HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
B. Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen
12
Wawancara tanggal 18 November 2008 kepada Bapak Abu Bakar Siddiq, SH, Ketua LKI cabang Medan.
13
Berdasarkan ketentuan yang termuat dalam Pasal 2 UU Perlindungan Konsumen, yang merupakan asas-asas dari perlindungan konsumen adalah :14 1. Asas Manfaat
Yaitu segala upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Dengan kata lain, tidak boleh hanya satu pihak saja yang mendapatkan manfaat sedangkan pihak yang lain mendapatkan kerugian yang dikenal dengan istilah tidak boleh memperoleh manfaat di atas kerugian orang lain.
2. Asas Keadilan
Hukum perlindungan konsumen harus adil bagi konsumen maupun pelaku usaha, jadi tidak hanya membebani pelaku usaha dengan tanggung jawab, tetapi juga melindungi hak dan kepentingannya. Tidak hanya pro kepada konsumen. Hal ini dikarenakan tidak selamanya sengketa konsumen itu diakibatkan atas kesalahan pelaku usaha saja, tetapi dapat juga diakibatkan oleh kesalahan konsumen yang terkadang tidak tahu akan kewajibannya atau terburu-buru menyetujui ketentuan-ketentuan yang terdapat klausula baku, contohnya tanpa membaca terlebih dahulu sehingga ketika terjadi sengketa langsung menuduh pelaku usaha yang berbuat jahat padanya.
3. Asas Keseimbangan
14
Asas keseimbangan ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara hak dan kewajiban para pelaku usaha, konsumen maupun pemerintah sebagai pengawas dari hubungan hukum yang terjadi dalam transaksi perdagangan antara pelaku usaha dan konsumen.
4. Asas Keamanan dan Keselamatan
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian keselamatan kepada konsumen dalam menggunakan produk yang diproduksi oleh pelaku usaha yang beredar di pasaran untuk dikonsumsi ataupun digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum agar baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan menjalankan apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Tanpa harus membebankan tanggung jawab kepada salah satu pihak. Dengan adanya asas kepastian hukum ini, jika salah satu pihak melakukan tindakan hukum yang bersifat merugikan pihak yang lain maka terhadap pihak tersebut dapat dimintakan pertanggung jawaban dan ganti kerugian.
Disamping asas-asas yang tersebut di atas, maka terdapat asas lain yang tidak kalah pentingnya yaitu asas iktikad baik. Di zaman reformasi sekarang ini, banyak sekali para pelaku usaha yang menggunakan perjanjian-perjanjian yang bersifat baku yang bertujuan agar dapat memberikan suatu pelayanan yang cepat, efisien, dan efektif dan tidak memakan waktu yang lama.
Perjanjian baku yang ditetapkan terlebih dahulu oleh pihak pelaku usaha kebanyakan bersifat menguntungkan kepada satu pihak saja
yaitu pelaku usaha, sedangkan bagi pihak konsumen adanya perjanjian baku tersebut merupakan suatu kerugian karena tidak adanya kehendak bebas konsumen dalam menetapkan perjanjian tersebut dan tidak dapat melakukan tawar-menawar apalagi untuk mengubah isi perjanjian.15
Dalam hal ini konsumen hanya dapat memilih untuk menerima perjanjian berserta konsekuensinya ataupun menolak perjanjian tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, dalam melakukan transaksi ataupun hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen baik dalam hal transaksi jual beli barang dan/atau jasa, maka terhadap pelaku usaha tersebut telah ditanamkan prinsip iktikad baik. Tidak hanya mengambil keuntungan sendiri dengan merugikan pihak lain, karena konsumen dalam hal ini merupakan mitra bisnis pelaku usaha yang keduanya saling membutuhkan antara satu dengan yang lain.
Berdasarkan rumusan Pasal 1338 KUHPerdata dapat kita ketahui bahwa suatu perjanjian itu hendaklah dibuat dengan suatu iktikad yang baik. Dengan kata lain perjanjian itu tidak berlaku sah apabila dilakukan dengan iktikad buruk yang bertujuan untuk merugikan pihak lain ataupun pihak ketiga yang terkait, yang diperoleh dari pemaksaan, penipuan ataupun kekeliruan. Pelaku usaha tidak boleh mendapat keuntungan dari kebutuhan konsumen yang mendesak tersebut.
