• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Tingkat Kemandirian Anak Usia Dini Ditinjau dari Status Kerja Ibu di Kecamatan Reban Kabupaten Batang didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang relevan, antara lain yaitu:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Achmad, dkk (2010) yang berjudul

Hubungan Tipe Pola Asuh Orangtua dengan Emotional Quotient (EQ) pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Hasil penelitian tersebut mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara tipe pola asuh demokratis dan otoriter dengan EQ pada anak usia prasekolah di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Menurut penelitian ini tipe pola asuh orangtua berhubungan dengan kemampuan anak memahami emosi diri sendiri, kemampuan anak mengatur emosi diri sendiri dan kemampuan anak dalam memahami perasaan orang lain serta kemandirian, namun pola asuh orangtua tidak memiliki hubungan dengan aspek keterampilan sosial anak terhadap lingkungannya. Tingkat kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dapat menjadi faktor tingkat kemandirian anak, apabila kemampuan anak dalam mengelola emosinya rendah maka tingkat kemandirian anak usia dini juga rendah, begitu sebaliknya.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Ananda (2013) pada penelitiannya mengenai Self Esteem antara Ibu Rumah Tangga yang Bekerja dengan yang tidak Bekerja. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini dikemukakan bahwa terdapat perbedaan self-esteem antara ibu rumah tangga yang bekerja dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja, yaitu ibu rumah tangga yang bekerja memiliki self-esteem yang lebih tinggi daripada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Menurut penelitian tersebut faktor penyebab ibu rumah tangga yang bekerja

memiliki self-esteem yang lebih tinggi karena ibu rumah tangga yang bekerja cenderung lebih terbuka dalam pengasuhan anak, logika dalam berfikir jauh lebih dinamis serta didukung dengan wawasan dalam mengasuh anak yang cukup luas. Apabila seorang ibu memiliki self-esteem yang rendah maka ibu akan sering merasakan kecemasan dan menganggap orang lain tidak menghargai dirinya. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap bimbingan dan pendampingan terhadap anak serta tingkat kemandirian pada anak usia dini.

3) Menurut Bajracharya (2010) dalam penelitiannya yang berjudul The

Nature of Mothers’ Work and Children’s Schooling in Nepal: The

Influence of Income and Time Effects bahwa perubahan makro ekonomi global dan transisi dalam pola produksi telah mendorong perubahan yang signifikan di negara-negara berkembang dalam sifat pekerjaan bagi pria dan wanita dari pertanian ke industri, manufaktur, dan jasa. Perubahan ini memiliki konsekuensi tertentu bagi perempuan. Di satu sisi, transisi bekerja di sektor nonpertanian dengan ekonomi lebih formal menyediakan upah yang lebih tinggi bagi wanita. Hal ini memungkinkan perempuan menjadi sumber daya dengan investasi yang lebih besar bagi mereka sendiri dan kesejahteraan anak-anak mereka. Di sisi lain, transisi ini juga memaksa perempuan untuk bekerja di luar rumah, sehingga menciptakan tantangan bagi anak. Sedangkan konsekuensi dari konflik dalam tanggung jawab perempuan sangat berpengaruh bagi anak-anak karena ibu umumnya dianggap sebagai agen primer dalam perkembangan

yang sehat dan kelangsungan hidup anak-anak di negara berkembang. Perkembangan anak sangat erat hubungannya dengan peran seorang ibu. Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian sebelumnya bahwa faktor ibu bekerja di luar rumah didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga yang memiliki dampak pada perkembangan anak. Adanya pekerjaan ibu yang mengharuskan ia bekerja diluar rumah dapat menghambat perkembangan anak. Pemahaman orangtua terhadap perkembangan anak harus dipupuk agar orangtua yang bekerja di luar rumah tetap dapat melakukan pendidikan bagi anaknya, sehingga perkembangan anak tidak akan terganggu. Seorang ibu yang bekerja harus mempertimbangkan jam kerja, bekerja seharian penuh atau bekerja paruh waktu. Hal ini dilakukan untuk memudahkan ibu dalam melakukan tugasnya sebagai seorang istri, ibu dan sebagai seorang pekerja.

