• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V USULAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BAG

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

b. Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya (Furchan, 2004). Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu alat ukur dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 1996). Pengukuran tingkat reliabilitas alat ukur ditempuh dengan metode belah dua (split- half method). Metode ini digunakan untuk menguji reliabilitas suatu alat ukur dengan satu kali pengukuran pada satu kelompok. Metode ini sering disebut metode gasal-genap. Hasil dari suatu tes dibelah menjadi dua bagian yaitu bagian pertama merupakan skor dari item yang bernomor gasal dan bagian kedua adalah skor yang berasal dari item bernomor genap. Proses perhitungan dilakukan dengan memberi

skor pada masing-masing item dan membuat tabulasi data uji coba. Selanjutnya skor-skor dari belahan pertama di korelasikan dengan belahan kedua. Perhitungan koefisien korelasi dengan rumus

Spearman Brown. Rumus Spearman Brown yang dimaksud adalah sebagai berikut (Azwar, 1999):

2 (

r

1.2) S-B=

r

xx'=

1 +

r

1.2 Keterangan:

r

xx' : koefisien reliabilitasSpearman-Brown

r

1.2 : koefisien korelasi antar kedua belahan (ganjil dan genap). Menurut Azwar (1999), reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (

r

xx') berada dalam rentangan dari 0 sampai dengan 1,00.

Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya.

Berdasarkan perhitungan koefisien reliabilitas menggunakan komputer melalui program SPSS (Statistical Programe for Social Science) dengan teknik analisis Spearman Brownmenghasilkan angka 0,891. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala kecerdasan intrapersonal dalam penelitian ini dapat diandalkan untuk pengambilan data penelitian karena angka koefisien reliabilitasnya mendekati angka 1,00.

Setelah kuesioner diuji coba dan dilihat validitas serta reliabilitasnya maka kuesioner disusun kembali menjadi sebuah alat yang siap dipakai untuk penelitian. Komposisi kuesioner setelah uji coba dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5

Komposisi Kuesioner Setelah Uji Coba

No. Aspek

Kecerdasan Intrapersonal

Subaspek Indikator No. Item

dalam kuesioner Jumlah item 1 Menyadari dan mengenali emosinya sendiri 1. Kesadaran emosi 2. Penilaian diri 3. Percaya diri

1. Mengetahui emosi yang dirasakan

2. Mengetahui penyebab dari emosi/perasaan

3. Menyadari keterkaitan antara perasaan dengan pikiran, perbuatan dan perkataan 4. Menyadari bahwa perasaan

dapat mempengaruhi kinerja 1. Sadar akan kekuatan-

kekuatan dan kelemahan- kelemahannya

2. Menyempatkan diri untuk merenung dan belajar dari pengalaman

3. Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif yang baru

1. Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaaanya 2. Berani menyuarakan

pandangan/pemikiran atau pendapatnya

3. Bersikap tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tertekan 4 2, 60 3, 61 1, 62 5, 33 6, 35 7, 36 8, 37 9, 38 10, 39 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2

No. 2 Aspek Kecerdasan Intrapersonal Mengelola emosi Sub Aspek 1. Pengendalian diri 2. Sifat dapat dipercaya dan sifat bersungguh- sungguh 3. Adabtabilitas Indikator

1. Mengelola dengan baik emosi/perasaan yang dialami 2. Tetap berpikir positif 3. Tidak goyah bahkan dalam

situasi yang berat 4. Berpikir jernih dan tetap

fokus kendati dibawah tekanan

1. Bertindak menurut etika 2. Mengakui kesalahan sendiri 3. Berani menegur perbuatan

tidak etis orang lain 4. Berpegang kepada perinsip

secara teguh bahkan bila akibatnya adalah menjadi tidak disukai

5. Memenuhi komitmen dan mematuhi janji

6. Bertanggungjawab 7. Cermat dalam bekerja 1. Luwes dalam memandang

sesuatu/fleksibel 2. Memiliki prioritas 3. Menyesuaikan diri dengan

lingkungan No. Item dalam Kuesioner 11, 64 40, 65 41, 66 12, 42 13, 43, 68 14,44 15,46 16 17,47 18,48 19, 67 20, 49 21, 50 22, 51 Jumlah 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3. Memotivasi diri sendiri 1. Dorongan untuk berprestasi

