• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM PERUNDANG - UNDANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUKUM PERUNDANG - UNDANGAN"

Copied!
318
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HUKUM PERUNDANG - UNDANGAN

Tim Penyusun :

Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, S.H., M.Hum. I Nengah Suantra, S.H., M.H.

Made Nurmawati, S.H., M.H. Dr. Ni Luh Gede Astariyani, S.H., M.H. Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, S.H., M.H.

Nyoman Mas Aryani, S.H., M.H. Edward Thomas Lamury Hadjon, S.H., LL.M.

PROGAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ISBN: 978-602-5891-18-2 Penyusun:

Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, S.H., M.Hum. I Nengah Suantra, S.H., M.H.

Made Nurmawati, S.H., M.H.

Dr. Ni Luh Gede Astariyani, S.H., M.H. Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, S.H., M.H. Nyoman Mas Aryani, S.H., M.H.

Edward Thomas Lamury Hadjon, S.H., LL.M. Editor: Fungky

Design Cover: Haqi

Cetakan Pertama, Oktober 2018

Diterbitkan Oleh:

Uwais Inspirasi Indonesia

Ds. Sidoarjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo Email: Penerbituwais@gmail.com

Telp: 0352-571 892

WA: 0895-2366-1093/0823-3033-5859

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002, bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g, untuk penggunaan secra komesial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).

(4)

KATA PENGANTAR Om Swastyastu,

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, atas anugrah dan karunia-NYA telah dipublikasikan dan diterbitkan Buku Hukum Perundang-undangan, sebagai Buku Ajar untuk Mata Kuliah Hukum Perundang-undangan pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Kami menyambut baik terbitnya Buku Ajar ini, semoga buku ini bermanfaat tidak hanya bagi para mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Udayana, namun juga dipergunakan sebagai bahan referensi bagi para peneliti, maupun praktisi yang menekuni perkembangan Hukum Perundang-undangan.

Dengan terbitnya Buku Ajar Hukum Perundang-undangan ini, maka bertambah pula koleksi buku yang disusun oleh para dosen dari Fakultas Hukum Universitas Udayana, perkembangan tersebut tentu sangat menggembirakan dan kami menyambut dengan baik. Buku ini memuat kajian-kajian secara komprehensif berkaitan dengan Hukum Perundang-undangan dalam perspektif norma hukum dalam peraturan undangan, sumber kewenangan perundang-undangan, sejarah perundang-perundang-undangan, dasar-dasar pembentukan peraturan perundang-undangan, jenis dan materi muatan peraturan undangan, serta proses pembuatan peraturan perundang-undangan.

Akhirnya, terimakasih kepada para penulis buku ajar ini, dan juga terima kasih kepada Unit Penjaminan Mutu Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah mengkoordinasikan penulisan buku ajar dalam tahun anggaran 2017. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala jerih payah dalam usaha menyusun buku ajar ini.

(5)

Kami mengucapkan selamat atas telah terbitnya Buku Ajar Hukum Perundang-undangan ini semoga bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Semoga para penulis terus berkarya dan melahirkan ciptaan-ciptaan buku lainnya untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan hukum.

Denpasar, 15 Juli 2018

Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Prof. Dr. I Made Arya Utama,S.H.,M.Hum.

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widi Wasa, atas berkat dan anugerah-Nya, pada akhirnya Buku Ajar Hukum Perundang-undangan dapat diselesaikan. Buku ini disusun sebagai bahan referensi dalam proses pembelajaran Hukum Perundang-undangan di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Buku Ajar Hukum Perundang-undangan membahas perundang-undangan dalam perspektif norma hukum dalam peraturan perundang-undangan, sumber kewenangan perundang-perundang-undangan, sejarah undangan, dasar-dasar pembentukan peraturan perundang-undangan, jenis dan materi muatan peraturan perundang-perundang-undangan, serta proses pembuatan peraturan perundang-undangan mendapat ruang dalam buku sederhana ini.

Diharapkan keberadaan buku ini bermanfaat bagi perkembangan khasanah hukum di bidang Hukum Perundang-undangan, khususnya bagi mahasiswa yang menempuh Mata Kuliah Hukum Perundang-undangan, para peneliti serta para pengajar Hukum Perundang-undangan.

Buku ini masih sangat sederhana, tentunya diharapkan saran-saran dalam rangka penyempurnaannya. Buku ini berhasil terbit selain atas kerja keras Tim Penyusun, juga mendapat dukungan baik moril maupun material dari Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana serta Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana tahun 2017, untuk itu disampaikan terima kasih.

Denpasar, 15 Juli 2018

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dari Ilmu Perundang-undangan ke

Hukum Perundang-undangan --- 19

Gambar 2. Pengertian Hukum Perundang-undangan --- 25

Gambar 3. Cakupan Perundang-Undangan --- 30

Gambar 4. Obyek Kajian Hukum Perundang-undangan --- 35

Gambar 5. Pilihan Metode Kajian Hukum Perundang-undangan --- 49

Gambar 6. Tata susunan norma hukum: perbandingan tata susuan norma hukum menurut Hans Nawiasky dan UU No.12 Tahun 2011 --- 161

DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbedaan Atribusi, Delegasi Dan Mandat dalam Black฀ s Law Dictionary --- 97

Tabel 2. Perbedaan Mandat dan Delegasi menurut R.J.H.M. Huisman --- 110

Tabel 3. Perbedaan Mandat dan Delegasi menurut Philipus M. Hadjon --- 111

Tabel 4. Perbedaan Atribusi, Delegasi dan Mandat dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan --- 112

Tabel 5. Perbandingan Jenis Peraturan Perundang-undangan menurut :TAP MPRS XX/MPRS/1966, TAP MPR III/MPR/2000, UU 10/2004 dan UU 12/2011 --- 192

Tabel 6. Konsep batal demi hukum dan dapat Dibatalkan --- 196

(8)

DAFTAR KOTAK

Kotak 1. Pengertian Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan dan Peraturan Perundang-Perundang-undangan --- 56 Kotak 2. Putusan MA: „Surat Edaran‟ Bukan Objek

Hak Uji Materiil Tapi dalam perkara lain, pernah dinyatakan sebagai objek HUM karena isinya

bersifat regeling. --- 58 Kotak 3. Asas Kesesuaian antara Jenis, Hirarki, dan

Materi Muatan --- 194 Kotak 4. Asas Kelembagaan atau Pejabat Pembentuk

yang Tepat --- 195 Kotak 5. Materi Muatan yang Harus Diatur dengan

Undang-Undang --- 222 Kotak 6. Materi Muatan Pengaturan Lebih Lanjut

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... iii

PRAKATA ………….………... v

DAFTAR GAMBAR ...………... vi

DAFTAR TABEL ...………... vi

DAFTAR KOTAK ...………... vii

DAFTAR ISI ………... viii

IDENTITAS MATA KULIAH ………... 1

DESKRIPSI SUBSTANSI PERKULIAHAN.………... 1

CAPAIAN PEMBELAJARAN ………... 1

MANFAAT MATA KULIAH ………... 2

PERSYARATAN MENGIKUTI MATA KULIAH .………... 2

ORGANISASI MATERI ………... 2

METODE, STRATEGI, DAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN ………... 4

TUGAS – TUGAS ………..………... 5

UJIAN-UJIAN DAN PENILAIAN .………... 5

BAHAN BACAAN ………... 7

JADWAL PERKULIAHAN ………... 9 PERTEMUAN I KULIAH KESATU : PEMAHAMAN DASAR HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN .………...

12 1.1. Pendahuluan ………... 1.2. Capaian Pembelajaran & Indikator Capaian …... 1.3. Nama Mata Kuliah: Dari Ilmu

Perundang-Undangan Ke Hukum Perundang-Perundang-Undangan..…... 1.4. Hukum Perundang-Undangan: Pengaturan dan

Disiplin Ilmu Hukum ………... 1.5. Perundang-Undangan: Pembentukan Peraturan

Undangan dan Peraturan Perundang-Undangan ... 1.6. Obyek Kajian Hukum Perundang - undangan ... 1.7. Metode kajian hukum perundang-undangan...

12 12 13 19 26 30 35

(10)

1.8. Penutup... 1.9. Bahan Bacaan/Rujukan Pengayaan ………

49 51 PERTEMUAN II TUTORIAL I: PEMAHAMAN DASAR

HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN ………... 56 2.1. Pendahuluan ………. 2.2. Penyajian Materi ……….. 2.3. Penutup ……..………..

