• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II UPAYA PEMERINTAH DAERAH KOTA MEDAN DALAM

A. Pengertian Pemerintah Daerah

1. Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan

Undang-undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan Nepotisme telah menetapkan beberapa asas penyelenggaraan negara yang bersih tersebut. Azas umum penyelenggaraan negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 meliputi:56

a. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, keputusan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara,

b. Asas tertib penyelenggara negara, adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara. c. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.

d. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

e. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggung jawabkan

56

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004, selain menerapkan asas-asas sebagaimana disebut diatas juga menambahkan tiga asas lagi, yakni asas kepentingan umum, asas efektif dan asas efisien.

Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang merata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi daerah yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional57

57

I Widarta, Cara Mudah Memahami UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Penerbit Pondok Edukasi, Bantul, 2005, Hal. 36

Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

1.1Skema Penyelenggaraan Pemerintah menurut UUD No. 32/ 2004

Diambil dari I.widarta, dalam buku Memahami UU Pemerintahan Daerah. Hal.33 2. Pembagian Urusan Pemerintahan

Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah. Daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya. Untuk itu hubungan yang serasi antara pemerintah dengan

Penyelenggaraan Pemerintah. Psl, 19 dan Psl

Asas Umum Psl 3 UU No. 28/1999 Psl 20 (1) 1.Kepastian Umum

2.Tertib penyelenggaraan negara 3.Ketertiban umum 4.Keterbukaan 5.Proporsionalitas 6.Profesionality 7.Akuntabilitas 8.Efisiensi 9.Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah dan DPRD Psl. 19 (2) Penyelenggaraan

Pemerintah

Presiden dibantu Wapres & Menneg Dep&Nondep Psl 19

(1) Psl 20 (2) 1. Asas Desentralisasi 2. Asas Dekonsentrasi 3.Asas Tugas Pembantuan

Psl 20 (3) 1. Asas Otonomi

daerah serta antar pemerintahan daerah haruslah menjadi jaminan bagi penyelenggaraan pemerintahan nasional.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah lebih mengutamakan penyelenggaraan pemerintahan yang harmonis-stabilisasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

(1) Menjaga keserasian hubungan antar susunan pemeirntahan (Pemerintah-Daerah) dan antar pemerintahan daerah (Propinsi-Kabupaten/Kota), interkoneksi (saling berhubungan) saling tergantung (Interdependensi) dan saling mendukung.

(2) Daerah diberikan hak dan kewajiban dalam menyelenggarakan otonomi daerah

(3) Pemerintah wajib memberikan pembinaan berupa: Pedoman dalam penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan, serta memberi standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, pemantauan dan evaluasi.

(4) Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonom dengan melibatkan pemerintah daerah.

(5) Pemerintah daerah dan DPRD merupakan unsur dari pemerintahan daerah. (Setara-sejajar/kemitraan), dimana kepala daerah memimpin penyelenggaraan nya dengan demikian kepala daerah tidak bertanggung jawab kepada DPRD tapi kepada pemerintah diatasnya.

(6) Perda wajib diundangkan dalam lembaran daerah dan atau melalui tahap evaluasi oleh pemerintah58

Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dengan daerah otonom. Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya / tetap menjadi kewenangan pemerintah. Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah meliputi.59

a. Politik luar negeri b. Pertahan

c. Keamanan d. Moneter e. Yustisi f. Agama

Bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya, urusan pemerintahan yang penangangannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat concurrent secara proporsional antara pemerintah, Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota maka disusunlah kriteria yang meliputi:

58

Ibid, Hal. 16

59

Eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan60

a. Eksternalitas, pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintah tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila regional menjadi kewenangan propinsi dan apabila nasional menjadi kewenangan pemerintah.

b. Akuntabilitas, pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung / dekat dengan dampak/ akibat dari urusan yang ditangani tersebut. Dengan demikian, akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan tersebut kepada masyarakat akan lebih terjamin.

c. Efisiensi, apabila suatu urusan dalam penanganannya dipastikan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna dilaksanakan oleh suatu strata pemerintahan tertentu, maka strata pemerintahan itulah yang lebih tepat untuk menangani urusan pemerintahan dimaksud dibandingkan dengan strata pemerintahan lainnya61

60

Lihat Republik Indonesia UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah daerah BAB III, Pasal 11 ayat (1),” Penyelenggaraan Urusan Pemerintah dibagi berdasarkan kriteria Eksternalitas, Akuntabilitas, dan Efisiensi dan memperhatikan keserasian Hubungan antar Susunan Pemerintahan.