1. Berorientasi pada tujuan 2. Menetapkan tujuan hidup

yang menantang

3. Berani mengambil setiap resiko yang telah diperhitungkan

4. Memiliki semangat untuk terus belajar untuk

23, 52 24, 55 25, 53 26, 70 2 2 2 2

No. Aspek Kecerdasan Intrapersonal Sub Aspek 2. Memiliki inisiatif 3. Optimisme Indikator meningkatkan prestasi/pengembangan diri 5. Mencari informasi sebanyak-

banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik lagi 1. Memanfaatkan

peluang/kesempatan untuk mengembangkan diri 2. Mengejar sasaran lebih dari

pada yang diisyaratkan atau diharapkanny

3. Berani mengajak orang lain untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik/bergun. 4. Memanfaatkan keterampilan-

keterampilan yang dimilikinya demi pengembangan diri 1. Bersikap tekun dalam

mengejar cita-citanya kendati banyak kendala dan

kegagalan yang dihadapi 2. Belajar dari setiap kegagalan

hidup

3. Berpikir positif terhadap setiap kegagalan sehingga cepat/mudah bangkit dari kegagalan No. Item dalam Kusioner 27, 54 28, 56 29, 57 30, 58 31 32, 59 34, 63 45, 69 Jumlah 2 2 2 2 1 2 2 2

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mendatangi Asrama Putri Stella Duce Samirono dan bertemu dengan kepala asrama untuk berkonsultasi tentang kemungkinan diadakannya penelitian di asrama.

b. Peneliti meminta surat izin kepada sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling guna melaksanakan penelitian di Asrama Putri Stella Duce Samirono.

c. Peneliti datang kembali ke Asrama Putri Stella Duce Samirono dengan menyerahkan surat izin penelitian dan proposal skripsi.

d. Peneliti bersama kepala asrama membicarakan tanggal dan jam pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pengambilan data dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 3 Februari 2008 pukul 18.00 di ruang belajar Asrama Putri Stella Duce Samirono. Jumlah subjek penelitian seharusnya 102 orang, terdiri dari 33 siswi kelas X, 44 siswi kelas XI dan 25 siswi kelas XII, namun ada 1 siswi yang sedang sakit sehingga tidak dapat mengikuti pelaksanaan penelitian. Jadi subjek dalam penelitian adalah 101 orang.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mempersiapkan diri 15 menit sebelum waktu pelaksanaan penelitian yang telah dijadwalkan.

b. Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan diadakannya penelitian.

c. Peneliti membagikan lembar kuesioner dan lembar jawaban kepada seluruh siswi.

d. Peneliti memberikan penjelasan mengenai petunjuk cara mengerjakan atau mengisi kuesioner. Responden diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.

e. Selama pengisian kuesioner berlangsung, peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya mengenai item-item yang belum jelas atau belum dipahami.

f. Peneliti mengecek kembali kelengkapan lembar kuesioner dan lembar jawaban setelah semua terkumpul.

Setelah data terkumpul, peneliti mengolah data tersebut. Skor-skor kecerdasan intrapersonal yang diperoleh setiap siswi asrama dapat dilihat padalampiran 4.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti untuk menganalisis data penelitian kecerdasan intrapersonal siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh responden, membuat tabulasi skor dari masing-masing butir kuesioner, dan menghitung skor total dari masing-masing responden serta menghitung skor total dari masing-masing item.

2. Pengolahan Data

a Kategorisasi kecerdasan intrapersonal para siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 secara umum.

Data yang sudah diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian tabel, perhitungan mean, standar deviasi dan perhitungan persentase.

