• Tidak ada hasil yang ditemukan

CACING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CACING"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit yang di sebabkan oleh cacing sering kali dianggap masalah biasa, Sebenarnya hal ini sangat beralasan karena pada umumnya penyakit ini bersifat kronis sehingga secara klinis tidak tampak begitu nyata. Karakteristik fisik wilayah tropik seperti Indonesia merupakan surga bagi kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan masyarakatnya.

Penyakit kecacingan masih sering dijumpai di seluruh wilayah Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing ini tergolong penyakit yang kurang mendapat perhatian, sebab masih sering dianggap sebagai penyakit yang tidak menimbulkan wabah maupun kematian. Walaupun demikian, penyakit kecacingan sebenarnya cukup membuat penderitanya mengalami kerugian.

Penyakit yang disebabkan cacing atau biasa disebut dengan helminthiasis merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi terutama didaerah tropis. Keberadaan penyakit ini berkaitan dengan faktor cuaca, tingkat sanitasi lingkungan dan sosio ekonomi masyarakat. Cacing memerlukan suhu dan kelembaban udara tertentu untuk hidup dan berkembang biak. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Di samping itu, kebiasaaan penggunaan feses manusia sebagai pupuk tanaman dapat meningkatkan penyebaran telur cacing, karena dapat mengkontaminasi tanah, air rumah tangga dan tanaman pangan tertentu.

Cacing yang bersifat parasit pada manusia terbagi atas dua golongan besar yaitu cacing bulat (nemathelminthes) dan cacing pipih (platyhelmintes). Golongan Nemathelminthes terbagi lagi menjadi kelas nematode, sedangkan golongan Platyhelminthes terbagi menjadi kelas trematoda dan cestoda.

Salah satu penyakit kecacingan yang masih banyak terjadi pada penduduk di Indonesia adalah yang disebabkan golongan Soil-Transmitted Helminth yaitu golongan nematoda usus yang dalam penularannya atau dalam siklus

(2)

hidupnya melalui media tanah. Dalam hal ini berarti bahwa proses pematangan parasit dari bentuk non infektif menjadi bentuk yang infektif terjadi di tanah. Menurut Faust , Soil-Transmitted helminth adalah nematoda usus yang perkembangan embrionya pada tanah.

Kondisi tanah yang lembab dengan bertumpuknya banyak sampah merupakan habitat yang tepat untuk nematoda hidup dan berkembang biak. Tekstur tanah yang sangat bervariasi yang terdiri dari tanah pasir, debu dan tanah liat sangat memungkinkan hidup dan berkembang biak telur – telur cacing Soil-Transmitted Helminths hingga menjadi cacing yang infektif menularkan penyakit kecacingan.

Di Indonesia prevalensi kecacingan masih tinggi antara 60% – 90 % tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan.(Mardiana, 2008). Penularan cacingan lebih banyak terjadi pada daerah kumuh yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti sanitasi lingkungan yang ditunjang dengan kepadatan penduduk. Cacingan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan turunnya kualitas hidup.

Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Ascaris lumbricoides adalah salah satu spesies nematoda usus yang banyak menyerang manusia, hampir 25% populasi penduduk dunia, yaitu lebih dari 1,4 miliar orang telah terinfeksi cacing ini. Berdasarkan hasil penelitian Lamghari (2005), disertai dengan hasil studi epidemiologi, ditemukan adanya hubungan antara penyakit Ascariasis pada anak dengan tempat tinggal mereka yang dekat dengan air limbah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANATOMI SALURAN PENCERNAAN

(3)

1. Mulut

Mulut (oris) merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut denganfaring terdiri dari :

a. Vestibulum oris: Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian dalam.

b. Kavitas oris propia: Bagian di antara arkus alveolaris, gusi dan gigi, memiliki atap yang dibentuk oleh palatum durum (palatum keras) bagian depan, palatum mole (palatum lunak) bagian belakang.

1)Gigi

Anatomi gigi:

 Mahkota : menonjol dari rahang  Akar : tertanam dalam rahang

 Email : melapisi mahkota merupakan zat terkeras di dalam tubuh  Dentin: lekukan utama pada ujung gigi

 Sementum : lapiisan yang keras di sekeliling akar  Pulp : jaringan lembut berisi saraf dan pembuluh darah.

Jenis gigi:

 Gigi seri (insicivus): berbentuk pipih dan tajam untuk mengiris makanan.

(4)

 Gigi taring (kanninus): ujungnya runcing untuk mencabik dan menyobek makanan.

 Gigi geraham depan (premolar) : bentuknya berlekuk-lekuk untuk mengiris dan melembutkan makanan.

 Gigi geraham belakang (molar) : paling kuat, bentuknya berlekuk-lekuk untuk melembutkan makanan.

Fungsi gigi adalah mengunyah makanan, pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak.

2) Lidah

Bagian-bagian lidah:

 Pangkal lidah (radik lingua) terdapat epiglottis yang memisahkan saluran pencernaan dan pernafasan.

 Pangkal lidah (dorsum lingua) terdapat putting-putting pengecap untuk menentukan rasa makanan.

 Ujung lidah (apeks lingua) berfungsi membalikkan makanan, proses berbicara, merasakan makanan yan gdimakan, dan membantu proses menelan.

3) Kelenjar Ludah

 Kelenjar submaksilaris : terletak di bawah rahang atas bagian tengah.  Kelenjar sublingual : terletak di bawah selaput lender dasar rongga

mulut dan bermuara di dasar rongga mulut.

 Kelenjar parotis : terletak di bawah bagian depan telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan dekat os mandibular.

Fungsi saliva: mencampur saliva dengan makanan agar menjadi lunak atau setengah cair yan gdisebut lobus agar mudah ditelan dan mendinginkan makanan, melarutkan makanan yang kering untuk dapat dirasakan.

(5)

Faring (tekak) dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar), organ terpenting di dalamnya adalah tonsil.

Faring terdiri dari :  Nasofaring (pars nasalis)

Bagian superior yang menghubungkan hidung dengan faring. Bagian samping terdapat muara aperture tuba auditorius(eustachi) yang menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.

 Orofaring (Pars oralis)

Bagian media yang menghubungkan rongga mulut dengan faring.Pada bagian samping jaringan ditemukan limfoit atau tonsilla palatine tersembunyi dalam lekuk fossa tonsilaris.Tonsil palatine adalah jaringan limfoid dalam bentuk gepeng yang dapat terlihat dengan mudah melalui mulut terbuka pada dinding samping, dilapisi oleh kapsul dan melekat secara longgar pada M konstrutor superior faring. Tonsilla palatine, tonsilla faringeal dan tonsilla lingualis membentuk lingkaran jaringan limfoid yang disebut cincin waldeyer berfungsi untuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dari luar dengan cara membunuhnya.

 Laringofaring(pars laringis)

Bagian inferior yang menghubungkan laring dengan faring.Bagian paling bawah laring berhubungan dengan laring, terbentang antara hioid dan esophagus.

(6)

3. OESOFAGUS

Oesophagus berupa pipa yang berotot (panjangnya sekitar 25 cm) dan terbentang antara pharynx dan gaster [ventriculus]

 Oesophagus mengikuti lengkungan columna vertebralis sewaktu melintas ke kaudal lewat leher dan mediastinum posterius.

 Menembus diaphragma tepat di sebelah kiri dari bidang median.