61

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dengan tujuan peningkatan pelayanan masyarakat dengan lebih berdayaguna dan hasil guna dapat diukur dari proses yang lebih cepat, tepat dan murah serta hasil dan manfaatnya lebih besar, luas dan banyak, dengan suatu resiko yang minimal. Penyelenggaraan urusan pemerintahan juga merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan yang bersifat saling terkait, tergantuing dan sinergis antara pemerintah dan pemerintahan daerah atau antar pemerintahan daerah sebagai suatu sistem pemerintahan.

1.2 Skema Urusan Pemerintahan.

Diambil dari I.Widarta dalam buku “memahami UU Pemerintah Daerah” Hal.17 Urusan Pemerintahan Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi wewenang Pemerintah (Psl.10 (1) dan (2).)

Urusan Pemerintahan diluar Psl 10 (3) dapat dikelola bersama (Pemerintah Prop, Kab/Kota) dibagi dengan kriteria (Psl. 11 (1) -Politik luar negeri

-Pertahanan -Keamanan -Yustisi -Moneter &Fiskal nasional A -Eksternalitas -Akuntabilitas -Efisiensi Urusan Pemerintahan Daerah Menyelenggarakan sendiri

atau dapat melipahkan sebagian urusan kepada perangkat pemerintah atau wakil pemerintah didaerah atau dapat menugaskan kepada pemerintah Daerah dan/atau pemerintah Desa (Psl, 10 (4).

(Psl. 10 (5)

- Menyelenggarakan sendiri - Melimpahkan sebagian

urusan kepada Gubernur - Menugaskan sebagian

urusan kepada Pemda dan/atau Pemerintah Desa

Pilihan Sektor Unggulan Wajib Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal (P l 11 Diselenggarakan berdasarkan Asas Otonomi dan Tugas

Urusan Pemerintahan

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib, artinya penyelenggaraan pemerintahan yang berpedoman pada standar pelayanan minimal, dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah. Adapun yang menjadi urusan pemerintahan yang bersifat pilihan, baik untuk pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah Kabupaten / Kota, meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

2.1. Urusan Pemerintah Daerah Propinsi

1. Urusan wajib yang menjadi dasar kewenangan pemerintahan daerah Propinsi merupakan urusan dalam skala propinsi yang meliputi:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketertiban masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang kesehatan

f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial g. Pengendalian lingkungan hidup

h. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil i. Pelayanan administrasi umum pemerintahan

j. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan Perundang-undangan.

Adapun yang berkaitan dengan kewenangan lintas kabupaten/kota adalah: a. Penanggulangan masalah sosial

b. Pelayanan bidang ketenagakerjaan

c. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah d. Pelayanan pertanahan

e. Pelayanan administrasi penanaman modal

f. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh Kab/Kota.

2. Urusan pemerintah propinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada yang berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan optensi unggulan daerah yang bersangkutan. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan. Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan yang dikonsentrasikan.

2.2. Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan unsur yang berskala kabupaten/kota, meliputi hal yang sama dengan urusan wajib pemerintahan daerah propinsi, begitupun dengan urusan

pemerintahan Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan, meliputi hal yang sama dengan urusan pilihan pemerintahan daerah propinsi. Pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dengan tujuan meningkatkan kesejahtraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan melaksanakan kebijakan memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan pemerintahan daerah lainnya, meliputi hubungan: kewenangan, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan SDA dan Sumber daya lainnya serta, administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan.

