• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Intrapersonal

2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah suatu kemampuan yang dapat dikembangkan dan dipelajari. Kecerdasan intrapersonal dapat dikembangkan secara baik dengan terlebih dahulu mengetahui dan memahami aspek- aspeknya. Goleman (2003) menyebutkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal adalah sebagai berikut:

a. Menyadari dan Mengenali Emosinya Sendiri

Emosi merupakan bagian dari diri seseorang. Mengenali emosi diri berarti kemampuan seseorang dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu muncul, mengidentifikasikan dan menamai emosi-emosi yang sedang timbul. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang tidak mampu mengenali perasaannya sendiri akan membuat ia berada dalam kekuasaan perasaan tersebut. Ia tidak akan dapat mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga justru perilakunya akan dikendalikan oleh perasaannya itu.

Stein dan Book (2004) menyebut kemampuan mengenali emosi ini sebagai kesadaran-diri emosional yaitu kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal-hal yang sedang dirasakan dan memahami mengapa hal itu dirasakan, serta mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut. Orang yang memiliki kemampuan ini mampu mengetahui saat mereka sedang kurang bersemangat, mudah kesal, sedih ataupun bergairah dan dapat menyadari bahwa perasaannya dapat mengubah perilakunya.

Menurut Goleman (2003: 58), “Orang yang memiliki keyakinan

yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang handal bagi kehidupan mereka, karena mereka memiliki kepekaan yang tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya”. Orang yang mengenal perasaannya sendiri dengan baik akan mampu mengarahkan setiap tindakannya dengan baik dan mampu membuat keputusan-keputusan yang bijaksana dalam menentukan arah hidupnya. Adler (2001) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki keyakinan besar terhadap perasaan-perasaannya sendiri, mereka menjadi lebih pasti dalam membuat keputusan-keputusan pribadi. Jadi kunci menuju pengambilan keputusan pribadi adalah dengan menyesuaikan diri terhadap perasaan sendiri.

Menurut Goleman (2003), aspek dari menyadari dan mengenali emosi sendiri terdiri dari:

1) Kesadaran emosi.

Kesadaran emosi berarti mengenali emosi sendiri dan pengaruhnya terhadap kerja. Orang yang memiliki kesadaran emosi yang tinggi mampu:

a) Mengetahui emosi yang sedang dirasakannya. b) Mengetahui penyebab dari emosi/perasaannya c) Mengetahui pengaruh emosi terhadap cara kerjanya.

d) Menyadari keterkaitan antara perasaan, pikiran, perbuatan dan apa yang dikatakannya.

2) Penilaian diri

Penilaian diri berarti mengetahui kemampuan dan keterbatasan diri. Orang yang memiliki penilaian diri yang teliti mampu:

a) Mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya b) Menyempatkan diri untuk merenung dan belajar dari

pengalaman.

c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri. 3) Percaya diri

Percaya diri berarti kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri.

Orang yang memiliki rasa percaya diri tinggi mampu:

a) Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan “keberadaannya”.

b) Berani menyuarakan pandangan/pemikirannya.

c) Bersikap tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan ketidakpastian dan tertekan.

b. Mengelola emosi

Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi yang berlebihan sehingga menjadi seimbang. Tujuan mengelola emosi adalah keseimbangan emosi bukan menekan emosi, karena setiap emosi memiliki nilai dan makna. Apabila

emosi tidak dikelola/dikendalikan, maka akan menjadi sumber penyakit seperti: depresi berat, kecemasan yang berlebihan, dan gangguan- gangguan emosi lainnya. Bukan berarti bahwa orang hanya boleh merasakan perasaan bahagia saja. “Penderitaan maupun kebahagiaan

adalah bumbu kehidupan, akan tetapi keduanya harus berjalan seimbang” (Goleman, 2003: 78). Intinya, bukan menjauhi perasaan tak menyenangkan agar selalu bahagia, namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung tidak terkendali.

Menurut Goleman (2003), aspek mengelola emosi adalah: 1) Pengendalian diri (Mengendalikan emosi diri)

Pengendalian diri berarti menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali.

Orang yang dapat mengendalikan emosi diri secara tepat mampu: a) Mengelola dengan baik emosi/perasaan yang dialami.

b) Tetap berpikiran positif dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat.

c) Berpikir jernih dan tetap terfokus kendati dibawah tekanan. 2) Sifat dapat dipercaya dan sifat bersungguh-sungguh

Sifat dapat dipercaya dan bersungguh-sungguh berarti menunjukkan integritas dan sikap bertanggungjawab dalam mengelola diri sendiri. Orang yang dapat dipercaya mampu:

a) Bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang lain.

b) Mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak etis orang lain.

c) Berpegang kepada perinsip secara teguh bahkan bila akibatnya adalah menjadi tidak disukai.

Sedangkan orang yang memiliki sifat bersungguh-sungguh mampu: a) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji.

b) Bertanggungjawab c) Cermat dalam bekerja.

3) Adabtabilitas (Menyesuaikan diri dengan lingkungannya)

Adabtabilitas berarti keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan. Orang yang memiliki adabtabilitas yang tinggi mampu: a) Luwes dalam memandang sesuatu/fleksibel.

b) Memiliki prioritas.

c) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

c. Memotivasi Diri Sendiri

Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu hal yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung unsur dorongan hati untuk lebih berprestasi, memiliki harapan, optimisme yang tinggi, sehingga orang terdorong untuk melakukan sesuatu hal dengan lebih baik. Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang tinggi dimotivasi oleh kehendaknya sendiri bukan oleh kekuasaan dari luar (Goleman, 2003). Orang yang

mampu memotivasi diri sendiri akan lebih produktif dan efektif dalam hal-hal yang mereka kerjakan, sehingga mereka akan lebih berhasil dalam hidup dibandingkan orang-orang yang mengharapkan motivasi dari luar dirinya.

Orang yang mampu memotivasi diri dengan baik, pada akhirnya mereka: 1) Tidak mudah hancur, menyerah, atau surut di bawah beban stress atau bingung serta kalang kabut apabila tertekan; 2) Siap menghadapi tantangan/ hambatan-hambatan sekalipun sulit; 3) Percaya diri, yakin akan kemampuannya, dapat dipercaya dan dapat diandalkan; 4) Mereka sering mengambil inisiatif.

Menurut Goleman (2003), aspek memotivasi diri sendiri terdiri dari:

1) Dorongan untuk berprestasi

Dorongan berprestasi berarti upaya untuk meningkatkan kualitas diri atau memenuhi standar keunggulan.

Orang yang memiliki dorongan untuk berprestasi tinggi mampu: a) Berorientasi pada tujuan dengan penuh semangat untuk

meraihnya.

b) Menetapkan tujuan hidup yang menantang dan berani mengambil setiap resiko yang telah diperhitungkannya.

c) Memiliki semangat untuk terus belajar untuk meningkatkan prestasi/pengembangan diri.

d) Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik.

2) Memiliki Inisiatif

Memiliki inisiatif berarti suatu kemampuan yang menunjukkan proaktivitas.

Orang yang memiliki inisiatif yang tinggi mampu:

a) Memanfaatkan peluang/kesempatan untuk mengembangkan diri.

b) Mengejar sasaran lebih daripada yang disyaratkan atau diharapkannya.

c) Berani mengajak orang lain bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik/berguna.

d) Memanfaatkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya demi pengembangan diri.

3) Optimisme

Optimisme berarti memiliki harapan yang kuat atau tidak berputus asa sekalipun ditimpa kemunduran.

Orang yang optimis mampu:

a) Bersikap tekun dalam mengejar cita-citanya kendati banyak kendala dan kegagalan yang dihadapi.

b) Belajar dari setiap kegagalan dalam hidup.

c) Berpikir positif terhadap setiap kegagalan sehingga cepat/mudah bangkit dari kegagalan.

Dokumen terkait