Menurut Azwar (1999), skor mentah yang diperoleh dari penjumlahan skor-skor item belum dapat menjelaskan tentang individu yang diukur. Untuk memberikan makna yang memiliki nilai diagnostik skor mentah perlu diacukan pada suatu norma kategorisasi.

Pengkategorisasian berdasarkan pada model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang/ordinal. Tujuan kategorisasi selain untuk memberikan makna pada skor mentah juga untuk menempatkan

responden ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.

Kontinum jenjang dalam penelitian ini disusun berdasarkan pada Azwar (1999) yang mengelompokkan responden dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Tiga kategori ini dipilih untuk mempermudah dalam diagnosis atau pemberian makna. Norma kategorisasi adalah sebagai berikut:

X < (µ-1,00σ) Rendah (µ-1,00σ)≤ X < (µ+1,00σ) Sedang (µ+1,00σ)≤ X Tinggi

Keterangan:

X maksimum teoritik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh responden dalam skala

X minimum teoritik : skor terendah yang mungkin diperoleh responden dalam skala

σ(Standar Deviasi) : luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran

µ(Mean teoritik) : rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum

Kategorisasi tersebut kemudian dipakai sebagai acuan/norma dalam pengelompokan skor individu yang diperoleh dari penelitian.

Kategorisasi tinggi rendahnya kecerdasan intrapersonal siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 secara keseluruhan dalam penelitian ini (dengan ∑item total = 70), diperoleh dengan pengolonggan melalui perhitungan sebagai berikut:

X maksimum teoritik : 70 x 4 = 280 X minimum teoritik : 70 x 1 = 70

Range : 280- 70 = 210

σ (standar deviasi) : 210: 6 = 35

µ (mean teoritis) : (280+ 70): 2 = 175

Penentuan kategori kecerdasan intrapersonal para siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce Samirono secara umum adalah sebagai berikut:

Perhitungan Skor Kualifikasi

(µ+1,00σ)≤X 210 ≤X Tinggi

(µ-1,00σ)≤ X < (µ+1,00σ) 140 ≤X < 210 Sedang X < (µ-1,00σ) X < 140 Rendah

Selanjutnya, data setiap responden dikelompokkan berdasarkan skor total yang mereka peroleh ke dalam kategori di atas, sehingga dapat dihitung dan diperoleh jumlah dan persentase siswi dalam kategori kecerdasan intrapersonal secara umum (tinggi-rendah).

b Kategorisasi item dalam skala

Untuk mengetahui kemampuan-kemampuan yang kurang dimiliki dan yang sudah dimiliki oleh siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008, perlu terlebih dahulu mengelompokkan/mengkategorisasikan skor setiap item kedalam norma kategorisasi. Norma untuk item adalah sebagai berikut (dengan

∑subjek 101):

X maksimum teoritik : 101 x 4 = 404 X minimum teoritik : 101 x 1 = 101

Range : 404-101 = 303

σ (standar deviasi) : 303 : 6 = 51 (pembulatan dari 50,5)

µ (mean teoritis) : (404+101) : 2=253 (pembulatan dari 252,5)

Penentuan kategori item secara umum adalah sebagai berikut:

Perhitungan Skor Kualifikasi

(µ+1,00σ)≤ X 304 ≤X Tinggi

(µ-1,00σ)≤ X < (µ+1,00σ) 202 ≤ X < 304 Sedang X < (µ-1,00σ) X < 202 Rendah

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kategorisasi Kecerdasan Intrapersonal Para Siswi Yang Tinggal Di

Asrama Stella Duce Samirono Tahun Ajaran 2007/2008 Secara

Umum

Tingkat kecerdasan intrapersonal para siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 dihitung berdasarkan pengkategorisasian model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang/ordinal. Perhitungan norma kategorisasi berdasarkan skor yang seharusnya dicapai oleh siswi atau skor maksimal teoritik. Jadi hasil skor kecerdasan intrapersonal tiap siswi Asrama Putri Stella Duce Samirono dibandingkan dengan skor yang seharusnya dicapai. Penggolongan tingkat kecerdasan intrapersonal para siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 tertera pada Tabel 6.

