Peranan sektor ekonomi suatu daerah terhadap pembentukan PDRD menggambarkan potensi perekonomian suatu wilayah. Tingginya peranan suatu sektor dalam perekonomian, memberikan gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor andalan yang terus dapat dikembangkan serta menjadi pendorong roda perekonomian semakin berkembang. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam kontribusi terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga tampak sektor-sektor andalan yang menjadi pemicu pertumbuhan di wilayah yang bersangkutan.
Gambar 2.1
Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012
Perekonomian Kabupaten Bandung Barat masih didominasi oleh sektor industri dengan andil sebesar 41,76 persen. Diikuti oleh sektor perdagangan/hotel/restoran (PHR) dan sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 21,22 persen dan 11,87 persen.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro adalah PDRB per kapita. atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Oleh karena pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) serta transfer masuk (transfer in) yang merupakan komponen penghitungan pendapatan regional, belum dapat dihitung maka dalam penghitungan pendapatan per kapita menggunakan PDRB perkapita. Angka ini diperoleh dengan cara
penduduk pertengahan tahun yang digunakan pada tahun 2012 ini adalah hasil proyeksi penduduk berdasarkan Sensus Penduduk 2010 (SP-2010)
Tabel 2.5
Angka Agregat PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan PDRB Per-Kapita Kabupaten Bandung Barat Tahun 2010-2012
Lapangan Usaha 2010 * 2011 * 2012**
[1] [3] [4] [5]
1 PDRB atas dasar harga berlaku (JutaRp) 17,543,648.51 19,354,913.12 21,721,238.05 2 PDRB atas dasar harga konstan 2000(Juta Rp) 8,040,222.33 8,502,534.79 9,016,250.41 3 Jumlah penduduk pertengahan tahun(Jiwa) 1,510,284 1,542,479 1,572,806 4 PDRB per kapita adh berlaku (Rp) 11,616,125.52 12,547,926.50 13,810,500.50 5 PDRB per kapita adh konstan (Rp) 5,323,649.28 5,512,253.19 5,732,589.03 6 LPE PDRB per kapita adh berlaku (%) 8.86 8.02 10.06
7 LPE PDRB per kapita adh konstan (%) 3.72 3.54 4.00
Sumber: Indikator Makro Ekonomi, BPS Kab. Bandung Barat Tahun 2012 *) Angka perbaikan.
**) Angka Sementara
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menggambarkan besarnya nilai tambah domestik bruto per penduduk secara nominal. PDRB per kapita atas dasar berlaku selama kurun waktu 2010-2012menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. PDRB per kapita/tahun Atas Dasar Berlaku Kabupaten Bandung Barat tahun tahun 2010 Rp.11.616.126 meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp.12.547.927,- dan pada tahun ini mencapai Rp.13.810.500,-.
Pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tahun 2012 mencapai 10,06 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan PDRB per kapita atas dasar berlaku tidak menggambarkan peningkatan secara riil, tetapi lebih disebabkan adanya pengaruh kenaikan harga atau tingkat inflasi yang terjadi di wilayah tersebut.
Gambar 2.2
PDRB Per Kapita Per Tahun Kabupaten Bandung Barat Tahun 2010-2012 (Rupiah)
Catatan *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara
Sedangkan PDRB perkapita atas dasar konstan 2000 yang menggambarkan nilai tambah riil penduduk Kabupaten Bandung Barat pada tahun2010 sebesar Rp.5.323.649,- dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp.5.512.253,- Sedangkan PDRB per kapita tahun 2012 mencapai Rp.5.732.589,- atau tumbuh sebesar 4,00 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Fasilitas wilayah/Infrastruktur
Infrastruktur wilayah merupakan aspek yang penting dalam pembangunan daerah baik dalam rangka penunjang pertumbuhan ekonomi maupun sosial yang terdiri dari infrastruktur transportasi, sumber daya air dan irigasi, serta sarana dan prasarana perumahan.
Pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air di Kabupaten Bandung Barat difokuskan pada pembangunan jaringan irigasi untuk menunjang peningkatan produksi pertanian. Daerah irigasi (DI) yang menjadi kewenangan Kabupaten Bandung Barat sebanyak 545 lokasi daerah irigasi dengan luas 37.839 ha (areal sawah pengairan), meliputi: Daerah Irigasi teknis sebanyak 8 lokasi yang tersebar di kec. Cisarua, Parongpong, Ngamprah, Cipatat, Cihampelas, Rongga dan Gununghalu seluas 4.509 ha; Daerah Irigasi Semi Teknis sebanyak 6 lokasi yang tersebar di Kec. Lembang, Padalarang, Ngamprah, Batujajar dan Cipeundeuy seluas 2.312. ha; Daerah Irigasi sederhana di Cibodas (Lembang) dan Cijenuk (Cipongkor) seluas 558 ha; Daerah Irigasi Pedesaan sebanyak 529 lokasi yang tersebar di 16 kecamatan seluas 30.460 ha dimana sampai dengan tahun 2012 dapat mengairi sawah seluas ± 29.101 ha. Pada tahun 2012 tercatat luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik sebesar 4.377,22 ha atau meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 3.979,29 ha.
Dibidang ketenagalistrikan, pada tahun 2012 telah dilaksanakan pemasangan Sambungan Rumah (SR) dan Instalasi Rumah (IR) bagi masyarakat tidak mampu sebanyak 2.030 KK di 56 desa yang tersebar di 11 kecamatan dengan rincian: Kec. Rongga (7 desa - 464 KK), Kec. Cikalongwetan (12 desa - 256 KK), Kec. Sindangkerta (9 desa - 301 KK), Kec. Cipongkor (3 desa - 80 KK), Kec.Gununghalu (3 desa - 106 KK), Kec. Cipendeuy ( 3 desa -130 KK), Kec. Cihampelas (7 desa - 482 KK) dan Kec. Padalarang (9 desa - 146 KK). Sehingga jumlah rumah tangga di Kab. Bandung Barat yang telah di aliri listrik sebanyak 256.879 KK sedangkan sebanyak 102.106 KK Pra KS yang tersebar di 16 kecamatan belum menikmati fasilitas listrik.
Di bidang perumahan dan permukiman, tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Bandung Barat secara umum meningkat dari
8,03% pada tahun 2011 menjadi 10,11% pada tahun 2012. Pada tahun 2012 juga telah disusun dokumen perencanaan rencana tindak dan teknis CAPRPP (Community Action Plan Rencana Permukiman Perumahan) di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Ngamprah, Padalarang, Lembang dan Cisarua; telah disusun dokumen perencanaan persampahan sistem 3R (Reduce, Reuse dan Recycle); selain itu juga pengadaan komposter skala RW, dan pengadaaan TPS di wilayah desa juga terus ditingkatkan. Pada tahun 2012 persentase lingkungan pemukiman kumuh sebesar 12,20% atau menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 12,40%.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bandung Barat, pada tahun 2012 jumlah rumah tangga pengguna air bersih sebesar 39,5% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 39%.
Terkait permasalahan pencemaran air, polusi atau pencemaran udara, secara rutin dilakukan pemantauan terhadap perusahan penghasil air limbah, dan perusahaan penghasil emisi udara dari sumber tidak bergerak. Pencegahan pencemaran air yang diawasi pada tahun 2012 sebesar 89% sedangkan persentase jumlah perusahaan penghasil emisi udara dari sumber tidak bergerak yang diawasi mencapai 16,67%. Dari sisi regulasi telah disusun naskah akademik Perda tentang Izin Pembuangan Limbah Cair, Raperbup tentang Tata Laksana Perizinan Pembuangan Air Limbah dan Raperbup tentang Tata Laksana Perizinan Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Selain itu juga dilaksanakan percontohan pengelolaan limbah ternak sapi menjadi BIOGAS dan secara rutin dilakukan uji sambel limbah dari UMKM pengrajin tahu, rumah potong hewan dan kegiatan usaha hotel di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS).