2.4. Bahan Bacaan/ Rujukan Pengayaan ….…………. 56 56 60 61 PERTEMUAN III KULIAH KEDUA: NORMA HUKUM

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ... 62

3.1. Pendahuluan ………..………

3.2. Capaian Pembelajaran & Indikator Capaian .…… 3.3. Pengertian Norma Hukum ……….. 3.4. Asas Hukum, Norma Hukum dan Aturan Hukum..

3.5. Jenis Norma Hukum ………..

3.6. Sifat Norma Hukum ………..

3.7. Struktur Norma Hukum Dalam Hukum ………… 3.8. Metode Perumusan Norma Hukum Dalam Aturan

Hukum ……….. 3.9. Penutup ………... 3.10. Bahan Bacaan/Rujukan Pengayaan ……...

62 62 63 64 69 74 75 79 82 83 PERTEMUAN IV TUTORIAL II: NORMA HUKUM DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ... 85 4.1. Pendahuluan ………... 4.2. Penyajian Materi ……… 4.3. Penutup ………... 4.4. Bahan Bacaan ……… 85 85 86 87 PERTEMUAN V KULIAH KETIGA: SUMBER

KEWENANGAN PERUNDANG-UNDANGAN ………. 89

5.1. Pendahuluan ………... 5.2. Capaian Pembelajaran & Indikator Capaian .… 5.3. Pengertian sumber kewenangan ………. 5.4. Kewenangan Atribusi dan Delegasi ………

89 89 89 94

(11)

5.5. Perbedaan sumber kewenangan Perundang - undangan dengan sumber kewenangan

pemerintahan …...

5.6. Penutup ………..

5.7. Bahan Bacaan/Rujukan Pengayaan …………

106 118 119 PERTEMUAN VI TUTORIAL III: SUMBER KEWENANGAN PERUNDANG-UNDANGAN ……... 122

6.1. Pendahuluan ………

6.2. Penyajian Materi ………. 6.3. Penutup ………... 6.4. Bahan Bacaan/ Rujukan Pengayaan...……….

122 122 123 123 PERTEMUAN VII KULIAH KEEMPAT: SEJARAH

PERUNDANG-UNDANGAN

124

7.1. Pendahuluan ………

7.2. Capaian Pembelajaran & Indikator Capaian ….

7.3. Periode Kolonial ……….

7.4. Periode awal Berlakunya UUD 1945 …………. 7.5. Periode Berlakunya Konstitusi RIS ………….. 7.6. Periode Berlakunya UUDS 1950 ……… 7.7. Era Demokrasi Terpimpin ………. 7.8. Era Demokrasi Pancasila ……...

7.9. Periode Reformasi ……….

7.10. Penutup ………... 7.11. Bahan Bacaan/Rujukan Pengayaan …………..

124 124 125 125 129 130 130 131 138 153 154 PERTEMUAN VIII UJIAN TENGAH SEMESTER …... 156 PERTEMUAN IX TUTORIAL IV: SEJARAH PERUNDANG-UNDANGAN …...

157

9.1. Pendahuluan ………... 9.2. Penyajian Materi ………. 9.3. Penutup ………... 9.4. Bahan Bacaan/ Rujukan Pengayaan …...

157 157 157 158

(12)

PERTEMUAN X KULIAH KELIMA: DASAR DASAR PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN ………... 159

10.1. Pendahuluan …………... 10.2. Capaian Pembelajaran & Indikator Capaian …... 10.3. Kedudukan Pancasila dalam Peraturan

Perundang-undangan ………... 10.4. Landasan Keberlakuan Peraturan

Perundang-undangan …………... 10.5. Asas-asas pembentukan Peraturan

Perundang-undangan ………...

10.6. Penutup ………...

10.7. Bahan Bacaan/Rujukan Pengayaan ………... 159 159 159 161 164 169 171 PERTEMUAN XI TUTORIAL V: DASAR DASAR

PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN ………... 172 11.1. Pendahuluan ……….... 11.2. Penyajian Materi ………... 11.3. Penutup ………... 11.4. Bahan Bacaan ………... 172 172 174 174 PERTEMUAN XII KULIAH KEENAM: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN ………... 175 12.1. Pendahuluan ………... 12.2. Capaian Pembelajaran & Indikator Capaian ... 12.3. Jenis Peraturan Perundang-undangan ………... 12.4. Fungsi Peraturan Perundang-undangan... 12.5. Materi muatan Peraturan Perundang- undangan... 12.6. Penutup ………... 12.7. Bahan Bacaan/Rujukan Pengayaan …………...

175 176 177 204 215 237 239 PERTEMUAN XIII TUTORIAL VI: JENIS, FUNGSI DAN

MATERI MUATAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN ………... 241

(13)

13.1. Pendahuluan ………... 13.2. Penyajian Materi ………... 13.3. Penutup ………... 13.4. Bahan Bacaan/ Rujukan Pengayaan ………...

241 241 242 242 PERTEMUAN XIV KULIAH KETUJUH: PROSES

PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.... 243

14.1. Pendahuluan ………... 14.2. Capaian Pembelajaran & Indikator Capaian …... 14.3. Proses Pembuatan Undang-Undang ………... 14.4. Proses Pembuatan Perppu, PP dan Perpres ……... 14.5. Proses Pembentukan Perda ………... 14.6. Partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan Peraturan

Perundang-undangan …………...

14.7. Penutup ………...

14.8. Bahan Bacaan/Rujukan Pengayaan ………... 244 244 244 286 289 297 299 300 PERTEMUAN XV TUTORIAL VII: PROSES PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN... 302

15.1. Pendahuluan ………... 15.2. Penyajian Materi ………... 15.3. Penutup ………... 15.4. Bahan Bacaan/ Rujukan Pengayaan ………...

302 302 303 304 PERTEMUAN XVI UJIAN AKHIR SEMESTER …... 305

(14)

IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Hukum Perundang-Undangan Kode Mata KuIiah : BII 4233

SKS : 2 SKS

Status Mata Kuliah : Wajib Fakultas

Tim Pengajar : Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja,S.H., M.Hum. I Nengah Suantra, S.H., M.H.

Made Nurmawati,S.H., M.H.

Dr. Ni Luh Gede Astariyani,S.H., M.H. Ni Made Ari Yuliartini Griadhi,S.H., M.H. Nyoman Mas Aryani, S.H., M.H.

Edward Thomas Lamury Hadjon, S.H., LL.M.

DESKRIPSI SUBSTANSI PERKULIAHAN

Hukum Perundang-undangan merupakan mata kuliah yang mengkaji aspek-aspek teoritis perundang-undangan, selain itu pula substansi mata kuliah ini juga mengkaji aspek-aspek hukum dari perundang-undangan berkaitan dengan pengertian, norma hukum peraturan perundang-undangan (jenis, sifat, struktur norma hukum dan metode dalam merumuskan norma hukum). Hal lainnya yang dikaji adalah menyangkut sumber kewenangan perundang-undangan. Dari mana sumber kewenangan itu berasal merupakan hal yang penting bagi sah/tidaknya peraturan tersebut. Sebagai sebuah Negara Hukum, setiap tindakan pemerintah ataupun rakyat harus berdasarkan kepada peraturan, maka substansi perkuliahan ini juga mencakup dasar-dasar pembentukan peraturan perundang-undangan, jenis/materi, proses pembentukan serta pengawasan atau pengujian peraturan perundang-undangan.

CAPAIAN PEMBELAJARAN

(15)

Perundang-undangan ini diharapkan mahasiswa mampu memahami teori, asas, kaidah hukum pembentukan peraturan perundangundangan baik menyangkut perumusan norma hukum, proses pembentukan maupun pengawasannya.

MANFAAT MATA KULIAH

Hukum Perundang-undangan merupakan mata kuliah yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai pendalaman dari mata kuliah lain dalam kelompok mata kuliah keahlian hukum, terutama Hukum Tata Negara, khususnya substansi Hukum Perundang-undangan. Karena itu, Hukum Perundang-undangan selain memberikan manfaat teoritis bagi mahasiswa, yakni mahasiswa dapat memahami seluk-beluk istilah, pengertian dan asas-asas terkait dengan Hukum Perundang-undangan; mahasiswa juga memperoleh manfaat praktis yaitu proses pembentukan peraturan perundang-undangan dan pengujian.

PERSYARATAN MENGIKUTI MATA KULIAH

Mata kuliah Hukum Perundang-undangan merupakan mata kuliah wajib institusional yang ditawarkan pada semester 3. Berdasarkan pada Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor : 980/Un14.1.11/PP/2013 Tentang Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013 dan Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor: 849/Un14.1.11/PP/2013 Tentang Kurikulum Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013, mata kuliah Hukum Perundang-undangan dipersyarati dengan mata kuliah Hukum Tata Negara.

