vlies dan Hamid S.Attamimi. Dalam bukunya berjudul Het wetsbergip en beginselen van

berhoorlijke regelgeving, I.C. van der Vlies membagi asas-asas dalam pembentukan peraturan-peraturan yang patut (beginselen van

behoorlijke regelgeving) ke dalam asas-asas yang formal dan yang material. Asas-asas formal meliputi:149

1. Asas tujuan yang jelas (beginsel van dudlijke doesteling), yaitu mencakup tiga hal, yakni mengenai ketepatan letak peraturan perundang-undangan dalam kerangka kebijakan umum pemerintahan, tujuan khusus yang akan dibentuk, dan tujuan dari bagian-bagian yang akan dibentuk tersebut; 2. Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste

organ), hal ini untuk menegaskan kejelasan organ yang menetapkan peraturan perundang-undangan tersebut;

149

I.C. van der Vlies sebagaimana dikutip dari Hamid S.Attamimi,

Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara: Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam kurun Waktu Pelita I- Pelita IV , Disertasi, (Jakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990), hlm. 336.

3. Asas perlunya pengaturan (het noodzakeliijkheids beginsel) merupakan prinsip yang menjelaskan berbagai alternatif maupu relevansi dibentuknya peraturan untuk menyelesaikan problema pemerintahan;

4. Asas dapat dilaksanakan (het beginsel van uitvoerbaarheid), yaitu perturan yang dibuat seharusnya dapat ditegakkan secara efektif;

5. Asas konsensus (het beginsel van consensus), yaitu kesepakatan rakyat untuk melaksanakan kewajiban dan menanggung akibat yang ditimbulkan oleh suatu peraturan secara konsekuen. Hal itu mengingat pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan-tujuan yang „disepakati bersama‟ oleh pemerintah dan rakyat.

Asas- asas yang material meliputi:150

1. Asas terminologi dan sistematika yang benar (het beginsel

van duidelijke terminologie en duidelijke systematiek) artinya setiap peraturan hendaknya dapat dipahami oleh rakyat; 2. Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het

rechtsgelijkheidsbeginsel) hal ini untuk mencegah praktik ketidakadilan dalam meperoleh pelayanan hukum;

3. Asas kepastian hukum (het rechtszekerheidsbeginsel), artinya peraturan yang dibuat mengandung aspek konsistensi walaupun diimplementasikan dalam waktu dan ruang yang berbeda;

4. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (het beginsel van de individuele rechtsbedeling), asas ini bermaksud memberikan penyelesaian yang khusus bagi hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu yang menyangkut kepentingan individual.

150

Menurut A. Hamid S. Attamimi, dalam pembentukan peraturan-undangan Indonesia, sebagaimana di negara lain, terdapat dua asas hukum yang perlu diperhatikan, yaitu asas hukum umum yang khusus memberikan pedoman dan bimbingan bagi “pembentukan” isi peraturan, dan asas hukum lainnya yang memberikan pedoman dan bimbingan bagi penuangan peraturan ke dalam bentuk dan susunannya, bagi metoda pembentukannya, dan bagi proses serta prosedur pembentukannya. Asas hukum yang terakhir ini dapat disebut asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut.151

Asas-asas tersebut secara berurutan dapat disusun sebagai berikut:152

a. Cita Hukum Indonesia yang tidak lain adalah Pancasila (Sila-sila dalam hal tersebut berlaku sebagai Cita (Idee), yang berlaku sebagai “bintang pemandu”);

b. Asas Negara Berdasar Hukum yang menempatkan Undang-undang sebagai alat pengaturan yang khas berada dalam keutamaan hukum (der Primat des Rechts), dan asas Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi yang menempatkan Undang-undang sebagai dasar dan batas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintahan;

c. Asas-asas lainnya.

Mengikuti pembagian mengenai adanya asas yang formal dan material, maka A. Hamid S Attamimi cenderung untuk membagi asas-asas tersebut ke dalam:

a. Asas-asas formal, dengan perincian: (1) asas tujuan yang jelas;

151

A. Hamid S Attamimi seperti dikutip Bayu Dwi Anggono, 2014,

Perkembangan Pembentukan Undang-Undang di Indonesia, Jakarta: Konpress, hlm. 26.

152

Maria Farida Indrati S., 1998, Ilmu Perundang-undangan:

(2) asas perlunya pengaturan; (3) asas organ/lembaga yang tepat; (4) asas materi muatan yang tepat; (5) asas dapatnya dilaksanakan; dan (6) asas dapatnya dikenali.

b. Asas-asas material, dengan perincian:

(1) asas sesuai dengan Cita Hukum Indonesia dan Norma Fundamental Negara;

(2) asas sesuai dengan Hukum Dasar Negara;

(3) asas sesuai dengan prinsip-prinsip Negara Berdasar Atas Hukum;

(4) asas sesuai dengan prinsip-prinsip Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi.

Apabila kita melihat ke dalam Pasal 5 UU 12/2011, disebutkan bahwa Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik haruslah didasarkan pada asas-asas pembentukan perundang-undangan yang baik, yaitu:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.