 Bermuara pada cardia ventriculi setinggi cartilage costalis VII di sebelah kiri dan vertebra T10 (atau T11).

 Bagian distal oesophagus dikelilingi plexus oesophagus gealis.

 Dalam abdomen tertutup oleh peritoneum pada bagian ventral dan lateralnya; artinya bagian ini terletak retroperitoneal.

Bagian abdominal oesopahgus yang pendek, memperoleh darah arterial mealui arteria gastric sinistra, cabang truncus coeliacus yang melintas ke kiri, dan arteria phrenica inferior sinistra. Penyaluran balik darah venosa terjadi melalui vena gastric sinistra ke dalam system pembuluh balik portal, dan melalui vena azygos ke dalam system pembuluh balik sistemik. Limfe disalurkan ke dalam nodi lymphoidei gastric sinistri; pembuluh limfe aferen dari nodi lymphoidei gastric sinistri terutama mengalir ke nodi lymphoidei coeliaci. Persarafan berasalah dari kedua truncus vagalis (rami gastric anteriores dan rami gastrici posteriors), kedua tryncus sympathicus, nervus splanchnicus major dan nervus

(7)

splanchnicus minor, dan dari pleksus saraf sekeliling arteria gastric sanistra dan arteria phrenica inferior.

4. LAMBUNG ( GASTER )

Gaster (ventriculus) memiliki:

 Curvature gastrica (ventricularis) minor sebagai tepi gaster (ventriculus) yang cekung.

 Curvature gastric (ventricularis) major sebagai tepi gaster (ventriculus) yang cembung dan lebih panjang.

 Sebuah takik panjang kira-kira pada dua pertiga distal jarak curvature gastric (ventricularis) minor yang disebut incisura angularis sebagai patokan batas antara corpus gastricum (ventriculare) dan pylorus.  Cardia sekitar muara oesophagus.

 Fundus gantricus (ventricularis), yakni bagian klanial yang melebar dan berbatas pada kubah diaphragma sebelah kiri.

 Corpus gastricum (ventriculare) yang terdapat antara fundus dan antrum pyloricum.

 Pars pylorica, bagian gaster (ventriculus) yang menyerupai corong; bagian yang lebar, yakni antrum pyloricum beralih ke bagian yang sempit, yakni canalis pyloricus.

 Pylorus, daerah sfringter yang menebal di sebelah distal untuk membentuk musculus sphincter pylori guna mengatur pengosongan isi gaster (ventriculus) melalui ostium pyloricum ke dalam duodenum

(8)

TOPOGRAFI GASTER [VENTRICULUS]

Gaster [ventriculus] tertutup oleh peritoneum, kecuali pada lintasan pembuluh darah sepanjang curvature gastric [ventricularis] dan pada daerah kecil di sebelah dorsal ostium cardiacum. Kedua lembar omentum minus meluas, mengelilingi gaster [ventriculus] dan melepaskan diri pada curvatura gastric [ventricularis] major sebagai omentum majus.

Permukaan ventral gaster [ventriculus] bersentuhan dengan : o Diaphragm

o Lobus hepatis sinister o Dinding abdomen ventral

Palungan lambung (stomatch bad), tempat rebah gaster [ventriculus] pada sikap telentang dibentuk oleh dinding dorsal bursa

(9)

omentalis dan struktur yang terdapat antara dinding tersebut dan dinding abdomen dorsal :

o Diaphragm

o Colon transversum, ,esocolon transversum, pancreas, spleen [lien], dan truncus coeliacus serta keriga cabangnya

o Glandula suprarenalis sinistra an bagian cranial ren sinister. PEMBULUH DAN SARAF GASTER [VENTRICULUS]

Arteri-arteri gaster [ventriculus] berasal dari truncus coeliacus dan cabangnya :

o Asteria gastric sinistra berasal dari truncus coeliacus dan melintas dalam oemntum minus ke kardia, lalu membelok secara tajam untuk mengikuti curvature gastruca [ventricularis] minor dan beranastomosis dengan arteria gastrica dextra

o Arteria gastric dextra dillepaskan dari arteria hepatica dan melintas ke kiri, mengikuti curvature gastrica [ventricularis] major untuk mengadakan anastomosis dengan arteria gastric sinistra.

o Arteria gastroepiploica dextra merupakan cabang arteria gastroduodenalis dan melintas ke kiri sepanjang curvature gastruca [ventricularis] major, lalu mengadakan anastomosis dengan arteria gastor-omentalis [epiploica] sinistra.

o Arteria gastro-omentalis [epiploica] sinistra berasal dari arteria splenica [linealis] dan beranastomosis dengan arteria gastro-omentalis [epiploica] dextra.

o Arteriae gastricae breves berasal dari ujung distal arteria splenica [linealis] dan menuju ke fundus.

o Vena-vena gaster [ventriculus] mengikuti arteri-arteri yang sesuai dalam hal letak dan lintasan. Vena gastric dextra dan vena gastric sinistra mencurahkan isinya ke dalam vena portae hepatis, dan venaegastricae breves dan vena gastro-omentalis [epiloica] membawa isinya ke dalam vena splenica [linealis] yang bersatu dengan vena mesenterica superior untuk membentuk vena portae

(10)

hepatis. Vena gastro-omentalis [epiloica] dextra bermuara dalam vena mesenterica superior.

o Pembuuh-pembuluh limfe gaster [ventriculus] mengikuti arteri-arteri sepanjang curtavura gastric [ventricularis] major dan curtavura gastric [ventricularis] minor. Pembuluh-pembuluh ini menyebabkan limfe dari permukaan ventral dan permukaan dorsal gaster [ventriculus] ke kedua curtavura tersebut untuk dicurahkan ke dalam nodi lymphoidei gastroepiploici yang tersebar di tempat tersebut. Pembuluh eferen dari kelenjar limfe ini mengikuti arteri besar ke nodi lymphoidei coeliaci.

o Persarafan gaster [ventriculus] parasimpatis berasal dari truncus vagalis anterior dan truncus vagalis posterior serta cabangnya. Persarafan simpatis berasal dari segmen medulla spinalis T6 sampai T9 melalui plexus coeliacus dan disebarkan melalui plexus sekeliling arteria gastric dan arteria gastro-omenalis [epiploica]. 5. INTESTINUM TENUE ( USUS HALUS )

Intestinum tenue terbentang dari pylorus sampai kuala ileosekal (ileocecal junction), tempat ileum bersatu dengan intestinum crassum. Pylorus membawa isi gaster [ventriculus] ke dalam duodenum, kemudian bagian pertama intestinum tenue :dua bagian lainnya adalah jejunum dan ileum.

(11)

a) DUODENUM

Duodenum ialah bagian intestinum tenue terpendek, terlebar dan paling mantap kedudukannya. Lintasannya merupakan huruf C yang melingkari caput pancreatis. Duodenum berawal pada pylorus di sebelah kanan dan berakhir pada peralihan duodenojejunal (duodenojejunal junction) di sebelah kiri. Untuk tujuan deskriptif duodenum dibedakan menjadi empat bagian :  Bagian proksimal (pertama) yang pendek (5 cm), terletak

ventrolateral terhadap corpus vertebrae L1, yakni pars superior.  Pars descendens (kedua) yang lebih panjang (7-10 cm) melintas

ke kaudal sejajar dengan sisi kanan vertebrae L1-L3.

