BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan yang merupakan hasil penyesuaian antara perencanaan dan penganggaran Tahun 2013 dengan pelaksanaan APBD tahun berjalan selama beberapa bulan, yang diharapkan dapat menghasilkan program yang efektif dan efisien guna mencapai prioritas dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.
Penyelenggaraan Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun 2013 merupakan tahun terakhir pelaksanaan kebijakan RPJMD tahun 2008-2013. Untuk itu, berbagai permasalahan dan target yang akan dicapai pada akhir tahun 2013 akan ditentukan oleh rencana kegiatan tahun 2013.
Perubahan RKPD tahun 2013 memuat perkembangan dan proyeksi kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta perkiraan pagu dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif untuk dijadikan acuan bagi OPD dalam penyempurnaan Renja OPD untuk tahun 2013.
Kebijakan Pembangunan Bandung Barat pada tahun 2013 akan lebih menekankan pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastrukutr, pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pengentasan kemiskinan, penanganan bencana dan pengendalian lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat desa, peningkatan penyelenggaraan tatakelola pemerintahan yang meliputi serta
Upaya untuk pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2013 melalui evaluasi tahun sebelumnya serta penetapan anggaran untuk mencapai target pembangunan yang ditetapkan. Penetapan plafon anggaran perubahan dan bagaimana mendorong konsistensi pagu dari awal sampai akhir, pelaksanaan pembangunan pada APBD Murni, penyesuaian indikator pembangunan, serta penyesuaian kerangka pendanaan.
Proses penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1
Bagan Alur Proses Penyusunan Perubahan RKPD Kab. Bandung Barat Tahun 2013
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah tersebut, terdapat kondisi yang menuntut perlunya dilakukan perubahan anggaran, baik yang disebabkan oleh peninjauan atas asumsi Kebijakan Umum APBD, keperluan untuk melakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar program, antar kegiatan dan jenis belanja, adanya peningkatan pendapatan daerah yaitu peningkatan Pendapatan Pajak Daerah, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya yang diterima setelah penetapan Peraturan Daerah (PERDA) APBD Kabupaten Bandung Barat tahun 2013. Kondisi tersebut mendorong perlunya pengajuan Perubahan RKPD Tahun Anggaran 2013.
Perubahan RKPD tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 285 Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah yang intinya dijelaskan bahwa perubahan RKPD dimungkinkan karena adanya perkembangan yang tidak sesuai dengan keadaan dalam tahun berjalan, yang mencakup:
a. Adanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan belanja daerah yang bersumber dari bantuan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan APBN;
b. Adanya kebijakan di bidang pembiayaan daerah, sehingga harus dilakukan Perubahan APBD;
c. Adanya kebijakan kegiatan yang dilaksanakan dalam tahun jamak sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.
d. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar program, antar kegiatan dan antar jenis
e. Adanya selisih SiLPA yang masuk didalam APBD tahun 2013 dengan SiLPA pada LPPA tahun 2012;
f. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;
Adanya peningkatan Pendapatan dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya digunakan antara lain untuk:
1. Tunjangan Profesi Guru Sertifikasi; 2. Tunjangan Profesi Guru Non Sertifikasi;
3. Pembangunan bidang kesehatan, pendidikan, sosial, lingkungan hidup, pertanian, peternakan dan ekonomi;
4. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan pembangunan Gedung Kantor;
5. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik;
6. Mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir tahun anggaran berjalan.
Selanjutnya dalam Perubahan RKPD disajikan secara lengkap mengenai:
1. Program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan KUA/PPAS dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun berjalan;
2. Capaian target kinerja program dan kegiatan yang dikurangi dalam perubahan RKPD apabila sesuai asumsi tidak tercapai;
3. Capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam RKPD.
Perubahan RKPD Tahun 2013 akan diuraikan dengan diawali oleh uraian kondisi pada tahun anggaran 2013 sebelum perubahan, uraian permasalahan/hambatan dan tantangan utama yang dihadapi pada tahun 2013 sebelum perubahan dan perkiraan pencapaian setelah perubahan sampai akhir tahun 2013.
Perkembangan RKPD tahun 2013, pada bagian Pendapatan Daerah terdapat peningkatan sebesar 26,06% atau sekitar 338 Milyar dibandingkan target pendapatan tahun 2013. Sebagian besar peningkatan pendapatan tersebut diasumsikan dari Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar 3,15 Milyar yang bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah. Sementara Dana Perimbangan mengalami peningkatan sekitar 9,60 Milyar dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah mengalami peningkatan sekitar 325,24 Milyar.
Selanjutnya mengenai pelaksanaan Kebijakan Pembangunan pada kurun waktu RPJMD 2008-2013 dapat ditunjukkan dengan pencapaian indikator makro pembangunan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan proyeksi capaian tahun 2013. Perkembangan indikator makro pembangunan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Capaian Indikator Makro Tahun 2010 s/d 2012
NO INDIKATOR Capaian 2010 Capaian 2011 Capaian 2012 Proyeksi2013 Satuan 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) : 73,38 73,93 74,28 74,56 Poin
a. Indeks Kesehatan (IK) 73,08 73,55 73,73 %
- Angka Harapan Hidup (AHH) 68,85 69,13 69,24 69,31 Tahun
b. Indeks Pendidikan (IP) 84,08 85,06 85,52 %
- Angka Melek Huruf (AMH) 98,32 98,35 98,41 98,52 %
- Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,34 8,77 8,96 8,99 Tahun
c. Indeks Daya Beli (IDB) 62,98 63,18 63,57 %
2 Purchasing Power Parity (PPP) 632.53 633,39 635,10 637,54 Ribu
3 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 1,78 1,92 1,95 1,59 %
4 a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB):
NO INDIKATOR Capaian 2010 Capaian 2011 Capaian 2012 Proyeksi2013 Satuan - Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) 11.616.125,52 12.547.926,50 13.810.500,50 15.259.572 Rp. - Atas Dasar Harga Konstan (adhk) 5.323.649,28 5.512.253,19 5.732.589,03 Rp.
5 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB 5.47 5.75 6.04 5,86 %
6 Inflasi PDRB 4,96 4,33 5,83 6,2 %
Memperhatikan pencapaian indikator makro pada tabel tersebut, secara umum indikator makro pembangunan Kabupaten Bandung Barat menunjukkan kenaikan. Sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, Indikator IPM mengalami kenaikan rata-rata 0,45 poin per tahunnya, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor pencapaian target indikator komponen IPM, yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli.
Indeks Pendidikan merupakan indeks yang cukup berpengaruh terhadap lambatnya kenaikan IPM di Kabupaten Bandung Barat, karena kenaikan indeks pendidikan selama tahun 2010-2012 hanya sebesar 0,72 poin per tahunnya. Indeks Pendidikan merupakan komponen yang dipengaruhi oleh indikator Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH) yang keduanya mengalami kenaikan sangat lambat. Peningkatan Indeks Pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan Angka Partisipasi Sekolah (APS), juga dengan adanya kebijakan anggaran pendidikan pemerintah yang berorientasi pada UUD 1945, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan yang mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan sebesar minimal 20% dari total Belanja Daerah.
Selanjutnya untuk peningkatan Indeks Kesehatan sangat dipengaruhi oleh meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH), rata-rata Indeks Kesehatan meningkat sebesar 0,325 poin per tahunnya. Peningkatan capaian indeks kesehatan tidak terlepas dari cukup efektifnya berbagai upaya
pemerintah daerah bersama stakeholder di masyarakat dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Selain itu pula telah dilakukan beberapa upaya peningkatan kualitas sumberdaya kesehatan baik sumber daya manusia maupun sarana prasarana kesehatan.
