• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ASIMILASI MASYARAKAT KETURUNAN ARAB

2. Asimilasi Melalui Kebudayaan

(baik secara bahasa, pakaian, dan makanan)

Kedua bentuk asimilasi diatas akan sangat berpengaruh dalam proses terjadinya asimilasi.

Asimilasi melalui perkawinan, merupakan sebuah ikatan suci yang sudah terjadi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Kesamaan agama (Islam) sudah tentu menjadi salah satu faktor yang memudahkan terjadinya proses asimilasi terutama dalam perkawinan tersebut. Seperti yang sudah di jelaskan dalam bab satu sebelumnya bahwa masyarakat keturunan Arab memiliki susunan atau strata suatu golongan misalnya sayid dan bukan sayid.

1

Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 175.

Sayid adalah identifikasi diri sekelompok orang Arab yang menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini beranggapan mereka keturunan anak perempuan nabi yaitu Fatimah istri Ali bin Abi thalib. Bagi mereka yang tidak tergolong sayid berarti tidak mempunyai garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad Saw. Strata sayid di atas sangat berkaitan terutama bagi komunitas keturunan Arab yang melangsungkan asimilasi perkawinan dengan masyarakat Condet Balekambang, bagi keturunan Arab strata sayid bertujuan agar garis keturunan mereka tidak terputus. Sedangkan strata tidak sayid tidak berpengaruh atau berkaitan bagi garis keturunan Arab dalam melangsungkan asimilasi perkawinan dengan masyarakat Condet Balekambang.

Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, ditemukan adanya warga keturunan Arab yang tergolong sayid yang menjelaskan bahwa mereka memiliki keluarga yang menikah dengan warga Condet Balekambang (anak laki-laki keturunan Arab yang menikah dengan warga Condet), hal ini menurut mereka (keturunan Arab) bertujuan untuk menjaga garis keturunan mereka.

Seperti yang diungkapkan oleh Umi Seli:2

“Kalo anak perempuan saya mau nikah, dia harus nikah dengan laki-laki Arab, tapi kalo anak laki-laki saya menikah terserah dia mau milih nikah dari keturunan Arab atau gak dari keturunan Arab.” Sedangkan bagi masyarakat keturunan Arab yang tidak tergolong sayid, tidak mempermasalahkan anak mereka harus menikah dengan siapa (baik dari keturunan Arab maupun sebaliknya).

2

Menurut mereka Allah SWT telah menciptakan hamba-hambanya dari berbagai suku dan bangsa untuk saling mengenal, bahkan sampai menikahpun tidak harus dari keturunan Arab.

Seperti yang dikatakan oleh Salimah Al-Jufri:3

“Saya mah ngasih kebebasan aja ma anak-anak untuk nikah sama sapa aja, mau dari keturunan Arab atau nggak dari keturunan Arab yaa nggak masalah.”

Kemudian dalam melangsungkan adat pernikahan keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang kita akan menemukan adanya perpaduan budaya campuran (asimilasi budaya sekaligus proses asimilasi yang sudah terjadi di dalamnnya) dari masyarakat Arab dan Betawi (Condet Balekambang). Asimilasi melalui perkawinan yang mereka gunakan disesuaikan dengan tatacara dalam Islam salah satunya adanya peminangan.

Sedangkan adat tambahan dari keturunan Arab yaitu adanya (malam pacar) yaitu malam sebelum hari akad calon pengantin perempuan melakukan tradisi yang biasa di lakukan calon pengantin perempuan pada tradisi Arab yaitu pasang pacar di kuku calon mempelai perempuan yang dilakukan kerabat dekat dari perempuan terutama teman-teman dari mempelai perempuan (yang dilakukan keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang) yang secara bergantian memasangkan pacar di kuku calon pengantin sambil mendoakannya.

Kemudian terdapat pula adanya (tarian syamar) yaitu tarian orang Arab yang hanya di lakukan oleh kaum laki-laki saat resepsi pernikahan, mereka biasanya menari japin sambil memutarkan badannya mengikuti irama

3

gendang (yang dilakukan oleh keturunan Arab dengan warga Condet Balekambang). Adanya malam pacar dan tarian syamar, terungkap dari pernyataan baik informan dari keturunan Arab maupun informan dari masyarakat Condet Balekambang.