3. Hubungan Pemerintah Propinsi dengan Pemerintah Kabupaten / Kota Sesuai dengan UUD 1945 sebelum diamandemen pemerintah daerah terdiri atas daerah besar dan daerah keci. Daerah besar adalah pemerintah provinsi sedangkan daerah kecil adalah pemerintahan kabupaten / pemerintah kota dan desa. Provinsi sebagai daerah otonom maka pemerintah kabupaten/kota dan desa bukanlah bawahan propinsi. Akan tetapi, dalam hal propinsi berkedudukan sebagai wilayah administrasi maka pemerintah kabupaten / kota adalah bawahannya, pemerintah kabupaten / kota merupakan subordinat wilayah administrasi provinsi. Dalam hal provinsi sebagai daerah otonom, maka pemerintah kabupaten / kota sebagai sesama daerah otonom. Hubungan provinsi dengan kabupaten / kota sebagai sesama daerah

otonom. Hubungan provinsi dengan kabupaten / kota sebagai sesama daerah otonom adalah hubungan koordinasi.62

Skema 1.3. Hubungan Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten / Kota Diambil dari M. Philipus Hadjon, dalam buku “Pengantar Hukum administrasi Negara Indoneisa” hal. 45.

Garis putus-putus antara pemerintah daerah Propinsi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota menunjukkan hubungan koordinasi sesama daerah otonom. Sedangkan garis lurus yang diperlihatkan antara wilayah administasi provinsi degan pemda kabupaten / kota menunjukkan hubungan hirarkies.63

62

Hanif Nurcholis, Op.cit, Hal. 171.

Pemerintahan kota sejajar dengan pemerintahan kabupaten keduanya sama-sama daerah otonom dengan asas desentralisasi penuh. Hal yang membedakan adalah pemerintah kota bersifat perkotaan sedangkan pemerintahan kabupaten bersifat pedesaan. Pemerintah kota

63 ibid Pemerintah Pusat Wilayah Administrasi Pemprov Pemda Provinsi Pemda Kab / Kota Pemda Kab / Kota Pemda Kab / Kota

wilayahnya berupa daerah perkotaan dengan ciri utama sebagai pusat perdagangan, pelayanan, industri dan jasa. Pemerintah kota memiliki DPRD kota. Sama halnya dengan DPRD kabupaten, anggota DPRD kota dipilih melalui pemilu. DPRD kota adalah lembaga pembuat kebijakan-kebijakan dan pengawasan kebijakan daerah yang merupakan lembaga perwakilan rakyat kota setempat.

Pemerintah kota dipimpin oleh Walikota, Pemerintah Kabupaten dipimpin oleh bupati, walikota adalah kepala daerah otonom kota. Kedudukan walikota adalah sebagai kepala eksekutif pemerintahan kota yang merupakan alat daerah otonom kota. Artinya walikota bertugas melaksanakan kebijakan daerah yang dibuat bersama dengan DPRD serta sebagai perangkat daerah otonom, bukan perangkat pemerintahan pusat atau pemerintah provinsi.

B. Perbuatan Hukum Administrasi Negara Menurut Kuntjoro Purbopranoto 64

64

Kuntjoro Purbopranoto, Dalam SF Marbun dkk, “ Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum

Administrasi Negara” (Yogyakarta; UI Press, 2001) hal. 240

tugas penyelenggaraan kepentingan umum ini dijalankan oleh alat adminisrasi negara yang bisa terwujud seorang petugas atau badan pemerintahan yang berdasarkan perturan perundang-undangan, diberi wewenang untuk menyatakan kehendak pemerintah, penguasa maupun kesatuan hukum yang dilengkapi dengan alat-alat kewenangan yang memaksa baik dipusat maupun didaerah. Segala tindakan dan kewenangan alat-alat permerintahan untuk menjalankan tugas/tujuan negara dengan menggunakan wewenang khusus atau tertentu ini disebut dengan perbuatan pemerintahan.

Seiring dengan meluasnya tugas-tugas administrasi negara dalam penyelenggaraan pemerintahan semakin besar pula kekuasaan administrasi negara tersebut. Dalam melakukan tindakan administrasi negara memerlukan keleluasaan dalam menentukan kebijakan-kebijakannya. Akan tetapi dalam suatu negara hukum adalah merupakan syarat bahwa setiap tindakan administrasi tersebut haruslah dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum. Hukum Administrasi Negara (HAN) menjadi landasan kerja bagi administrasi negara yang mengemban tugas servis publik. Dalam hal melaksanakan tugas itu secara aktif, artinya dalam menyelenggarakan pemerintahan, administrasi negara melakukan suatu perbuatan penetapan (beschikkings-handeling) yang menghasilkan ketetapan