Dalam penjelasan Pasal 5 UU 12/2011, disebutkan bahwa: a. Yang dimaksud dengan “asas kejelasan tujuan” adalah

bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

b. Yang dimaksud dengan “asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat” adalah bahwa setiap jenis

Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang.

c. Yang dimaksud dengan “asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan” adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.

d. Yang dimaksud dengan “asas dapat dilaksanakan” adalah setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

e. Yang dimaksud dengan “asas kedayagunaan dan kehasilgunaan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

f. Yang dimaksud dengan “asas kejelasan rumusan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau isttilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

g. Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruuh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang

seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

10.6. Penutup Resume.

Paparan di atas menunjukkan bahwa, terdapat tiga landasan utama berlakunya suatu peraturan perundang-undangan, yaitu landasan filosfis, sosiologis dan yuridis. Landasan filosofis pada intinya setiap peraturan perundang-undangan yang dibentuk haruslah memuat nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah hidup Bangsa Indonesia yaitu nilai-nilai filsafat Pancasila. Sedangkan landasan sosiologis adalah fakta-fakta yang ada pada masyarakat, yang mengarahkan mengapa masyarakat membutuhkan suatu peraturan untuk dibentuk. Kemudian yang terakhir adalah landasan yuridis, yaitu ketentuan hukum yang menjadi sumber/ dasar hukum untuk membuat atau merancang suatu peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya menurut beberapa ahli yaitu I.C van der Vlies dan A Hamid S. Attamimi, mengemukakan bahwa terdapat asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut yang harus dipenuhi dalam setiap pembentukan suatu peraturan perundanga-undangan.

I.C van der Vlies memaparkan secara berurutan dimulai dari asas formal, yaitu:

1. asas tujuan yang jelas;

2. asas organ/lembaga yang tepat; 3. asas perlunya pengaturan; 4. asas dapat dilaksanakan; 5. asas consensus.

Sedangkan asas-asas material meliputi:

1. asas terminologi dan sistematika yang benar 2. asas perlakuan yang sama dalam hukum 3. asas kepastian hukum

4. asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual

A. Hamid S. Attamimi membagi Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut tersebut secara berurutan dapat disusun sebagai berikut:

a. Cita Hukum Indonesia;

b. Asas Negara Berdasar Hukum dan asas Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi

c. Asas-asas lainnya (yang meliputi asas formal dan asas material).

Latihan.

Sebagai akhir dari bagian Penutup maka, disediakan soal latihan bagi mahasiswa agar dikerjakan untuk mengetahui capaian pembelajaran. Mahasiswa wajib mengerjakan tugas-tugas latihan, sebagai berikut:

a. Apa tujuan mempelajari dasar dasar pembentukan peraturan perundang-undangan?

b. Apa fungsi dari landasan keberlakuan peraturan perundang-undangan?

c. Asas-asas formal apa saja yang harus dipenuhi dalam pembentukan peraturan perundangn-undangan?

d. Apa yang dimaksud dengan asas kepastian hukum yang disebutkan oleh I.C van der Vlies sebagai salah satu asas material dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, apa fungsinya?

e. Apakah asas formal dan asas material mutlak harus terpenuhi semua unsur-unsurnya dalam proses penyusunan/pembentukan peraturan perundang-undangan?

10.7. Bahan Bacaan/ Rujukan Pengayaan

Attamimi, A. Hamid S. Peranan Keputusan Presiden Republik

Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara: Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam kurun Waktu Pelita I- Pelita IV , Disertasi, (Jakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990.

Anggono, Bayu Dwi, 2014, Perkembangan Pembentukan

Undang-Undang di Indonesia, Jakarta: Konpress.

Hadjon, Philipus M., Perlindugan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Sebuah Studi tentang Prinsip-Prinsipnya Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi, Surabaya: Peradaban: Edisi Khusus, 2007.

Halim, Hamsah dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis

Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Disertai Manual) Konsep Teoritis Menuju Artikulasi Empiris, Jakarta:Kencana , 2010.

Lampiran II Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011, Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,

berjudul “TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN

PERUNDANG UNDANGAN”

Soeprapto, Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan:

PERTEMUAN XI : TUTORIAL V

DASAR DASAR PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

11.1 Pendahuluan

Dalam pertemuan kesebelas ini, mahasiswa berdiskusi mengenai materi (study task) Dasar-Dasar Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Setelah melakukan tutorial ini, mahasiswa diharapkan memahami Dasar-Dasar Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Materi tutorial kelima ini sangat penting sebagai landasan untuk memahami bahan kajian pembelajaran pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

11.2. Penyajian Materi : Study Task

JPP, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) telah mengumumkan penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Perppu Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) tersebut diumumkan langsung oleh Menko Polhukam Wiranto didampingi Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Kantor Kemenko Polhukam, Rabu (12/7/2017) kemarin.

