• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

B. Asertivitas

1. Pengertian

Menurut Perlman dan Cozby (dalam Rakos, 1991) asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas. Lange dan Jakubowski’s (dalam Christina, 2008) menambahkan perilaku asertif mencakup membela hak-hak individu dan mengekspresikan pikiran dan

kepercayaan-PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

kepercayaan tertentu secara langsung, jujur dan tepat tanpa melanggar hak orang lain.

Pengertian lain asertivitas menurut Lazarus (dalam Iriana, 2009), adalah suatu tingkah laku yang penuh ketegasan dalam menyatakan hak-hak pribadi dan berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut yang timbul karena adanya kebebasan emosi. Salah satu contoh kemampuan asertif menurut Calhoun dan Acocella (dalam Rakos, 1991) adalah kemampuan untuk meminta orang lain melakukan sesuatu yang diinginkan atau menolak untuk melakukan hal yang tidak diinginkan. Alberti dan Emmons (dalam Iriana, 2009) menambahkan orang yang memiliki asertivitas adalah mereka yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan kepercayaan secara langsung, jujur dan tepat dimana seseorang mampu menolak ataupun menyetujui hal yang diungkapkan orang lain dan mampu mempertahankan hak-haknya secara tegas. Hal ini terjadi karena seseorang mengalami kebebasan emosi.

2. Ciri-ciri

Menurut Lazarus (dalam Rakos, 1991) ciri-ciri asertivitas antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

a. Kemampuan untuk mengatakan ‘tidak’

b. Kemampuan untuk meminta pertolongan kepada orang lain c. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif d. Kemampuan untuk memulai, melanjutkan dan mengakhiri

percakapan.

Menurut Galassi dan Galassi (dalam Rakos, 1991) ciri-ciri asertivitas antara lain :

a. Memberikan dan menerima pujian b. Membuat permintaan kepada orang lain

c. Memiliki inisiatif dan mempertahankan percakapan d. Memperjuangkan hak individu

e. Menolak permintaan

f. Mengekspresikan pendapat pribadi g. Mengekspresikan ketidaksukaan h. Mengekspresikan kemarahan i. Mengekspresikan perasaan positif

Menurut Kanfer dan Goldstain (dalam Santoso,1999) menjelaskan bahwa ciri-ciri perilaku asertif yaitu :

a. Dapat menguasai diri sesuai dengan situasi yang ada

b. Dapat memberikan respon dengan wajar pada hal-hal yang sangat disukai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

c. Dapat menyatakan kasih sayang dan cintanya kepada seseorang secara terus terang dan wajar.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri asertivitas antara lain kemampuan menolak permintaan dengan cara berkata ‘tidak’, kemampuan untuk meminta pertolongan, kemampuan untuk memulai , melanjutkan dan mengakhiri percakapan, kemampuan untuk menguasai diri sesuai situasi yang ada seperti kemampuan memberikan respon yang wajar pada hal-hal yang sangat disukai dan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Hal tersebut terlihat ketika seseorang mampu memberi dan menerima pujian, mengekspresikan ketidaksukaan, kemarahan, serta mampu menyatakan kasih sayang dan cintanya secara wajar dan terus terang.

3. Faktor yang mempengaruhi asertivitas

Faktor yang mempengaruhi asertivitas (Santoso,1999) antara lain : a. Pola Asuh orang tua

Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi seorang remaja dalam bersikap asertif. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis membuat seorang anak mempunyai kepercayaan diri yang besar, mempunyai pengertian yang benar tentang apa yang menjadi hak mereka, dapat mengkomunikasikan segala keinginannya secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

wajar dan tidak memaksakan kehendak mereka dengan cara menindas hak-hak orang lain.

b. Kebudayaan

Rakos memandang bahwa kebudayaan mempunyai peran yang besar dalam mendidik perilaku asertif, biasanya ini berhubungan dengan norma-norma yang salah.

c. Usia

Pada anak kecil, perilaku asertif ini belum terbentuk karena struktur kognitif yang ada belum memungkinkan mereka untuk menyatakan apa yang diinginkan dengan bahasa verbal yang baik dan jelas. Pada masa remaja dan dewasa, perilaku asertif menjadi lebih berkembang sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas perkembangan atau penurunannya.

d. Jenis Kelamin

Menurut Sarumpaet (1975), seorang wanita biasanya lebih pemalu daripada seorang pria, tidak suka berkonfrontasi, kurang senang berterus terang jika ada masalah, menyerah kepada nasib dan mudah memaafkan. Ditambahkan oleh Massong, Dickson, Ritzler (1982) dan Rakos (1991) yang mengatakan bahwa pria lebih asertif dibandingkan dengan wanita karena adanya tuntutan masyarakat yang menjadikan pria lebih agresif mandiri dan kompetitif sedangkan wanita pada umumnya pasif dan tergantung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

e. Strategi Coping

Menurut Massong (1982) strategi coping yang digunakan oleh remaja mempengaruhi tingginya tingkat asertivitas mereka. Remaja yang menggunakan mekanisme coping yang efektif dan adaptif dalam menyelesaikan suatu permasalahan akan lebih asertif dibanding remaja yang menggunakan mekanisme coping seperti penyangkalan dan proyeksi.

