• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.8 Aspek Aktivitas

Aktivitas keseharian di Terminal Baranangsiang beragam jika dilihat dari pengelompokannya. Terdapat dua kelompok aktivitas di Terminal Baranangsiang, yaitu kelompok kendaraan dan kelompok manusia. Kelompok manusia terbagi menjadi pengelola terminal dan pengguna terminal sedangkan kelompok kendaraan dibagi menjadi kendaraan bus, angkutan kecil, dan sepeda motor.

Pengguna terminal merupakan manusia yang ingin menggunakan jasa transportasi. Pengguna terminal diantaranya adalah calon penumpang yang masuk ke terminal untuk melakukan suatu perjalanan antar kota, dalam kota, maupun

antar propinsi. Pendatang merupakan penumpang yang telah melakukan perjalanan dan pemberhentian akhir di Terminal Baranangsiang. Selain itu, yang termasuk pengguna terminal lainnya adalah para awak kendaraan seperti kondektur dan pengendara bus. Selain dari yang telah disebutkan, terdapat beberapa kelompok pengguna Terminal Baranangsiang yang keberadaanya sebagai penunjang aktivitas terminal yaitu pengelola parkir kendaraan dan penyedia fasilitas kantin.

4.1.8.1 Pengguna Terminal

Berdasarkan sirkulasinya, penumpang dalam Terminal Baranangsiang dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:(a) penumpang yang masuk untuk memulai perjalanan, (b) penumpang yang masuk untuk mengakhiri perjalanan dan berganti angkutan, serta (c) penumpang yang masuk untuk transit dan kemudian meneruskan perjalanan kembali. Jumlah perkembangan penumpang di Terminal Baranangsiang Bogor dalam jangka waktu 11 tahun ke belakang dapat dilihat pada Tabel 2. Data tahun 2010 dan 2011 tidak tersedia karena ada beberapa file yang hilang.

Tabel 2. Perkembangan pengguna bus di Terminal Baranangsiang

Tahun Penumpang Naik(orang/hari) Penumpang Turun(orang/hari)

1999 18.429 18.892 2000 6.726 6.997 2001 11.027 11.286 2002 11.986 12.281 2003 16.196 16.823 2004 17.168 17.798 2005 16.235 13.523 2006 14.825 10.264 2007 13.032 8.151 2008 12.663 7.332 2009 11.073 7.065

Terminal Baranangsiang merupakan terminal yang baik pada tahun 1988- 1990. Bus-bus tujuan Banjarnegara, Surabaya, Purwokerto, dan wilayah Jawa lainnya tersedia di Terminal Baranangsiang sehingga penumpang dari Jakarta, Sukabumi, Ciawi, Depok, Cibinong, Ciluer dan lain sebagainya jika ingin

bepergian keluar daerah Jabodetabek selalu menggunakan jasa angkutan bus dari Terminal Baranangsiang. Saat ini setiap daerah seperti contohnya Cibinong dan Depok memiliki terminal Tipe A yang level pelayanannya sama dengan Terminal Baranangsiang. Hal ini menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi penurunan pengunjung Terminal Baranangsiang. Selain itu penumpang yang ingin menempuh perjalanan Bogor-Jakarta sekarang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena pada saat ini sistem perkreditan untuk satu unit kendaraan tergolong mudah. Adanya bus-bus karyawan yang disediakan oleh suatu perusahaan di Jakarta menjadi salah satu penyebab penurunan pengguna Terminal Baranangsiang.

Terjadi penurunan jumlah pengunjung terminal pada tahun 1999-2000 sebesar 23.598 atau 63,23%. Hal ini dipicu adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia. Banyak pegawai yang bekerja di Jakarta diberhentikan dan ada beberapa PO yang bangkrut sehingga tidak dapat lagi melayani penumpang dari Bogor. Penurunan terjadi lagi pada tahun 2004-2009 dikarenakan banyaknya daerah yang membangun pembangunan terminal yang tingkat pelayanannya menyamai Terminal Baranangsiang serta maraknya perkreditan kendaraan oleh masyarakat Kota Bogor.

Untuk mengetahui keadaan pengunjung 10 tahun ke depan yaitu tahun 2022 (proyeksi 10 tahun ke depan), digunakan rumus polinomial garis regresi dengan dasar tahun 1999. Selanjutnya dari hasil perhitungan data pengunjung akan digunakan untuk menghitung kapasitas terminal untuk bus serta menghitung luas ruang di Terminal Baranangsiang.