Adapun yang menjadi tujuan dari diadakannya perlindungan terhadap konsumen tercantum dalam Pasal 3 UU Perlindungan Konsumen, yaitu :
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri
15
Wawancara tanggal 18 November 2008 kepada Bapak Abu Bakar Siddiq, Ketua LKI cabang Medan
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Guna mewujudkan tujuan UU Perlindungan Konsumen ini, pemerintah mempunyai peranan yang besar, hal dikarenakan dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa negara bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Dalam hal tanggung jawab pemerintah atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen dimaksudkan untuk memberdayakan konsumen untuk dapat mempertahankan apa yang telah menjadi haknya dan melakukan apa yang menjadi kewajibannya.16 Prinsip ekonomi “dengan modal yang sekecil-kecilnya mendapatkan untung yang sebesar-besarnya”, yang dianut oleh pelaku usaha dapat menjadikan konsumen menderita kerugian, yaitu konsumen tidak lagi mendapatkan produk dengan kemanfaatan yang maksimal dan aman dikonsumsi. Bisa saja produk yang
16
Wawancara tanggal 18 November 2008 kepada Bapak Abu Bakar Siddiq, Ketua LKI cabang Medan.
diproduksi oleh pelaku usaha tersebut asal jadi saja. Misalnya naged yang bahan bakunya berasal dari bangkai-bangkai ayam yang sudah mati dan membusuk kemudian dibersihkan dan digoreng lalu di pasarkan kepada masyarakat. Jelas dalam hal ini konsumen sangat dirugikan terutama dalam hal kesehatan.
Meskipun tujuan dari UU Perlindungan Konsumen mayoritas memperhatikan kepentingan konsumen, namun bukan berarti dengan diterbitkannya UUPK ini justru mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi sebaliknya yaitu untuk menciptakan suatu prinsip positif bahwa pelaku usaha dan konsumen adalah mitra yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain (saling ketergantungan). Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen termuat dalam rumusan Pasal 29 ayat (4) UU Perlindungan Konsumen, yaitu :
1. Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dengan konsumen
2. Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat 3. Meningkatkannya kualitas sumber daya serta meningkatnya kegiatan
penelitian dan pengembangan dibidang perlindungan konsumen.
Mengenai ketentuan dari Pasal ini dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001, yaitu sebagai berikut :
1. Menciptakan iklim usaha yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen, dijabarkan dalam Pasal 4 bahwa upaya tersebut dilakukan atas koordinasi menteri teknis terkait, berupa:
b) Pemasyarakatan peraturan informasi yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
c) Peningkatan peranan Badan Perlindungan Konsumen Nasional dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen melalui peningkatan kualitas umber daya manusia dan lembaga
d) Peningkatan pemahaman dan kesadaran pelaku usaha dan konsumen terhadap hak dan kewajiban masing-masing
e) Peningkatan pemberdayaan konsumen melalui pendidikan, pelatihan dan keterampilan
f) Penelitian terhadap barang dan/atau jasa beredar yang menyangkut perlindungan konsumen
g) Peningkatan kualitas barang dan/atau jasa
h) Peningkatan kesadaran sikap jujur dan tanggung jawab pelaku usaha untuk memproduksi, menawarkan, mempromosikan, mengiklankan, dan menjual barang dan/atau jasa, dan
i) Peningkatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah dalam memenuhi standar mutu produksi barang dan/atau jasa serta pencantuman label dan klausula baku.
2. Berkembangnya Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, dijabarkan dalam Pasal 5 bahwa upaya tersebut dilakukan atas koordinasi Menteri dengan menteri teknis terkait, berupa :
a) Pemasyarakatan peraturan Perundang-undangan dan informasi yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
b) Pembinaan peningkatan sumber daya manusia pengelola LPKSM melalui pendidikan, pelatihan dan keterampilan
3. Berbagai upaya yang dimaksudkan untuk peningkatan kualitas sumber daya disamping kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang perlindungan konsumen, dijabarkan dalam Pasal 6 bahwa upaya tersebut dilakukan atas koordinasi menteri dengan menteri teknis terkait, berupa :
a) Peningkatan kualitas aparat penyidik pegawai negeri sipil dibidang perlindungan konsumen
b) Peningkatan kualitas tenaga peneliti dan penguji barang dan/atau jasa, dan c) Penelitian dan pengembangan teknologi pengujian dan standar mutu
barang dan/atau jasa serta penerapannya.
Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk menjamin diperolehnya hak dan kewajiban baik konsumen dan pelaku usaha secara seimbang dan berdasarkan kepada keadilan yang dianut oleh UU Perlindungan Konsumen.
C. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha