• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

C. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)

3. Aspek-Aspek Pengukuran Kecerdasan Spiritual

98 Ali Muklasin. (2013). Pengembangan Kecerdasan Spiritual dalam Meningkatkan Sumberdaya

Guru. (Master Thesis Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang). Retrieved from E-theses UIN Maliki Malang website: http://etheses.uin-malang.ac.id/3222/1/11710064.pdf p.51

Sukidi mengemukakan tentang nilai-nlai dari kecerdasan spritual berdasarkan komponen-komponen dalam SQ yang banyak dibutuhkan dalam dunia bisnis, diantaranya adalah (dalam Setyawan, 2004):100

a. Mutlak Jujur

Kata kunci pertama untuk sukses di dunia bisnis selain berkata benar dan konsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini merupakan hukum spiritual dalam dunia usaha

b. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dalam dunia usaha, maka logikanya apabila sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah berpartisipasi di jalan menuju dunia yang baik

c. Pengetahuan diri

Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalam kesuksesan sebuah usaha karena dunia usaha sangat memperhatikan dalam lingkungan belajar yang baik.

d. Fokus pada kontribusi

Dalam dunia usaha terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberi daripada menerima. Hal ini penting berhadapan dengan kecenderungan manusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi kewajiban. Untuk itulah orang harus pandai membangun kesadaran diri untuk lebih terfokus pada kontribusi

e. Spiritual non dogmatis

Komponen ini merupakan nilai dari kecerdasan spiritual dimana didalamnya terdapat kemampuan untuk bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, serta kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.

Kecerdasan spiritual dapat diukur berdasarkan beberapa aspek, Emmons dalam Montgomery mendefinisikan unsur kecerdasan spiritual menjadi lima indikator, antara lain adalah:101

a. Pemecahan masalah melalui sumber-sumber spiritual.

b. Memanfaatkan dan melatih spiritual dalam kehidupan sehari-hari. c. Memasuki level yang lebih tinggi pada area kesadaran.

d. Mengakui aspek non material dalam kehidupan. e. Berperilaku terpuji.

Sedangkan menurut King terdapat empat indikator dalam kecerdasan spiritual, antara lain:102

a. Pemikiran eksistensial yang kritis adalah kemampuan untuk berpikir kritis mengenai isu-isu seperti makna, tujuan, eksistensi, kematian, kemampuan untuk menghadapi dengan kesimpulan, kemampuan untuk berpikir tentang isu-isu non-eksistensi dari perspektif eksistensial.

101 Cahyo T. Wibowo. Op. Cit. p.6

b. Pemaknaan pribadi adalah kemampuan untuk menentukan makna dan tujuan pribadi dalam semua pengalaman materi dan fisik, termasuk kemampuan untuk menciptakan tujuan dalam kehidupan. c. Kesadaran transedental adalah kemampuan untuk mengenali

dimensi dan keunggulan diri (transformasi internal dan eksternal). d. Perluasan area kesadaran adalah kemampuan untuk memasuki

tingkat spiritualitas yang paling tinggi.

Zohar dan Marshall mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut:103

a. Kemampuan bersikap fleksibel, yaitu dapat menempatkan diri dan menerima pendapat orang lain secara terbuka.

b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi seperti kemampuan autocritism (mengkritik diri sendiri) dan mengerti tujuan serta visi dalam hidupnya.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan hal-hal yang menyulitkan yang ditandai dengan tidak adanya penyesalan, tetap tersenyum, dan berusaha bersikap tenang.

d. Kemampuan menghadapi dan menyembuhkan rasa sakit yang ditandai dengan sikap ikhlas dan pemaaf.

e. Kualitas hidup yang diikuti oleh visi dan nilai-nilai kebenaran, seperti prinsip dan berpijak pada kebenaran.

103 Ekawaty. Op. Cit. p.62

f. Keengganan untuk melakukan hal yang dapat menyebabkan kerugian yang tidak perlu, misalnya menunda pekerjaan dan memiliki kecenderungan untuk berpikir sebelum bertindak.

g. Kecenderungan melihat keterkaitan antara berbagai hal atau memiliki pandangan yang holistik yakni, mampu untuk berpikir secara logis dan berperilaku sesuai dengan norma.

h. Kecenderungan menanyakan “mengapa” atau “bagaimana” dalam mencari jawaban-jawaban yang mendasar, dan memiliki kemampuan untuk berimajinasi, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

i. Mudah untuk bekerja melawan konvensi (adat dan kebiasaan sosial), seperti mau memberi dan tidak mau menerima.

Dalam hal ini peneliti mengambil lima dimensi kecerdasan spiritual milik Zohar dan Marshall sebagai acuan dalam penelitian, yang meliputi (a) kemampuan untuk bersikap fleksibel, (b) kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, (c) kemampuan menghadapi dan melampaui perasaan sakit, (d) kualitas hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai, dan (e) keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.

4. Kecerdasan Spiritual dalam Tinjauan Islam

Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seorang individu dalam melihat kejadian keseharian yang terjadi dari sisi spiritual, berfokus kepada nilai (value) yang terkandung di dalam aktifitas, dan

memiliki visi yang kuat bukan hanya sekedar tujuan, sehingga membuat individu mampu menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik akan memiliki makna dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

Jalaluddin Rumi menjelaskan kecerdasan spiritual sebagai “kemampuan menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Itu berarti mewujudkan hal yang terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin. Gagasan, energi, visi, nilai, dorongan dan arah panggilan hidup, mengalir dari dalam, dari suara keadaan kesadaran yang hidup bersama cinta.” Kecerdasan spiritual bisa diartikan memberi makna ibadah dalam setiap perilaku dan kegiatan yang dilakukan manusia. Sebagaimana kecerdasan emosi yang bersumber dari hati, kecerdasan spiritual bersumber dari hati nurani atau suara hati. Kecerdasan spiritual adalah suara hati Ilahiyyah yang memotivasi seorang individu untuk bertindak dan tidak bertindak.

Agar kecerdasan spiritual mampu bekerja secara optimal, seseorang perlu untuk mengikuti hati nuraninya, hati nurani digunakan untuk menilai pilihan yang akan diambilnya. Hati nurani ibarat sebuah sebuah pisau yang harus selalu diasah, dan jangan sampai dibiarkan mati, karena pada dasarnya hati nurani akan memiliki kecenderungan kepada tindakan yang benar. Islam memberikan apresiasi yang besar

terhadap kecerdasan spiritual, tinggal bagaimana seseorang individu memeliharanya agar tidak mati dan dapat bekerja secara optimal.104

D. Pengaruh Variabel X Terhadap Variabel Y

Dokumen terkait