Dari hasil perhitungan polinomial ini, dapat diperkirakan pengunjung Terminal Baranangsiang 10 tahun kedepan atau tahun 2022 sebanyak rata-rata 18.540 orang/hari. Waktu efektif pelayanan Terminal Branangsiang oleh petugas dimulai dari jam 06:00 sampai jam 22:00 walaupun diluar itu masih ada penumpang yang naik dan datang di Terminal Baranangsiang. Komposisi persentase pengunjung datang dan berangkat menurut aktivitas kerja sehari-hari yaitu 06:00-10:00 (waktu berangkat kerja) sekitar 30%; 10:00-16:00 (waktu biasa) sekitar 40% dan 16:00-22:00 sekitar 30% (waktu pulang kerja) (sumber: UPTD Terminal Baranangsiang). Dari data tersebut dapat diperkirakan jumlah

pengunjung terminal pada pukul 06:00-10:00 sebanyak 5.562 orang atau rata-rata 1.391 orang/jam, 10:00-16:00 sebanyak 7.416 orang atau rata-rata 1.236 orang/jam dan 16:00-22:00 sebanyak 5.562 orang atau rata-rata 927 orang/jam. Tingkat intensitas tertinggi terjadi pada pagi hari, intensitas sedang pada siang hari, serta intensitas rendah pada sore dan malam hari.

Intensitas tinggi pada pagi hari disebabkan oleh para pekerja dan pelajar dari Kota Bogor ke luar Kota Bogor seperti Jabodetabek yang harus sampai di lokasi pada jam yang sudah ditentukan. Selain itu, penumpang juga rata-rata memulai perjalanan pada pagi hari agar sampai lokasi tujuan tidak terlalu sore (biasanya para penumpang luar kota dan propinsi). Intensitas terendah pada sore dan malam hari disebabkan karena penumpang naik dan bus malam di Terminal Baranangsiang sangat sedikit. Intensitas rendah dengan jumlah penumpang datang pun tersebar dalam waktu 6 jam dari jam 16:00-22:00 dikarenakan banyak pegawai yang memiliki jam pulang yang tidak menentu.

Dari data pengunjung dan perhitungan diatas, maka diketahui jumlah penumpang naik dan turun untuk proyeksi 10 tahun kedepan dengan pembagian 3 aktivitas menurut kesibukan kerja yaitu untuk penumpang naik sebanyak 13.460 orang/hari. Intensitas tertinggi terjadi pada pukul 06:00-10:00 dengan jumlah orang naik sebanyak 4.799 orang atau sekitar 36% dari total penumpang naik per hari atau 1.200 orang/jam. Intensitas sedang pada pukul 10:00-16:00 dengan jumlah orang naik sebanyak 5.536 orang atau sekitar 41% dari total penumpang naik per hari atau 922 orang/jam dan Intensitas terendah terjadi pada pukul 16:00- 22:00 dengan jumlah orang naik sebanyak 3.124 orang atau sekitar 23% dari total penumpang naik per hari atau 521 orang/jam. Untuk penumpang turun sebanyak 5.080 orang/hari. Intensitas tertinggi terjadi pada pukul 16:00-22:00 dengan jumlah orang turun sebanyak 2.438 orang atau sekitar 48% dari total penumpang turun per hari atau 406orang/jam. Intensitas sedang pada pukul 10:00-16:00 dengan jumlah orang turun sebanyak 1.880 orang atau sekitar 37% dari total penumpang turun per hari atau 313 orang/jam dan intensitas terendah pada pukul 06:00-10:00 dengan jumlah orang turun sebanyak 762 orang atau sekitar 15% dari total penumpang turun per hari atau 191 orang/jam. Dari data di atas, kita dapat menentukan kebutuhan ruang fasilitas terminal. Diantaranya ruang tunggu

keberangkatan bus antar kota, hall, peron pemberangkatan, peron kedatangan, ruang informasi, loket penjualan tiket bus, peron dalam kota, loket tiket peron, ruang perwakilan moda angkutan lain, ruang biro perjalanan, ruang taxi servis, penginapan untuk penumpang transit, ruang kesehatan, ruang penitipan barang, toilet, ATM center, telepon umum, wartel, kantor pos pembantu, mushola, toko/kios, food court/restoran. Gambar 16menjelaskan aktivitas pengguna jasa angkutan dan Gambar17menjelaskan aktivitas awak bus di Terminal Baranangsiang.