 Pars horizontalis (ketiga) yang panjangnya 6-8 cm dan melintas ventral terhadap vertebra L3.

 Pars ascendens (keempat) yang pendek (5 cm) dan berawal di sebelah kiri vertebra L3, lalu melintas ke cranial sampai setinggi tepi cranial vertebra L2

Dua sentimeter pertama duodenum memiliki mesentrium dan bergeser-geser. Para ahli radiologi menjulukkan bagian yang bebas ini sebagai tudung duodenal (duodenal cap). Sisa bagian pertama

(12)

sepanjang 3 cm dan ketiga bagian duodenum lainnya tidak mempunyai mesentrium dan tidak dapat berpindah letak karena berada retroperitoneal.

Bagian duodenum yang menurun, melintas ke kaudal, mula-mula di sebelah kanan dan sejajar dengan vena cava inferior. Ductus choledochus [biliaris] dan ductus pancraeticus memasuki dinding dorsomedial bagian ini. Kedua saluran tersebut biasanya bersatu, membentuk ampulla hepatopancreatica yang bermuara pada puncak papilla duodeni major. Pars horizontalis duodenum disilang oleh pembuluh mesentrica superior dan radix mesentrii untestinum tenue. Bagian duodenum yang menai, melintas kea rah klanial di sisi kanan aorta untuk mencapai tepi kaudal pancreas. Di sini bagian tersebut melengkung kea rah ventral untuk bersatu dengan jejunum pada flexura duodenojejunalis. Bagian yang lengkung ini, diperkuat oleh sebuah pitafibromuskular yang dikenal sebagai musculus suspenserius duodeni (ligamentum Treitz). Kontraksi otot ini turut melebarkan sudut flexura, dan mempermjdah lewatnya isi duodenum.

Arteri-arteri duodenal berasal dari truncus coeliacus dan arteria mesentrica superior. Truncus coeliacus melalui arteria gastroduodenalis superior dan cabangnya arteria pancreaticoduodenalis memasok darah kepada bagian duodenum yang terletak proksimal dari muara ductus choledochus [biliaris], yakni bagian yang berasal dari usus depan embrional. Arteria mesentrica superior, melalui cabangnya, yakni arteria pancreaticoduodenalis inferior, memasok darah kepada bagian duodenum yang terdapat distal terhadap muara ductus choledochus [biliaris], yaitu bagian yang berasal dari usus tengah embbrional.

(13)

Vena-vena duodenal mengikuti arteri-arteri dan bermuara dalam vena portae hepatis; beberapa vena mencurahkan isinya secara langsung ke dalam vena portae hepatis, dan yang lain secara tidak langung melalui vena mesentrica superior dan vena splenica [lienalis].

Pembuluh-pembuluh limfe duodenal di sebelah ventral mengikuti arteri-arteri dan ditampung oleh nodi lymphoidei pancreaticoduodenales di sepanjang arteria gastroduodenalis. Pembuluh limfe dorsal melintas dorsal dari ccaput pancreatic dan mencurahkan isinya ke dalam nodi lymphoidei mesenterici superiors. Pembuluh limfe eferen dari kelenjar limfe duodenal ditampung oleh nodi lymphoidei coeliaci. (1)

Persarafan duodenum berasal dari nervus vagus dan saraf simpatis melalui pleksus sekitar arteria pancraeticoduodenalis. b) JEJUNUM DAN ILEUM

Awal instestinum jejunum terdapat pada flexura duodenojejunaliis, dan intestinum ileum dengan caecum. Panjang jejunum dan ileum bersama adalah 6-7 m; dari panjang ini dua perlima bagian adalah jejunum dan sisanya ileum. Bagian terbesar jejunum terletak di region umbilical, sedangkan ileum terutama terdapat di region suprapubik dan regip inguinal kanan. Bagian akhir ileum biasanya terdapat dalam pelvis dan dari sini melintas jadi cranial untuk berakhir pada permukaan medial caecum. Meskipun tidak terdapat garis batas yang jelas antara jejunum dan ileum, masing-masing bagian memiliki sifat yang berbeda yang penting dalam ilmu bedah.

Sebuah mesentrium menghubungkan bagian terbesar intestinum tenue pada dinding abdomen dorsal. Radix mesentrii (panjangnya kira-kira 15 cm) mulai dari sisi kiri vertebra L2,

(14)

melintas serong ke kuadal kanan sampai di artilucatio sacroilicia dextra. Radix menyenteri meyilang :

 Pars horizontalis duodenum  Pars abdominalis aortae  Vena cava inferior

 Muscullus psoas major dexter  Ureter dexter

 Pembuluh testicularis attau ovarica

Arteria mesentrica superior mengantar darah kepada jejunum dan ileum. Pembuluh ini melintas antara lembar-lembar mesenterium dan melepskan 15-18 cabang ke intestinum. Cabang-cabang ini saling berhubungan dengan membentuk anastomosis berupa arcus, dikenal sebagai lengkung-engkung arterial yang melepaskan vasa recta. Vena mesenterica superior membawa balik darah dari jejunum dan ileum. Vena ini terletak ventral kanan dari arteria mesentrica superior dalam radix mesentrii. Vena mesentrica superior berakhir dorsal dari collum pancreatic pada persatuannya dengan vena splenica [lienalis] untuk membentuk vena portae hepatis.

Pembuluh limfe jejunum dan ileum melintas antara lembar-lembar mesentrium ke nodi lymphoidei mesenterici yang terletak  Dekat pada dinding intestinum

 Antara lengkung-lengkung arterial

 Sepanjang bagian proksimal arteria mesenterica superior Pembuluh limfe dari bagian akhir ileum mengikuti ramus ilealis arteria ileocolica ke nodi lymphoidei ileocolici. Pembuluh limfe eferen dari nodi lymphatici mesenterici ditampung oleh nodi lymphoidei mesenterici superiors.

Saraf simpatis untuk jejunum dan ileum berasal dari segmen medulla spinais T5-T9 dan mencapai plexus coeliacus melalui kedua truncus sympathicus dan kedua nervus splanchnicus major. Serabut praganglion bersinaps dalam ganglia coeliaca dan ganglion

(15)

mesentericum superius. Saraf parasimpatis berasal dari truncus vagalis posterior. Serabut simpatis pascaganglion dan serabut parasimpatis praganglion mengadakan sinaps dalam pleksus mienterik dan pleksus submukosa dinding intestinum. Pada umunya, rangsang simpatis menurunkan peristaltic dan sekresi dan berperan sebagai vasokonstriktor, sedangkan rangsang parasimpatis meningkatkan peristaltik dan sekresi. Terdapat pula serabut sensoris. Intestinum tidak peka terhadap rangsang nyeri terbanyak, termasuk sayatan san pembakaran, tetapi peka terhadap penggembungan yang dirasakan sebagai kolik (kejang).

6. INTESTINUM CRASSUM

Intestinum crassum terdiri dari caecum, appendix vermiformis, colon, rectum dan canalis analis. Intestinum crassum dapat dibedakan dari intestinum tenue karena adany:

 Tiga pita otot yang menebal, dikenal sebagai taenia coli

 Sakulasi dinding intestinum crassum antara taenia coli, dikenal sebagai haustra

 Kantong omentuk yang kecil, berisi lemak, disebut appendices epiploicae

(16)

1) CAECUM

Caecum adalah bagian pertama intestinum crassum dan beralih menjadi colon ascendens. Caecum terletak dalam kuadran kanan bawah, yakni dalam fossa iliaca. Biasanya hamper seluruh caecum diliputi peritoneum dan dapat diangkat dengan mudah, tetapi caecum tidak memilki mesenterium. Ileum memasuki caecum secara miring dan untuk sebagian menyembul ke dalamnya dengan membentuk sebuah labium superius dan sebuah labium inferius yang membentuk valve ileocaecalis dan mengantar ke ostium valvae ileocaecalis.