(beschikkings)64

Keputusan administrasi negara yang berupa penetapan ini disebut juga tindakan administrasi negara yang dalam menjalankan tugasnya dibidang Public Service, menggunakan wewenang dan kekuasaannya berdasarkan hukum publik, dalam hal ini hukum administrasi negara. Dengan kata lain HAN menjadi landasan kerja bagi administrasi negara yang mengemban tugas servis publik. Dalam hal melaksanakan tugas itu secara aktif, administrasi negara melakukan suatu perbuatan penetapan yang menghasilkan ketetapan.

Di Indonesia istilah beschikking diperkenalkan pertama kali oleh WF. Pring. Ada yang menerjemahkan istilah beschikking ini dengan “ketetapan” merupakan keputusan pemerintahan untuk hal yang bersifat konkret dan individual (tidak

64

ditujukan untuk umum) dan sejak dulu telah dijadikan instrumen yuridis pemerintahan yang utama. Dikalangan para sarjana terdapat perbedaan pendapat dalam mendefenisikan istilah ketetapan, diantaranya.65

a. Ketetapan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintahan untuk (melaksanakan) hal khusus, ditujukan untuk menciptakan hubungan hukum baru, mengubah atau menghapus hukum yang ada.

b. Ketetapan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat permohonan yang diajukan atau setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang dinyatakan Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi negara yang mempunyai akibat hukum.

c. Beschikking adalah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintahan berdasarkan wewenang yang luar biasa.

Asas Diadakannya Sistem Perizinan

Jenis penetapan ini timbul dari strategi dan teknik yang dipergunakan oleh pemerintah untuk menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang tanpa izin tertulis untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang hendak diatur atau dikendalikan oleh pemerintah. Dengan perkataan lain, melalui sistem perizinan tersebut pihak penguasa melakukan campur tangan kedalam atau atas proses jalannya kegiatan-kegiatan masyarakat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh adminisrasi negara agar segala sesuatunya berlangsung dengan sehat

65

dan bersih: (a) efektivitas, (b) legitimasi, (c) Yuridikitas, (d) Legalitas, (e) Moralitas, (f) mutu teknis, (g) Efisiensi, benar-benar berlaku dalam pemrosesan dan penerbitan daripada penetapan-penetapan yang memberikan keuntungan ini. sebanyak-banyak faktor harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara harmonis agar supaya hasilnya adalah kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat bernegara66

Adapun penetapan-penetapan yang memberi keuntungan adalah: .

(1) Dispensasi

Suatu penetapan yang bersifat deklaratoir, yang menyatakan, bahwa suatu ketentuan undang-undang memang tidak berlaku bagi kasus sebagaimana dijalankan oleh seorang pemohon. Warga masyarakat yang mengajukan permintaan dispensasi harus mengajukan bukti alasan-alasan yang nyata dan sah, bahwa dia berhak untuk memperoleh dispensasi sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang.

(2) Izin (Vergunning)

Izin adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh Undang-Undang. Pada umumnya pasal Undang-undang bersangkutan berbunyi “Dilarang Tanpa Izin …. (melakukan)…. Dan seterusnya”. Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan perincian dari syarat” kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut, disertai dengan penetapan

66

prosedur dan juklak (petunjuk pelaksanaan) kepada pejabat-pejabat administrasi negara yang bersangkutan.

(3) Lisensi

Suatu pengertian khas Indonesia yang dinegeri Belanda tidak ada. Istilah tersebut berasal dari istilah hukum administrasi Amerika Serikat “License”

yang berarti dalam bahasa Belanda “Vergunning”. Jadi lisensi adalah izin untuk melakukan sesuatu yang bersifat komersil serta mendatangkan keuntungan atau laba. Setelah rezim devisa dihapus, maka istilah dan pengertian lisensi tersebut makin tidak dikenal orang.