4. Tipe-tipe asertivitas

Menurut Lange dan Jakubowski (dalam Maharani dan Retnaningsih, 2007) tipe asertif terdiri dari 5 yaitu :

a. Basic Assertion

Hal ini mengacu pada ekspresi penghargaan secara sederhana terhadap hak, keyakinan, perasaan atau opini individu tanpa melibatkan keterampilan sosial laini seperti empati, konfrontasi atau persuasi. Selain itu, basic assertion juga melibatkan pengekspresian perasaan dan penghargaan terhadap orang lain.

b. Emphatic Assertion

Bentuk ini dilakukan ketika seseorang tidak hanya ingin mengekspresikan perasaan tetapi individu tersebut menyampaikan pernyataan yang menunjukkan adanya pemahaman akan situasi dan diikuti dengan pernyataan lain yang menunjukkan usaha mempertahankan hak pribadi yang bersangkutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

c. Escalating Assertion

Menurut Rimm dan Masters, escalating assertion dimulai dengan respon asertif minimal yang biasanya dapat mencapai tujuan dengan emosi negatif dan usaha minimum. Ketika orang lain tidak merespon maka secara bertahap tingkah laku asertifnya meningkat tanpa agresif. Bentuk asertif ini dapat berupa permintaan sampai tuntutan, mulai dari mencoba memilih sampai langsung menolak, atau mulai dari emphatic assertion sampai

basic assertion yang tegas.

d. Confrontative Assertion

Bentuk ini digunakan ketika kata-kata seseorang bersifat kontradiktif dengan perbuatannya. Tipe ini meliputi penggambaran secara objektif mengenai apa yang telah dikatakan seseorang, apa yang telah dilakukan dan apa yang diinginkan.

e. I Language Assertion

Tipe ini berguna untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif yang dapat membantu seseorang dalam mempelajari dan menentukan perasaannya.

Menurut L’Abate dan Milan (dalam Maharani dan Retnaningsih, 2007), juga terdapat tiga tipe perilaku asertif yaitu :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

a. Asertif untuk menolak

Perilaku asertif ini digunakan ketika seseorng berusaha mengungkapkan ketidaksetujuannya ataupun menolak dan menghindari campur tangan orang lain dalam kehidupannya. b. Asertif untuk memuji

Hal ini terjadi ketika seseorang mengungkapkan dan menunjukkan ekspresi serta perasaan positif seperti penghargaan dan apresiasi. Dalam hal ini terlihat kemampuan seseorang dalam memuji orang lain secara hangat, tulus dan bersahabat.

c. Asertif untuk meminta

Perilaku asertif jenis ini terjadi ketika seseorang meminta orang lain untuk membantunya mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhannya. Hal ini sering dipadukan dengan penolakan, dalam situasi menolak permintaan orang lain dan meminta perubahan tingkah laku peminta.

5. Hasil penelitian mengenai asertivitas

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Surabaya pada remaja dilandasi oleh adanya fenomena banyaknya siswa yang kurang berperilaku asertif antara lain siswa kelas 1 kurang berani mengungkapkan pendapat di depan kelas, perlu adanya figur otoritas untuk mendikte siswa dalam melakukan sesuatu, kurangnya keaktifan dan inisiatif dalam kegiatan ekstrakulikuler. Berdasarkan hal ini, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

peneliti mengadakan pelatihan asertivitas. Hasil dari pelatihan tersebut adalah peserta yang mengikuti pelatihan menunjukkan peningkatan perilaku asertif. Selain itu, hasil analisis kualitatif dari peserta pelatihan menunjukkan bahwa individu yang mengalami peningkatan skor perilaku asertif yang pesat adalah individu yang memiliki orang tua dengan pola asuh yang lebih demokratis (Setiono dan Pramadi, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja di Medan mengenai perbedaan asertivitas berdasarkan pola asuh terbukti bahwa pola asuh demokratis memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan asertivitas (Marini dan Andriani,2005). Namun, penelitian ini mengandung kelemahan yaitu perilaku non verbal seperti kontak mata, ekspresi muka, dan sikap badan diukur menggunakan angket padahal cara mengukur perilaku non verbal yang efektif menggunakan observasi.

Penelitian dilakukan pada remaja di daerah jawa timur mengenai perilaku seksual sebelum menikah dan hubungannya dengan asertivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 99,9% seorang remaja yang melakukan seks pranikah karena kurang memiliki perilaku asertif untuk menolak keinginan pasangan sedangkan sebanyak 0,1% memberikan ketegasan terhadap keinginan pasangan (Prastuti, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Penelitian lain juga dilakukan pada karyawan mengenai hubungan harga diri dan asertivitas. Hasilnya menunjukkan bahwa perilaku asertif memberikan sumbangan yang signifikan terhadap harga diri karyawan. Sumbangan yang diberikan sebesar 34% sedangkan 66% dipengaruhi oleh faktor lain (Maharani dan Retnaningsih, 2007).

Dokumen terkait