2) APPENDIX VERMIFORMIS

Appendix vermiformis berupa pipa buntu yang berbentuk seperti cacing dan berhubungan dengan caecum di sebelah kaudal peralihan ileosekal (ileocecal junction). Appendix vermiformis memiliki meso-appendix yang menggantungnya pada mesenterium

(17)

bagian akhir ileum. Letak appendix vermiformis berubah-ubah, tetapi biasanya appendix vermiformis terletak retrosekal. Leak pangkal appendix vermiformis lebih ke dalam dari titik pada batas antara bagian sepertiga lateral dan dua pertiga medial garis miring antara spina iliaca anterior superior dan annulus umbilicaalis.

Pendarahan caecum terjadi melalui areteria ileocolica, cabang arteria mesenterica superior, dan appendix vermiformis dipasok oleh arteria appendicularis, cabang arteria ileocolica. Vena ileocolica, anak cabang vena mesenterica superior, mengantar balik darah dari caecum dan appendix vermiformis. Pembuluh limfe dari caecum dan appendix vermiformis menuju ke kelenjar limfe dalam meso-appendix dank e nodi lymphoidei ileocolici yang teratur sepanjang arteria ileocolica. Pembuluh limfe eferen di tamping oleh nodi lymphoidei mesenterici superiors.

Persarafan caecum dan appendix vermiformis berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus mesenterica superior. Serabut saraf simpatis berasal dari medulla spinalis torakal bagian kaudal, dan serabut parasimpatis berasal dari kedua nervus vagus.

Serabut saraf eferen dari appendix vermiformis mengiringi saraf simpatis ke segmen medulla spinalis T10.

3) COLON

Colon ascendens melintas dari caecum kea rah cranial pada sisi kanan cavitas abdominalis ke hepar, dan membelok ke kiri sebagai flexura coli dextra. Colon ascendens terletak retroperitoneal sepanjang sisi kanan dinding abdomen dorsal, tetapi di sebelah ventral dan pada sisi-sisinya tertutup oleh peritoneum. Peritoneum di sebelah kanan dan di sebelah kiri colon ascendens membentuk fossa paracolica. Colon ascendens biasanya terpisah

(18)

dari dinding abdomen ventral oleh liku-liku intestinum tenue dan omentum majus.

Pendarahan colon ascendens dan flexura coli dextra terjadi melalui arteria ileocolica dan arteria colica dextra, dan cabang arteria mesentrica superior. Vena ileocolica dan vena colica dextra, anak cabang vena mesentrica superior, mengalirkan balik darah dari colon ascendens. Pembuluh limfe melintas ke npdi lymphoidei paracolici dan nodi lymphoidei mesentrici superiors. Saraf untuk colon ascendens berasal dari plexus mesentricus superior, seperti diuraikan untuk caecum dan appendix vermiformis.

Colon transversum adalah bagian intestinum crassum terbesar dan paling mobil. Bagian intestinum crasssum ini melintasi abdomen dari flexura coli dextra ke flexura coli sinistra, dan di sini membelok kea rah kaudal menjadi colon descendens. Flexura coli sinistra terletak pada bagian kaudal ren sinister dan dihubungkan pada diaphragma oleh ligementum phrenicocolicum. Mesocolon transversum adalah mesentrium colon transversum yang mobil. Radix mesentrii ini terletak sepanjang tepi kaudal pancreas dan sinambung dengan peritoneum parietale di sebelah dorsal. Karena mesentrium ini demikian mobil, letak colon transversum dapat berubah-ubah. Biasanya colon transversum tergantung ke bawah sampai setinggi annulus umbilicalis. Pada orang yang tinggi dan kurus colon transversum dapat sampai di pelvis.

Pendarahan arterial colon transversum terutama terjadi melalui arteria colica media, cabang arteria mesentrica superior, tetapi memperoleh juga darah melalui arteria colica dextra dan arteria colica sinistra. Penyaluran balik darah dari colon transversum terjadi melalui vena mesentrica superior. Limfe dari colon transversum disalurkan ke nodi lymphoidei colici medii yang kemudian ditampung oleh nodi lymphoidei mesentrici superiores. Saraf-saraf berasal dari plexus mesentricus superior dan mengikuti

(19)

arteria colica dextra dan arteria colica media. Saraf ini membawa serabut saraf simpatis dan parasimpatis (vagal). Saraf yang mengikuti arteria colica sinistra berasal dari plexus mesentricus interior.

Colon descendens melintaas retroperitoneal dari flexura coli sinistra ke fossa iliaca sinistra dan di sini beralih menjadi colon sigmoideum. Peritoneum menutupinya di sebelah ventral dan lateral, dan menetapkanya pada dinding abdomen dorsal.

Pada lintasanya ke kaudal colon melewati tepi lateral ren sinister, terdapat fossa paracolica di sebleh medial dan lateral colon descendens.

Colon sigmoideum, jerat usus berbentuk S dengan kepanjangan yang variable. Menghubungkan colon descendens dengan rectum. Colon sigmoideum meluas ddari tepi pelvis sampai segmen sacrum ketiga, untuk beralih menjadi rectum. Berakhirnya taenia coli menunjukkan permulaan rectum. Peralihan rektosigmoid (rectosigmoid junction) terletak kira-kira 15 cm dari anus. Colon sigmoideum biasanya memilki mesenterium yang panjang dan dikenal sebagai mescolon sigmoideum. Karena mesenterium ini, colon sigmoideum cukup mobil. Radix mescolon sigmoideum berbentuk huruf V di sebelh cranial melintas sejajar dengan pembuluh iliaca externa, dan disebelah kaudal melintas dari biforcatio pembuluh iliaca communis ke permukaan ventral sacrum. Dorsal dari puncak V mescolon sigmoideum (artinya retroperitonel) terdapat ureter kiri dan percabangan arteria iliaca communis sinister. Dalam colon sigmoideum appendices epiploicae berukuran panjang.

Pendarahan arterial colon descendens diurus oleh arteria colica sinistra dan arteria sigmoidea superior. Arteria sigmoidae, cabang arteria mesentrica inferior melintas ke kaudal secara serong ke kanan, lalu bercabang menjadi ramus ascendens dan ramus descendens yang memasok darah kepada colon sigmoideum.

(20)

Arteriae sigmoideae terkranial beranastomosis dengan ramus descendens arteria colica sinistra. Vena mesentrica inferior membawa balik darah dari colon sigmoideum dan colon descendens.

Pembuluh limfe dari colon descendens dan colon sigmoideum melintas ke nodi lyphoidei colici medii sepanjang arteria colica sinistra. Dari kelenjar ini limfe di salurkan ke nodi lymphoidei mesentrica superiors sekitar arteria mesentrica inferior. Tetapi, limfe dari flexura coli sinistra juga di salurkan ke nodi lymphoidei mesentrici superiores. Persarafan simpatis colon descendens dan colon sigmoideum berasal dari truncus sympatheticus bagian lumbal dan plexus hypogastricus superior melalui plexus sepanjang cabang arteria mesentrica inferior. Persarafan parasimpatis berasal dari nervi splanchnici pelvici. 4) RECTUM DAN CANALIS ANALIS

Rectum adalah bagian akhir intestinum carssum yang terfiksasi. Ke arah kaudal rectum dan beralih menajdi canalis analis.