(4) Konsesi

Suatu penetapan administrasi negara yang secara yuridis sangat kompleks oleh karena merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, lisensi-lisensi, disertai dengan pemberian “Wewenang Pemerintaha terbatas kepada konsensionaris. Konsesi tidak mudah diberkan oleh karena mengandung banyak bahaya penyeludupan, pengrusakan bumi dan kekayaan alam dan kadang merugikan masyarakat setempat yang bersangkutan. Konsesi diberikan atas permohonan yang terperinci prosedur beserta syarat-syaratnya kepada perusahaan-perusahaan yang mengusahakan sesuatu yang cukup besar, baik dalam arti modal, tenaga kerja, maupun lahan atau wilayah usaha, misalnya:Perusahaan minyak bumi, perusahaan perhutanan, prusahaan perikanan. Perusahaan pertambangan pada umumnya. Pendek kata, semua perusahaan yang mengusahakan sesuatu dengan modal besar, dengan

mengurangi kedaulatan atau wewenang pemerintahan. Pemerintah, dan dengan luas areal atau lahan yang cukup besar, sehingga merupakan suatu usaha yang cukup rumit dari segi hukum memerlukan konsesi, tidak cukup dengan izin biasa.

C. Wewenang Pemerintah Daerah Dalam Mengatur Izin Industri

Dalam melakukan tugasnya, alat-alat perlengkapan administrasi negara harus melakukan suatu perbuatan tertentu, hal ini dimaksudkan agar alat-alat perlengkapan administrasi negara dapat melakukan tugasnya dengan baik. Perbuatan tata usaha tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga macam perbuatan-buatan tata usaha negara yaitu:

1. Mengeluarkan atau menetapkan keputusan yang disebut ketetapan administrasi 2. Mengeluarkan peraturan

3. Melakukan perbuatan materiil atau perbuatan wajar.67

Dengan demikian dalam pembicaraan tentang bentuk-bentuk perbuatan alat-alat perlengkapan administrasi negara yang akan dibicarakan adalah bentuk-bentuk perbuatan alat-alat perlengkapan administrasi negara yang disebut ketetapan administrasi yang sifatnya sepihak, pengertian ketetapan administrasi sebagaimana disebutkan diatas dapat disempurnakan menjadi “Perbuatan hukum pemerintah atau penguasa dalam arti luas dalam lapangan pemerintahan dalam arti sempit, yang dilakukan berdasarkan wewenang yang diberikan kepadanya oleh aturan hukum

67

inabstrakto dan unpersonal, yang berupa pembentukan aturan hukum inkonkrito mengenai sesuatu yang konkrit dan terhadap subyek hukum yang konkret.68

Pengertian ketetapan administrasi sebagaimana dirumuskan diatas mengandung pengertian bahwa, ketetapan administrasi itu adalah perbuatan hukum pemerintah dalam pengertian luas yang dilakukan dalam lapangan pemerintahan dalam arti luas meliputi:Pemerintah dalam arti sempit, badan pembentuk Undang-undang dan pengadilan. Ketetapan administrasi memiliki bentuk-bentuk khusus, yaitu: izin, dispensasi dan konsesi. Syarat-syarat yang disertai pada pemberian izin, dispensasi, konsesi dan lisensi tersebut pada hakikatnya merupakan suatu aturan hukum inkonkrito yang sifatnya konstutif dalam arti bahwa dalam pemberian izin dan sebagai itu, oleh alat perlengkapan administrasi negara yang bersangkutan ditentukan suatu perbuatan tertentu dalam hal atau keadaan konkrit yang apabila tidak dilakukan atau dilanggar dapat merupakan alasan dijatuhkannya sanksi.

Dalam pemberian izin industri selaku upaya pemerintah dalam mengendalikan dampak lingkungan hidup maka dibuatlah Undang-undang tentang perindustrian yaitu: Undang-Undang No. 5 Tahun 1984, dimana dalam Undang-Undang dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum yang kokkoh dalam upaya pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang perindustrian ini dinyatakan pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri.

68

Republik Indonesia Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian BAB IV, Pasal 7

Pengaturan industri, pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, pengembangan terhadap industri, untuk : 69

1. Mewujudkan perkembangan industri yang lebih baik, secara sehat dan berhasil guna

2. Mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah persaingan yang tidakjujur

3. Mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

Melalui pengaturan, pembinaan dan pengembangan, pemerintah mencegah penanaman modal yang boros serta timbulnya persaingan yang tidak jujur dan kurang

Dokumen terkait