Seperti yang diungkapkan oleh Salahuddin bin Thohir bin Yahya:4 “Emang bener kalo lagi da acara nikahan dari orang-orang keturunan Arab ma orang pribumi, yang namanya malem pacar dan tarian syamar udah jadi tradisi orang-orang kita yang wajib di adain.” Sama halnya yang diungkapkan oleh Ibu Bulan Indah:5

“Yang saya tahu malem pacar dan nari syamar itu memang ada di acara nikahan orang-orang keturunan Arab yang udah di siapin ma mereka buat ngeramein acara nikahan apalagi di situkan kita bisa tahu ternyata ya masih ada adat Arab yang menarik untuk bisa kita lihat dan pelajari.”

Selanjutnya adanya permainan musik marawis yang di meriahkan dalam acara pernikahan tersebut, baik orang-orang keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang bersama-sama bermain memainkan musik marawis tersebut.

Seperti yang diungkapkan oleh Via:6

“Temen saya ada yang kawin ma keturunan Arab, biar mereka bisa ngeramein acara nikahan itu biasanya mereka memang nggak lepas dari yang namanya nampilin maen musik marawis.”

4

Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010.

5

Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010. 6

Sama halnya yang di katakan oleh saudara Tomy:7

“kalo pada dateng ke acara nikahan keturunan Arab, bakal di temuin adanya orang-orang kite yang ikut-ikutan maen marawis ma orang-orang keturunan Arab.”

Serta adanya pakaian yang digunakan keturunan Arab saat menikah adalah pakaian jubah, sedangkan dari masyarakat Condet Balekambang menggunakan adat Betawi.

Seperti yang di ungkapkan oleh Via:8

“Biasanya yang saya liat kalo laki-laki keturunan Arab nikah ma orang pribumi, laki-lakinya biasanya makai baju jubah sedangkan kalo cewenya yaa makai baju Betawi.”

Dengan berasimilasinya dua komunitas tersebut melalui pernikahan dan melalui budaya, maka di dalamnya sudah terjadi proses asimilasi dengan saling menyesuaikan diri untuk bisa menerima perbedaan budaya masing-masing terutama bagi masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok minoritas yang berbaur dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas.

Selain asimilasi adat atau budaya perkawinan yang telah di jelaskan diatas, masih ada satu lagi adat yang akan kita temukan dalam proses asimilasi adat pernikahan laki-laki keturunan Arab dengan wanita Betawi (Condet Balekambang). Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, di temukan adanya warga keturunan Arab yang menjelaskan bahwa pernikahan yang terjadi antara laki-laki keturunan Arab dengan wanita Betawi (Condet Balekambang) dalam persiapan pernikahan, barang-barang yang di butuhkan

7

Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. 8

seperti pakaian pengantin, tempat tinggal mereka dan lain-lain. Semuanya di siapkan oleh calon pengantin laki-laki dari keturunan Arab.

Seperti yang di paparkan oleh Bapak Khalid:9

“Udah jadi kewajiban calon pengantin laki-laki, buat nyiapin segala macem barang-barang yang dibutuhkan kalo udah siap mau nikah.”

Sedangkan Bentuk asimilasi melalui kebudayaan yang dimaksud adalah perubahan pola kebudayaan dengan menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas seperti cara berpakaian, berbahasa, dan cara membuat makanan. Bentuk asimilasi kebudayaan yang telah di jelaskan tersebut akan menjadi hal penting untuk mengetahui terjadinya proses asimilasi di dalamnya.Dalam hubungannya dengan penelitian terhadap masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang di wilayah tersebut, masih perlu di buktikan kebenarannya. Guna keperluan tersebut akan dilakukan observasi dari kedua belah pihak. Dari segi yang akan di paparkan di atas (makanan, pakaian, upacara pernikahan, serta bahasa) akan di jadikan ukuran mencari jawaban permasalahannya.