2.2 HELMITOLOGI

Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi :

 NEMATHELMINTHES (cacing gilik) (nama=benang)  PLATYHELMINTHES (cacing pipih).

Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk NEMATHELMINTHES (kelas NEMATODA) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing ini mempunyai alat kelamin terpisah. Dalam parasitologi Kedokteran diadakan pembagian nematoda menjadi nematoda usus yang hidup di

(21)

rongga usus dan nematoda jaringan yang hidup di jaringan berbagai alat tubuh.

Cacing dewasa yang termasuk PLATYHELMINTES mempunyai badan pipih, tidak mempunyai rongga badan dan biasanya bersifat hemafrodit. PLATYHELMINTHES dibagi menjadi kelas TREMATODA (cacing daun) dan kelas CESTODA (cacing pita). Cacing trematoda berbentuk daun, badannya tidak bersegmen, mempunyai alat pencernaan. Cacing CESTODA mempunyai badan yang berbentuk pita dan terdiri dari skoleks, leher dan badan (strobila) yang bersegmen (proglotid); makanan diserap melalui kulit (kutikulum) badan.

a) NEMATODA

NEMATODA mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat, daur hidup dan hubungan hospes-parasit (host-parasite relationship). Cacing Nematoda beragam; ada yang panjangnya beberapa milimeter dan ada pula yang melebihi satu meter. Cacing ini mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan dan alat-alat lain yang agak lengkap.

Biasanya sistem pencernaan, ekskresi dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembangbiak secara partetogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak di dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan ttelur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan. Hampir semua nematoda mampunyai daur hidup yang telah diketahui dengan pasti.

(22)

Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted helminths” yang terpenting bagi manusia adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan beberapa spesies Trichostrongilus.

Nematoda usus lainnya yang penting bagi manusia adalah Oxyuris vermicularis dan trichinella spiralis.

Nematoda jaringan :

Di antara nematoda jaringan yang penting dalam Ilmu Kedokteran adalah : Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, Loa Loa dan Onchocerca volvulus.

b) TREMATODA

Cacing daun adalah cacing yang termasuk kelas TREMATODA filum PLATHYHELMINTHES dan hidup sebagai parasit. Pada umumnya cacing ini bersifat hemafrodit cacing Schistosoma, mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut (asetabulum). Spesies yang merupakan parasit pada manusia termasuk subkelas DIGENEA, yang hisup sebagai endoparasit. Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitif cacing trematoda, antara lain: kucing, anjing, kambing, sapi, tikus, burung, luak, harimau, dan manusia.

Menurut tempat hidup dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat dibagi dalam :

- Trematoda hati (liver flukes) : Clonorchis sinensis, Opisthorchis felineus, Opisthorchis viverrini dan Fasciola.

- Trematoda usus (intestinal flukes) : fasciolopsis buski, ECHINOSTOMATIDAE dan HETEROPHYLIDEA.

- Trematoda paru (lung flukes) : paragonimus westermani.

- Trematoda darah (blood flukes): Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan Schistosoma haematobium.

(23)

Pada umumnya bentuk badan cacing dewasa pipih dorsoventral dan simetris bilateral, tidak mempunyai rongga badan. Ukuran panjang cacing dewasa sangat beranekaragam dari 1 mm sampai kurang lebih 75 mm. Tanda khas lainnya adalah terdapatnya 2 buat butil isap genital. Saluran pencernaan enyerupai huruf Y terbalik yang dimulai dengan mulut dan berakhir buntu pada sekum. Pada umumnya Trematoda tidak mempunyai alat pernapasan khusus, karena hidupnya secara anaerob. Saluran ekskresi terdapat simetris bilateral dan berakhir di bagian posterior. Susunan saraf dimulai dengan ganglion di bagian ventral dan lateral badan. Cacing ini bersifat hermafrodit dengan alat reproduksi yang kompleks.

Kelainan yang disebabkan cacing daun tergantung dari lokasi cacing di dalam tubuh hospes; selain itu juga ada pengaruh rangsangan setmpat dan zat toksin yang dikeluarkan oleh cacing. Reaksi sistemik terjadi karena absorpsi zat toksin tersebut, sehingga menghasilkan gejala alergi, demam, sakit kepala dan lain-lain. Cacing lain. Cacing daun yang hidup di rongga usus biasanya tidak memberi gejala atau hanya gejala gastrointestinal ringan seperti mual, muntah, sakit perut dan diare.

Bila cacing hidup di jaringan paru seperti paragonimus, mungkin menimbulkan gejala batuk, sesak napas dan mungkin terjadi batuk darah (hemoptisis). Cacing yang hidup di saluran empedu hati seperti Clonorchis, Opisthorchis dan fasciola dapat menimbulkan rangsangan dan menyebabkan peradangan saluran empedu, dapat menyebabkan penyumbatan aliran empedu sehingga menimbulkan gejala ikterus. Akibat lainnya adalah peradangan hati sehingga terjadi hematomegali. Bila ini terjadi berlarut-larut, dapat mengakibatkan sirosis hati.

Cacing Schistosoma yang hidup di pembuluh darah, ternyata terutama telurnya menimbulkan kelainan yang berupa peradangan, pseudo-abses dan akhirnya terjadi fibrosis jaringan alat yang diinfiltrasi oleh telur cacing ini, seperti dinding usus, dinding kandung kemih, hati, jantung, otak dan alat lain.

(24)

Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA, filum PLATYHELMINTHES. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata.

Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah: Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, E.multilocularis, Taenia saginata dan Taenia solium.

Manusia merupakan hospes CESTODA ini dalam bentuk :

- Cacing dewasa, untuk spesies D.latum, T.saginata, T.solium, H.nana,H.diminuta, Dipylidium caninum.

- Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, T.solium, H.nana, E.granulosus, Multiceps.

Badan cacing dewasa terdiri atas :

- Skoleks, yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat, dilengkapi dengan batil isap atau dengan lekuk isap.

- Leher, yaitu pertumbuhan badan.

- Strobila, yaitu badan yang terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Tiap proglotid dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap; keadaan ini disebut hermafrodit. - Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang

uterus. Embrio di dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh menjadi bentuk infektif dalam hospes perantara. Infeksi terjadi dengan menelan larva bentuk infektif atau menelan telur

(25)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 SKENARIO

KECACINGAN

Seorang wanita berusia 54 thun bekerja sebagai petani sayur di Sembalun, dibawa keluarganya ke Rumah sakit dengan keluhan lemah, penglihatan berkunang-kunang. Sewaktu tiba dirumah sakit penderita terlihat pucat, nafas pendek dan lemah.

Dari anamnesis diketahui keluhan ini telah dialami pasien sejak 3 bulan terakhir dan semakin lama semakin memberat. Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda anemia berat dan Hb 5,5 gr/dl, eosinofil 5 %. Oleh dokter dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa peeriksaan tinja dan ternyata dijumpai banyak telur cacing berbentuk oval dengan dinding tipism isi morula dan sedikit telur cacing bentuk oval dinding tebal terdiri dari 3 lapis, isi ovum, telur barrelshape dinidng tebal dengan mucoid knop pada ke 2 kutubnya. Apa kemungkinan diagnose pasien diatas ?