Sedangkan untuk Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2010 mencapai angka 5,47%, pada tahun 2011 mencapai 5,75% dan tahun 2012 mencapai 6,04%. Pertumbuhan perekonomian di setiap kecamatan mempunyai besaran dengan kisaran 5,05% sampai 6,71%. Lima besar kecamatan yang laju pertumbuhan ekonominya paling tinggi tahun 2012 adalah Kecamatan Lembang (6,71%); Kecamatan Parongpong (6,49%); Kecamatan Padalarang (6,46%); Kecamatan Batujajar (6,44%); dan Kecamatan Ngamprah (6,09%). Adapun kecamatan-kecamatan yang laju pertumbuhan paling rendah antara lain: Kecamatan Cipongkor (5,05%); Kecamatan Rongga (5,20%); Kecamatan Cipatat (5,24%); Kecamatan Cipeundeuy (5,28%) dan Kecamatan Sindangkerta (5,31%).
Selanjutnya pada Implementasi program/kegiatan, sesuai dengan dokumen rencana kebijakan pembangunan Kabupaten Bandung Barat Tahun Anggaran 2013 yang tersebar pada 43 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang telah diimplementasikan sejak awal tahun anggaran 2013. Untuk melihat efektivitas dalam penyelenggaraan program dan kegiatan tersebut, dapat ditinjau dari kaidah-kaidah perencanaan maupun aspek-aspek konkrit yang timbul selama penyelenggaraan program dan kegiatan.
Dari hasil evaluasi atas kaidah-kaidah perencanaan dan aspek-aspek yang terjadi dalam proses pelaksanaan program dan kegiatan, implementasi program/kegiatan Belanja Langsung sampai dengan Semester I tahun anggaran 2013, menunjukan penyerapan keuangan masih di bawah target
disebabkan banyaknya kegiatan skala besar dilaksanakan pada triwulan III dan triwulan IV, hal ini disebabkan pada semester I baru dilaksanakan proses administrasi kegiatan.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Peraturan perundang-undangan yang melatarbelakangi
penyusunan perubahan RKPD Kabupaten Bandung Barat tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
6. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
7. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
8. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4688); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran kementerian Negara/Lembaga;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4577);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
24. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah (Berita Daerah Provinsi Jabar Tahun 2005 Nomor 31 Seri E);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis daerah (Lembaran daerah No 10 Tahun 2008);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lembaran Daerah Nomor 13 Tahun 2008);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Nomor 1 Tahun 2009);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2007-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Nomor 3 Tahun 2009);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Nomor 4 Tahun 2009);
30. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029.
31. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 24 Tahun 2012 tentang RKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013.
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Perubahan RKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 merupakan dokumen perencanaan teknis operasional, yang disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah.
RKPD merupakan penjabaran RPJMD Kabupaten Bandung Barat tahun 2008-2013 dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 serta berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013 dan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029.
Penyusunan Perubahan RKPD ditujukan sebagai upaya untuk mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis antara perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten/kota serta dengan kabupaten/kota yang berbatasan. Oleh karenanya, substansi RKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 harus selaras dengan dokumen perencanaan tingkat pusat dan dokumen perencanaan tingkat provinsi, dan dokumen perencanaan tingkat kabupaten/kota yang berbatasan sehingga terjadi sinergitas perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
1.4 Sistematika
Sistematika Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013, sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Memuat tentang latar belakang penyusunan perubahan RKPD tahun 2013.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Menjelaskan dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan perubahan RKPD tahun 2013;
1.3 Hubungan Antar Dokumen.
Menjelaskan tentang hubungan RKPD tahun 2013 dengan dokumen-dokumen perencanaan baik tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten.
1.4 Sistematika Dokumen Perubahan RKPD
Menjelaskan kerangka pemikiran tentang subtansi Perubahan RKPD yang ingin dituju berdasarkan tema perencanaan tahunan yang dicanangkan.
1.5 Maksud dan Tujuan
Memuat tentang maksud dan tujuan penyusunan Perubahan RKPD tahun 2013.
BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013
DAN CARA PENCAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
Menjelaskan tentang kondisi terkini berdasarkan target pembangunan tahun 2012
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2013 sampai dengan Triwulan II
Menjelaskan realisasi, hasil capaian program dan Kegiatan yang direncanakan dalam RKPD tahun 2013 serta capaian kinerja RPJMD Kabupaten Bandung Barat.
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Menjelaskan tentang arah kebijakan ekonomi Daearah dalam RKPD Tahun 2013
BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013
4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Menjelaskan tentang tujuan dan sasaran pembangunan daerah tahun 2013
4.2 Keterkaitan Isu Strategis RPJMD dan RKPD
Menjelaskan tentang keterkaitan isu strategis RPJMD Tahun 2008-2013 dengan RKPD Tahun 2013.
BAB V.
BAB VI.
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
Memuat tentang program dan kegiatan prioritas daerah tahun 2013
PENUTUP
Merupakan kaidah pelaksanaan yang memuat arahan dan penegasan Kepala Daerah dalam penerapan RKPD serta arahan untuk tindak lanjut yang perlu dilaksanakan oleh SKPD dan pelaku pembangunan lainnya.
1.5 Maksud dan Tujuan
Tujuan penyusunan perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupataen Bandung Barat Tahun 2013 adalah :
1. Terwujudnya pencapaian Visi dan Misi Kabupaten Bandung Barat; 2. Terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergitas pembangunan baik
antar daerah, antar ruang , antar waktu, antar fungsi pemerintahan maupun antar tingkat pemerintahan;
3. Terwujudnya keterkaitan dan konsistensi antar perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan;
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha Tercapainya pemanfaatan sumber daya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CARA PENCAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Aspek Geografis dan Demografi Geografis
Kabupaten Bandung Barat terletak pada 06º 41’ - 07º 19’ Lintang Selatan dan 107º 22’ - 108º 05’ Bujur Timur. Keseluruhan wilayah Kabupaten Bandung Barat memiliki luas sebesar Luas wilayah 1.305,77 Km2 atau 130.577,40 Ha yang terbagi menjadi 16 wilayah administrasi kecamatan, yaitu Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan, Cipeundeuy, Ngamprah, Cipatat, Padalarang, Batujajar, Cihampelas, Cililin, Cipongkor, Rongga, Sindangkerta, Gununghalu dan Saguling.
Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah subur dan indah pemandangannya dengan kondisi geografis yang potensial (berbukit-bukit dengan ketinggian dan kemiringan yang variatif) dengan dataran terendah pada ketinggian 125 m dpl dan dataran tertinggi pada ketinggian 2.150 m dpl. Kawasan perkotaan Bandung Barat berkembang di kawasan tengah atau di kawasan yang relatif datar (di sekitar wilayah Kota Padalarang).
Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang sangat terjal (>40%), di Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan yang mempunyai kemiringan lereng sangat terjal terluas (13.480 Ha). Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah kecamatan dengan luas
lereng datar (0-8%) terluas (4.899 Ha). Kemiringan lereng 8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.
Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 16 Kecamatan,165 desa dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut:
a. Sebelah
Utara : berbatasan dengan Kecamatan Cikalong KulonKabupaten Cianjur; Kecamatan Manis, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Bojong dan Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta; Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak dan Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang.
b. Sebelah
Timur : berbatasan dengan Kecamatan Cilengkrang,Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Margaasih,
Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung,
Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukasari Kota Bandung, Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.
c. Sebelah
Selatan : Berbatasan Kecamatan Ciwidey, KecamatanRancabali Kabupaten Bandung, Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur.
d. Sebelah
Barat : Berbatasan Kecamatan Cibeber, Kecamatan Bojongpicung,dengan Kecamatan Campaka,
Kecamatan Ciranjang, Kecamatan Mande
Kabupaten Cianjur.
Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai, dengan sungai utama adalah Sungai Citarum, Sungai Cimahi, Sungai Cibeureum, Sungai Cikapundung, dan Sungai Cikarial, yang melewati Kecamatan Cipongkor, Kecamatan Cililin, Kecamatan Cihampelas, dan Kecamatan Batujajar. Terdapat 2 Danau/Situ Alam dan 2 Waduk/Danau Buatan. Danau/Situ Alam terdiri dari Situ Lembang dan Situ Ciburuy. Situ-situ ini dimanfaatkan sebagai lokasi tujuan wisata. Waduk Saguling dan Cirata merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).
Daerah tanggkapan Air yang menjadi penyedia air tanah maupun air permukaan di Kabupaten Bandung Barat yaitu Sub DAS Cikapundung (Lembang, Cisarua, Parongpong), dan Sub DAS Citarum (Cililin, Ngamprah, Batujajar, Padalarang). Sebaran kawasan rawan bencana longsor secara umum yaitu di bagian utara dan selatan Kabupaten Bandung Barat, yaitu terdapat di Kecamatan Lembang, Parongpong, Cikalongwetan, Cipatat, Batujajar, Cililin, Rongga, Gununghalu. Kawasan bencana letusan gunung berapi terdapat di Kecamatan Lembang, Parongpong, dan Cisarua.
Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2012 mencapai 1.582.326 jiwa, yang terdiri dari berjumlah 805.137 jiwa (50,88 persen) penduduk laki-laki, sedangkan perempuan 777.189 jiwa (49,12 persen). Dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah penduduk pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 1,99%.
Dengan rata-rata kepadatan penduduk per Kmnya 1.211 jiwa, dimana Kecamatan Ngamprah memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu sebanyak 44.876 jiwa/Km2, sedangkan Kecamatan Gununghalu merupakan kepadatan yang terendah yaitu sebesar 4.437 jiwa/Km2.
2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat dan Pemerataan Ekonomi
Kinerja perekonomian Kabupaten Bandung Barat tahun 2012 secara riil ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi (LPE) atas dasar harga konstan tahun 2000, yaitu sebesar 6,04 persen atau meningkat 0,29 poin dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 5,75 persen.
Pertumbuhan ekonomi ini digerakkan oleh pertumbuhan yang positif pada semua kelompok sektor. Kelompok sektor primer mengalami pertumbuhan sebesar 4,78 persen, sekunder sebesar 5,43 persen dan tersier 7,42 persen. Kelompok sektor primer merupakan kelompok sektor yang memiliki pertumbuhan terkecil pada tahun ini. Namun dibandingkan tahun sebelumnya sub sektor ini mengalami kecepatan, hal ini di sebabkan oleh percepatan sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah kelompok tersebut
Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010- 2012 (Persen)
LAPANGAN USAHA 2010 * 2011 * 2012**
[1] [2] [3] [4]
I . Primer 5.29 2.39 4.78
1. Pertanian 5.30 2.14 4.86
2. Pertambangan dan Penggalian 4.97 8.12 3.12
II. Sekunder 4.46 5.99 5.43
3. Industri 3.88 5.68 4.84
4. Listrik, Gas dan Air 7.19 6.04 7.02
5. Bangunan 7.27 11.66 11.25 III. Tersier 7.15 6.57 7.42 6. Perdagangan/Hotel/Restoran 7.82 7.57 9.14 7. Pengangkutan/Telekomunikasi 7.14 4.00 4.64 8. Keuangan/Persewaan/jasa Perusahaan 7.82 6.35 5.92 9. Jasa-jasa 4.76 5.8 5.05 PDRB 5.47 5.75 6.04
Sumber: BPS Kab. Bandung Barat 2012, *) angka sementara; **) angka sangat sementara
Berdasarkan pengelompokkan sektor, pada tahun 2012 sektor sekunder masih mendominasi perekonomian Kabupaten Bandung Barat. Selama periode 2010-2012 sektor sekunder mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir dari 51,31 persen (2010) menjadi 50,85 persen (2012). Penurunan kontribusi kelompok sektor sekunder ini disebabkan adanya
penurunan kontribusi sektor industri yang terjadi selama tiga tahun terakhir dari sebesar 42,36 persen (2010) menjadi 42,14 pada 2011 dan pada tahun 2012 ini menjadi sebesar 41,76 persen dari total pembentukan PDRB.
Selama periode 2010-2012 kontribusi kelompok sektor tersier terus mengalami kenaikan sebesar 0,88 poin dari 36,00 persen menjadi menjadi 36,88 persen dengan andil terbesar, adalah sektor perdagangan/hotel/ restoran (PHR) sebesar 21,22 persen pada tahun 2012. Dibandingkan tahun sebelumnya, sektor ini mampu meningkatkan kontribusinya sebesar 0,78 poin dari 20.44 persen. Sektor PHR menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan selama tiga tahun terakhir. Kabupaten Bandung Barat memiliki sumber daya alam yang dapat dijadikan tempat wisata alam yang representatif. Potensi tersebut mendorong kinerja sektor ini bergerak secara simultan untuk mendukung pengembangan obyek wisata yang ada.
Sektor primer merupakan sektor dengan andil terkecil, yaitu sebesar 12,26 persen yang disumbangkan oleh sektor pertanian. Pada tahun 2012 kontribusi sektor ini mengalami penurunan sebesar 0,05 poin dari tahun sebelumnya yaitu dari 11,92 persen menjadi 11,87 persen. Pada tahun 2011 pertanian khususnya nilai tambah komoditi tanaman pangan sempat mengalami perlambatan karena berkurangnya luas panen akibat kekeringan. Namun pada tahun ini sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman bahan makanan mengalami percepatan. Kendati demikian peningkatan-peningkatan tersebut belum menunjukkan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan, karena pada PDRB atas dasar harga berlaku masing terkandung inflasi.
Tabel 2.2
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung BaratAtas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2010-2012 (Persen)
LAPANGAN USAHA 2010 * 2011 * 2012**
[1] [3] [4] [5]
I . Primer 12.70 12.32 12.26
1. Pertanian 12.30 11.92 11.87
2. Pertambangan dan Penggalian 0.40 0.4 0.39
II. Sekunder 51.31 51.17 50.85
3. Industri 42.36 42.14 41.76
4. Listrik, Gas dan Air 6.45 6.39 6.27
5. Bangunan 2.49 2.65 2.82
III. Tersier 36 36.51 36.88
6. Perdagangan/Hotel/ Restoran 20.04 20.44 21.22 7. Pengangkutan/ Telekomunikasi 6.65 6.52 6.13 8. Keuangan/Persewaan/ jasa Perusahaan 2.72 2.76 2.74
9. Jasa-jasa 6.59 6.79 6.79
PDRB 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS Kab. Bandung Barat 2012, *) angka sementara; **) angka sangat sementara
Nilai inflasi menurut lapangan usaha selama kurun waktu tiga tahun ditunjukan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.3
Inflasi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 (Persen)
NO. LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012
1. Pertanian 6,95 4,65 6,64
2. Pertambangan dan Penggalian 5,87 3,41 5,33
3. Industri Pengolahan 3,36 3,84 6,08
4. Listrik, gas dan air bersih 5,17 2,97 3,01
5. Bangunan/Konstruksi 7,51 4,96 7,58
6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 5,83 4,62 6,72 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,06 4,11 0,80 8. Keuangan, Persewaan & Jasa 7,06 5,10 5,36
9. Jasa-jasa 6,71 7,41 6,95
Kabupaten Bandung Barat 4,96 4,33 5,83
Kesejahteraan Sosial
Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial terkait dengan upaya meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat di Kabupaten Bandung Barat tercermin pada angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup dan rasio penduduk yang bekerja.
