• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tingkat Kemandirian Anak Usia Dini

2. Aspek- aspek Kemandirian

Penanaman nilai kemandirian pada anak perlu diterapkan sedini mungkin. Segala sesuatu yang dapat diusahakan sejak dini akan semakin

berkembang menuju kesempurnaan melalui bimbingan yang tepat. Untuk menerapkan penanaman nilai kemandirian pada anak perlu memperhatikan aspek-aspek kemandirian. Robert Havinghurst (Fatimah, 2006) mengemukakan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu: a. Emosi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak bergantung pada orangtua.

b. Ekonomi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak bergantungnya kebutuhan ekonomi pada orangtua.

c. Intelektual

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

d. Sosial

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Anak tidak hanya ingin dipercayai tapi juga ingin diterima masyarakat, sehingga harus memahami batas-batas kebebasan diri sendiri dan kebebasan orang lain, seimbang antara hak dan tanggungjawab yang merupakan bagian dari aspek kemandirian.

Kemandirian anak usia dini selain memuat aspek-aspek juga dapat diukur melalui indikator-indikator pencapaian tingkat kemandirian anak. Aspek dan indikator kemandirian anak tersebut saling berkaitan satu sama

lain. Indikator- indikator tersebut merupakan pedoman atau acuan dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak. Menurut Yamin dan Sanan (2010) kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari tujuh indikator, yaitu:

a. Kemampuan fisik b. Percaya diri c. Bertanggung jawab d. Disiplin e. Pandai bergaul f. Saling berbagi g. Mengendalikan emosi

Setiap orang memiliki kemampuan yang unik untuk memahami sesuatu, tidak hanya menerima saja, tetapi mempunyai inisiatif untuk mandiri yang terwujud dalam bentuk keinginan-keinginan untuk melakukan sesuatu hal sendiri, memahami sendiri dan mengambil keputusan sendiri dalam setiap tindakan. Kartadinata (Asrori, 2004) kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks.

Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian tersebut dan perlu pembiasaan yang berulang-ulang. Longiver (Asrori, 2004) mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut:

Ciri-ciri tingkat ini adalah:

1) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksi dengan orang lain.

2) Mengikuti aturan secara oportunistik dan herodistik.

3) Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu (stereotype).

4) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game.

5) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.

b. Tingkat Konformistik

Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

1) Peduli terhadap penampilan diri dan penampilan sosial. 2) Cenderung berfikir stereotype dan klise.

3) Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.

4) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian. 5) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya

introspeksi.

6) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal. 7) Takut tidak diterima kelompok.

8) Tidak sensitif terhadap keindividualan. 9) Merasa berdosa apabila melanggar aturan. c. Tingkat Sadar Diri

1) Mampu berfikir alternatif.

2) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi. 3) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada. 4) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.

5) Memikirkan cara hidup.

6) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan. d. Tingkat Saksama

Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

1) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.

2) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan. 3) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri

sendiri maupun orang lain. 4) Sadar akan tanggungjawab.

5) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri. 6) Peduli akan hubungan mutualistik.

7) Memiliki tujuan jangka panjang.

8) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial. 9) Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis. e. Tingkat Individualistis

Ciri-ciri tingkat ini adalah:

1) Peningkatan kesadaran individualitas.

2) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan.

3) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. 4) Mengenal eksistensi perbedaan individual.

5) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan. 6) Membedakan kehidupan inetrnal dengan kehidupan luar dirinya. 7) Mengenal kompleksitas diri.

8) Peduli akan perkembangan dan maslah-masalah sosial. f. Tingkat Mandiri

Ciri-ciri tingkat ini adalah:

1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

2) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain.

3) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial. 4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan. 5) Toleran terhadap ambiguitas.

6) Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment).

7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal. 8) Responsif terhadap kemandirian orang lain.

9) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain. 10) Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan

keceriaan.

Fatimah (2006) tingkat kemandirian anak usia dini berkembang sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Pada anak usia 3-4 tahun dapat melatih kemandirian melalui kegiatan memakai kaos kaki dan sepatu

sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain. Seiring bertambahnya usia akan bertambah pula tingkat kemandirian anak, yaitu: a. Kemampuan berfikir objektif

b. Tidak mudah dipengaruhi c. Berani mengambil keputusan d. Tumbuh rasa percaya diri

e. Tidak bergantung pada orang lain

Tingkat kemandirian anak harus dilalui oleh anak tahap demi tahap dengan pengawasan dan bimbingan dari orangtua. Pengertian, pemberian kasih sayang dan pemberian dorongan dapat diberikan menggunakan kata-kata pujian yang tulus tetapi tidak berlebihan. Hal ini dapat menajdi

reward untuk meningkatkan motivasi anak menjadi lebih baik.

Menurut Anderson, dkk (2003) dalam penelitiannya yang berjudul

Developing Independent Learning In Children Aged 3-5, menyatakan bahwa pengembangan belajar mandiri di Pembibitan bahasa Inggris dan kelas Penerimaan berhubungan dengan pengembangan berbagai kemampuan yang terlibat dalam mengatur diri sendiri, pembelajaran kemandirian dikonseptualisasikan dalam hal penelitian dan teori yang berkaitan untuk pengembangan kemampuan metakognitif dan disposisi. Metakognisi mengacu pada beberapa tingkat kemandirian, yaitu:

a. Keterampilan kompleks b. Pemahaman dan disposisi

Yaitu pemahaman yang menggabungkan pengembangan pengolahan kesadaran kognitif anak.

c. Pengetahuan tentang berpikir dan belajar d. Pengetahuan tentang tugas dan strategi e. Kemampuan merancang dan memilih strategi

Yaitu kemampuan merancang dan memilih strategi yang tepat untuk mengelola keefektifan proses berpikir dalam belajar.

f. Kemampuan dalam pemecahan masalah

Menurut beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa selain aspek emosi, terdapat juga aspek kemandirian yang lainnya yaitu aspek ekonomi, aspek intelektual, dan aspek sosial yang menunjang kemandirian anak usia dini dengan bimbingan yang dilakukan sedini mungkin untuk mencapai kemandirian anak yang sesuai dengan tahapan usianya. Kemandirian juga dapat dilihat dari indikator-indikator yang merupakan serangkaian kegiatan yang mencerminkan kemampuan seseorang dalam kemampuan fisik, percaya diri, bertanggungjawab, disiplin, pandai bergaul, saling berbagi dan mampu mengendalikan emosi.

Kemandirian anak usia dini juga terdiri dari beberapa tahap yang saling berkesinambungan dimulai dari berfikir tidak logis, berfikir klise, berfikir tentang pemecahan masalah, sadar akan tanggungjawab, toleransi terhadap diri sendiri dan orang lain, bersikap realistik dan objektif, mampu menyelesaikan tugas sehari-hari sesuai dengan tahap perkembangannya.