Dari segi makanan dan pakaian, masyarakat keturunan Arab telah beradaptasi pada makanan Indonesia begitupun cara berpakaian merekapun sudah mengikuti pakaian Indonesia, khususnya sudah mengikuti tradisi dari masyarakat Condet Balekambang.

9

Bentuk asimilasi kebudayaan diatas terungkap dari pernyataan beberapa informan yang menceritakan bagaimana mereka bisa (proses) berasimilasi antara warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.

Seperti yang diungkapkan informan Bapak Khalid:10

“Karna saya udah lama tinggal di daerah Condet ini, jadi kalo adat apapun baik dari cara berpakaian atau ngebuat makanan ya udah ngikutin tradisi orang-orang disini.”

Sama halnya yang di ungkapkan oleh Umi Seli:11

“Kalo saya buatin makanan atau masakan yaa udah ngikutin tradisi di masyarakat sini, gitu juga kalo cara kita pada berpakaian nggak ada yang beda kok sama aja dengan warga sini.”

Sedangkan mengenai bahasa yang di gunakan masyarakat keturunan Arab dalam berkomunikasi dengan masyarakat Condet Balekambang, mereka menggunakan bahasa Indonesia.

Seperti yang diungkapkan oleh Salahuddin bin Thohir bin Yahya:12 “Kalo gue sih ngobrol ma temen-temen atau sapa aja ya gue samain aja sama mereka makai bahasa Indonesia.”

Sedangkan bagi masyarakat Condet Balekambang menurut mereka berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sangat memudahkan mereka untuk bisa berbicara. Hal ini menurut mereka disebabkan karena antar mereka mau berasimilasi dengan saling bersikap toleransi dan simpati, salah satunya dalam berbahasa.

10

Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. 11

Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 12

Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010.

Seperti yang diungkapkan Tomy:13

“Nggak ada kesulitan kalo ngomong ma orang-orang keturunan Arab soalnya mereka kan udah bisa dan terbiasa nyesuein pake bahasa Indonesia.”

Sama halnya yang diungkapkan Ibu Bulan Indah:14

“Saya punya temen keturunan Arab, dia itu bisa berbahasa Arab tapi kalo dia lagi ngobrol sama saya ya dianya nyamain pake bahasa Indonesia yang kebetulan dia udah bisa dan lebih seneng berbahasa Indonesia.”

Dari gambaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa baik masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, berbaur bersama (berasimilasi) melalui perkawinan dan menyesuaikan diri melalui budaya (bahasa, makanan, pakaian), dari dua bentuk asimilasi tersebut di dalamnya sudah terjadi proses asimilasi baik dari masyarakat keturunan Arab maupun dari masyarakat Condet Balekambang. Dengan adanya proses asimilasi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku kebudayaan kelompok minoritas (keturunan Arab) kepada kelompok mayoritas (masyarakat Condet Balekambang).

Proses asimilasi mengarah pada perubahan perilaku masyarakat keturunan Arab yang terlihat dari sikap menerimanya perbedaan adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang. Dengan berasimilasinya melalui perkawinan dari dua komunitas tersebut, mereka sudah bisa menerima perbedaan adat atau budaya masing-masing yang digunakan seperti adanya adat malam pacar, tarian syamar yang dilakukan oleh keturunan Arab bersama masyarakat Condet Balekambang, bermain musik marawis, dan

13

Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. 14

berpakaian (jubah) yang digunakan keturunan Arab sedangkan masyarakat Condet Balekambang mengggunakan adat Betawi.

Serta dalam berkomunikasi bahasa kedua komunitas tersebut bersama-sama menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai kelompok minoritas yang tinggal dan menetap berpuluh tahun berbaur dengan masyarakat Condet Balekambang, adat atau budaya dari masyarakat keturunan Arab hanya terlihat dalam adat perkawinan saja namun adat tersebutpun sudah mulai di tinggalkan oleh mereka karena mereka sudah berasimilasi mengikuti adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang. Jadi adanya perbedaan etnis tidak menghambat masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang untuk berasimilasi.

Dokumen terkait