ORGANISASI MATERI

Materi kuliah terdiri dari beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan, yang dapat digambarkan secara sistematis, sebagai berikut:

(16)

I. Pendahuluan

a. Nama Mata Kuliah: Dari Ilmu Perundang-Undangan Ke Hukum Perundang-Undangan.

b. Hukum Perundang-Undangan: Pengaturan dan Disiplin Ilmu Hukum.

c. Undangan: Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Perundang-Perundang-Undangan.

d. Obyek Kajian Hukum Perundang-Undangan. e. Metode Kajian Hukum Perundang-Undangan.

II. Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan a. Pengertian norma hukum

b. Asas hukum,norma hukum dan aturan hukum c. Jenis norma hukum

d. Sifat norma hukum

e. Struktur norma hukum dalam aturan hukum

f. Metode perumusan norma hukum dalam aturan hukum

III. Sumber Kewenangan Perundang-Undangan a. Pengertian sumber kewenangan

b. Kewenangan Atribusi dan Delegasi

c. Perbedaan sumber kewenangan Perundang-undangan dengan sumber kewenangan pemerintahan.

IV. Sejarah Perundang-undangan a. Periode Kolonial

b. Periode Awal Berlakunya UUD 1945 c. Periode Berlakunya Konstitusi RIS d. Periode Berlakunya UUDS 1950 e. Periode Demokrasi Terpimpin f. Periode Demokrasi Pancasila g. Periode Reformasi

(17)

V. Dasar-Dasar Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan a. Kedudukan Pancasila dalam Peraturan Perundang-undangan b. Landasan Keberlakuan Peraturan Perundang-undangan c. Asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan

VI. Jenis dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan a. Jenis Peraturan Perundang-undangan Pusat dan Daerah b. Fungsi Peraturan Perundang-undangan

c. Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan

VII. Proses Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan a. Proses pembuatan Undang - Undang

b. Proses Pembuatan Perppu, PP dan Perpres c. Proses Pembentukan Perda

d. Partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan Peraturan Perundang-undangan

METODE, STRATEGI, DAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN

Metode perkuliahan yang digunakan yaitu metode Problem

Based Learning. Mahasiswa belajar (learning) menggunakan masalah sebagai basis pembelajaran. Dosen bukan mengajar (teaching), tetapi memfasilitasi mahasiswa belajar.

Pelaksanaan perkuliahan dikombinasikan dengan tutorial. Perkuliahan dilakukan oleh dosen penanggung jawab mata kuliah sebanyak 6 (enam) kali, untuk memberikan orientasi materi perkuliahan per-pokok bahasan. Sedangkan tutorial dilaksanakan sebanyak 6 (enam) kali. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dilakukan dengan penilaian terhadap tugas-tugas, ujian tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester (UAS). Dengan demikan, keseluruhan tatap muka pertemuan berjumlah 14 kali.

(18)

Perkuliahan Pokok-pokok Bahasan dan sub-sub pokok bahasan dipaparkan dengan alat bantu papan tulis, power point slide, dan penyiapan bahan bacaan tertentu yang dipandang sulit diakses oleh mahasiswa. Mahasiswa sudah mempersiapkan diri (self study) sebelum mengikuti perkuliahan dengan mencari bahan materi, membaca, dan memahami pokok-pokok bahasan yang akan dikuliahkan sesuai dengan arahan (guidance) dalam Buku Ajar. Perkuliahan dilakukan dengan proses pembelajaran dua arah, yakni pemaparan materi, tanya jawab, dan diskusi.Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas, baik discussion task, study task, maupun problem task sebagai bagian dari self study. Tugas-tugas dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada setiap jenis tugas-tugas. Kemudian presentasi dan berdiskusi di kelas tutorial.

TUGAS-TUGAS

Mahasiswa diwajibkan untuk membahas, mengerjakan dan mempersiapkan tugas-tugas yang ditentukan di dalam Buku Ajar. Tugas-tugas terdiri dari tugas mandiri yang dikerjakan di luar perkuliahan, tugas yang harus dikumpulkan, dan tugas yang harus dipresentasikan. Tugas-tugas dalam tutorial terdiri dari study task, discussion task, dan problem task.

UJIAN-UJIAN DAN PENILAIAN

Ujian-ujian terdiri dari ujian tertulis dalam bentuk essay dalam masa tengah semester dan akhir semester. Ujian tengah semester (UTS) dapat diberikan pada saat tutorial atas materi perkuliahan nomor 1 dan 2. UTS dapat diganti dengan menggunakan nilai tutorial 1, 2, dan 3 dari perkuliahan 1 dan 2. Sedangkan ujian akhir semester ( UAS ) dilakukan atas materi perkuliahan 3, 4 dan 5 dan tutorial 4, 5 dan 6 yang dilakukan pada pertemuan ke-14. Ujian dapat dilakukan secara lisan jika memenuhi persyaratan pelaksanaan ujian lisan yang ditentukan dalam Peraturan Akademik Fakultas

(19)

Hukum Universitas Udayana.

Penilaian meliputi aspek hard skills dan aspek soft skills. Penilaian hard skill dilakukan melalui tugas-tugas (TT), UTS, dan UAS. Penilaian soft skill meliputi penilaian atas kehadiran, keaktifan, kemampuan presentasi, penguasaan materi, argumentasi, disiplin, etika dan moral berdasarkan pada pengamatan dalam tatap muka selama perkuliahan dan tutorial. Nilai soft skill ini merupakan nilai tutorial yang dijadikan sebagai nilai tugas. Nilai Akhir Semester (NA) diperhitungkan menggunakan rumus seperti pada Buku Pedoman Pendidikan FH UNUD 2013, yaitu

(UTS + TT ) + 2 (UAS) 2

NA =

3

Sistem penilaian mempergunakan skala 5 (0-4) dengan rincian dan kesetaraan sebagai berikut :

Skala Nilai Penguasaan Kompetensi

Keterangan dengan skala nilai Huruf Angk a 0-10 0-100 A B+ B C+ C D+ D E 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0 Istimewa Sangat Baik Baik Cukup Baik Cukup Kurang Cukup Kurang Sangat Kurang 8,0-10,0 7,1-7,9 6,5-7,0 6,0-6,4 5,5-5,9 5,0-5,4 4,0-4,9 0,0-3,9 80-100 71-79 65-70 60-64 55-59 50-54 40-49 0-39

(20)

BAHAN BACAAN Peraturan Perundang-Undangan Terkait

Republik Indonesia,Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia, UUDNRI Tahun 1945.

_______,Undang-Undang Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UU No.12 Tahun 2011. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoesia Nomor 5234 ).

_______, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).

_______,Putusan Perkara Mahkamah Konstitusi No.065/PUU-ll/2004 Pengujian Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

_______,Peraturan Presiden No.68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang- Undang, Rancangan Perppu, Rancangan PP dan Rancangan Perpres.

_______,Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2014 teantang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Literatur Terkait

Abdul Latief, Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)

Pada Pemerintahan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2005. Bayu Dwi Anggono, Perkembangan Pembentukan Undang-Undang

di Indonesia, Jakarta: Konpress, 2014.

Bagir Manan, dasar-dasarPeraturan Perundang-undangan Indonesia, IndoHillCo, Jakarta, 1992.

Hamid S Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik

Indonesia DalamPenyelenggaraan Pemerintahan Negara,

Disertasi Doktor,Fakultas Pasca Sarjana UI, Jakarta, 1990, Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009.

(21)

I Gede Panca Astawa dan Na‟a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu

Perundang-undangan, Alumni, Bandung, 2008.

Jimly Assidiqie, Perihal Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta, 2006.

Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu PerundangUndangan1: Jenis,

Fungsi danMateri Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2007.

________________________,Ilmu Perundang-undangan 2: Proses

dan Teknik Pembentukannya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2007.

I.C.Van Der Viles, Buku Pegangan Perancangan Peraturan

Perundang-undangan Terjemahan, Dirjen

Perundang-Undangan Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2005. Supardan Madeong dan Zudan Arif Fakrulloh, Legal Drafting

berporos Hukum Humanis Partisipatoris, Perca, Jakarta, 2005. Hamzah Halimdan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis

Menyusun danMerancang Peraturan Daerah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis disertai manual) –Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Emperis, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009.

Rosjidi Ranggawidjaya, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan,Mandar Maju, Bandung, 1998.

Fatmawati, Hak Menguji (Toetsingsrecht) Yang dimiliki Hakim dalam

Sistem Hukum Indonesia, Taja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

(22)

JADWAL PERKULIAHAN

NO PERTEMUAN KEGIATAN TOPIK

1 Pertemuan I Perkuliahan I Pendahuluan

a. Nama Mata Kuliah: Dari Ilmu

Perundang-Undangan Ke

Hukum Perundang-Undangan. b. Hukum Perundang-Undangan: Pengaturan dan Disiplin Ilmu Hukum. c. Perundang-Undangan: Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Perundang-Undangan.

d. Obyek Kajian Hukum

Perundang-Undangan.

e. Metode kajian hukum

perundang-undangan.

