• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASET TETAP (lanjutan) PROPERTY, PLANT, AND EQUIPMENT (continued)

Dalam dokumen LK 31 MARET 2016 Final SPD (Halaman 52-56)

Perusahaan dan entitas anak memiliki beberapa bidang tanah dengan hak legal berupa Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan (“HGB”). Hak Pakai tidak mempunyai jangka waktu. Hak Guna Bangunan Perusahaan jatuh tempo antara tahun 2016 sampai dengan 2045, tetapi dapat diperpanjang. Perusahaan dan entitas anak juga mempunyai beberapa bidang tanah yang sedang dalam proses perpanjangan HGB dan pengurusan balik nama menjadi atas nama Perusahaan dan entitas anak.

The Company and its subsidiaries own several pieces of land with Rights to Use and Building Use Rights (“HGB”). Rights to Use have no expiration date while Building Use Rights will expire from 2016 to 2045, but they are renewable by the Company. The Company and its subsidiaries also have several pieces of land rights, which are still in an extension process and in the process of transfer of certificate to the name of the Company and its subsidiaries.

Bangunan, instalasi dan mesin pembangkit, perlengkapan transmisi serta kapal dengan jumlah tercatat sebesar Rp 229.544.337 juta diasuransikan kepada beberapa perusahaan asuransi dengan, PT Asuransi Jasa Indonesia pihak berelasi, sebagai penanggung utama, PT Tugu Kresna Pratama dan PT Asuransi Ramayana terhadap risiko kebakaran dan kemungkinan risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 17.141 juta (setara dengan Rp 236.453.639) dan Rp 993.997 juta pada tanggal 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015. Aset sewaan PLTU Tanjung Jati B 4 x 660 MW diasuransikan kepada PT Asuransi Mitsui Sumitomo Indonesia terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan masing-masing sebesar dan JPY 361.172 juta (setara dengan Rp 42.684.156) pada tanggal 31 Maret 2016 dan JPY 361.172 juta (setara dengan Rp 41.362.961) pada tanggal 31 Desember 2015. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan. Perusahaan dan entitas anak tidak mengasuransikan aset tetap selain bangunan, instalasi dan mesin pembangkit, perlengkapan transmisi, serta kapal dan perlengkapan.

Building, installation and power plant, transmission equipment and vessels with net carrying value of Rp 229,544,337 million were insured with several insurance companies, with PT Asuransi Jasa Indonesia, a related party, acting as the lead underwriter, PT Tugu Kresna Pratama and PT Asuransi Ramayana insuring against fire and other possible risks with insurance coverage of US$ 17,141 million (equivalent to Rp 236,453,639) and Rp 993,997 million as of March 31, 2016 and December 31, 2015. Leased assets PLTU Tanjung Jati B 4 x 660 MW were insured to PT Asuransi Mitsui Sumitomo Indonesia against fire and other possible risks with insurance coverage of JPY 361,172 million (equivalent to Rp 42,684,156) as of March 31, 2016 and JPY 361,172 million (equivalent to Rp 41,362,961) as of December 31, 2015. Management believes that the insurance coverage is adequate to cover possible losses on the assets insured. The Company and its subsidiaries do not cover insurance protection for assets other than building, installation and power plant, transmission equipment, and vessels and equipment.

Aset sewaan - instalasi dan mesin pembangkit merupakan pembangkit tenaga listrik berdasarkan perjanjian sewa dengan IPP dalam bentuk sewa pembiayaan sesuai dengan penerapan PSAK 30.

Leased assets – installation and power plant represent certain power plants under lease agreement with IPPs which were accounted for as finance leases in accordance with PSAK 30.

Pada tanggal 31 Maret 2016 setelah revaluasi, jumlah tercatat bruto dari aset tetap tersebut yang telah disusutkan penuh dan masih digunakan sebesar Rp 9.430.811 juta.

As of March 31, 2016 after revaluation, the gross carrying amount of property, plant and equipment that have been fully depreciated and still in use amounted to Rp 9,430,811 million.

Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan penurunan nilai aset tetap pada tanggal pelaporan.

Management believes that there are no events or changes in circumstances which may indicate impairment of property, plant and equipment as of the reporting date.

- 51 -

6. ASET TETAP (lanjutan) 6. PROPERTY, PLANT, AND EQUIPMENT

(continued)

Pada tanggal 31 Desember 2015, Perusahaan dan entitas anak melakukan perubahan kebijakan akuntansi atas kelas aset tertentu dari sebelumnya menggunakan model biaya menjadi model revaluasi.

On December 31, 2015, the Company and its subsidiaries changed their accounting policy for certain class of assets from the cost model to the revaluation model.