Indeks Pendidikan (IP) sebagai salah satu komponen utama dalam IPM merupakan nilai rata-rata dari variabel angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Indeks pendidikan pada tahun 2012 mencapai angka 85,52. Angka Melek Huruf (AMH), yang menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis (latin dan huruf lainnya), juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 98,41% pada tahun 2012. Nilai Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang menggambarkan lamanya penduduk usia 15 tahun ke atas yang bersekolah (dalam tahun) mencapai 8,96 tahun.
Indeks Kesehatan, mempresentasikan derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah pada periode waktu tertentu, yang diukur melalui angka harapan hidup waktu lahir (AHHCO). Pada tahun 2012, indeks kesehatan mencapai angka 73,73 atau meningkat 0,18 poin dibanding tahun 2011.
Indeks Daya Beli Masyarakat, sebagai salah satu komponen utama IPM, mengalami peningkatan sebesar 0,39 poin, yaitu dari 63,18 pada tahun 2011 menjadi 63,57 pada tahun 2012. Angka ini dipengaruhi oleh nilai Paritas Daya Beli masyarakat Kabupaten Bandung Barat yang pada tahun 2012 mencapai 635,1 (ribu rupiah). Indeks daya beli sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pendapatan dan inflasi
Gambaran kinerja IPM dan komponennya selama kurun waktu tiga tahun ditunjukan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.4
IPM Kabupaten Bandung Barat dan Komponennya Tahun 2010-2012
Komponen 2010 2011 2012
Nilai
1. Angka Harapan Hidup (Tahun) 68,85 69,13 69,24
2. Angka Melek Huruf (Persen) 98,32 98,35 98,41
3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 8,34 8,77 8,96
4. Purchasing Power Parity (ribu rupiah) 632,53 633,39 635,1 Indeks
1. Indeks Kesehatan 73,08 73,55 73,73
2. Indeks Pendidikan 84,08 85,05 85,52
3. Indeks Daya Beli 62,98 63,18 63,57
IPM 73,38 73,93 74,28
Sumber: BPS Kabupaten Bandung Barat, 2012
2.1.3 Aspek Pelayanan Umum Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan antara lain dapat ditunjukkan dengan upaya dalam rangka mempercepat keberhasilan program Wajar Dikdas 9 tahun dan rintisan program Wajar Dikmen 12 tahun. Program ini telah memberikan dampak posifit bagi peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat, capaian APK 2011/2012 adalah sebagai berikut:
APK SD/MI/Paket A tahun 2012 sebesar 101,56% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 101,33%.
APK SMP/MTs/Paket B tahun 2012 sebesar 93,76% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 92,98%.
APK SMA/SMK/MA/Paket C tahun 2012 sebesar 46,29% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 45,35%.
Pelayanan pendidikan juga dapat dilihat dari rasio ketersedian sekolah dan guru. Pada tahun 2011/2012, rasio ketersedian sekolah per penduduk usia sekolah menurut jenjang pendidikan adalah sebagai berikut:
SD/MI/Paket A tahun 2012 sebesar 0,23347 atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,2265.
SMP/MTs/Paket B tahun 2012 sebesar 0,34465 atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,37981.
SMA/SMK/MA/Paket C tahun 2012 sebesar 0,49947 atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,57686.
Sedangkan rasio ketersedian guru per murid menurut jenjang pendidikan adalah sebagai berikut:
SD/MI/Paket A tahun 2012 sebesar 0,02277 atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,02275.
SMP/MTs/Paket B tahun 2012 sebesar 0,01669 atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,01740.
SMA/SMK/MA/Paket C tahun 2012 sebesar 0,01944 atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,1857.
Kesehatan
Capaian kinerja pelayanan bidang kesehatan pada tahun 2011/2012 antara lain sebagai berikut:, rasio posyandu per satuan balita tahun 2012 adalah sebesar 16,84 atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 16,56. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk tahun 2012 adalah sebesar 0,070 atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,068. Rasio dokter per satuan penduduk tahun 2012 sebesar 0,145 atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,146. Rasio tenaga
medis per satuan penduduk tahun 2012 sebesar 0,180 atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,184.
Pelayanan kesehatan dapat ditunjukkan dengan angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bandung Barat, Angka kematian bayi di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan tren menurun seiring dengan terus membaiknya derajat kesehatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka harapan hidup penduduk.
Selama empat tahun terakhir, AKB Kabupaten Bandung Barat mengalami penurunan yang sangat lambat, bergerak dari sebanyak 42,04 bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi 41,01 bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Hal ini berarti bahwa sepanjang rentang waktu empat tahun angka kematian bayi di Kabupaten Bandung Barat hanya mengalami penurunan sebesar 1,03, atau rata-rata hanya 0,30 per tahun. Angka tersebut, masih sangat jauh untuk mencapai salah satu target MDGs (Millenium Development Goals) dimana target yang ingin dicapai adalah penurunan angka kematian bayi.
Lingkungan Hidup
Tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Bandung Barat secara umum meningkat dari 8,03% pada tahun 2011 menjadi 10,11% pada tahun 2012. Seiring dengan hal tersebut, rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 43% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 31%. Persentase penduduk berakses air minum pada tahun 2012 juga meningkat yaitu sebesar 34% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 31%. Pencegahan pencemaran air yang diawasi pada tahun 2012 sebesar 89% atau mencapai 50 perusahan dari 56 perusahan penghasil air
limbah. Persentase jumlah perusahaan penghasil emisi udara dari sumber tidak bergerak yang diawasi mencapai 16,67%, jumlah kegiatan/usaha yang memiliki dokumen lingkungan menjadi 202 dari 338 kegiatan/usaha yang ada. Sehingga persentase penegakan hukum lingkungan pada tahun 2012 mencapai 83,30%, dengan persentase ketaatan menjadi 59,76% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 45,61%.
Transportasi
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor: 900/Kep.160-DBMSDAP/2012, tanggal 4 Mei 2012, data ruas jalan dan panjang jalan kabupaten serta jumlah jembatan yang menjadi kewenangan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Bandung Barat adalah sebanyak 113 ruas jalan sepanjang 553.650 km yang tersebar di 16 kecamatan.