2 Pertemuan II Tutorial I Pemahaman Dasar Hukum

Perundang-Undangan

3 Pertemuan III Perkuliahan II Norma Hukum Dalam Peraturan

Perundang-Undangan a. Pengertian Norma Hukum b. Asas Hukum, Norma Hukum

dan Aturan Hukum c. Jenis Norma Hukum d. Sifat Norma Hukum

e. Struktur Norma Hukum Dalam Aturan Hukum

f. Metode Perumusan Norma Hukum Dalam Aturan Hukum.

4 Pertemuan IV Tutorial II Pemahaman Norma Hukum

5 Pertemuan V Perkuliahan III Sumber Kewenangan

Perundang-undangan

a. Sumber kewenangan.

b. Kewenangan atribusi dan kewenangan delegasi.

(23)

perundang-undangan dengan

sumber kewenangan

pemerintahan.

6 Pertemuan VI Tutorial III Sumber kewenangan

Perundang-undangan

7 Pertemuan VII Perkuliahan IV Sejarah Perundang-undangan

a. Periode Kolonial

b. Periode Awal Berlakunya UUD 1945

c. Periode Berlakunya Konstitusi RIS

d. Periode Berlakunya UUDS 1950

e. Periode Berlakunya UUD 1945 Era Demokrasi Terpimpin f. Periode Berlakunya UUD 1945

Era Demokrasi Pancasila g. Periode Berlakunya UUD 1945

hasil perubahan.

8 Pertemuan VIII UTS Substansi Perkuliahan I- IV

9 Pertemuan IX Tutorial IV Sejarah Perundang-undangan

10 Pertemuan X Perkuliahan V Dasar-Dasar Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan a. Kedudukan Pancasila dalam

Peraturan Perundang-undangan b. Landasan Keberlakuan

Peraturan Perundang-undangan c. Asas-asas Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan

11 Pertemuan XI Tutorial V Dasar-Dasar, Pembentukan

Peraturan Perundang-undanga 12 Pertemuan XII Perkuliahan VI Jenis, Fungsi dan Materi Muatan

Peraturan Perundang-Undangan a. Jenis Peraturan

Perundang-undangan

b. Fungsi Peraturan Perundang-undangan

c. Materi Muatan Peraturan Perundang undangan

(24)

Peraturan Perundang-Undangan: 14 Pertemuan XIV Perkuliahan VII Proses Pembuatan Peraturan

Perundang-Undangan a. Proses Pembuatan UU;

b. Proses Pembuatan Perppu, PP Dan Perpres;

c. Proses Pembuatan Perda; Dan

d. Bentuk Dan Mekanisme

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan, Terutama Dalam Pembuatan UU Dan Perda.

15 Pertemuan XV Tutorial VII Proses Pembuatan Peraturan

Perundangundangan

16 Pertemuan XVI UAS Substansi Perkuliahan V, VI, dan

(25)

PERTEMUAN I : KULIAH KESATU

PEMAHAMAN DASAR HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN 1.1. Pendahuluan

Mengawali pertemuan pembelajaran mata kuliah ini, Mahasiswa diajak mempelajari perihal pemahaman dasar Hukum Perundang-undangan, meliputi (1) nama mata kuliah: dari ilmu perundang-undangan ke hukum perundang-undangan; (2) hukum perundang-undangan: pengaturan dan disiplin ilmu hukum; (3) perundang-undangan: pembentukan peraturan perundang-undangan dan peraturan perundang-undangan; (4) obyek kajian hukum undangan; dan (5) metode kajian hukum perundang-undangan.

Penguasaan pemahaman dasar Hukum Perundang-undangan ini menjadi landasan dalam memahami materi pembelajaran pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

1.2. Capaian Pembelajaran & Indikator Capaian

Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi pembelajaran ini, Mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman mengenai dasar-dasar Hukum Perundang-undangan.

Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi pembelajaran tersebut, Mahasiswa mampu:

a. menjelaskan perubahan nama mata kuliah dari ilmu perundang-undangan ke hukum perundang-perundang-undangan;

b. menguraikan pengertian hukum perundang-undangan yang meliputi aspek pengaturan dan aspek disiplin ilmu hukum; c. menguraikan pengertianperundang-undangan yang meliputi

aspek pembentukan peraturan perundang-undangan dan aspek peraturan perundang-undangan;

d. menjelaskan ruang lingkup obyek kajian hukum perundang-undangan; dan

(26)

e. menjelaskan ragam metode kajian hukum perundang-undangan.

1.3. Nama Mata Kuliah: Dari Ilmu Perundang-undangan ke Hukum Perundang-Undangan

Mata Kuliah ini sebelumnya berjudul Ilmu Perundang-undangan. Ilmu perundang-undangan (science of legislation atau

wetgevingswetenschap) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan (Gesetzgebungswissenschaft), bagian lainnya adalah Teori Perundang-undangan.

Pemahaman yang memadai mengenai Ilmu Perundang-undangan dan Ilmu Pengetahuan Perundang-Perundang-undangan dapat diperoleh dari berbagai tulisan A. Hamid S. Attamimi. Berikutnya kutipan dari tulisan dimaksud, yang untuk memudahkan memahami dirinci sebagai berikut:

1. Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan (terjemahan Geselzgebungs-wissenschaft) merupakan ilmu baru, dikembangkan terutama di negara-negara yang berbahasa Jerman. Negeri Belanda dan negara-negara lain sekitarnya menerima manfaatnya.

2. Sebagai ilmu baru, tentu saja orang masih mempersoalkan penanganan disiplinernya, kesesuaian metodologinya, kecermatan terminologinya, dan lain-lainnya. Orang juga masih mempersoalkan apakah ia ilmu yang monodisipliner yuridis, multidisipliner, ataukah interdispliner.

3. Di antara para pelopor Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Burkhardt Krems (Grundfragen den Gesetzbungslehre, 1979) dan Werner Maihofer (Gesetzgebungswissenschaft 1981) yang paling jelas mengemukakan wawasannya tentang kedudukan ilmu tersebut dan bagian- bagiannya.

4. Krems membagi Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan (Geselzgebungswissenschaft) ke dalam Teori Perundang-undangan (Geselzgebungstheorie) dan Ilmu

(27)

Perundang-undangan (Gesetzgebungslehre). Yang pertama berorientasi kepada mencari kejelasan dan kejernihan pengertian-pengertian (erklarungsorientiert) dan yang kedua berorientasi kepada melakukan perbuatan (handlungsorientiert); yang pertama bersifat kognitif dan yang kedua normatif.

5. Maihofer membagi Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan (Gesetzgebungswissenschaft) ke dalam Penelitian Kenyataan Hukum (Rechtstatsachenforschung) yang meneliti undang-undang, pembentukan undang-undang, dan pembentuk undang-undang dalam kenyataan sehari-hari, dan Ilmu Perundang-undangan (Gesetzgebungslehre), yang merupakan bagian politik hukum yang didasarkan pada pengalaman hukum serta merupakan petunjuk dalam pembentukan hukum.

6. Menurut W.G. van der Velden (De ontwikkeling van de

wetgevingswetenschap, diss. 1988), hanya Krems dan Maihofer yang membagi Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan ke dalam bagian-bagian yang disebutnya empirische dan normatieve

wetgevingswetenschap. Keduanya mengembangkan tema dan arah penelitian yang dapat dikatakan sama. Krems, membagi lagi IImu Perundang-undangan (Gesetzgebungslehre) ke dalam Proses Perundang-undangan (Gesetzgebungsverfahren), Metode Perundang-undangan (Gesetzgebungsmethode), dan Teknik Perundang-undangan (Gesetzgebungstechnik). Sedangkan Maihofer membagi lagi Ilmu Perundang-undangan (Gesetzgebungslehre) ke dalam Teknik Perundang-undangan (Teehnik der Gesetszgebung), Metodik Perundang-undangan (Methodik der Gesetzgebung), dengan tambahan Taktik Perundang-undangan (Taktik der Gesetzgebung), dan Analitik Perundang-undangan (Analitik der Gesetzgebung).1

1 A. Hamid S. Attamimi, 1990, “Ilmu

Pegetahuan Perundang-undangan (Gesetzgebungswissenchaft) dan Pengembangan Pengajarannya di Fakultas Hukum”, Makaiah dalam Diskusi Mengenai Kemungkinan Masuknya Ilmu Perundang-undangan Dalam Kurikulum

(28)

Paparan tersebut menunjukkan pemahaman bahwa Ilmu Perundang-undang merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan. Terdapat bagian-bagian yang empirs dan normatif dalam Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan. Khususnya Ilmu Perundang-undangan, ia merupakan bagian politik hukum yang didasarkan pada pengalaman hukum serta merupakan petunjuk dalam pembentukan hukum.

