Klasifikasi Ascaris lumbricoides: Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda Subclass : Secernemtea Ordo : Ascoridida
Super famili : Ascoridciidea Genus : Ascaris
Species : Ascaris lumbricoides a) Morfologi
Cacing ini merupakan parasit Nematoda terbesar pada manusia. berbentuk silindris, berwarna putih atau kuning kemerahan, ujung anterior tumpul sedang ujung posterior lebih meruncing pada tiap2 sisi terdapat garis2 longitudinal (‘lateral lines’) berwarna putih sepanjang badan cacing; tubuhnya ditutupi kutikula ber-garis2 melintang; cacing jantan berukuran panjang ± 10 – 31 cm; diameter ± 2 – 4 mm, ujung posterior melengkung ke ventral dengan sepasang spikula kopulatorius silindris dan bentuknya sederhana yang terletak dalam kantong; cacing betina: lebih besar dari cacing jantan, berukuran panjang 20 – 35 cm,
Ø 3 – 6 mm, vulva terletak di ventral tengah, ± di sepertiga anterior tubuh.
Pada ujung anterior terdapat 3 buah labia/bibir, satu di mediodorsal, sepasang di ventrolateral, dan di tengah, di antara ketiga bibir terdapat kavum bukalis kecil berbentuk segitiga.
Anterior posterior
Telur mempunyai ukuran 45-70 x 35-50 µ. Di bagian luar ada lapisan albuminoid yang berbenjol-benjol kasar. Telurnya sendiri mempunyai lapisan hyaline yang tebal, jernih dengan lapisan luar yang relative tebal sebagai struktur penyokong, lapisan dalam yang tipis halus, vitelin, dan lipoidal yang tidak dapat ditembus juga ditemukan telur yang berbentuk ganjil tanpa lapisan albuminoid atau dengan lapisan yang lebarnya abnormal. Telur yang tidak dibuahi sukar diidentifikasi. Telur ini tidak hanya ditemukan bila tidak ada cacing jantan, tapi pada dua per lima dari semua pederita karena populasi
yang berulang diperlukan untuk produksi telur yang dibuahi terus menerus.
Telur ascaris lumbricoides b) Siklus hidup
Usus manusia => Cacing => Telur Cacing => Keluar bersama feses => Tersebar => Menempel pada makanan => Termakan => Menetas =>
Larva => Menembus Usus => Aliran Darah => Jantung => Paru-Paru => Kerongkongan => Tertelan => Usus Manusia => Cacing Dewasa
Cacing dewasa biasanya hidup di rongga usus muda. Cacing ini mendapat makanan dari makanan hospes yang setengah dicerna dan mungkin dari sel-sel mukosa usus. Telur yang belum membelah bila dikeluarkan oleh hospes melalui tinja. Bila keadaan lingkungan dalam tanah menguntungkan kira-kira dalam waktu tiga minggu didalam telur dibentuk larva stadium dua yang infektif. Telur yang infektif itu bila ditelan manusia menetas dibagian atas usus muda dan mengeluarkan larva Rabditiform yang menembus dinding usus yang masuk vena kecil dan pembuluh limfa. Melalui sirkulasi portal larva ini masuk ke hepar kemudian masuk ke jantung dan paru-paru. Didalam paru-paru, larva ini mengalamai perubahan kedua dan ketiga. Larva bermigrasi atau dibawa oleh bronchiolus ke bronchus, naik ke trakea sampai ke epiglotis dan turun melalui esophagus ke usus muda. Selama masa hidupnya didalam paru-paru, larva membesar sampai lima kali ukuran semula. Setelah sampai di usus larvanya mengalami perubahan kelima.
c) Hospes dan distribusi
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta akhirnya bertelur. Penyakit yang disebabkannnya disebut Askariasis. Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides, yang merupakan penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit. Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.