Tabel 6

Penggolongan Tingkat Kecerdasan Intrapersonal

Para Siswi Yang Tinggal Di Asrama Putri Stella Duce Samirono Tahun Ajaran 2007/2008

N=101

Perhitungan Skor Frekuensi

(Jumlah Siswi)

% Kualifikasi

(µ+1,00σ)≤X 210≤X 73 72,28 Tinggi

(µ-1,00σ)≤X <µ+1,00σ) 140≤X < 210 28 27,72 Sedang X < (µ-1,00σ) X < 140 - 0 Rendah

Kecerdasan intrapersonal disebut ”tinggi” apabila skornya ≥210 (210≤X), tergolong ”sedang” apabila skornya antara 140-209 (140≤X< 210), dan tergolong ”rendah”apabila skornya < 140 (X < 140).

Dari tabel 6 tampak bahwa para siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 ada 73 responden (72,28%) yang mempunyai kecerdasan intrapersonal berkualifikasi ”tinggi”, 28 responden (27,72%) mempunyai kecerdasan intrapersonal berkualifikasi ”sedang”, dan tidak ada responden (0%) yang mempunyai kecerdasan intrapersonal berkualifikasi ”rendah”. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 memiliki kecerdasan intrapersonal yang lebih dari ”sedang”, maka mereka dapat dikatakan telah memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik.

2. Kategorisasi Item Dalam Skala

Apabila ditinjau lebih sepesifik, nampak bahwa kecerdasaan intrapersonal para siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 sudah sangat baik dalam beberapa komponen/sub aspek kecerdasan intrapersonal, namun masih perlu adanya pengembangan di beberapa sub aspek.

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat item-item yang memiliki skor rendah, sedang dan tinggi.

Tabel 7

Rincian Penggolongan Per-Item Kecerdasan Intrapersonal

Perhitungan Nomor Item Frekuensi % Kualifikasi

(µ+1,00σ)≤X 304 ≤X 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 51, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 68, 69, 70 49 70,0 0 Tinggi (µ-1,00σ)≤X <µ+1,00σ) 202 ≤X < 304 1, 2, 3, 4, 12, 16, 21, 23, 27, 28, 29, 33, 35, 39, 42, 49, 52, 60, 66, 67 20 28,5 7 Sedang X < (µ-1,00σ) X < 202 6 1 1,43 Rendah

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari seluruh item dalam kuesioner kecerdasan intrapersonal (70 item;100%) ada 1 item (1,43%) yang berkualifikasi ”rendah” dan 20 item (28,57%) yang berkualifikasi ”sedang” serta ada 49 item (70%) yang berkualifikasi ”tinggi”. Item yang berkualifikasi ”rendah” dan ”sedang” menunjukkan bahwa kemampuan yang tersirat dalam item tersebut kurang dimiliki oleh siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008. Sedangkan item-item yang berkualifikasi ”tinggi” menunjukkan bahwa kemampuan yang tersirat dalam item tersebut sudah dimiliki oleh para siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008. Jadi siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 telah memiliki 70% dari seluruh kemampuan kecerdasan intrapersonal dan masih perlu

mengembangkan 30% dari seluruh kemampuan kecerdasan intrapersonal.