Lalu apa saja landasan diterbitkannya Perppu Ormas tersebut? Berdasarkan data yang diterima JPP, setidaknya disebutkan ada tiga landasan penerbitan Perppu Ormas oleh Pemerintah, yakni landasan filosofis, yuridis, dan sosiologis.

Pertama adalah landasan filosofis. Dijelaskan bahwa hak dan kebebasan berserikat dan berkumpul dan mengeluarkan pendapat merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, and bernegara yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang berdasarkan Pancasila.

Eksistensi keberadaan Ormas sebagai wadah berserikat dan berkumpul adalah perwujudan kesadaran dan tanggungjawab kolektif warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, di mana Ormas merupakan potensi masyarakat secara kolektif yang harus dikelola, sehingga tetap menjadi energi positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Untuk itu, negara berkewajiban mengakui keberadaannya, memberikan perlindungan dalam aktifitasnya, dan menjamin keberlangsungan hidup Ormas.

Pada sisi lain, dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap warga negara baik secara individu maupun kolektif, berkewajiban untuk menghormati hak dan kebebasan orang lain. Dalam konteks itu, negara berkewajiban dan harus mampu mengelola dan mengatur keseimbangan, keharmonisan, dan keselarasan antara hak dan kebebasan individu dengan hak dan kebebasan kolektif warga negara.

Pengaturan tersebut dimaksudkan semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghargaan atas hak dan kebebasan orang lain, serta pemenuhan keadilan sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai sosial budaya, agama, keamanan, ketenteraman, dan ketertiban umum untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sumber: https://jpp.go.id/42-polkam/308089-tiga-landasan-utama-penerbitan-perppu-ormas

Tugas Mahasiswa adalah melakukan studi atas isu sebagaimana dikemukakan dalam permasalahan di atas. Perlu dikemukakan kata kunci sebagai arahan studi, yakni: landasan filosofis, yuridis dan sosiologis.

11.3. Penutup

Dalam penyajian materi: Problem Task tersebut di atas dideskripsikan mengenai Dasar-Dasar Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Terhadap hal itu, mahasiswa berdiskusi untuk menguraikan Dasar-Dasar Pembentukan Peraturan Perundang-undangan tersebut. Pada akhir tutorial, mahasiswa wajib menyetor laporan kegiatan tutorial, yang mendeskripsikan secara rinci seluruh kegiatan dalam tutorial tersebut, yaitu: siapa yang aktif berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang tersaji dalam problem task tersebut. Laporan tutorial wajib dikumpulkan pada saat berakhirnya waktu seluruh kegiatan tutorial.

11.4. Bahan Bacaan/ Rujukan Pengayaan

PERTEMUAN XII : PERKULIAHAN KEENAM

JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

12.1. Pendahuluan

Mengawali pertemuan ke-6 pembelajaran mata kuliah ini, mahasiswa diajak mempelajari mengenai jenis, fungsi dan materi muatan dari peraturan perundang-undangan baik ditingkat pusat maupun daerah.Untuk mendapatkan peraturan perundang-undangan yang baik melalui pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar, maka diperlukan pula ketentuan yang pasti, baku, dan standar tentang jenis dan materi muatan peraturan perundang-undangan. Menurut A. Hamid S. Attamimi pembentukan peraturan peraturan perundang-undangan adalah pembentukan norma hukum yang berlaku keluar dan mengikat secara umum yang dituangkan dalam jenis-jenis peraturan perundang-undangan sesuai hierarkinya.153 Untuk dapat menuangkan norma hukum tersebut dalam berbagai jenis peraturan perundang-undangan, penting memperhatikan materi muatannya. Pentingnya pemahaman dan ketentuan tentang jenis, hierarki, dan materi muatan peraturan perundang-undangan ditunjukkan pula dengan adanya salah satu asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yakni asas “kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan”.154 Yang dimaksud dengan “asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan” adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar

153

A.Hamid S.Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden

Republik Indonesia Dalam penyelenggaraaan Pemerintahan Negara, Suatu studi analisis mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi Pengaturan dalam kurun waktu Pelita I-Pelita IV, untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

154

memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan. Hal lainnya yang perlu untuk dipahami pula oleh mahasiswa adalah terkait fungsi dari peraturan undangan. Secara umum, peraturan perundang-undangan fungsinya adalah mengatur sesuatu materi tertentu untuk memecahkan suatu masalah yang ada dalam masyarakat. Selain fungsi umum tersebut, setiap peraturan perundang-undangan juga memiliki fungsi khusus sesuai dengan jenis peraturan perundang-undangan tersebut.

Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa diharapkan memahami jenis, fungsi dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang ada, seperti Undang-Undang Dasar (UUD), Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR), Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peratudan Daerah (Perda) Propinsi dan Peraturan Daerah (perda) Kabupaten. Materi perkuliahan pada pertemuan ini sangat penting sebagai landasan untuk memahami bahan kajian pembelajaran pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Dalam dokumen HUKUM PERUNDANG - UNDANGAN (Halaman 177-189)

Dokumen terkait