Ascaris lumbricoides adalah parasit yang penting baik di daerah di musim dingin maupun di daerah tropic, tetapi cacing ini lebih umum di daerah tropic dan paling banyak ditemukan di daerah sanitasi buruk. Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Frekuensinya antara 60-90%. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoidesini. Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang memiliki kelembapan tinggi dan pada suhu 25° - 30° C.
e) Patologi dam gejala klinis
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan cacing dewasa dan larva, biasanya terjadi pada saat berada diparu-paru. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gtangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).
Perubahan patologis antara lain berupa: infiltrasi eosinofil, pembentukan granuloma di jalur migrasi larva dan sekitarnya, dan peradangan sepanjang traktus portal dg infiltrasi lekosit pada tahap akut. Kemudian terjadi fibrosis periportal dan celah interlobulair. Di jaringan sekitar larva terjadi reaksi seluler lokal yg hebat dg infiltrasi eosinofil dan bergerombolnya makrofag dan sel epiteloid. Reaksi ini merupakan reaksi imunologis hospes, yg bisa tidak muncul atau tidak berkembang penuh pada infeksi/migrasi pertama.
Gambaran infiltrasi sementara pd ronsen yg berubah dari hari ke hari dan hilang spontan dalam 3 – 14 hari dan dikaitkan dengan eosinofilia yg nyata, dikenal sebagai ‘Loeffler’s syndrome’. Meski ‘Loeffler’s syndrome’ juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, baik
organisma hidup maupun material lain, tapi itu terjadi di daerah endemik askariasis, penyakit cacing tambang dan Strongyloides.
f) Diagnosa
- Klinis (anamnesis & pemeriksaan fisik diagnostik) sukar karena gejalanya samar dan tidak khas.
- Laboratoris:
Pemeriksaan tinja: Pada umumnya cukup dengan pemeriksaan langsung, tidak perlu konsentrasi.
g) Penatalaksanaan
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pyrantel pamoate, mebendazol, albendazol, piperazin, Thiabendazole dan Prognosis.
Mebendazole (Vermox) (C16H13N3O2)
Memperlambat pergerakan/perpindahan dan kematian cacing dengan memilih secara selektif serta menghalangi pengambilan
glukosa dan bahan gizi lainnya dalam usus orang dewasa dimana cacing tersebut tinggal. Dosis 100 mg tiap 12 jam untuk 3 hari. Mebendazol tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bias membahayakan janin yang dikandungnya.
Piperazine (C4H10N2. C6H10O4)
Efek melumpuhkan cacing, jika digunakan akan membuat cacing dengan sendirinya pingsan didalam tinja dosis 75 mg/kg max 3. 5g).
Pyrantel pamoate (Antiminth, Pin-Rid, Pin-X)
menyebabkan kelumpuhan kejang pada cacing. Dengan dosis 11 mg/kg dan tidak melebihi 1 g.
Albendazole (C12H15N3O2S);
menyebabkan penghabisan energi, penghentian, dan akhirnya kematian. Dosis 400 m. dan tidak diberikan pada wanita hamil dan anak-anak dibawah 2 tahun.
Thiabendazole
menyebabkan migrasi cacing ke dalam kerongkongan, pada umumnya dikombinasikan dengan piperazine. Juga, obat golongan corticosteroids dapat mengobati gejala seperti peradangan, yang dapat ditimbulkan oleh cacing ini.
h) Pencegahan
2. Dilakukan simultan:
Meniadakan sumber infeksi bagi tanah: - Pengobatan penderita
- Sanitasi & higiene perorangan, keluarga & masyarakat: jamban dengan septic tank, Air bersih, Perubahan perilaku BAB (buang air besar)
Mencegah infeksi pada manusia: Perilaku makan dan minum yang bersih.
i) Prognosis
Kebanyakan penderita ascariasis dapat sembuh dengan spontan walaupun tanpa pengobatan. Namun, komplikasi dapat disebabkan oleh cacing dewasa yang bergerak ke organ tertentu atau berkembangbiak berlebihan sehingga dapat menyebabkan kelainan yang lebih parah.