Gambar 17. Aktivitasawakbus

4.1.8.2 Pengelola Terminal

Pengelola di Terminal Baranangsiang pada UPTD Terminal adalah DLLAJ Kota Bogor yang saat ini berjumlah 57 orang diantaranya satu Kepala UPTD, 2 orang staf terminal sedangkan petugas lapangan pintu masuk terminal 6 orang, pos retribusi bus AKAP/AKDP 12 orang, pos pengawasan/pemeriksaan 6 orang, jalur pemberangkatan zona atas 3 orang, jalur pemberangkatan zona bawah 3 orang, jalur pemberangkatan zona sambu 3 orang, pintu keluar terminal 6 orang, petugas tower 3 orang, petugas pelaksana kebersihan terminal 10 orang, dan petugas pemungut retribusi parkir motor 2 orang. Gambar 18adalah skema aktivitas pengelola di terminal menurut hasil observasi dan wawancara di lapangandan Gambar 19 adalah struktur organisasi UPTD Terminal Baranangsiang.

Dari skema diatas, diperlukan ruang-ruang pengelola diantaranya ruang kerja para pengelola baik di gedung utama, lokasi pengawasan di lapangan, menara pengawas dan ruang informasi, tempat parkir yang memadai untuk menampung kendaraan pengelola, toilet khusus pengelola, lokasi rekreasi, serta kantin. Kebutuhan ruang untuk bangunan utama terdiri dari ruang kepala terminal, ruang wakil kepala terminal, ruang staf, ruang rapat, ruang tamu, toilet, gudang, dan ruang istirahat sedangkan untuk ruang kerja di lokasi terminal diantaranya adalah pos keamanan, pos penarikan retribusi, ruang pengawas, dan ruang informasi.

Untuk mengefisiensikan kebutuhan ruang, ruang parkir kendaraan pengelola tidak dipisahkan dengan parkir pengunjung terminal tetapi dalam satu ruang yang dipisah antara parkir khusus pengelola dengan parkir pengunjung terminal, hal ini untuk memudahkan pengelola parkir dengan cepat dan tidak terkendala dengan pengguna terminal lainnya. Selain ruang diatas, pengelola memerlukan suatu ruang rekreasi untuk me-refresh pikiran serta kepenatan akan kondisi terminal. Ruang rekreasi ini dapat memanfaatkan luasan RTH dan taman yang tersedia di Terminal Baranangsiang.

Kepala Dinas

Kepala UPDT Terminal

Kaur TU Bendahara Barang Bendahara Penerima KaSubSi Adm. Kepegawaian KaSubTer Baranangsia ng KaSubSi Sarana Prasarana KaSubTer Merdeka KaSubSi Pendapatan & Pengelola BB KaSubTer Bubulak Koordinator Pelaksana Retribusi Koordinator Pelaksana Kamtib Koordinator Pelaksana Kebersihan Koordinator Pelaksana Retribusi Koordinator Pelaksana Kamtib Koordinator Pelaksana Kebersihan Koordinator Pelaksana Retribusi Koordinator Pelaksana Kamtib Koordinator Pelaksana Kebersihan

Gambar 19. Struktur Organisasi UPTD Terminal Baranangsiang (Sumber: UPTD terminal sub Terminal Baranangsiang)

4.1.8.3 Aktivitas Kendaraan

Kelompok aktivitas kendaraan di Terminal Baranangsiang dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. kelompok aktivitas bus

Kelompok aktivitas bus pada Terminal Baranangsiang dapat dibagi menjadi: (a) Kelompok bus Antar Kota Antar Propinsi untuk melayani penumpang jarak jauh, (b) Kelompok bus Antar Kota dalam Propinsi dengan ukuran bus sedang yang melayani penumpang jarak sedang seperti Bogor- Bandung, Bogor-Garut dan sebagainya, (c) Kelompok bus Antar Kota dalam Propinsi dengan ukuran bus kecil (L-300/colt) untuk pelayanan jarak dekat seperti Bogor-Tangerang, Bogor-Sukabumi, Bogor-Kp.Rambutan, dan sebagainya. Sirkulasi aktivitas bus di dalam terminal serta pintu masuk dan keluarnya dapat dilihat pada gambar lampiran 3.

2. kelompok aktivitas angkutan perkotaan

Terminal untuk angkutan perkotaan terletak di sebelah barat Terminal Baranangsiang. Keadaan eksisting terminal angkutan perkotaan di Terminal Baranangsiang ini bersatu dengan lokasi parkir kendaraan pribadi khususnya motor pengguna terminal. Tempat pemberhentian angkutan perkotaan ini diisi dengan angkutan perkotaan dengan ijin trayek Terminal Barnangsiang- Bubulak nomer trayek 03.