Jalan dalam kondisi baik pada tahun 2012 sebesar 124,04 km, jalan dalam kondisi sedang rusak sebesar 161,89 km, jalan dalam kondisi rusak sebesar 136,86 km, jalan dalam kondisi rusak berat sebesar 130,88 km. Kendatipun demikian, panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik (>40 km/jam) pada tahun 2012 meningkat menjadi 195,00 km dari tahun sebelumnya yang mencapai 165,91 km. Persentase drainase dalam kondiusi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat pada tahun 2012 juga meningkat menjadi 62,32% dari tahun sebelumnya yang mencapai 55,56%. Tempat Ibadah
Ketersediaan tempat ibadah merupakan salah satu dari pelayanan sarana dan prasarana umum yang disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Pada tahun 2012, tempat ibadah di Kabupaten Bandung Barat mencapai 3.917 buah masjid, 52 buah gerja, 1 buah pura, 2
Perumahan
Pada tahun 2012 jumlah rumah tangga pengguna air bersih sebesar 34% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 31%. Jumlah rumah tangga bersanitasi sebesar 42% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 38%. Jumlah lingkungan perumahan kumuh sebesar 13,06% atau menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 13,11%.
Jumlah rumah layak huni pada tahun 2012 sebanyak 34.768 rumah atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 32.434 rumah. Capaian lain terkait pelayanan umum bidang perumahan yang tleah dilakukan pada tahun 2012 adalah pembangunan PSDPU (Prasarana Sarana Dasar dan Prasarana Umum) Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Komunikasi dan Informatika
Pelayanan bidang komunikasi dan informatika hingga tahun 2012 masih terkonsentrasi di internal pemerintah daerah, berupa pembenahan regulasi tentang Pos dan telekomunikasi dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi, pedoman rencana pengembangan system informasi, pengadaan sarana dan prasarana komunikasi, pengembangan website, pembangunan jaringan LAN dan WAN, penyediaan akses internet SKPD dan kecamatan, pemetaan BTS, serta pembangunan kios komunikasi dan Balai Informasi Masyarakat (BIM).
Terkait dengan peningkatan SDM aparatur juga dilakukan pelatihan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) bagi aparatur OPD dan Kecamatan.
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pembangunan masyarakat dan desa dilaksanakan melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat dan pengorganisasian masyarakat. Hal ini antara lain tercermin melalui gerakan PKK yang merupakan organisasi kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dalam memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui keluarga. Pada tahun 2012 rata-rata jumlah kelompok binaan PKK sebanyak 48 kelompok, atau meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 40 kelompok. Jumlah PKK aktif tahun 2012 sebanyak 23.744 orang atau meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 22.486 orang.
Nilai swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat (dalam ribu rupiah) pada tahun 2012 sebesar Rp.10.785.780,5 atau meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.6.164.534,8.
Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat dicirikan antara lain dengan jumlah angka kriminalitas dan jumlah demonstrasi. Angka kriminalitas yang tertangani di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2008 sebanyak 60 kasus, bertambah menjadi 65 kasus pada tahun 2009 dan tahun 2010 terjadi penurunan menjadi sebesar 528 kasus. Pada tahun 2012 terjadi lagi peningkatan angka kriminalitas menjadi 73 kasus dari 69 kasus yang tertangani pada tahun 2011. Beberapa kasus kriminal yang terjadi adalah kasus pencurian termasuk curanmor, penipuan, penganiayaan bahkan sampai kasus pembunuhan. Jumlah demonstrasi yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat rata-rata pertahun sebanyak 15 kejadian.
Jenis kegiatan/usaha lainnya yang memerlukan penertiban antara lain prostitusi, bangunan liar, galian c, PKL, café/bar serta perusahaan swalayan.
Pemuda dan Olahraga
Pelayanan bidang pemuda dan olahraga terus meningkat setiap tahun nya. Hingga pada tahun 2012 di Kabupaten Bandung Barat terdapat 72 organisasi pemuda, 168 organisasi olahraga sebanyak, 42 kegiatan olahrga, 292 lapangan olahraga dan 161 jumlah gedung olahraga.
2.1.4 Aspek Daya Saing Kemampuan Ekonomi Daerah
Peranan sektor ekonomi suatu daerah terhadap pembentukan PDRD menggambarkan potensi perekonomian suatu wilayah. Tingginya peranan suatu sektor dalam perekonomian, memberikan gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor andalan yang terus dapat dikembangkan serta menjadi pendorong roda perekonomian semakin berkembang. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam kontribusi terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga tampak sektor-sektor andalan yang menjadi pemicu pertumbuhan di wilayah yang bersangkutan.
Gambar 2.1
Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012
Perekonomian Kabupaten Bandung Barat masih didominasi oleh sektor industri dengan andil sebesar 41,76 persen. Diikuti oleh sektor perdagangan/hotel/restoran (PHR) dan sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 21,22 persen dan 11,87 persen.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro adalah PDRB per kapita. atau
Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Oleh karena pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) serta transfer masuk (transfer in) yang merupakan komponen penghitungan pendapatan regional, belum dapat dihitung maka dalam penghitungan pendapatan per kapita menggunakan PDRB perkapita. Angka ini diperoleh dengan cara
penduduk pertengahan tahun yang digunakan pada tahun 2012 ini adalah hasil proyeksi penduduk berdasarkan Sensus Penduduk 2010 (SP-2010)
Tabel 2.5
Angka Agregat PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan PDRB Per-Kapita Kabupaten Bandung Barat Tahun 2010-2012
Lapangan Usaha 2010 * 2011 * 2012**
[1] [3] [4] [5]
1 PDRB atas dasar harga berlaku (JutaRp) 17,543,648.51 19,354,913.12 21,721,238.05 2 PDRB atas dasar harga konstan 2000(Juta Rp) 8,040,222.33 8,502,534.79 9,016,250.41 3 Jumlah penduduk pertengahan tahun(Jiwa) 1,510,284 1,542,479 1,572,806 4 PDRB per kapita adh berlaku (Rp) 11,616,125.52 12,547,926.50 13,810,500.50 5 PDRB per kapita adh konstan (Rp) 5,323,649.28 5,512,253.19 5,732,589.03 6 LPE PDRB per kapita adh berlaku (%) 8.86 8.02 10.06 7 LPE PDRB per kapita adh konstan (%) 3.72 3.54 4.00 Sumber: Indikator Makro Ekonomi, BPS Kab. Bandung Barat Tahun 2012
*) Angka perbaikan. **) Angka Sementara
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menggambarkan besarnya nilai tambah domestik bruto per penduduk secara nominal. PDRB per kapita atas dasar berlaku selama kurun waktu 2010-2012menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. PDRB per kapita/tahun Atas Dasar Berlaku Kabupaten Bandung Barat tahun tahun 2010 Rp.11.616.126 meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp.12.547.927,- dan pada tahun ini mencapai Rp.13.810.500,-.
Pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tahun 2012 mencapai 10,06 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan PDRB per kapita atas dasar berlaku tidak menggambarkan peningkatan secara riil, tetapi lebih disebabkan adanya pengaruh kenaikan harga atau tingkat inflasi yang terjadi di wilayah tersebut.
Gambar 2.2
PDRB Per Kapita Per Tahun Kabupaten Bandung Barat Tahun 2010-2012 (Rupiah)
Catatan *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara
Sedangkan PDRB perkapita atas dasar konstan 2000 yang menggambarkan nilai tambah riil penduduk Kabupaten Bandung Barat pada tahun2010 sebesar Rp.5.323.649,- dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp.5.512.253,- Sedangkan PDRB per kapita tahun 2012 mencapai Rp.5.732.589,- atau tumbuh sebesar 4,00 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Fasilitas wilayah/Infrastruktur
Infrastruktur wilayah merupakan aspek yang penting dalam pembangunan daerah baik dalam rangka penunjang pertumbuhan ekonomi maupun sosial yang terdiri dari infrastruktur transportasi, sumber daya air dan irigasi, serta sarana dan prasarana perumahan.
Pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air di Kabupaten Bandung Barat difokuskan pada pembangunan jaringan irigasi untuk menunjang peningkatan produksi pertanian. Daerah irigasi (DI) yang menjadi kewenangan Kabupaten Bandung Barat sebanyak 545 lokasi daerah irigasi dengan luas 37.839 ha (areal sawah pengairan), meliputi: Daerah Irigasi teknis sebanyak 8 lokasi yang tersebar di kec. Cisarua, Parongpong, Ngamprah, Cipatat, Cihampelas, Rongga dan Gununghalu seluas 4.509 ha; Daerah Irigasi Semi Teknis sebanyak 6 lokasi yang tersebar di Kec. Lembang, Padalarang, Ngamprah, Batujajar dan Cipeundeuy seluas 2.312. ha; Daerah Irigasi sederhana di Cibodas (Lembang) dan Cijenuk (Cipongkor) seluas 558 ha; Daerah Irigasi Pedesaan sebanyak 529 lokasi yang tersebar di 16 kecamatan seluas 30.460 ha dimana sampai dengan tahun 2012 dapat mengairi sawah seluas ± 29.101 ha. Pada tahun 2012 tercatat luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik sebesar 4.377,22 ha atau meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 3.979,29 ha.
Dibidang ketenagalistrikan, pada tahun 2012 telah dilaksanakan pemasangan Sambungan Rumah (SR) dan Instalasi Rumah (IR) bagi masyarakat tidak mampu sebanyak 2.030 KK di 56 desa yang tersebar di 11 kecamatan dengan rincian: Kec. Rongga (7 desa - 464 KK), Kec. Cikalongwetan (12 desa - 256 KK), Kec. Sindangkerta (9 desa - 301 KK), Kec. Cipongkor (3 desa - 80 KK), Kec.Gununghalu (3 desa - 106 KK), Kec. Cipendeuy ( 3 desa -130 KK), Kec. Cihampelas (7 desa - 482 KK) dan Kec. Padalarang (9 desa - 146 KK). Sehingga jumlah rumah tangga di Kab. Bandung Barat yang telah di aliri listrik sebanyak 256.879 KK sedangkan sebanyak 102.106 KK Pra KS yang tersebar di 16 kecamatan belum menikmati fasilitas listrik.
Di bidang perumahan dan permukiman, tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Bandung Barat secara umum meningkat dari
8,03% pada tahun 2011 menjadi 10,11% pada tahun 2012. Pada tahun 2012 juga telah disusun dokumen perencanaan rencana tindak dan teknis CAPRPP (Community Action Plan Rencana Permukiman Perumahan) di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Ngamprah, Padalarang, Lembang dan Cisarua; telah disusun dokumen perencanaan persampahan sistem 3R (Reduce, Reuse dan Recycle); selain itu juga pengadaan komposter skala RW, dan pengadaaan TPS di wilayah desa juga terus ditingkatkan. Pada tahun 2012 persentase lingkungan pemukiman kumuh sebesar 12,20% atau menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 12,40%.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bandung Barat, pada tahun 2012 jumlah rumah tangga pengguna air bersih sebesar 39,5% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 39%.
Terkait permasalahan pencemaran air, polusi atau pencemaran udara, secara rutin dilakukan pemantauan terhadap perusahan penghasil air limbah, dan perusahaan penghasil emisi udara dari sumber tidak bergerak. Pencegahan pencemaran air yang diawasi pada tahun 2012 sebesar 89% sedangkan persentase jumlah perusahaan penghasil emisi udara dari sumber tidak bergerak yang diawasi mencapai 16,67%. Dari sisi regulasi telah disusun naskah akademik Perda tentang Izin Pembuangan Limbah Cair, Raperbup tentang Tata Laksana Perizinan Pembuangan Air Limbah dan Raperbup tentang Tata Laksana Perizinan Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Selain itu juga dilaksanakan percontohan pengelolaan limbah ternak sapi menjadi BIOGAS dan secara rutin dilakukan uji sambel limbah dari UMKM pengrajin tahu, rumah potong hewan dan kegiatan usaha hotel di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS).
Dalam rangka peningkatan fungsi kawasan hutan, sampai tahun 2012 persentasi penanganan/rehabilitasi lahan kritis mencapai 10,64% atau seluas 2.228,90 ha dari luas lahan kritis yaitu 20.946,64 ha.
Selanjutnya, sebagai upaya perwujudan penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan, telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029.
Terkait bidang energi dan sumberdaya mineral, Kabupaten Bandung Barat merupakan kabupaten yang memiliki sumberdaya energi panas bumi. Total potensi yang ada mencapai 150 MWe atau 2,82 persen dari potensi Jawa Barat. Sumberdaya tersebut berada di 7 lokasi dan tersebar di 2 kecamatan. Energi Panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan dengan tingkat pencemaran CO2 yang sangat rendah. Potensi panas bumi di Kabupaten Bandung Barat, antara lain Gunung Tangkuban Perahu dengan potensi panas bumi sekitar 100 MWe (hipotetik) dan Saguling, Rajamandala dengan potensi panas bumi sekitar 25 MWe (spekulatif). Hingga tahun 2012 proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Upper Cisokan Pumped Storage 1.040 MW, masih dalam tahap perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga antara lain dengan PT. PLN Persero UIP PHJB dan PT. Anugrah Air Alamindo.
Iklim Berinvestasi
Dalam pembangunan perekonomian yang dinamis di tingkat nasionl, regional dan lokal. Penanaman modal (investasi) menjadi faktor yang penting karena berperan sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi , penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumberdaya strategis nasional, implementasi dan transfer keahlian dan teknologi, petumbuhan ekspor dan meningkatkan neraca pembayaran. Penanaman modal tersebut
akan memberikan banyak dampak ganda (multiplier effects) dan manfaat bagi banyak pihak termasuk perusahaan, masyarakat dan pemerintah. Laju pertambahan investasi dan tingkat produktivitas yang dihasilkannya akan mendorong tinggi dan luasnya jangkauan dampak yang dihasilkan.
Pada tahun 2011, Kabupaten Bandung Barat telah memiliki Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan terpadu (BPMPPT) sebagai OPD dengan visi untuk meningkatkan investasi melalui penyelenggaraan pelayanan perizinan yang berkualitas. Hingga tahun 2012 terdapat 14 (empat belas) perizinan yang dilayani melalui Pelayanan Perizinan Satu Atap (PPTSP) yang berasal dari OPD terkait lainnya. Berdasarkan Hasil dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) 2012, realisasi investasi PMA dan PMDN Tahun 2012 sebesar Rp.9.711.991.829.311,-.
Selain itu Perkembangan investasi di Kabupaten Bandung Barat dapat juga dilihat dari perkembangan pembentukkan barang modal tetap bruto (PMTB). Selama periode 2009-2012 PMTB di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari 1.972.801,27 juta rupiah pada tahun 2009 menjadi 2.953.271,09 juta rupiah pada tahun 2012. Dilihat dari institusi pelaku PMTB terbagi empat yaitu: swasta, rumah tangga, BUMN dan BUMD serta pemerintah.
Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah secara langsung dapat menggerakan perekonomian daerah tersebut. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja, dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan
yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan kemampuan daya beli. Peningkatan pendapatan uang penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang lengkap.