Sekaligus menegaskan bahwa Ilmu Perundang-undangan sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan tidaklah bersifat monodisipliner. Hal ini tampak dalam kutipan berikut:2 1. Krems mendefinisikan IImu Pengetahuan Perundang-undangan

dengan ilmu pengetahuan yang interdisipliner tentang pembentukan hukum negara.

2. la menyatukan berbagai segi pengetahuan yang ada dan menggunakannya bagi suatu jangkauan obyeknya yang khusus. 3. Dalam hubungannya dengan IImu Pengetahuan Hukum, IImu

Politik, dan Sosiologi, IImu Pengetahuan Perundang-undangan dari satu sudut lebih sempit dan dari sudut lain lebih luas: lebih sempit dilihat dari obyek penelitiannya (hanya pembentukan peraturan negara) dan lebih luas di- lihat dari permasalahannya, paradigmanya, dan metodanya.

4. Beberapa materi perkuliahan pada fakultas hukum yang akan terkait dengan materi kuliah IImu Pengetahuan Perundang-undangan ialah antara lain, di bidang teori hukum ialah Pengantar

Fakultas Hukum pada Pertemuan Dekan-dekan Fakultas Hukum Negeri Se·Indonesia di Bawah Konsorsium Ilmu Hukum, Jakarta, 20-21 Oktober 1989, dimuat dalam Hukum dan Pembangunan, Februari 1990, ( selanjutnya disingkat A. Hamid S. Attamimi I) hlm. 4-5. Cermati juga Maria Farida Indrati Soeprapto, 2002, Ilmu Perundang-undangan: Dasar-dasar dan

Pembentukannya, cetakankelima,Yogyakarta:Kanisius,hlm. 2-3.

2 Ibid.

(29)

IImu Hukum,3 di bidang teori kenegaraan ialah Ilmu Negara, di bidang dogmatika hukum ialah Pengantar Tata Hukum Indonesia, Asas-asas Hukum Tata Negara, Asas-asas Hukum Administrasi Negara, Lembaga Kepresidenan, Lembaga Perwakilan Rakyat, Hukum Tata Usaha dan Birokrasi Negara, dan Hukum Administrasi Daerah, dan di bidang ilmu-ilmu penunjang lainnya ialah Sosiologi Hukum (sebaiknya Sosiologi Perundang-undangan)4, Politik Hukum (apabila sudah ada, sebaiknya Politik Perundang-undangan),5 dan Filsafat Hukum.6

A. Hamid S. Attamimi mengemukakan juga metode

3

Untuk strata 2 Program Studi Ilmu Hukum terdapat mata kuliah berjudul Teori Hukum, antara lain dapat dicermati JJ.H. Bruggink, 2011, Refleksi Tentang Hukum: Pengertian-Pengertian Dasar dalam Teori Hukum, terjemahan B. Arief Sidharta, Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, hlm. 87-118, 119-140, 141-158 (Bab V Aturan Hukum dan Kaidah Hukum, Bab VI Asas Hukum dan Sistem Hukum, Bab VII Keberlakuan Kaidah Hukum), materi yang berkaitan dengan pembentukan isi peraturan perundang-undangan.

4

Pengenalan awal sosiologi perundang-undangan antara lain dalam Soerjono Soekanto, “Masalah-masalah Di Sekitar Perundang-undangan (Suatu Tinjauan menurut Sosiologi Hukum), dalam Majalah FH UI, Nomor (?) Tahun (?), hlm. 27-34, dan Jufrina Rizal, Sosiologi Perundang-undangan

dan Pemanfaatannya dalam Hukum dan Pembangunan Nomor 3 Tahun XXXIII, Juli-September 2003, hlm. 413-427.

5

Dapat dipelajari antara lain Pataniari Siahaan, 2012, Politik Hukum

Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Konstitusi Press, juga dalam H. Abdul Latif dan H. Hasbi Ali, Politik

Hukum, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, hlm. 164-192 (Bab 6 Politik Perundang-undangan Indonesia).

6

Antara lain dapat dipahami dari Theo Huijbers, 1995, Filsafat

Hukum, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, hlm. 139-147 (Bab 12 Keahlian Sarjana Hukum, yang membahas kesenian hukum dan pembentukan hukum). Juga di dalam Franz Magnis-Suseno, 2016, Etika Politik Hukum: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 82-104 (Bab IV Apa Itu Hukum, yang membahas kekhasan norma hukum dan kepastian hukum serta keadilan), 144-154 (Bab VI Nilai-nilai Dasar dalam Hukum , yang mesti dilindungi produk legislatif).

(30)

pengajaran Ilmu Perundang-undangan. Menurutnya, karena IImu Perundang-undangan berorientasi kepada melakukan perbuatan, dalam hal ini melakukan pembentukan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya proses perancangan dan penyusunannya berdasarkan teknik dan metode yang menunjang, maka metoda pengajaran Ilmu Perundang-undangan selain merupakan kegiatan tatap muka, diskusi , dan seminar, juga merupakan latihan-Iatihan, baik bagian demi bagian maupun keseluruhan berbagai jenis peraturanperundang-undangan.7

Pengajaran mata kuliah IImu Perundang-undangan dengan bagian-bagiannya yakni proses, teknik, dan metoda perundang-undangan, menurut A. Hamid S. Attamimi, bertujuan agar para mahasiswa dapat mengetahui antara lain:

a. berbagai norma hukum, jenisnya, dan karakteristiknya serta tata susunannya, yang penting bagi pemahaman hakekatperaturan perundang-undangan; dapat mengetahui berbagai jenis peraturan perundang-undangan dan fungsinya masing-masing;

b. bentuk luar (kenvorm) dari berbagai jenis peraturan perundang-undangan;

c. tahap-tahap proses pembentukan suatu Undang- undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan peru\ldang-undangan lainnya;

d. cara menyusun dan merancang suatu peraturan undangan, apa bagian-bagian esensial peraturan perundang-undangan, dan bagaimana sistematika pembagian batang tubuhnya;

e. ragam bahasa dan ungkapan yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan.8

Perkembangan pengajaran mata kuliah Ilmu Perundang-undangan, setidaknya di Fakultas Hukum Universitas Udayana menekankan pada aspek hukum pembentukan peraturan

7

A. Hamid S. Attamimi I, op.cit., hlm. 6.

8

(31)

undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU No.10/2004), kemudian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU No.12/2011), dengan tidak meninggalkan esensi dari Ilmu Perundang-undangan yakni perihal pembentukan peraturan perundang-undangan yang mencakup pembentukan isi dan bentuknya.

Di bidang hukum yang menyangkut pembentukan peraturan perundang-undangan negara, menurut Burkhardt Krems, bermakna pembentukan peraturan yang meliputi:

a. isi peraturan;

b. bentuk dan susunan peraturan; c. metode pembentukan peraturan; dan

d. prosedur dan proses pembentukan peraturan.9

Ringkasnya, pembentukan peraturan perundang-undangan pada dasarnya meliputi pembentukan isi dan bentuk. Aspek bentuk menyangkut bentuk dan susunan, metode, prosedur dan proses pembentukannya.

Berdasarkan kondisi tersebut, yakni penekanan pada aspek hukum pembentukan peraturan perundang-undangan dan dengan tetap memperhatikan aspek isi dan bentuk tersebut, maka kuliah Ilmu undangan diganti namanya menjadi Hukum Perundang-undangan, dalam pengertian Hukum tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Uraian tersebut diringkas dalam gambar berikut:

9

A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik

Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara (Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Bersifat Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV), Disertasi Doktor, Jakarta: Fakultas

Pascasarjana Universitas Indonesia, (selanjutnya disingkat A. Hamid S. Atamimi II ), hlm. 300.