3. kelompok aktivitas Sepeda Motor dan Mobil Pribadi

Parkir pengunjung pada Terminal Baranangsiang berupa parkir untuk sepeda motor yang letaknya berdampingan dengan tempat pemberhentian angkutan perkotaan. Parkir kendaraan roda empat belum tersedia secara khusus di kawasan Terminal Baranangsiang. Sirkulasi kendaraan roda dua untuk parkir mengikuti sirkulasi angkutan perkotaan sedangkan untuk sirkulasi roda empat mengikuti sirkulasi bus.

Jumlah moda di Terminal Baranangsiang pada saat ini tidak sesuai dengan ketersedian penumpang di lapangan, hal ini menyebabkan kerugian untuk para pengusaha otobus. Dalam sehari untuk bus-bus tujuan Bogor-Jakarta biasanya menempuh satu rit perjalanan, padahal sebelum krisis ekonomi bus dapat

menempuh dua bahkan tiga rit dalam satu hari. Hal ini dikarenakan adanya penurunan penumpang dan jumlah bus yang tetap.

Pemberangkatan dan kedatangan bus pada saat ini bersifat commuter,

dimana setiap kendaraan yang masuk ke Terminal Baranangsiang terlebih dahulu maka bus itulah yang akan berangkat dahulu. Namun untuk memudahkan dalam pengecekan petugas UPTD, pihak bus diberikan kartu pengawas dimana para awak bus wajib mengisi jam kedatangan dan keberangkatan busnya. Gambar 20 adalah gambaranaktivitas kendaraan di Terminal Baranangsiang.

Gambar 20. Bagan aktivitas armada AKAP, AKDP, dan angkot/transpakuan

Selain dari aktivitas kendaraan diatas, direncanakan akan ada relokasi terminal bus Transpakuan dari Jalan Cidangiang ke Terminal Baranangsiang. Hal ini dikarenakan banyaknya para pengguna terminal yang keluar terminal untuk menggunakan jasa Transpakuan dan mengakibatkan kemacetan dalam jalur penyebrangan di Jalan Raya Pajajaran.

Dari masalah yang telah dijelaskan diatas, hal yang perlu dilakukan adalah pembatasan bus untuk menyesuaikan ketersediaan penumpang dan menyediakan ruang untuk moda Transpakuan sesuai dengan luas ruang yang sudah ada pada saat ini. Dalam kasus pembatasan penumpang, diambil proyeksi waktu dalam 10 tahun kedepan dengan mencari jumlah kebutuhan armada dan menyesuaikan luasan ruang di dalam terminal. Berdasarkan wawancara dengan salah satu Staf UPTD terminal, Bapak Sutrisno menjelaskan berdasarkan data yang ada di

lapangan, penumpang di dalam terminal yang melanjutkan perjalanannya dengan angkutan antar kota 20%, angkutan dalam kota 15% (Transpakuan, bus dan mikrobus), angkutan perkotaan 45%, taksi 5% dan kendaraan pribadi 15% (sepedamotor 10% dan mobil 5%). Gambar 21 merupakan bagan aktivitas kendaraan (taksi) di Terminal Baranangsiang.

Gambar 21. Bagan aktivitas taksi

Terdapat tempat parkir sementara untuk angkutan perkotaan dengan ijin trayek 03 Bubulak-Baranangsiang. Terdapat shelter pemberhentian angkutan di dalam emplasemen, namun saat ini fasilitas tersebut digunakan sebagai lahan parkir kendaraan roda dua. Hal ini menyebabkan luasan emplasemen berkurang yang berdampak pula terhadap antrian parkir angkutan. Angkutan perkotaan relatif berkembang ditambah dengan terjadinya penurunan penumpang sehinggamenyebabkan moda berhenti lama untuk mengangkut penumpang, terjadi kemacetan, dan rebutan penumpang. Untuk mengurangi dampak masalah ini, perlu adanya penentuan kapasitas dan luas shelter khusus angkutan perkotaan dan fasilitas awak untuk beristirahat sejenak. Dalam pengamatan langsung serta pengolahan data, intensitas penurunan penumpang oleh armada bus tertinggi terjadi pada sore hingga malam hari sedangkan intensitas terendah terjadi pada saat pagi hari. Hal ini menjadi acuan sebagai perhitungan daya tampung parkir sementara dan jumlah angkutan perkotaan yang dapat beroperasi di Terminal Baranangsiang.

Armada-armada bus di Terminal Baranangsiang memerlukan lahan parkir yang cukup luas. Kebutuhan akan pengunjung menjadi tujuan utama perusahaan otobus di terminal. Adanya pengurangan pengunjung dengan kondisi armada yang relatif tetap, mengakibatkan terjadinya penumpukan armada dan tidak teraturnya jadwal keberangkatan dan kedatangan suatu armada. Hal ini memicu perkembangan calo dan kriminalitas dalam mencari penumpang di terminal. Armada yang beroperasi di Terminal Baranangsiang harus dikendalikan dan disesuaikan dengan pengunjung sehingga aktivitas kendaraan di terminal menjadi efektif dan efisien. Untuk mengetahui jumlah armada yang harus dikendalikan, dicari terlebih dahulu jumlah armada dan jumlah penumpang. Pada kasus ini diambil proyeksi 18 tahun kedepan yaitu tahun 2022.

Dari data tersebut didapat jumlah bus AKAP proyeksi 18 tahun kedepanyaitu tahun 2022 sebanyak 1.477 bus/hari. Berdasarkan hasil wawancara pihak pengelola terminal, kepadatan bus AKAP terjadi pada 06.00-10.00 dan pukul 16.00-22.00 sekitar 10 jam. Kegiatan yang terjadi pada jam tersebut merupakan 50% dari kegiatan keseluruhan terminal sehari-hari.

Menurut hasil survey dan observasi lapang, bus AKAP berada di dalam terminal selama rata-rata 50 menit. Dalam waktu 50 menit tersebut, bus AKAP memerlukan waktu10 menit untuk menurunkan penumpang, menunggu giliran berangkat sekitar 25 menit dan menaikkan penumpang sekitar 15 menit. Dalam 50 menit di dalam terminal terdapat bus AKAP sebanyak 62 bus.

Selain perhitungan diatas, didapat juga jumlah bus untuk AKDP proyeksi 18 tahun kedepanyaitu tahun 2022 sebanyak 523 bus/hari. Berdasarkan hasil wawancara pihak pengelola terminal, kepadatan bus AKDP terjadi pada 06.00- 10.00 dan pukul 16.00-22.00 sekitar 10 jam. Kegiatan yang terjadi pada jam tersebut merupakan 50% dari kegiatan keseluruhan terminal sehari-hari sehingga dapat dihitung jumlah bus pada saat jam sibuk yaitu sekitar 50% dikalikan dengan jumlah bus sehari 523 bus/hari dan dibagi dengan jumlah total jam sibuk sebanyak 10 jam sehingga didapatkan angka 26,2 bus/jam atau sekitar 26 bus/jam.

Menurut hasil survey dan observasi lapangan, bus AKDP berada di dalam terminal selama rata-rata 50 menit. Dalam waktu 50 menit tersebut, bus AKDP membutuhkan waktu untuk menurunkan penumpang sekitar 10 menit, menunggu

giliran berangkat sekitar 25 menit, dan menaikkan penumpang sekitar 15 menit. Dalam 50 menit di dalam terminal terdapat bus AKDP sebanyak 22 bus, didapat dari pembagian antara jumlah bus 26 bus/jam dengan 60 menit sehingga didapat jumlah bus sebanyak 0,4 bus/menit. Selanjutnya jumlah bus per menit dikalikan dengan 50 menit didapatkan jumlah bus sebanyak 22 bus. Menurut data yang didapat dari pihak pengelola, jumlah bus AKDP sebanyak 22 bus terdiri dari 60% mikrobus(13 bus) dan 40% bus biasa (9 bus).

Tempat pemberhentian taxi saat ini di Terminal Baranangsiang terletak di Jalan Raya Pajajaran tepatnya di depan sekolah MAN 1 Kota Bogor. Hal ini tentu mengurangi luas jalur Jalan Raya Pajajaran dan menghambat arus kendaraan dari arah Ciawi menuju Kota Bogor. Selain itu, tidak sedikit pengunjung terminal yang menggunakan jasa taxi sebagai jasa angkutan alternatif jika jadwal keberangkatan bus telat. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan ruang khusus taxi di dalam kawasan terminal.

Parkir kendaraan dibutuhkan sebagai tempat parkir sementara bagi pengantar, penjemput maupun para penumpang yang membawa motor ke Terminal Baranangsiang. Parkir kendaraan di Terminal Baranangsiang terbagi menjadi dua yaitu parkir kendaraan roda empat dan roda dua. Namun pada saat ini, lahan parkir yang tersedia hanya diperuntukan untuk kendaraan roda dua sedangkan untuk roda empat, parkir secara kondisional di area parkir sementara armada bus. Selain mengurangi luas lahan parkir sementara bus, hal ini juga menyebabkan para awak bus merasa terganggu karena terkadang kendaraan pribadi parkir tidak beraturan. Perlu adanya lahan parkir yang dapat mengakomodasikan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat.

Dokumen terkait