Pelaksanaan revaluasi aset tetap untuk PT PLN (Persero) dilaksanakan berdasarkan tender yang dimenangkan oleh Kantor Jasa Penilai Publik Rengganis, Hamid & Rekan (“KJPP RHR”) yang selanjutnya melaksanakan penilaian. KJPP RHR adalah Penilai Publik Independen yang telah terdaftar di Kementerian Keuangan dengan No. 2.09.0012 dan Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”).

The revaluation of PT PLN (Persero) is conducted based on tender process where Kantor Jasa Penilai Publik Rengganis, Hamid & Partners

(“KJPP RHR”) was selected as the winner. KJPP

RHR is an Independent Public Valuer registered in The Ministry of Finance No. 2.09.0012 and Financial Services Authority (“OJK”).

Adapun Standar Penilaian yang digunakan adalah Standar Penilaian Indonesia edisi VI - 2015, dengan menggunakan pendekatan penilaian berikut ini:

The valuation standard that has been used is Indonesian Valuation Standards edition VI - 2015, which used the following valuation approaches:

1. Pendekatan Pasar 1. Market approach

Pendekatan ini mempertimbangkan penjualan dari aset sejenis atau pengganti dan data pasar yang terkait, serta menghasilkan estimasi nilai melalui proses perbandingan. Pada dasarnya, properti yang dinilai (obyek penilaian) dibandingkan dengan properti yang sebanding, baik dari transaksi yang telah terjadi maupun properti yang masih dalam tahap penawaran penjualan dari suatu proses jual beli.

This approach considers the sales of similar assets or replacement assets and related market information, which provides value estimation by a comparison process. Basically, the properties being valued are compared to other similar properties that either have been transacted or offered for sale in a sales transaction.

Pendekatan pasar digunakan untuk kelas aset tanah.

The market approach can be applied to land rights asset class.

2. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan ini mempertimbangkan pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan aset yang dinilai dan mengestimasikan nilai melalui proses kapitalisasi. Kapitalisasi menghubungkan pendapatan (umumnya pendapatan bersih) dengan suatu definisi jenis nilai melalui konversi pendapatan menjadi estimasi nilai. Proses ini dapat menggunakan metode kapitalisasi langsung atau metode Arus Kas Terdiskonto, atau keduanya.

2. Income approach

This approach considers the income and costs related to the subject assets and estimates value through a capitalization process. Capitalization involves the conversion of income (usually net income) into an indication of value. This process uses the direct capitalization method or the Discounted Cash Flow method or both.

Pendekatan pendapatan digunakan untuk kelas aset tanah dengan peruntukan komersial atau tanah dengan skala pengembangan.

The income approach can be applied to commercial land rights or land rights with development scale.

6. ASET TETAP (lanjutan) 6. PROPERTY, PLANT, AND EQUIPMENT (continued)

3. Pendekatan Biaya

Pendekatan ini berdasarkan prinsip bahwa harga dimana pembeli di pasar akan membayar atas aset yang sedang dinilai tidak akan lebih dari biaya untuk membeli atau mengkonstruksi sebuat aset modern yang ekuivalen, tanpa mempertimbangkan biaya akibat penundaan waktu dan biaya keterlambatan. Untuk aset yang tidak baru, pendekatan biaya memperhitungkan estimasi depresiasi termasuk penyusutan fisik dan keusangan lainnya (fungsional dan eksternal). Biaya konstruksi dan depresiasi ditentukan oleh hasil analisis dari perkiraan biaya konstruksi dan depresiasi sesuai dengan kelaziman yang ada di pasar atau dalam praktek penilaian.

3. Cost approach

This approach is based on the principle that the price that a buyer in the market would pay for the asset being valued would be not more than the cost to purchase or construct a modern equivalent asset, without taking into consideration undue time, and overtime charges. For assets which are not new, the cost approach includes depreciation estimation including physical depreciation and other obsolescence (functional and external). Construction cost and depreciation should be determined from analysis of the construction cost and estimation of depreciation according to the prevalence in the market or in valuation practice.

Pendekatan biaya digunakan untuk kelas aset bangunan umum, waduk dan prasarana, instalasi dan mesin pembangkit, perlengkapan transmisi, perlengkapan distribusi, material cadang, perlengkapan pengolahan data dan telekomunikasi yang digunakan dalam penyediaan listrik.

The cost approach is applied to asset classes

such as buildings, reservoir and

infrastructure, installation and power plants, transmission equipments, distribution

equipments, spare parts, and

telecommunications and data processing equipments used for electricity supply.