(32)

Gambar 1. Dari Ilmu Perundang-undangan ke Hukum Perundang-undangan

1.4. Hukum Perundang-undangan: Pengaturan dan Disiplin Ilmu Hukum

Istilah Hukum Perundang-undangan ditemukan dalam tulisan A. Hamid S. Attamimi dan Maria Farida. A. Hamid S. Attamimi, di dalam disertasi doktornya, pada bagian manfaat penelitian menulis:

“....diharapkan dapat memberikan manfaat.... pada ilmu pengetahuan

dan hukum di bidang perundang-undangan

(Gesetzgebungswissenschaft) dan Gesetzgebungsrecht).”10 Pada bagian lain, ia menulis:

…dewasa ini dikehendaki perhatian yang khusus terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan negara. Maka di masa mendatang, mengenai tempat perundang-undangan tersebut sebaiknya dapat dikembangkan lebih jauh di atas suatu bidang saja, yaitu ilmu interdisipliner tersendiri di bawah bimbingan ilmu hukum, yaitu ilmu yang diusulkan dengan nama Ilmu Pengetahuan Bidang Perundang-undangan,sebagai terjemahan Gesetzgebungswissenschaft,

wetgevingswetwnschap, Science of Legislation.11

10Ibid.

, hlm. 43.

11

(33)

Jadi ada istilah Ilmu pengetahuan bidang perundang-undangan (Gesetzgebungswissenschaft, wetgevingswetwnschap,

Science of Legislation) dan hukum di bidang perundang-undangan (Gesetzgebungsrecht). Selain itu, ada juga istilah hukum tentang peraturan perundang-undangan sebagai bagian dari Hukum Tata Pengaturan, sebagaimana dikemukakan A. Hamid S. Attamimi dalam Pidato Purna Bakti Guru Besar Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia.12

Penjelasan tentang pengertian Hukum Perundang-undangan tidak ditemukan dalam disertasi tersebut. Selanjutnya perlu menyimak penggunaan istilah Hukum Perundang-undangan di dalam tulisan Maria Farida, dkk., yakni:13

Hukum perundang-undangan sebagai disiplin ilmu pengetahuan hukum belum banyak dipelajari orang sebagai sebuah ilmu sehingga belum banyak dipahami oleh masyarakat luas. Bidang perundang-undangan tidak banyak diminati karena tidak berkorelasi langsung dengan praktek hukum secara luas.

Laporan Kompendium tersebut juga tidak menyertakan penjelasan tentang pengertian Hukum Perundang-undangan. Pemahaman yang diperoleh bahwa Hukum Perundang-undangan merupakan disiplin ilmu pengetahuan hukum. Namun, tidak juga dijelaskan Hukum Perundang-undangan sebagai disiplin ilmu pengetahuan hukum itu sama atau tidak dengan Ilmu Perundang-undangan.

Buku ini mencermati penggunaan istilah Hukum undangan dalam dua pengertian. Pertama, istilah Hukum

12

A. Hamid S. Attamimi, 1993, ”Hukum Tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan (Hukum Tata Pengaturan)”,

Pidato Purna Bakti Guru Besar Tetap, Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, (selanjutnya disingkat A. Hamid S. Atamimi III).

13

Maria Farida, dkk, 2008, Laporan Kompendium Bidang Hukum

Perundang-Undangan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, (selanjutnya disingkat Maria Farida I), hlm. 8.

(34)

undangan digunakan dalam dalam pengertian pengaturan. Kedua, istilah Hukum Perundang-undangan digunakan dalam pengertian disiplin ilmu hukum, atau dalam ungkapan Maria Farida, dkk., Hukum Perundang-undangan sebagai disiplin ilmu pengetahuan hukum.

Hukum Perundang-undangan sebagai pengaturan dapat dicermati dalam dua pengertian, yakni Hukum Perundang-undangan sebagai produk pengaturan dan Hukum Perundang-undangan sebagai instrumen pengaturan.

Hukum Perundang-undangan dalam pengertian produk pengaturan, tampak dalam pendapat Bagir Manan, yang juga menggunakan istilah Hukum Perundang-undangan dan memberikan pengertian. Hukum perundang-undangan merupakan salah bentuk dari hukum dalam suatu negara. Ia menulis:14

Hukum dalam suatu negara dapat menjelma dalam berbagai bentuk dan wujud, yaitu:

1. Hukum Perundang-undangan; 2. Hukum Yurisprudensi; 3. Hukum Adat;

4. Hukum Kebiasaan.

Penggolongan hukum di atas didasarkan kepada bentuk, cara terbentuk, dan pembentukannya, ungkap Bagir Manan.15 Mengenai hukum perundang-undangan, ia memberikan pengertian, ”Hukum perundang-undangan adalah hukum tertulis yang dibentuk dengan cara-cara tertentu, oleh pejabat yang berwenang dan dituangkan dalam bentuk tertulis.”16

Disebut hukum perundang-undangan, menurut Bagir Manan, karena dibuat atau dibentuk dan ditetapkan oleh badan yang menjalankan fungsi perundang-undangan

14

Bagir Manan, 1995, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi

Suatu Negara, Bandung : Mandar Maju, (selanjutnya disingkat Bagir Manan I), hlm. 17.

15 Ibid. 16 Ibid.

(35)

(legislasi).17

Tampaknya, hukum perundang-undangan dalam perspektif Bagir Manan mewujud ke dalam apa yang disebut sebagai peraturan perundang-undangan. Ia menulis:18

Hukum dalam suatu negara dapat menjelma dalam berbagai wujud, antara lain dalam bentuk Hukum Tertulis berupa peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan adalah setiap putusan yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh Lembaga dan atau Pejabat Negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang berlaku.

Bagir Manan, dalam bukunya yang lain menulis, bahwa yang dimaksud dengan peraturan perundangan adalah undang-undang dalam arti materiil. Menurutnya, undang-undang-undang-undang dalam arti materiil adalah setiap keputusan tertulis yang yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat secara umum.19

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hukum perundang-undangan adalah hukum tertulis yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat secara umum yang dibentuk dengan cara-cara tertentu oleh pejabat yang berwenang menjalankan fungsi perundang-undangan atau fungsi legislasi.

Ringkasnya, hukum perundang-undangan merupakan produk pengaturan. Ada produk pengaturan lainnya, hukum yurisprudensi

17 Ibid.

18

Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 1987, Peraturan

Perundang-undangan dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bandung: Penerbit CV. Armico, hlm. 3.

19

Bagir Manan, 1992, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia, Jakarta: Ind-Hill.Co, (Selanjutnya disingkat Bagir Manan II), hlm. 3. Selain itu terdapat undang-undang dalam arti formal, yakni keputusan tertulis sebagai hasil kerjasama antara pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat secara umum. Lihat Bagir Manan, 1992, Dasar-dasar..., Ibid., hlm. 4.

(36)

yakni hukum yang terbentuk melalui putusan hakim atau pengadilan, hukum adat yakni hukum tumbuh dan dipertahankan dalam persekutuan masyarakat hukum adat, dan hukum kebiasaan yakni hukum yang tumbuh dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan kehidupan dalam masyarakat.20

Berikutnya Hukum Perundang-undangan dalam pengertian instrumen pengaturan dapat dicermati sebagai hukum yang mengatur sesuatu hal, seperti penggunaan istilah Hukum Tata Pengaturan yakni hukum tentang peraturan perundang-undangan dan peraturan kebijakan.21 Pola ini ditemukakan juga dalam penggunaan istilah, seperti, Hukum Ekonomi, Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata Negara.22

Hukum Perundang-undangan, selain digunakan dalam pengertian pengaturan (baik sebagai produk maupun instrumen pengaturan), digunakan juga sebagai bidang kajian ilmu hukum, atau

20

Bagir Manan memahami hukum yurisprudensi, hukum adat, dan hukum kebiasaan sebagai berikut:

1. Hukum Yurisprudensi adalah hukum yang terbentuk melalui putusan hakim atau pengadilan. Yurisprudensi diakui sebagai hukum dalam arti konkrit.

2. Hukum Adat adalah hukum asli bangsa Indonesia, tidak tertulis yang tumbuh dan dipertahankan dalam persekutuan masyarakat hukum adat. Hukum adat diakui sebagai salah satu bentuk hukum yang berlaku. Karena mengikat bukan saja terhadap anggota persekutuan masyarakat hukum adat, melainkan mengikat pula badan peradilan atau administrasi negara yang bertugas menerapkannya dalam situasi konkrit.

3. Hukum Kebiasaan adalah hukum tidak tertulis, yang ketaatanya semata-mata bersifat sukarela atas dasar perasaan moral dan etika. Bagir Manan I, loc.cit.

21

A. Hamid S. Attamimi III, loc.cit.

22

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1983, Pengantar Hukum

Tata Negara Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, hlm. 29, mendefinisikan Hukum Tata Negara sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi dari negara, hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan horizontal, serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya.