3.2 TERMINOLOGI

(26)

Barrelshape : bentuk telur tricis trichura seperti tempayan atau tong anggur berukuran 50x23 mikron.

Mucoid knop : bentuk telur trichis tricura yang jedua ujungnya melebar kedalam dan tertutup oleh tonjolan transparan.

3.3 PERMASALAHAN

1. Apakah ada hubungan keluhan pasien dengan riwayat pekerjaan pasien ?

- Ada hubungannya, pekerjaan pasien merupakan faktor resiko penyebab penyakit cacing, dimana cacing dapat tumbuh di tanah yang lemabab, ditambah lagi jika pasien tidak memakai pelindung kaki yang menyebabkan telur cacing mudah masuk melalu kulit.

2. Mengapa pasien tampak pucat, nafas pendek dan penglihatan berkunang-kunang ?

- Ini dikarenakan pertumbuhan cacing terjadi di dalam usus yang menyebabkan perdarahan, dimana jika terjadi perdarah makan sel darah merah dan Hb yang mengangkut oksigen ke seluruh jaringan akan berkurang, dimana oksigen akan diutamakan untuk otak, jantung dan ginjal sehinggal organ lain akan kekurangan oksigen untuk metaboisme dan menghasilkan energi.

3. Mengapa Hb pasien turun ?

- Hb menurun id sebabkan karen perdarah kronis yang terjadi di usus, diaman cacing akan melekatkan diri pada mukosa usus dan menyebabkan perlukaan dan terjadi perdarahan terus-menerus, sehingga Hb yang terpat dalam sel darah juga akan ikut berkurang. 4. Mengapa ditenukan kenaikan eosinofil pada pasien ?

- Karena eosinofl merupakan penanda bahwa telah terjadi infestasi cacing ke dalam tubuh manusia.

5. Cacing apa saja yang penularannya melalui tanah ?

- Ascariasis Lumbricoides, Tricis Trichura, Ancylostoma duodenale, Necator americanus, oxiyuris vermicularis.

6. Telur cacing apakah yang terdapat pada pasien tersebut ?

- telur cacing berbentuk oval dengan dinding tipism isi morula ( cacing tambang ), telur cacing bentuk oval dinding tebal terdiri dari 3 lapis, isi

(27)

ovum ( ascaris lumricoides ) telur barrelshape dinidng tebal dengan mucoid knop pada ke 2 kutubnya ( tricis trichura )

3.4 DIAGNOSIS

1) Askaris Lumbricoides

Klasifikasi Ascaris lumbricoides: Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda Subclass : Secernemtea Ordo : Ascoridida

Super famili : Ascoridciidea Genus : Ascaris

Species : Ascaris lumbricoides a) Morfologi

Cacing ini merupakan parasit Nematoda terbesar pada manusia. berbentuk silindris, berwarna putih atau kuning kemerahan, ujung anterior tumpul sedang ujung posterior lebih meruncing pada tiap2 sisi terdapat garis2 longitudinal (‘lateral lines’) berwarna putih sepanjang badan cacing; tubuhnya ditutupi kutikula ber-garis2 melintang; cacing jantan berukuran panjang ± 10 – 31 cm; diameter ± 2 – 4 mm, ujung posterior melengkung ke ventral dengan sepasang spikula kopulatorius silindris dan bentuknya sederhana yang terletak dalam kantong; cacing betina: lebih besar dari cacing jantan, berukuran panjang 20 – 35 cm,

(28)

Ø 3 – 6 mm, vulva terletak di ventral tengah, ± di sepertiga anterior tubuh.

Pada ujung anterior terdapat 3 buah labia/bibir, satu di mediodorsal, sepasang di ventrolateral, dan di tengah, di antara ketiga bibir terdapat kavum bukalis kecil berbentuk segitiga.

Anterior posterior

Telur mempunyai ukuran 45-70 x 35-50 µ. Di bagian luar ada lapisan albuminoid yang berbenjol-benjol kasar. Telurnya sendiri mempunyai lapisan hyaline yang tebal, jernih dengan lapisan luar yang relative tebal sebagai struktur penyokong, lapisan dalam yang tipis halus, vitelin, dan lipoidal yang tidak dapat ditembus juga ditemukan telur yang berbentuk ganjil tanpa lapisan albuminoid atau dengan lapisan yang lebarnya abnormal. Telur yang tidak dibuahi sukar diidentifikasi. Telur ini tidak hanya ditemukan bila tidak ada cacing jantan, tapi pada dua per lima dari semua pederita karena populasi

(29)

yang berulang diperlukan untuk produksi telur yang dibuahi terus menerus.

Telur ascaris lumbricoides b) Siklus hidup

Usus manusia => Cacing => Telur Cacing => Keluar bersama feses => Tersebar => Menempel pada makanan => Termakan => Menetas =>

(30)

Larva => Menembus Usus => Aliran Darah => Jantung => Paru-Paru => Kerongkongan => Tertelan => Usus Manusia => Cacing Dewasa

Cacing dewasa biasanya hidup di rongga usus muda. Cacing ini mendapat makanan dari makanan hospes yang setengah dicerna dan mungkin dari sel-sel mukosa usus. Telur yang belum membelah bila dikeluarkan oleh hospes melalui tinja. Bila keadaan lingkungan dalam tanah menguntungkan kira-kira dalam waktu tiga minggu didalam telur dibentuk larva stadium dua yang infektif. Telur yang infektif itu bila ditelan manusia menetas dibagian atas usus muda dan mengeluarkan larva Rabditiform yang menembus dinding usus yang masuk vena kecil dan pembuluh limfa. Melalui sirkulasi portal larva ini masuk ke hepar kemudian masuk ke jantung dan paru-paru. Didalam paru-paru, larva ini mengalamai perubahan kedua dan ketiga. Larva bermigrasi atau dibawa oleh bronchiolus ke bronchus, naik ke trakea sampai ke epiglotis dan turun melalui esophagus ke usus muda. Selama masa hidupnya didalam paru-paru, larva membesar sampai lima kali ukuran semula. Setelah sampai di usus larvanya mengalami perubahan kelima.

c) Hospes dan distribusi

Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta akhirnya bertelur. Penyakit yang disebabkannnya disebut Askariasis. Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides, yang merupakan penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit. Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.

(31)

Ascaris lumbricoides adalah parasit yang penting baik di daerah di musim dingin maupun di daerah tropic, tetapi cacing ini lebih umum di daerah tropic dan paling banyak ditemukan di daerah sanitasi buruk. Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Frekuensinya antara 60-90%. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoidesini. Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang memiliki kelembapan tinggi dan pada suhu 25° - 30° C.

e) Patologi dam gejala klinis

Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan cacing dewasa dan larva, biasanya terjadi pada saat berada diparu-paru. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gtangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).

Perubahan patologis antara lain berupa: infiltrasi eosinofil, pembentukan granuloma di jalur migrasi larva dan sekitarnya, dan peradangan sepanjang traktus portal dg infiltrasi lekosit pada tahap akut. Kemudian terjadi fibrosis periportal dan celah interlobulair. Di jaringan sekitar larva terjadi reaksi seluler lokal yg hebat dg infiltrasi eosinofil dan bergerombolnya makrofag dan sel epiteloid. Reaksi ini merupakan reaksi imunologis hospes, yg bisa tidak muncul atau tidak berkembang penuh pada infeksi/migrasi pertama.