4) Menurut Holdsworth dan Dale (1991) dalam penelitiannya yang berjudul

Working mothers in Great Britain and Spain: A Preliminary Analysis

mengemukakan bahwa meskipun peluang terbatas untuk mendapatkan pekerjaan paruh waktu tidak selalu menghambat dalam menggabungkan pekerjaan dan tugas ibu. Kasus Perancis membuktikan, pekerjaan penuh waktu tidak tergantung pada ketersediaan perawatan anak yang memadai. Di Eropa selatan tanggung jawab perawatan anak sebagian besar dianggap sebagai hal penting dalam keluarga. Oleh karena itu, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan perempuan untuk menggabungkan pekerjaan dan tugas ibu adalah ketersediaan kerabat

sebagai tempat penitipan anak (biasanya nenek). Dekat orangtua berarti bahwa perempuan memiliki akses yang lebih besar untuk perawatan informal anak, namun juga dapat menyebabkan beban ganda pada ibu yang juga harus merawat orang tuanya. Peran jaringan kekerabatan dalam mendukung kerja perempuan melalui penyediaan perawatan anak karena akan tergantung pada keadaan khusus anggota keluarga. Seorang anak dengan kondisi pekerjaan orangtua (ibu) bekerja di luar rumah maka ia harus dititipkan dan diasuh oleh saudara terdekat. Perkembangan kepribadian anak yang diasuh oleh pengasuh maupun kerabat akan tergantung dari pengasuhan yang dilakukan oleh saudara maupun pengasuh yang mengasuhnya. Anak akan mendapatkan contoh dari kerabatnya dan sedikit dari orang tuanya. Hal ini berpengaruh pada pembentukan kemandirian pada anak. Anak akan cenderung lebih manja kepada orang tuanya ketika ia berada bersama kerabatnya dalam jangka waktu satu hari penuh dan baru bertemu orang tuanya setelah malam hari. Namun respon dari orangtua juga dapat berpengaruh, apabila respon orangtua terhadap sikap manja anak adalah negatif maka anak tidak akan melakukan hal tersebut secara berkelanjutan. Apabila orangtua merespon positif terhadap perilaku manja anak maka hal ini dapat menjadi stimulus bagi anak untuk melakukan hal tersebut dikemudian hari yang semakin lama akan menjadi kebiasaan.

5) Penelitian yang dilakukan oleh Mariyam dan Apisah (2008) yang berjudul Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu dan Tingkat

Kemandirian Anak Usia Prasekolah di Desa Prapag Lor Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, berdasarkan penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu terhadap tingkat kemandirian anak usia prasekolah. Sebagai orangtua dan mempunyai anak, kewajiban mendidik merupakan tugas yang paling utama. Tingkat kemandirian anak disesuaikan dengan umur serta tingkat kedewasaanya. Ibu yang tidak bekerja cenderung melayani dan memanjakan anak. Hal ini terasa positif dan menyenangkan bagi anak tetapi dampaknya anak menjadi terbiasa tergantung dengan orang lain dan kurang mandiri. Biasanya ibu yang mandiri akan melahirkan anak yang mandiri, sedangkan anak yang tidak mandiri berasal dari ibu yang tidak mandiri pula. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tipe pola asuh, self-esteem seorang ibu, dan status pekerjaan ibu dapat mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia dini. Semakin tinggi self-esteem seseorang, semakin tinggi pula cara berfikir yang terbuka dalam menerima wawasan baru maupun mengenai bimbingan terhadap anak usia dini. Cara berfikir yang terbuka akan menghasilkan kualitas pengasuhan dan pembimbingan kemandirian pada anak usia dini semakin meningkat. Lahirnya individu yang mandiri berasal dari orangtua yang mandiri terlebih dahulu.

110