Sub aspek kecerdasan intrapersonal yang kurang dimiliki dan yang sudah dimiliki oleh siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8

Rincian Sub Aspek Kecerdasan Intrapersonal Yang Kurang Dimiliki Para Siswi Yang Tinggal Di Asrama Putri Stella Duce Samirono

Tahun Ajaran 2007/2008 N0. Item Jumlah Item Total Item Setiap Sub Aspek

Sub Aspek Persentase (%) Dari Sub Aspek Yang Kurang Dimiliki Aspek I (Menyadari dan Mengenali Emosinya Sendiri)

1, 4, 2, 3, 60,

5 7 Kesadaran Emosi 71, 43 6, 33, 35 3 6 Penilaian Diri 50,00

39 1 6 Percaya Diri 16, 67%

Aspek II (Mengelola Emosi) 66, 12, 42 3 8 Pengendalian Diri 37, 50 49,21 2 6 Adabtabilitas 33, 33 16, 67 2 14 Sifat Dapat Dipercaya dan Bersungguh- sungguh 14,29%

Aspek III (Memotivasi Diri Sendiri)

28, 29 2 7 Memiliki Inisiatif 28, 57 23, 27 2 10 Dorongan Untuk

Berprestasi

20,00

- - 6 Optimisme 0

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat sub aspek/komponen kecerdasan intrapersonal yang kurang dimiliki oleh para siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008. Sub aspek yang kurang dimiliki oleh para siswi adalah kesadaran emosi (71,43%), yaitu kemampuan mengenali emosi sendiri dan

pengaruhnya terhadap kerja; penilaian diri (50%), yaitu kemampuan mengetahui kekuatan atau kemampuan diri dan keterbatasan diri; pengendalian diri (37,50%), yaitu kemampuan menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali; dan adabtabilitas (33,33%), yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keluwesan dalam menangani perubahan atau tantangan. Berdasarkan persentase tersebut nampak bahwa para siswi sebagian besar mengalami permasalahan dalam hal menyadari emosi dan penilaian diri. Ketika siswi tidak mampu menyadari emosinya sendiri, maka mereka juga tidak dapat mengelola emosi yang dirasakannya. Selain itu jika mereka tidak dapat membuat penilaian diri, maka mereka juga akan kesulitan dalam aktualisasi diri. Oleh sebab itu para siswi sangat membutuhkan bantuan agar dapat menyadari emosi dan mampu membuat penilaian diri. Persentase dari sub aspek kecerdasan intrapersonal yang kurang dimiliki menjadi dasar pembuatan usulan program bimbingan pribadi, khususnya sub aspek yang memiliki persentase≥20% (dapat dilihat pada Tabel 8).

Tabel 9

Rincian Sub Aspek Kecerdasan Intrapersonal Yang Sudah dimiliki Para Siswi Yang Tinggal Di Asrama Putri Stella Duce Samirono

Tahun Ajaran 2007/2008 N0. Item Jumlah Item Total Item Setiap Sub Aspek

Sub Aspek Persentase(%) dari setiap Sub Aspek Yang Sudah Dimiliki Aspek I (Menyadari dan Mengenali Emosinya Sendiri)

8, 37, 9, 38, 10

5 6 Percaya Diri 83,33

5, 7, 36 3 6 Penilaian Diri 50,00

61, 62 2 7 Kesadaran Diri 28,57

N0. Item Jumlah Item

Total Item Setiap Sub

Aspek

Sub Aspek Persentase(%) dari setiap Sub Aspek Yang Sudah Dimiliki 13, 43, 68, 14, 44, 15, 46, 17, 47, 18, 48, 19 12 14 Sifat Dapat Dipercaya dan Bersungguh- sungguh. 85, 71 20, 22, 50, 51 4 6 Adabtabilitas 66, 66 11, 64, 40, 65, 41 5 8 Pengendalian Diri 62,50 Aspek III (Memotivasi Diri Sendiri)

32, 59, 34, 63, 45, 69 6 6 Optimisme 100 24, 25, 26, 50, 53, 54, 55, 70 8 10 Dorongan Untuk Berprestasi 80,00 30, 31, 56, 57, 58 5 7 Memiliki Inisiatif 71,43