Gambaran infiltrasi sementara pd ronsen yg berubah dari hari ke hari dan hilang spontan dalam 3 – 14 hari dan dikaitkan dengan eosinofilia yg nyata, dikenal sebagai ‘Loeffler’s syndrome’. Meski ‘Loeffler’s syndrome’ juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, baik

(32)

organisma hidup maupun material lain, tapi itu terjadi di daerah endemik askariasis, penyakit cacing tambang dan Strongyloides.

f) Diagnosa

- Klinis (anamnesis & pemeriksaan fisik diagnostik) sukar karena gejalanya samar dan tidak khas.

- Laboratoris:

Pemeriksaan tinja: Pada umumnya cukup dengan pemeriksaan langsung, tidak perlu konsentrasi.

g) Penatalaksanaan

Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pyrantel pamoate, mebendazol, albendazol, piperazin, Thiabendazole dan Prognosis.

 Mebendazole (Vermox) (C16H13N3O2)

Memperlambat pergerakan/perpindahan dan kematian cacing dengan memilih secara selektif serta menghalangi pengambilan

(33)

glukosa dan bahan gizi lainnya dalam usus orang dewasa dimana cacing tersebut tinggal. Dosis 100 mg tiap 12 jam untuk 3 hari. Mebendazol tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bias membahayakan janin yang dikandungnya.

 Piperazine (C4H10N2. C6H10O4)

Efek melumpuhkan cacing, jika digunakan akan membuat cacing dengan sendirinya pingsan didalam tinja dosis 75 mg/kg max 3. 5g).

 Pyrantel pamoate (Antiminth, Pin-Rid, Pin-X)

menyebabkan kelumpuhan kejang pada cacing. Dengan dosis 11 mg/kg dan tidak melebihi 1 g.

 Albendazole (C12H15N3O2S);

menyebabkan penghabisan energi, penghentian, dan akhirnya kematian. Dosis 400 m. dan tidak diberikan pada wanita hamil dan anak-anak dibawah 2 tahun.

 Thiabendazole

menyebabkan migrasi cacing ke dalam kerongkongan, pada umumnya dikombinasikan dengan piperazine. Juga, obat golongan corticosteroids dapat mengobati gejala seperti peradangan, yang dapat ditimbulkan oleh cacing ini.

h) Pencegahan

(34)

2. Dilakukan simultan:

 Meniadakan sumber infeksi bagi tanah: - Pengobatan penderita

- Sanitasi & higiene perorangan, keluarga & masyarakat: jamban dengan septic tank, Air bersih, Perubahan perilaku BAB (buang air besar)

 Mencegah infeksi pada manusia: Perilaku makan dan minum yang bersih.

i) Prognosis

Kebanyakan penderita ascariasis dapat sembuh dengan spontan walaupun tanpa pengobatan. Namun, komplikasi dapat disebabkan oleh cacing dewasa yang bergerak ke organ tertentu atau berkembangbiak berlebihan sehingga dapat menyebabkan kelainan yang lebih parah.

(35)

Klasifikasi Trichuris trichiura: Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda Subclass : Adenophorea Ordo : Enoplida

Super famili : Ttichinelloidea Genus : Trichuris

Species : Trichuris trichiura

a) Morfologi

Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknys membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum.

(36)

Telur berukuran 50 – 54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kuning-kekuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur berisi sel telur (dalam tinja segar).

(37)

Cacing dewasa hidup di usus besar manusia => telur keluar bersama tinja penderita => di tanah telur menjadi infektif => infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya telur infektif bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor.

Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina melatakkan telur kira-kira 30-90 hari. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang, yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3 samapai 6 minggu dalam lingkungan yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif secara langsung bila kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.

c) Hospes dan distribusi

Manusia merupakan hospes cacing ini. Penyakit yang disebabkannya disebut Trikuriasis. Cacing ini lebih sering ditemukan

(38)

bersama-sama Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup di dalam usus besar manusia, terutama di daerah sekum dan kolon. Cacing ini juga kadang-kadang ditemukan di apendiks dan ileum (bagian usus palaing bawah). Bagian distal penyakit yang disebabkan cacing ini disebut Trikuriasis.

d) Epidemiologi

Frekuensi infeksi dengan cacing cambuk adalah tinggi. Yang penting untuk penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab dan tduh dengan suhu optimum kira-kira 30°C. Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frekuensi di Indonesia tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar antara 30 – 90 %.

Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah pengobatan penderita trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, mencicu dengan baik sayuran yang dimakans mentah adalah penting apalagi di negeri-negeri yang memakai tinja sebagai pupuk.

e) Patologi dan gejala klinis

Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rrektum. Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.

(39)

Cacing ini memasukan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan. Di samping ini ternyata cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.

Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disehuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris trichiurasering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin.

f) Diagnosa

Menemukan telur dalam tinja: Pemeriksaan tinja langsung.

(40)

Karena lokasinya dalam cecum, appendix dan ileum maka sulit dijangkau oleh obat peroral. Obat yang paling efektif adalah Mebendazole.

Pencegahan dilakukan dengan memberikan petunjuk pada anak-anak mengenai pentingnya kebersihan, sanitasi dan harus selalu mencuci tangan sebelum makan, sehingga dapat mencegah terjadinya reinfeksi

h) Pencegahan

Cacingan sering dialami oleh anak-anak kecil yang tidak pernah mengenakan sandal ketika bermain di tanah dan lumpur. Padahal, tanah dan lumpur merupakan tempat bersarangnya telur cacing. Oleh karena itu, telur cacing akan mudah masuk ke tubuh anak melalui kaki. Untuk mencegahnya,dapatdilakukan hal-hal berikut.

a) Biasakan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sampai bersih sebelum makan.

b) Usahakan kuku-kuku jari tangan dan kaki tetap bersih dan bila kuku si anak sudah panjang sebaiknya segera di potong.

(41)

c) Bila bermain di tempat becek, atau tempat yang kotor biasakan mencuci kaki dan bagian tubuh sebersih-bersihnya dengan sabun sewaktu mandi.

d) Jangan langsung tidur dengan kaki yang kotor karena becek. Telur cacing akan pindah ke seprai dan kemudian masuk melalui hidung sewaktu anak bernapas.

e) Bila akan makan makanan dengan sayuran yang mentah, Usahakan dicuci terlebih dahulu dengan air atau sabun pembersih sayuran / buah-buahan sampai benar-benar bersih.

f) Berikan anak obat cacing secara teratur enam bulan sekali.

3) Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Klasifikasi Necator americanus: Kingdom : Animalia Phylum : Nematoda Kelas : Secernentea Ordo : Strongylida Family : Uncinariidae Genus : Necator Species : Necator americanus Klasifikasi Ancylostoma duodenale: Kingdom : Animalia Phylum : Nematoda Subclass : Secernemtea Ordo : Rhabditida Super famili : Rhabditoidea Genus : Ancylostoma Species : Ancylostoma duodenale

(42)

a) Morfologi

Cacing betina Necator americanus tiap hari mengeluarkan telur kira sekitar 9000 butir, sedangkan Ancylostoma duodenale kira-kira 10. 000 butir. Cacing betina berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing jantan 0,8 cm. Bentuk badan Necator americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan Ancylostoma duodenale menyerupai huruf C. Jantan ukurannya 9 mm dan betina ukurannya 11 mm. Vulva, sedikit kearah anterior dari pertengahan tubuh. Tidak ada duri pada ujung ekor.

a. Duodenale n. Americanus

Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. Necator americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada Ancylostoma duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik. Memilikiplat-plat pemotong sentral besar serta licin dan semi lunar bentuknya sepanjang pinggir bebas.