- 53 -

6. ASET TETAP (lanjutan) 6. PROPERTY, PLANT, AND EQUIPMENT

(continued)

Informasi mengenai penilaian kembali aset tetap pada tanggal 31 Desember 2015 untuk Kelompok Aset yang Direvaluasi adalah sebagai berikut:

Information on the revaluation of assets as at December 31, 2015 for Class of Revalued Assets are as follows:

Jumlah tercatat sebelum revaluasi/

Net carrying value Nilai Wajar/

before revaluation Surplus (Rugi) Fair Value

31 Desember/ Revaluasi/ 31 Desember/

December 31, Profit (loss) December 31,

2015 Revaluation 2015

Nilai revaluasi Revalued amount

Pemilikan langsung Direct acquisitions Tanah 9.408.131 110.161.252 119.569.383 Land rights

Bangunan umum, waduk Buildings, reservoir and

dan prasarana 61.691.435 (12.235.006) 49.456.429 infrastructure

Instalasi dan mesin Installation and power

pembangkit 198.082.383 374.052.068 572.134.451 plant Perlengkapan transmisi 83.486.819 3.215.010 86.701.829 Transmission equipment Perlengkapan distribusi 128.184.294 13.262.190 141.446.484 Distribution equipment Material cadang 823.871 (156.817) 667.054 Spare parts Perlengkapan pengolahan

data dan telekomunikasi Telecommunication and data

yang digunakan dalam processing equipments that

penyediaan listrik 4.903.626 (2.300.536) 2.603.090 are used for electricity supply Sub jumlah 486.580.559 485.998.161 972.578.720 Sub total

Akumulasi penyusutan Accumulated depreciation

Pemilikan langsung Direct acquisitions

Bangunan umum, waduk Buildings, reservoir and

dan prasarana (17.660.755) 17.660.755 - infrastructure

Instalasi dan mesin Installation and power

pembangkit (76.515.744) 76.515.744 - plant

Perlengkapan transmisi (25.839.544) 25.839.544 - Transmission equipment Perlengkapan distribusi (43.300.652) 43.300.652 - Distribution equipment Material cadang (254.876) 254.876 - Spare parts Perlengkapan pengolahan

data dan telekomunikasi Telecommunication and data

yang digunakan dalam processing equipments that

penyediaan listrik (3.103.646) 3.103.646 - are used for electricity supply Sub jumlah (166.675.217) 166.675.217 - Sub total Jumlah Tercatat 319.905.342 652.673.378 972.578.720 Net Carrying Value Secara total kenaikan nilai tercatat yang timbul

dari revaluasi Kelompok Aset yang Direvaluasi dicatat sebagai "Cadangan Revaluasi Aset" adalah sebesar Rp 652.673.378.

In total, the increase in the carrying amounts of the Class of Revalued Assets is recorded as

“Asset Revaluation Reserve” amounting to

Rp 652,673,378.

Surplus revaluasi, dikurangi dengan penghasilan pajak tangguhan yang terkait, telah dikreditkan pada pendapatan komprehensif lainnya dan

disajikan sebagai “Cadangan Revaluasi Aset”

pada laba komprehensif lainnya.

The revaluation surplus, net of applicable deferred

income taxes, was credited to other

comprehensive income and is presented in “Asset Revaluation Reserve” in other comprehensive

6. ASET TETAP (lanjutan) 6. PROPERTY, PLANT, AND EQUIPMENT (continued)

Tabel di bawah ini menganalisis aset non- keuangan yang dicatat pada Nilai Wajar berdasarkan Hirarki Nilai Wajar sesuai dengan PSAK 68. Perbedaan tingkatan Nilai Wajar dijelaskan sebagai berikut:

• Harga kutipan (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (Tingkat 1);

• Data masukan selain dari harga kutipan yang termasuk dalam Tingkat 1 yang dapat diobservasi untuk aset dan liabilitas, baik secara langsung atau secara tidak langsung (Tingkat 2);

• Data masukan untuk aset atau liabilitas yang tidak didasarkan pada data pasar yang dapat diobservasi baik secara langsung maupun tidak langsung (Tingkat 3).

The table below analyses non-financial assets recorded at fair value, based on Fair Value Hierarchy in SFAS 68. The different levels of Fair Value are defined as follows:

• Quoted prices (unadjusted) in active markets for identical assets or liabilities (Level 1);

• Inputs other than quoted prices included in Level 1 that are observable for the asset or liability, either directly or indirectly (Level 2);

• Inputs for the asset or liability that are not based on observable market data, neither directly or indirectly (Level 3).

Level/pengukuran nilai wajar 31 Desember 2015 menggunakan/

Level/fair value measurement at 31 December 2015 using

Tingkat 1/ Tingkat 2/ Tingkat 3/ Jumlah/

Dalam dokumen LK 31 MARET 2016 Final SPD (Halaman 52-56)