(37)

dalam ungkapan Maria Farida, dkk., Hukum Perundang-undangan sebagai disiplin ilmu pengetahuan hukum.23

Sebagai bidang kajian ilmu hukum, Hukum Perundang-undangan adalah disiplin ilmu hukum yang mempelajari hukum tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, yang meliputi pembentukan isi dan bentuk peraturan perundang-undangan (yang mencakup bentuk dan susunan, metode, prosedur dan proses pembentukannya).24

Termasuk yang dipelajari dari aspek isi adalah pembentukan norma hukum dalam peraturan peraturan perundang-undangan. Ini seturut dengan pandangan A. Hamid S. Attamimi, yang merujuk pada D.W.P. Ruiter, mengemukakan pembentukan peraturan perundang-undangan pada hakekatnya ialah pembentukan norma-norma hukum yang berlaku ke luar dan yang bersifat umum dalam arti yang luas.25 Selain itu yang dipelajari dari aspek isi adalah materi muatan dan permusannya sebagai norma hukum ke dalam aturan hukum (peraturan perundang-undangan).

Termasuk yang dipelajari dari aspek bentuk adalah juga lembaga atau pejabat yang berwenang membentuk peraturan undangan, khususnya sumber kewenangan perundang-undangan.

Sebagian dari materi pembelajaran Hukum Perundang-undangan tersebut yang menyangkut aspek teknik perundang-undangan telah disediakan mata kuliah tersendiri yakni Perancangan Peraturan Perundang-undangan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Hukum Perundang-undangan sebagai bidang ilmu hukum dapat dimengerti sebagai bidang ilmu hukum atau disiplin ilmu hukum yang melakukan kajian

23

Maria Farida I, loc.cit.

24

Beranjak dari pendapat Burkhardt Krems tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, terkutip dalam A. Hamid S. Attamimi II, 1990, op.cit., hlm. 317.

25

(38)

tentang pembentukan peraturan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut diuraikan dalam Obyek dan Metode Kajian. Ringkasnya, uraian mengenai hukum perundang-undangan tersebut di atas digunakan dalam dua pengertian yakni hukum perundang-undangan dalam pengertian pengaturan dan hukum perundang-undangan dalam pengertian disiplin ilmu hukum, tampak jelas dalam gambar berikut:

Gambar 2. Pengertian Hukum Perundang-undangan

1.5. Perundang-undangan: Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Perundang-Undangan

Istilah Perundang-undangan merupakan terminologi hukum yang terkait dengan istilah dalam bahasa Belanda wetgeving. Menurut

Hukum Perundang - undangan Hukum Perundang – undangan dalam pengertian Pengaturan Hukum Perundang – undangan dalam pengertian Disiplin Ilmu Hukum Hukum Perundang – undangan dalam pengertian Produk Pengaturan Hukum Perundang-undangan dalam pengertian Instrumen Pengaturan

(39)

A. Hamid S. Attamimi,26 yang mengutip dari Kamus Hukum Fockema Andreae, wetgeving adalah (a) perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat atau tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan; dan (b) keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan tingkat daerah. Pengertian di dalam huruf (b) inilah disebut Peraturan Perundang-undangan.

Dengan perkataan lain, wetgeving atau perundang-undangan mempunyai dua pengertian, dari segi proses, perundang-undangan adalah perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat atau tingkat daerah, dan dari segi produk, perundang-undangan adalah keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan tingkat daerah.

Pembentukan peraturan perundang-undangan, mengutip kembali pandangan A. Hamid S. Attamimi, yang merujuk pada D.W.P. Ruiter, pada hakekatnya ialah pembentukan norma-norma hukum yang berlaku ke luar dan yang bersifat umum dalam arti yang luas.27

Pengertian pembentukan peraturan perundang-undangan menurut Kamus Hukum Fockema Andreae dikaitkan dengan pandangan A. Hamid S. Attamimi tersebut, maka pembentukan peraturan perundang-undangan adalah perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat atau tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan yang memuat norma-norma hukum yang berlaku ke luar dan yang bersifat umum dalam arti yang luas.

Secara otentik, pembentukan peraturan perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup

26 A. Hamid S. Attamimi, 1979, “Materi Muatan Peraturan

Perundang-undangan”, dalam Hukum dan Pembangunan, Vol. 9 No. 3 Tahun 1979, hlm. 281-292. A. Hamid S. Attamimi, 1982, “Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan”, dalam BPHN, Himpunan Bahan Penataran Latihan Tenaga Teknis Perancang Peraturan Perundang-undangan Tanggal 1 s/d 20 Juni 1981, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, hlm. 59-78. (selanjutnya disingkat A. Hamid S. Attamimi IV).

27

(40)

tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan (Pasal 1 angka 1 UU No. 12/2011). Definisi ini menonjol unsur tahapan pembentukan, sedangkan aspek pembentukan isinya tidak tampak dalam Pasal 1 angka 1 UU 12/2011. Namun, dikaitkan dengan pengertian peraturan perundang-undangan dalam Pasal 1 angka 2 UU No.12/2011, diperoleh pengertian pembentukan peraturan perundang-undangan, baik dari aspek bentuk maupun aspek isinya.

Jadi, pembentukan peraturan perundang-undangan adalah pembuatan peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang telah ditetapkan, yakni tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.

Telah dikemukakan pada uaian di atas, dari segi produk, perundang-undangan adalah keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan tingkat daerah, dan inilah disebut Peraturan Perundang-undangan, yang terkait dengan kata dasar undang-undang.

Ilmu Hukum membedakan antara undang-undang dalam arti materiil (wet in materiele zin) dan undang-undang dalam arti formal (wet in formele zin). Dalam arti formal, undang-undang adalah keputusan tertulis yang ditetapkan oleh pemerintah bersama parlemen sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam UUD.28 Dalam arti materiil, undang-undang adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat secara umum. Inilah yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan.29

Peraturan perundang-undangan adalah setiap putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh Lembaga atau Pejabat Negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif sesuai

28

Jimly Asshiddiqie, 2006, Perihal Undang-Undang, Jakarta: Konstitusi Press, hlm. 34-35.

29

(41)

dengan tata cara yang berlaku.30

Jadi, peraturan perundang-undangan adalah setiap putusan tertulis yang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat secara umum yang dibentuk oleh lembaga atau pejabat negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang berlaku.

Secara otentik peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang telah ditetapkan (Pasal 1 angka 2 UU No.12/2011).

Mengenai keputusan tertulis atau putusan tertulis dan peraturan tertulis, penting menyimak pengertian keputusan atau putusan. Kata keputusan dalam peristilahan ketatnegaraan dan tata pemerintahan Indonesia sama dengan kata besluit dalam ketatanegaraan dan tata pemerintahan Belanda dan Hindia Belanda. Menurut Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda-Indonesia, kata besluit berarti keputusan, istilah umum untuk pernyataan kehendak dari instansi pemerintah dan pembuat perundang-undangan. Berdasarkan uraian ini, A. Hamid S. Attamimi mengemukakan istilah keputusan dalam bidang ketatanegaraan dan tata pemerintahan merupakan pernyataan kehendak yang masih bersifat netral, dapat berisi peraturan (regeling) dan dapat pula berisi penetapan (beschikking).31

Uraian tersebut menunjukkan, pengertian otentik peraturan perundang-undangan tidak menggunakan istilah keputusan atau putusan yang merupakan pernyataan kehendak yang masih bersifat netral, akan tetapi langsung menggunakan istilah peraturan (regeling) yang merupakan spesies dari genus bernama keputusan (besluit).

Mengenai muatan norma hukum yang mengikat secara umum, secara teoritik berkesesuaian dengan pandangan D.W.P. Ruiter

30

Bagir Manan dan Kuntana Magnar, loc.cit.

31

(42)

bahwa peraturan perundang-undangan mengandung tiga unsur: (a) norma hukum (rechtsnormen); (b) berlaku ke luar (naar buiten

werken); dan (c) bersifat umum dalam arti luas (algemeenheid in

ruime zin).32

Berdasarkan pengertian peraturan perundang-undangan, baik secara teoritik maupun otentik, maka unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian peraturan perundang-undangan adalah:

1. Bentuknya, yakni peraturan tertulis, untuk membedakan dengan

peraturan yang tidak tertulis.

2. Pembentuknya, ialah lembaga negara atau pejabat yang

berwenang di bidang perundang-undangan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

3. Isinya, ialah norma hukum mengikat secara umum.

Dimaksud dengan ”yang berwenang di bidang perundang-undangan” adalah baik berwenang secara atribusi maupun berwenang secara delegasi. Teori perundang-undangan membedakan sumber kewenangan perundang-undangan atas atribusi kewenangan perundang-undangan dan delegasi kewenangan perundangundangan.