(43)

n. americanus a.duodenale

Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari, keluarlah larva Rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva Rabditiform tumbuh menjadi larva filoariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup dalam 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva Rabditiform panjangnya kira-kira 250 mikron, sedangkan larva Filariform panjangnya kira-kira 600 mikron.

(44)

b. Siklus hidup

Telur => Larva Rabditiform => Larva Filariform => menembus kulit => kapiler darah => jantung kanan => paru => bronkus => trakea => laring => usus halus

Telur yang dikeluarkan melalui tinja cepat menjadi matang dan mengeluarkan larva Rabditiformdalam waktu 1 sampai 2 hari. Larva Filariform yang aktif yang sering pada lapisan atas setebal setengah inci dari tanah mempunyai daya tigmotaksis yang kuat. Larva Filariform masuk ke dalam hospesnya melalui folikel rambut, pori-pori dan juga melalui kulit yang utuh. Larva masuk ke dalam saluran limfa atau vena kecil dan dibawa dengan aliran darah melalui jantung ke paru-paru. Larva ini naik ke bronkus dan trakea kemudian ke laring kadang-kadang infeksi dapat melalui terjadi melalui mulut bila larva dimasukkan ke dalam makanan atau minuman yang terkontaminasi.

(45)

Hospes definitif kedua cacing ini, adalah manusia. Cacing ini tidak mempunyai Hospes perantara. Tempat hidupnya ada di dalam usus halus terutama jejunum dan duodenum. Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini disebut Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.

d. Epidemiologi

Insiden tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia terutama di pedesaan khususnya di perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung behubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defeksi dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimal untuk Necator americanus28°-32° C, sedangkan untuk Ancylostoma duodenale 23°-25° C. Untuk menghindari infeksi salah satu antara lain, dengan memakai alas kaki (sepatu, sandal).

Factor-faktor yang menyebabkan penyebaran meningkatan seperti orang-orang yang mengandung parasit yang defekasi di tanah di daerah yang sering dikunjungi orang lain, bertumpuknya tinja di tempat-tempat terpencil di dekat rumah, kembalinya anggota keluarga ke tempat terbatas ini, tanah pasir atau campuran tanah liat dan pasir merupakan pembiakan yang baik untuk larva cacing tambang, iklim panas, dan kelembaban 30-50 inchi air hujan terutama di musim panas.

e. Patologi dan gejala klinis

Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis a) Stadium Larva

Bila banyak larva Filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.

(46)

b) Stadium dewasa

Gejala tergantung pada : 1) Spesies dan jumlah cacing.

2) Keadaan gizi menderita (Fe dan protein) Tiap cacing Necator americanus menyebabkan banyak kehilangan darah 0,005-0,1 cc sehari, sedangkan Ancylostoma duodenale 0,08-0,34 cc. Biasanya terjadi Adenmia hipokrom mikrosita. Di samping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.

f. Diagnosa

- Klinis (anamnesis & pemeriksaan fisik diagnostik) sukar karena gejalanya samar dan tidak khas.

- Laboratoris:

Pemeriksaan tinja: Pada umumnya cukup dengan pemeriksaan langsung.

g. Penatalaksanaan

Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memeberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi. Pada kasus

(47)

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah. Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari. Tiap tablet mengandung Mebendazol 100mg. Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya. Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai macam anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat, tetraldoretilen, albendazole (400 mg), pirantel pamoat dan mebendazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, pendarahan akan berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulfasferrosus) per os dalam jangka waktu panjang dibutuhkan untuk memulihkan kekurangan zat besinya. Di samping itu keadaan gizi diperbaiki dengan diet protein tinggi.

h. Prognosis

Pengobatan yang adekuat akan memberikan kesembuhan, sekalipuntelah terjadi komplikasi.

i. Pencegahan

Hendaknya pembuangan feses padatempat/WC yang baik. Melindungi orang yang mungkin mendapat infeksi. Pemberantasan melalui perbaikan sanitasi lingkungan Hendaknnya penggunaan tinjasebagai pupuk dilarang, kecuali tinja tersebut sudah dicampur dengan zat kimia tertentu untuk membunuh parasitnya. Penerangan melalui sekolah-sekolah. Menjaga kebersihan diri. Menghindari kontak

(48)

langsung dengan tanah dan tempat kotor lainnya. Selalu menggunakan sandal atau alas kaki ketika bepergian.

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan keluhan dan gejala yang dialami wanita berusia 54 tahun yaitu keluhan lemah, penglihatan berkunang-kunang, penderita terlihat pucat, nafas pendek dan lemah, dan pemeriksaan dijumpai tanda-tanda anemia berat

(49)

dan Hb 5,5 gr/dl, eosinofil 5 %, kelompok kami mendiagnosa pasien mengalami penyakit kecacingan yaitu askariasis, nekatoriasis, ancylostomisasis, dan trikuriasis, dimana di tunjang oleh pemerikaan tinja yang menemukan telur dari masing-masing cacing, yaitu telur cacing berbentuk oval dengan dinding tipism isi morula merupakan telur cacing tambang ( nekator americanus dn ancylostoma duodenale ), telur cacing bentuk oval dinding tebal terdiri dari 3 lapis, isi ovum merupakan telur ascaris lumbricoides, telur barrelshape dinidng tebal dengan mucoid knop pada ke 2 kutubnya merupakan cacing trichis trichura.

DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

(50)

Natadisastra, Djaenudin dan Dr. Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.

Safar Rosdiana, Hj. 2010. Parsitologi Kedokteran : Protozoa, Entamologi dan Helmontologi. Bandung : Penerbit Yrama Widya.

Srisari, Gandahusada, Prof,dr. 2003. Parasitologi Kedokteran Edisis 3. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prasetyo, Heru R. 2003. Helmintologi Kedokteran. Surabaya : Penerbit Airlangga University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu karena banyaknya barang yang dijual dan juga banyaknya para konsumen yang datang, maka penulis akan mencoba membantu mengelola data-data tersebut dengan

Pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani dan

Wawancara dengan Bapak H. Azlan, bilal Masjid At-Taqwa, pada hari Rabu tanggal 03 Oktober 2018, di ruang sholat Masjid At-Taqwa Bandar Baru Kangkar Pulai.. oleh Allah SWT

Berdasarkan Gambar 3.2. pada check sheet  pemeriksaan Produk A, dapat diketahui bahwa data out of spec pada Produk A paling banyak terjadi pada identifikasi uji kadar

Social Choice and Individual Values, Kenneth Joseph Arrow Masalah 12 dari University of Yale. Department of Economics. Cowles Foundation for Research in Economics. Arrow, The Limits

Proses produksi yang dilakukan langsung oleh Bali Etawa Farm memiliki beberapa masalah, salah satu permasalahan yang dihadapi Bali Etawa Farm saat ini adalah belum

12 Role playing merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, penguasaan bahan pelajaran berdasarkan

Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pembinaan dan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun : 2018-2022 Kota : Surakarta Anggaran dalam X1000 N O KODE AKUN