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat sub aspek/komponen kecerdasan intrapersonal yang sudah dimiliki oleh para siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008. Sub aspek yang sudah dimiliki dengan sangat baik adalah optimisme (100%), yaitu memiliki harapan yang kuat atau tidak berputus asa sekalipun ditimpa kemunduran. Semua siswi memiliki kemampuan dalam hal optimisme, sehingga ketika mereka mengalami kegagalan mereka mampu memotivasi dirinya sendiri untuk bangkit dari kegagalan. Selain itu para siswi juga telah memiliki sifat dapat dipercaya dan bersungguh-sungguh (85,71%), yaitu menunjukkan integritas dan sikap bertanggungjawab dalam mengelola diri; percaya diri (83,33%), yaitu kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri; dan dorongan untuk berprestasi (80,00%),

yaitu upaya untuk meningkatkan kualitas diri atau memenuhi standar keunggulan.

B. Pembahasan

Kecerdasan intrapersonal para siswi yang tinggal di Asrama Putri Stella Duce Samirono tahun ajaran 2007/2008 akan dibahas secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73 siswi (72,28%) memiliki kecerdasan intrapersonal ”tinggi”, hal ini berarti bahwa mereka telah memiliki kecerdasan intrapersonal yang ideal. Mereka telah memiliki kemampuan menyadari dan mengenali emosinya sendiri, mengelola emosi dan memotivasi diri sendiri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 28 siswi (27,72%) memiliki kecerdasan intrapersonal ”sedang”, hal ini berarti bahwa mereka telah memiliki kemampuan kecerdasan intrapersonal namun masih kurang ideal atau masih kurang baik.

Siswi yang memiliki kecerdasan intrapersonal ”tinggi” menunjukkan kemampuan kecerdasan intrapersonal yang baik. Mereka mampu memahami diri sendiri dan mampu bertanggungjawab terhadap kehidupannya sendiri. Mereka gemar melakukan intropeksi diri, meneliti kekurangan dan kelebihannya, lalu mengusahakan terus menerus untuk memperbaiki diri (Gardner, 1993).

Lwin, et al (2008) menyatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal tinggi cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada apa yang mereka lakukan dan terus menerus membuat penilaiaan diri, mereka

mampu mengarahkan emosi untuk memperkaya dan membimbing diri sendiri. Mereka cenderung menjadi pemikir, hal ini dapat dilihat ketika mereka membuat sebuah keputusan. Sebelum mereka membuat keputusan- keputusan yang penting dalam hidupnya, mereka terlebih dahulu berpikir dan mempertimbangkan baik buruknya dari setiap alternatif pilihan. Mereka bertindak secara hati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam membuat keputusan, sehingga dengan kata lain mereka mampu membimbing diri sendiri.

Selain mereka cenderung menjadi pemikir, mereka juga mampu mengarahkan emosinya untuk memperkaya dan membimbing diri sendiri. Mereka sudah menyadari dan mengenali setiap emosi/perasaan serta dapat memilah-milah emosi batinnya, sehingga mereka dapat mengarahkan setiap tindakannya dengan baik.

Mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal ”tinggi” kiranya telah mencapai kematangan emosi, sehingga mereka tidak lagi bergantung secara emosi pada orang lain atau dengan kata lain mandiri secara emosi. Mereka mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri yang menyangkut emosi atau hal lainnya dan mampu membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Menurut Adler (2001), orang yang memiliki keyakinan besar terhadap perasaan-perasaannya sendiri, mereka menjadi lebih pasti dalam membuat-keputusan-keputusan pribadi. Jadi bagi mereka permasalahan dalam hidup tidak lagi membuat frustrasi, tetapi mereka mampu memandang masalah sebagai proses pendewasaan diri.

Mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal ”tinggi”, telah memiliki kendali terhadap kehidupannya sendiri. Ketika mereka mengalami kegagalan mereka mampu memotivasi dirinya sendiri untuk bangkit dan mengatasi kegagalannya, sehingga kegagalan tidak lagi membuat mereka putus asa atau jatuh dalam keterpurukan, tetapi justru menjadi pemicu bagi mereka untuk semangat dalam meraih keberhasilan.

