• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis .1Pengertian Bank .1Pengertian Bank

2.1.5 Aset Produktif

Sebagai lembaga pemberi jasa-jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran, maka bank memberikan berbagai fasilitas kepada nasabah, penanaman dana dari bank terbesar diberikan dalam bentuk fasilitas kredit. Akan tetapi, sebagian dana itu disisihkan dalam bentuk penanaman lain, yaitu surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan modal dalam keuangan yang bukan bentuk bank atau perusahaan lain.

Aset yang produktif sering juga disebut dengan earning assets atau Aset yang menghasilkan karena penempatan dana pada bank tersebut adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan.

Aset produktif atau earning assets adalah semua penanaman dana dalam rupiah atau valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya (Siamat, 2004:134).

Aset produktif adalah penanaman dana bank, baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, efek (surat berharga), efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse revo), tagihan derivatif, tagihan akseptasi, penempatan dana pada bank lain, penyertaan dan lain-lain (PSAK No.31 paragraf 11).

Aset produktif adalah semua Aset dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya (Dendawijaya, 2005:61).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Aset produktif adalah bentuk pengalokasian dana baik dalam rupiah maupun valuta asing yang dapat memberikan penghasilan atau Aset yang menghasilkan kontribusi pendapatan bagi bank.

a. Penanaman dana dalam Aset produktif

Aset produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh pengahasilan dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antarbank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. (Peraturan Bank Indonesia No.7/2PBI/2005, pasal 1)

b. Penanaman dana dalam bentuk aset tidak produktif

Aset tidak produktif adalah penanaman dana bank ke dalam bentuk aset yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aset tidak produktif terdiri dari alat-alat likuid atau cash asset serta aset tetap dan inventaris.

Komponen aktiva produktif terdiri dari:

1)

Kredit adalah penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Dendawijaya 2001:67).

Kredit

Kredit adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau bagi hasil keuntungan termasuk pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan NPA (Note Purchase Agreement) dan pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang (factoring) (Siamat 2004:134)

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa adanya kontraprestasi yang akan diterima kreditur dimasa yang akan datang berupa jumlah bunga, imbalan atau hasil keuntungan. Kredit adalah sumber penghasilan terbesar bank. Oleh karena itu pihak bank sangat berupaya sekonservatisme mungkin dalam menyalurkan kredit, dan sangat menghindari sikap yang spekulatif dalam pemberian kredit. Adapun tujuan dari pemberian kredit ini adalah (Kasmir, 2002:96):

a. Mencari keuntungan

Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

b. Membantu usaha nasabah

Bank memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah yang membutuhkan dana, baik untuk investasi maupun untuk modal kerja. Dengan dana ini maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

c. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Adapun unsur kredit menurut (Ismail,2009:190) adalah sebagai berikut: a. Debitur dan kreditor

Kedua pihak yang melakukan transaksi kredit yaitu debitur dan kreditor. Debitur atau disebut juga nasabah adalah pihak yang mendapat pinjaman dari kreditor dan kreditor adalah pihak yang mendapat pinjaman atau menyalurkan pinjaman yaitu bank.

b. Perjanjian

Setiap kredit yang diberikan oleh bank harus didasari adanya perjanjian antara bank dan debitur berupa perjanjian kredit. Perjanjian kredit akan mengikat kedua pihak yaitu bank dan debitur untuk memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian kredit.

c. Jangka waktu

Setiap kredit harus ditentukan jangka waktu pemberian kredit, yaitu jangka waktu mulai dari kredit dicairkan sampai dengan kredit lunas.

d. Balas jasa

Bank memberikan kredit dengan tujuan agar memperoleh pendapatan atau balas jasa, yaitu berupa bunga untuk bank konvensional.

e. Kepercayaan

Bank memberikan kredit kepada debitur karena bank percaya bahwa dana yang disalurkan kepada debitur akan dapat dikembalikan. Bank percaya bahwa debitur dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian. f. Risiko

Setiap penyalurkan dana pasti mengandung risiko bahwa dana ini tidak kembali. Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur akan mengandung risiko adanya kemungkinan debitur tidak dapat mengembalikan dana pinjamannya. Oleh karena itu, bank harus melakukan analisis kredit sebelum memutuskan untuk memberikan kredit kepada debitur.

Fungsi kredit sebagaimana menurut (Kasmir,2008:101) adalah : 1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, yang berarti jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Untuk meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

5. Sebagai stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

Prinsip-prinsip pemberian kredit

Adapun salah satu prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan adalah dengan analisis 5 C menurut (Manurung, 2004:193) dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Karakter (Character)

Karakter (character) mencakup keinginan (kuat) calon debitur untuk memenuhi janji atau melunasi kewajiban sesuai jadwal, dalam kondisi baik dan buruk.

b. Kapasitas (Capacity)

Kapasitas (capacity) adalah berkaitan dengan kemampuan calon debitur untuk melunasi kredit sesuai jadwal. Penilaian kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian terhadap keadaan neraca, laporan laba-rugi, dan arus kas (cash flow) usaha dari beberapa tahun terakhir. c. Modal (Capital)

Penilaian atas modal (capital) yang dimiliki calon debitur, dimana bank ingin melihat kekuatan permodalan, juga komitmen dalam usaha.

d. Jaminan (Collateral)

Jaminan (collateral) amat dibutuhkan oleh bank untuk menghindari atau mengurangi risiko kerugian, bila terjadi hal-hal yang buruk dari usaha yang dikelola nasabah.

e. Kondisi (Condition)

Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.

2)

Penempatan dana dalam bentuk pembelian surat-surat berharga disebut juga sekuritas atau efek-efek adalah salah satu alternatif penempatan dana jangka pendek dan tergolong likuid. Bank dapat menjual dengan segera surat-surat berharga yang dimiliki. Pada saat perekonomian dalam suatu negara tidak stabil, maka pilihan penempatan dana dalam bentuk surat-surat berharga akan berisiko karena tidak stabilnya harga efek-efek yang dimiliki.

Surat-surat berharga

Menurut (Undang - Undang No.10 Tahun 1998) surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal.

Sebagai cadangan sekunder, surat dijadikan sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer. Karena sifatnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank selain berfungsi sebagi cadangan, secondary reserve dapat memberikan manfaat bagi bank, yaitu untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan profitabilitas bank.

3)

Penempatan dana pada bank lain adalah penanaman dana bank pada bank lainnya berupa giro, call money, deposito berjangka, kredit yang diberikan dan penempatan lainnya, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya (Dendawijaya, 2001:67)

Penempatan pada bank lain

Kegiatan penempatan pada bank lain umumnya dilakukan melalui pasar uang. Bagian yang melakukan transaksi penempatan dana antarbank dan atau peminjaman dana antarbank adalah dealing room yang berada di pusat bank. Dealing room yang berfungsi untuk menempatkan dana dengan cepat pada saat bank kelebihan dana dan melakukan pinjaman dengan cepat kepada bank lain pada saat bank membutuhkan dana untuk memenuhi likuiditas bank.

4)

Penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang. Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang tidak melalui pasar modal, serta dalam bentuk penyertaan modal sementara pada perusahaan debitor untuk mengatasi akibat kegagalan kredit (Dendawijaya, 2001:67).

Penyertaan modal

Keterlibatan bank dalam penyertaan dapat diakibatkan oleh adanya pengalihan kredit, bila debitur dipandang berisiko tinggi sementara kredit tersebut maka bank dapat melakukan inisiatif untuk menyelamatkan kredit tersebut melalui pengalihan kredit menjadi penyertaan bank dalam perusahaan

perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenhi ketentuan yang ditetapkan.

Dokumen terkait