Dalam rangka peningkatan fungsi kawasan hutan, sampai tahun 2012 persentasi penanganan/rehabilitasi lahan kritis mencapai 10,64% atau seluas 2.228,90 ha dari luas lahan kritis yaitu 20.946,64 ha.
Selanjutnya, sebagai upaya perwujudan penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan, telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029.
Terkait bidang energi dan sumberdaya mineral, Kabupaten Bandung Barat merupakan kabupaten yang memiliki sumberdaya energi panas bumi. Total potensi yang ada mencapai 150 MWe atau 2,82 persen dari potensi Jawa Barat. Sumberdaya tersebut berada di 7 lokasi dan tersebar di 2 kecamatan. Energi Panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan dengan tingkat pencemaran CO2 yang sangat rendah. Potensi panas bumi di Kabupaten Bandung Barat, antara lain Gunung Tangkuban Perahu dengan potensi panas bumi sekitar 100 MWe (hipotetik) dan Saguling, Rajamandala dengan potensi panas bumi sekitar 25 MWe (spekulatif). Hingga tahun 2012 proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Upper Cisokan Pumped Storage 1.040 MW, masih dalam tahap perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga antara lain dengan PT. PLN Persero UIP PHJB dan PT. Anugrah Air Alamindo.
Iklim Berinvestasi
Dalam pembangunan perekonomian yang dinamis di tingkat nasionl, regional dan lokal. Penanaman modal (investasi) menjadi faktor yang penting karena berperan sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi , penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumberdaya strategis nasional, implementasi dan transfer keahlian dan teknologi, petumbuhan ekspor dan meningkatkan neraca pembayaran. Penanaman modal tersebut
akan memberikan banyak dampak ganda (multiplier effects) dan manfaat bagi banyak pihak termasuk perusahaan, masyarakat dan pemerintah. Laju pertambahan investasi dan tingkat produktivitas yang dihasilkannya akan mendorong tinggi dan luasnya jangkauan dampak yang dihasilkan.
Pada tahun 2011, Kabupaten Bandung Barat telah memiliki Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan terpadu (BPMPPT) sebagai OPD dengan visi untuk meningkatkan investasi melalui penyelenggaraan pelayanan perizinan yang berkualitas. Hingga tahun 2012 terdapat 14 (empat belas) perizinan yang dilayani melalui Pelayanan Perizinan Satu Atap (PPTSP) yang berasal dari OPD terkait lainnya. Berdasarkan Hasil dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) 2012, realisasi investasi PMA dan PMDN Tahun 2012 sebesar Rp.9.711.991.829.311,-.
Selain itu Perkembangan investasi di Kabupaten Bandung Barat dapat juga dilihat dari perkembangan pembentukkan barang modal tetap bruto (PMTB). Selama periode 2009-2012 PMTB di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari 1.972.801,27 juta rupiah pada tahun 2009 menjadi 2.953.271,09 juta rupiah pada tahun 2012. Dilihat dari institusi pelaku PMTB terbagi empat yaitu: swasta, rumah tangga, BUMN dan BUMD serta pemerintah.
Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah secara langsung dapat menggerakan perekonomian daerah tersebut. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja, dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan
yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan kemampuan daya beli. Peningkatan pendapatan uang penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang lengkap.
Penduduk Kabupaten Bandung Barat bisa dikatakan masih bercorak pertanian. Hal ini dapat terlihat dari komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2012 penduduk Kabupaten Bandung Barat yang bekerja tersebar di berbagai lapangan pekerjaan, dari 577.628 penduduk yang bekerja, 27,18% bekerja di sektor pertanian, 18,26% bekerja di sektor perdagangan, 6,66% di sektor perdagangan, 13,44% di sektor jasa dan sisanya tersebar di sektor lainnya.
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2013 Sampai