Penduduk Kabupaten Bandung Barat bisa dikatakan masih bercorak pertanian. Hal ini dapat terlihat dari komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2012 penduduk Kabupaten Bandung Barat yang bekerja tersebar di berbagai lapangan pekerjaan, dari 577.628 penduduk yang bekerja, 27,18% bekerja di sektor pertanian, 18,26% bekerja di sektor perdagangan, 6,66% di sektor perdagangan, 13,44% di sektor jasa dan sisanya tersebar di sektor lainnya.
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2013 Sampai Dengan Triwulan II
2.2.1 Capaian RPJMD Tahun 2012
Pengukuran pencapaian kinerja pembangunan melalui penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah Kabupaten Bandung Barat berdasarkan misi RPJMD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008-2013.
Sesuai dengan terbitnya RPJMN Tahun 2010-2014 dan revisi RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013,pelaksanaa misi RPJMD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008-2013 mengalami penyesuaian indikator kinerja, agar selaras dengan dengan kondisi dan perkembangan wilayah agar beban target dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat dilaksanakan se-optimal mungkin. Pencapaian kinerja untuk masing-masing misi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misi 1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang
amanah, professional, efektif, efisien dan ekonomis yang
berbasis pada sistem penganggaran yang pro-publik, meliputi 3
(tiga) tujuan, yaitu:
1. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang amanah, dengan sasaran:
a. Meningkatnya implementasi transparansi anggaran, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semenjak tahun 2008 sampai 2013 sebesar 305%, 2). Tersedianya Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA), dan 3). Inventarisasi data pendapatan, belanja dan asset daerah setiap tahun melalui Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran (LPPA), 4). Dokumen LKPJ, LPPD dan ILPPD.
b. Meningkatnya akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Meningkatnya kinerja sistem pelaporan capaian kinerja melalui Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) setiap tahun 2). Terciptanya standar pelayanan minimal (SPM), 3). Pemutakhiran dan analisis data capaian target kinerja program kegiatan setiap tahun, 4). Tata kelola naskah dan kearsipan, serta 5). Evaluasi kinerja setiap tahun.
2. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang professional, dengan sasaran:
a. Meningkatnya kualitas pelayanan publik, yang ditunjukan dengan indikator: 1). penyelengaraan Sistem Informasi Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (SIM PPTSP), 2). tersedianya Sistem
dokumen kependudukan 5.) keselamatan dan kelancaran lalu lintas dengan tersedianya jalan dalam kondisi baik 195 km, serta tersedianya rambu-rambu lalu lintas 6). kelaikan kendaraan bermotor dengan terlaksanannya uji KIR kendaraan umum dan kendaraan pribadi, 7). terpeliharanya kantrantibnas, melalui pelaksanaan peningkatan kuantitas dan kualitas Siskamswakarsa, 8). terselenggaranya unit layanan publik melalui pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Keliling dan Pustu), dan pelayanan pendidikan di seluruh kecamatan, serta pelayanan publik di 16 kecamatan, 9). penataan Daerah Otonom Baru, dengan terbentuknya Organisasi Perangkat Daerah, yaitu Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI, 12 (dua belas) Dinas, 6 (enam) Badan, 5 (lima) Kantor, dan 16 (enam belas) Kecamatan.
b. Meningkatnya kompetensi sumberdaya aparatur pemerintahan, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Pengembangan karir di semua tingkatan struktur PNS, 2.) Meningkatnya kompetensi aparatur melalui diklat kepemimpinan, diklat fungsional dan diklat-diklat teknis, 4). Meningkatnya profesionalisme tenaga pemeriksa dan pengawasan dengan tersedianya 19 orang aparat, 5). Penetapan peraturan perundang-undangan, yaitu 99 Perda, dan 226 Peraturan Bupati, 6.) meningkatnya kapasitas lembaga perwakilan daerah dengan terlaksananya fungsi budgeting, pengawasan dan legislasi.
c. Mendorong pengembangan potensi lokal, yang ditunjukan dengan indikator: 1.) terselenggaranya festival atau pagelaran seni / budaya lokal, 2). Pembinaan dan bantuan peralatan kesenian kepada kelompok/grup kesenian/budaya, 3). Terselenggarannya
pameran promosi pariwisata Bandung Barat, 4). Terlaksananya pembangunan dan pemeliharaan destinasi pariwisata lokal.
d. Meningkatnya partisipasi publik dalam pembangunan, yang ditunjukan dengan indikator: 1) Penguatan pengarusutamaan gender dan perlindungan anak, dengan terselesaikannya 100% pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan, 2) Terberdayakannya 33 organisasi perempuan, 16 Pokjanal Posyandu, dan P2WKSS, 3). Pembinaan terhadap kaum difabel dan trauma melalui bantuan dan pelatihan keterampilan, 4). Terbinanya organisasi kepemudaan, 5). Terlaksananya penetapan batas wilayah, 6). Terlaksananya kerjasama daerah dengan pemerintah daerah lainnya, dan dengan pihak ketiga.
3. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang efektif, efisien, dan ekonomis, dengan sasaran:
a. Meningkatnya kinerja aparatur pemerintah, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Meningkatnya sarana prasarana aparatur, dengan dibangunnya pusat pemerintahan Kabupaten Bandung Barat di Kec. Ngamprah 2). Meningkatnya profesionalisme aparatur dalam pelayanan kepada masyarakat, 3) tersusunnya peraturan perundang-undangan daerah bidang kependudukan dengan ditetapkannya Perda Nomor 5 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, 4). terlaksananya koordinasi dengan instansi vertikal, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Kantor Urusan Agama, 5). Tersedianya Standar Pelayanan Minimal di 10 Urusan, 6). Terselenggaranya musrenbang dan tersedianya dokumen RPJPD,
b. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Terlaksananya sistem pengawasan internal secara periodik, 2). terciptanya harmonisasi hukum melalui keserasian peraturan perundang-undangan, 3). Terbentuknya Unit Layanan Pengadaan (ULP).
c. Meningkatnya perlindungan terhadap masyarakat miskin, anak-anak, dan perempuan, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Tersedianya sarana sosial (panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi) sebanyak 28 unit, 2). Terlaksananya bantuan sosial kepada 38.870 orang PMKS, 3). Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial bagi 39.165 orang.
Misi 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
berakhlak mulia, cerdas, sehat dan berdaya saing,meliputi 4
(empat) tujuan, yaitu:
1. Mencapai sumber daya manusia yang berakhlak mulia, dengan sasaran:
a. Meningkatnya penghayatan dan pemahaman ajaran agama, yang ditunjukan dengan indikator: meningkatnya penghayatan dan pemahaman ajaran agama melalui kegiatan forum kerukunan umat beragama (FKUB) secara rutin, dan terlaksananya pembauran kebangsaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menciptakan iklim kehidupan yang kondusif.
b. Meningkatnya kesalehan sosial dan semangat hidup bergotong-royong sebagai implementasi dari ajaran agama, yang ditunjukan dengan indikator terlaksananya gotong royong dan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan formal dan nonformal, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Terlaksananya pembangunan dan bantuan sarana APE bagi 231 PAUD, 2). Pembangunan 144 RKB SD/MI, 3). Rehab 2.184 RK SD/MI, 4). Pembangunan 53 RKB SMP/MTs, 5). Rehab 1.701 RK SMP/MTs, 6). Pembangunan 41 RKB SMA/SMK/MA, 5). Rehab 301 RK SMA/SMK/MA.