Adapun norma hukum yang mengikat secara umum berkenaan dengan norma hukum yang terkandung di dalamnya, yakni norma hukum bersifat umum dalam arti luas dan berlaku ke luar. Norma hukum yang bersifat umum, dari segi subyeknya adalah norma hukum yang dialamatkan (ditujukan) kepada setiap orang atau orang-orang bukan tertentu, dan dari segi obyeknya adalah norma hukum mengenai peristiwa yang terjadi berulang atau peristiwa yang bukan tertentu.

Uraian tentang sumber kewenangan dan norma hukum peraturan perundang-undangan lebih lanjut dikemukakan dalam bab tersendiri. Sebelum lanjut pada tematik lainnya, perlu diringkas uraian tersebut di atas, dari sisi aktivitas, perundang-undangan

32

(43)

bermakna aktivitas atau kegiatan membentuk peraturan negara atau pembentukan peraturan perundang-undangan, dan dari sisi produk atau hasil kegiatan membentuk peraturan negara, yang disebut peraturan perundang-undangan. Secara ringkas diungkapkan dalam gambar berikut:

Gambar 3. Cakupan Perundang-Undangan

1.6. Obyek Kajian Hukum Perundang-Undangan

Sebelum membicarakan obyek kajian hukum perundang-undangan perlu memahami terlebih dulu tentang proses hukum, yang dengan demikian dapat menempatkan hukum perundang-undangan dalam proses hukum itu. Hal ini akan berpengaruh pada obyek kajian dan juga metode kajian.

Proses hukum, menurut Satjipto Rahardjo, adalah perjalanan yang ditempuh hukum untuk menjalankan fungsinya, yaitu mengatur mengatur masyarakat atau kehidupan bersama. Jadi, bukan tentang jalannya suatu proses peradilan. Proses hukum diawali dengan pembuatan hukm, yang pada dasarnya adalah pembuatan peraturan perundang-undangan. Berikutnya penegakan hukum, baik yang dijalankan oleh eksekutif secara aktif, maupun oleh pengadilan secara pasif, 33

Dengan perkataan lain, proses hukum meliputi pembuatan

33

Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Adtya Bakti, hlm. 175-183.

Perundang-undangan

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(44)

hukum (oleh lembaga atau pejabat yang berwenang di bidang perundang-undangan), pelaksanaan hukum (oleh eksekutif dan birokrasi pada eksekutif), dan penerapan hukum atau peradilan (oleh pengadilan). Hukum perundang-undangan terletak pada pembuatan hukum.

Dari segi pembelajaran hukum, ada tiga fase yang dipelajari oleh pembelajar hukum, yakni (1) pembuatan hukum; (2) aturan hukum (hasil pembuatan hukum), dan pelaksanaan hukum (baik oleh eksekutif beserta birokrasinya, maupun oleh pengadilan). Obyek kajian Hukum Perundang-undangan adalah pada fase pembuatan hukum. Sekalipun demikian tidak dapat diabaikan dua fase lainnya. Aturan hukum, juga penting dipelajari, yang aturan hukum tentang pembuatan hukum. Pelaksanaan hukum juga perlu dipelajari, dalam hubungannya pembuatan hukum untuk menanggulangi pelaksanaan hukum yang tidak efektif.

Berdasarkan atas uraian tersebut di atas, Hukum Perundang-undangan sebagai bidang ilmu hukum pada dasarnya melakukan kajian mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan, terlingkup di dalamnya peraturan perundang-undangan tentang pembentukan peraturan peraturan perundang-undangan.

Obyek tersebut dikaji dari aspek hukum pembentukan peraturan perundang-undangan. Aspek hukum itu tidak saja menyangkut asas dan kaidah hukum pembentukan peraturan perundang-undangan, tapi meliputi pula lembaga dan proses untuk mewujudkan asas dan kaidah hukum pembentukan peraturan perundang-undangan menjadi kenyataan.

Karakter obyek kajian Hukum Perundang-undangan tersebut sejalan dengan perkembangan pengertian hukum, yang tidak membatasi pada perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tapi juga pada aspek lainnya, seperti lembaga atau struktur hukum dan proses atau budaya hukum. Dalam konteks pembelajaran ilmu hukum, yang dipelajari bukan saja mempelajari perangkat kaidah dan asas-asas hukum, tapi mempelajari

(45)

juga lembaga atau struktur hukum dan proses atau budaya hukum. Pengertian hukum yang memadai, menurut Mochtar Kusumaatmaja, seharusnya tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula mencakup lembaga (institutions) dan proses (processes) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.34

Pengertian hukum tersebut memuat tiga unsur. Pertama, perangkat kaidah dan asas-asas. Pengertian hukum sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, merupakan pengertian tradisional dari hukum. Kaidah hukum merupakan patokan berperilaku yang mempunyai akibat hukum. Asas-asas hukum merupakan pemikiran yang melandasi kaidah hukum.

Kedua, lembaga (institutions). Istilah ”lembaga” atau lembaga hukum (legal institution) mempunyai dua makna, yakni: (1) Himpunan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola perilaku mengenai kebutuhan-kebutuhan pokok manusia.35 Termasuk dalam pengertian ini adalah lembaga perkawinan, lembaga pengangkatan anak. Lembaga perkawinan dapat dimaknai sebagai himpunan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola perilaku mengenai perkawinan; dan (2) lembaga dalam pengertian struktur, mengacu pada Lawrence M. Friedman, yang merupakan salah satu dasar atau elemen nyata dari sistem hukum. Struktur sebuah sistem adalah kerangka badannya yang menjaga agar proses berjalan dalam batas-batasnya.36

Makna ”lembaga” dalam pengertian hukum dari Mochtar Kusumaatmaja diinterpretasi sebagai lembaga dalam pengertian

34

Mochtar Kusumaatmaja, 1986, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan

Hukum Nasional, Bandung: Lembaga Penelitian Hukum dean Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, hlm. 15.

35

Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian

Hukum, Malang : UMM Press, hlm. 8.

36

Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System: A Social Science

(46)

struktur hukum, seperti lembaga penegak hukum; kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Interpretasi ini didasarkan pada rangkaian anak kalimat berikutnya, ”dan proses (processes) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan”. Jadi, yang diperlukan dalam proses mewujudkan hukum itu dalam kenyataan adalah lembaga penegak hukum. Bukan lembaga dalam pengertian himpunan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola perilaku, karena ini terwadahi dalam unsur yang pertama yakni suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat.

Ketiga, proses (processes). Menunjuk pada tahapan melakukan suatu perbuatan. Proses hukum menunjuk pada tahapan perbuatan mewujudkan hukum dalam kenyataan, yakni proses mewujudkan asas dan kaidah hukum oleh lembaga penegak hukum di dalam kehidupan nyata.

Dari sudut pengertian hukum mutakhir tersebut, maka Hukum Perundang-undangan mempelajari:

a. Perangkat kaidah dan asas-asas mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.

b. Lembaga yang mempunyai dan menjalankan kewenangan berdasarkan hukum untuk membentuk peraturan perundang-undangan, seperti DPR, Presiden, dan DPD dalam pembentukan undang-undang.

c. Proses pembentukan peraturan perundang-undangan, seperti tahapan perencanaan, permusan, pembahasan, pengesahan/penetapan, dan pengundangan.

Lebih rinci obyek kajian hukum perundang-undangan tersebut diamati dari ruang lingkup pengertian pembentukan peraturan perundang-undangan, yakni:

1. Kegiatan pembentukan isi peraturan perundang-undangan, meliputi materi muatan dan penormaan atau perumusan materi

Gambar

Gambar  1.  Dari  Ilmu  Perundang-undangan  ke  Hukum  Perundang-undangan
Gambar 2. Pengertian Hukum Perundang-undangan
Gambar 4. Obyek Kajian Hukum Perundang-undangan
Gambar 5. Pilihan Metode Kajian Hukum Perundang-undangan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ragam bahasa peraturan perundang-undangan ialah gaya bahasa yang digunakan dalam membentuk suatu isi dalam peraturan perundang-undangan, seperti yang telah diketahui

KEDUDUKAN PERATURAN NAGARI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN..

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik antara lain adalah: Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut; Peraturan perundang- undangan

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN.. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan Perundang- undangan yang mencakup tahapan

Prosedur Perceraian Menurut Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia Peraturan perundang-undangan di Indonesia telah diatur aturan perceraian di Indonesia dalam pasal

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat Autoritatif berupa peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah peraturan

Politik hukum (peraturan perundang-undangan) nasional merupakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan/lembaga negara atau pemerintahan untuk membentuk suatu

Asas-asas peraturan perundang-undangan merupakan landasan bagi terbentuknya peraturan perundang- undangan yang baik, jika suatu peraturan perundang-undangan dibentuk dengan mengindahkan