Sebagai seorang remaja, para siswi memiliki tugas-tugas perkembangan di antaranya mencapai kebebasan emosi dari orang tua atau orang dewasa lainnya serta mencari identitas diri. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal ”tinggi”, tugas-tugas perkembangan tersebut kemunkinan telah dicapai dengan baik. Oleh karena itu mereka tidak mengalami hambatan lagi dalam mencapai tugas perkembangan selanjutnya.

Siswi yang memiliki kecerdasan intrapersonal tinggi, kiranya juga akan memiliki konsep diri yang positif. Siswi sebagai remaja yang memiliki konsep diri yang positif dapat memahami diri atau mengenali diri sendiri secara baik dan memiliki gambaran diri yang positif terhadap dirinya, sehingga ia senang terhadap dirinya sendiri. Mereka menerima keadaan dirinya apa adanya, sehingga mampu bersikap spontan dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri dapat dilatih dengan belajar percaya dan menghargai nilai positif pada dirinya sendiri dan orang lain. Goleman (2003), mengungkapkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal tinggi akan nyaman dengan dirinya sendiri, sehingga selalu

ceria spontan, mampu bersikap tegas dan memandang diri secara positif. Mereka juga akan semakin percaya diri dalam berrelasi dengan orang lain dan semakin mampu mengaktualisasikan diri tanpa ragu-ragu dengan kemampuannya.

Menurut para ahli, kecerdasan personal (intrapersonal dan interpersonal) terbentuk sejak lahir dan berkembang sebagai gabungan dari unsur keturunan, lingkungan dan pengalaman. Jadi lingkungan hidup seseorang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan intrapersonalnya (Gunawan, 2003).

Lingkungan hidup yang memberikan kebebasan dan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan kiranya dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal seseorang. Oleh karena itu seharusnya lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah diciptakan sedemikian rupa agar dapat mendukung siswi/anak untuk berkembang secara utuh termasuk juga perkembangan kecerdasan intrapersonal.

Lingkungan hidup yang memberi kebebasan untuk mengungkapkan perasaan membuat seseorang menjadi terbiasa berpendapat dan mengungkapkan berbagai perasaannya tanpa takut terhadap penilaian atau tanggapan orang lain terhadap pendapat atau perasaannya tersebut. Hal ini juga akan semakin meningkatkan kecerdasan intrapersonal anak.

Kehidupan keluarga yang harmonis, memberikan kesempatan untuk berpendapat, berbagi perasaan dan adanya empati di antara anggota keluarga dapat membuat anak merasa dihargai dan diterima secara baik. Orang tua

yang cenderung bersikap otoriter, tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk berpendapat atau membuat keputusan sendiri kiranya dapat menjadi penghalang untuk perkembangan kecerdasan intrapersonal anak. Orang tua yang bersikap demokratis, memberikan ruang gerak bagi anak untuk memilih dan menentukan kehidupannya sendiri akan membantu anak bersikap mandiri dan mampu membuat keputusan sendiri serta belajar bertanggungjawab atas segala resiko dari keputusannya tersebut.

Lingkungan sekolah juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada perkembangan kecerdasan intrapersonal. Sekolah yang tidak hanya menitik beratkan pada bidang akademik, namun juga memperhatikan bidang-bidang lain seperti bidang kepribadian akan membantu anak didik berkembang secara optimal. Aktivitas belajar-mengajar yang memberikan kesempatan bagi anak didik untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal anak didik.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitik beratkan pembahasan pada lingkungan asrama karena asrama sebagai pengganti keluarga bagi para penghuninya, sehingga lingkungan asrama juga berpengaruh besar pada perkembangan kecerdasan intrapersonal para anak asuhnya. Kehidupan di asrama yang harmonis baik antara anak asuh dengan pengasuhnya maupun antara anak asuh dengan anak asuh kiranya dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal. Asrama dapat memberikan kesempatan bagi anak asuh untuk

Dokumen terkait