b. Meningkatkan capaian indeks pembangunan manusia di bidang pendidikan, yang ditunjukan dengan indikator: peningkatan indeks pendidikan, yaitu tahun 2008 sebesar 83,11 menjadi 85,52 pada tahun 2012, terdiri dari AMH pada tahun 2008 sebesar 98,00 menjadi 98,41 pada tahun 2012, dan RLS pada tahun 2008 sebesar 8,00 menjadi 8,96 pada tahun 2012.
c. Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Peningkatan APK SD/MI/Paket A dari tahun 2008 sebesar 98,82 menjadi 101,56 pada tahun 2012, APK SMP/MTs/Paket B dari tahun 2008 sebesar 83,08 menjadi 93,76 pada tahun 2012, APK SMA/SMK/MA/Paket C dari tahun 2008 sebesar 41,52 menjadi 46,29 pada tahun 2012, 2). Peningkatan APM SD/MI/Paket A dari tahun 2008 sebesar 90,29 menjadi 91,88 pada tahun 2012, APM SMP/MTs/Paket B dari tahun 2008 sebesar 67,29 menjadi 72,84 pada tahun 2012, APM SMA/SMK/MA/Paket C dari tahun 2008 sebesar 30,18 menjadi 36,37 pada tahun 2012.
d. Mewujudkan pemerataan akses masyarakat terhadap pendidikan, yang ditunjukan dengan indikator: 1). terlayaninya akses masyarakat terhadap perpusatkaan dengan adanya 165
2). Tercapainya Rasio ketersediaan sekolah pendidikan dasar terhadap penduduk usia sekolah yaitu250,02 : 1, 3). Tercapainya Rasio ketersediaan sekolah pendidikan menengah terhadap penduduk usia sekolah yaitu 88,62 : 1, 4). Rasio guru pendidikan dasar/murid sebesar 18,40, 5). Rasio guru pendidikan menengah/murid sebesar 16,72:1.
3. Mencapai sumber daya manusia yang sehat, dengan sasaran:
a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan, yang ditunjukan dengan indikator: 1).meningkatnya mutu lingkungan dan sarana prasarana dengan capaian rumah tangga pengguna air bersih 34% dan rumah tangga bersanitasi 42%, 2). pembangunan rumah sakit, 21 Pustu, 10 Polindes, pengadaan 10 Unit puskesmas keliling, 3). Rehab berat/ringan 24 Puskesmas dan 12 Pustu, 4). Pembangunan dan pengadaan peralatan laboratorium kesehatan.
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan, yang ditunjukan dengan indikator: peningkatan informasi dan konseling KKR di 15 pos mencapai 98,92%, cakupan persalinan ditolong oleh tenaga medis yang memiliki kompetensi kebidanan 76,69%, peningkatan cakupan kunjungan bayi. peningkatan cakupan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk menurunkan angka penyakit menular, pencegahan penularan penyakit dengan imunisasi UCI (Universal Children Immunization) sebesar 102%, dengan cakupan desa 90,9%. Sedangkan cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100%. Peningkatan pelayanan epidemiologi, penemuan Pneumonia Balita 47,1%, Pasien TBA Posistif 50%, penderita DBD ditangani 90%, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 42,59%, non
Polio Accute Flacia (FP) (>rate (≥ 2/100.000 penduduk < 15 th) sebesar 100%.
c. Meningkatnya capaian indeks pembangunan manusia di bidang kesehatan, yang ditunjukan dengan indikator: 1). Meningkatnya indeks kesehatan, yaitu pada tahun 2008 sebesar 72,63 menjadi 73,73 pada tahun 2012 dengan nilai AHH pada tahun 2008 sebesar 68,58 tahun menjadi 69,24 tahun pada tahun 2012. Adanya peningkatan pelaksanaan pelayanan program KB dan alat konstrasepsi IUD, MOW, MOP pada KB Kes Bhayangkara, TMKK, Kesrak PKK KB Kes Bhakti IBI bagi keluarga miskin sebanyak 11.650 orang. Terlaksananya pelayanan IKE. Terlaksananya Harganas Tingkat Kabupaten, meningkatnya partisipasi pria dalam ber KB melalui pelatihan dan promosi dengan target sebanyak 16 kelompok. Terlaksananya pengumpulan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak di 165 desa. Tercapainya peningkatan dan terawasainya ketahanan pangan dan keamanan pangan yang dikonsumsi. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat melalui program promosi kesehatan dan pemberdayaan diharapkan dapat meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berprilaku hidup bersih dan sehat sebesar 20,83%, sehingga hasil capaian kinerja sebesar 48,22%. Peningkatan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan bagi keluarga miskin dan Perawatan bagi balita gizi buruk merupakan salah satu upaya di dalam peningkatan status gizi masyarakat sebesar 52 %. Menurunnya
(79,77%), Komplikasi kebidanan yang ditangani (60,42%), Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (72,36%), Pelayanan nifas (medapatkan pelayanan 3 kali) (67,20%), Neonatus dengan komplikasi yang ditangani (8,13%), Kunjungan bayi yang mendapatkan pelayanan (69,90%), Cakupan pelayanan anak balita (40,32%), Peserta KB aktif (55,49%). Dari target dapat terealisasi penurunan sebesar 56,60% sehingga hasil capaian kinerja sebesar 77%. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat yang aman melalui peningkatan pemberdayaan konsumen di bidang obat dan makanan, pengawasan kemanan pangan dan bahan berbahaya, penyelidikan dan penegakan hukum di bidang obat dan makanan. Tercapainya Pencegahan Penularan Penyakit menular melalui pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik dan peningkatan imunisasi sebesar 71,24% sehingga hasil capaian kinerja sebesar 82,84%. Meningkatnya derajat kesehatan lansia, mencapai 98,99%.
d. Pemerataan akses masyarakat terhadap kesehatan, yang ditunjukan dengan indikator: peningkatan jumlah pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan memalui puskesmas dan jaringannya serta tersedianya rumah sakit umum daerah, melalui cakupan puskesmas 31 per 1,5 juta penduduk, puskesmas pembantu 57 unit, Polindes 10 unit, Puskesmas Keliling 10 unit, realisasi kunjungan Jamkesda 35.305 orang, peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, peningkatan pelayanan di luar kuota jaminan kesehatan, dan kegiatan operasi katarak bagi masyarakat miskin. Dari target capaian kinerja sebesar 46,70% dapat terealisasi sebesar 100%.
Sedangkan target tersedianya Rumah Sakit Daerah sebesar 76.33%. Meningkatnya kemitraan pemerintah dengan RS untuk pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga tidak mampu terealisasi sebesar 40% sehingga memperoleh hasil kinerja sebesar 100%., berkat terbentuknya kelembagaan Jamkesda & Gakinda tingkat kabupaten.
4. Meningkatkan sumber daya manusia yang berdaya saing, dengan sasaran:
a. Meningkatnya pendidikan dan keterampilan masyarakat, yang ditunjukan dengan indikator: peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan ketenagakerjaan sebanyak 980 orang, pelatihan peningkatan dan pengembangan perikanan dengan hasil sebanyak 131,33 ha mina padi, 288,83 ha kolam ikan air tawar, 18,5 ha kolam pembenihan. Meningkatnya keterampilan peternak dalam pengelolaan bibit ternak dengan menghasilkan …kelompok ternak unggulan. Meningkatnya kesejahteraan penyuluh pertanian sebesar 100%, dan meningkatnya penegtahuan masyarakat tentang pemanfaatan pangan alternative.
b. Meningkatnya jiwa entrepreneurship, yang ditunjukan dengan indikator: tersedianya 6 paket wirausaha untuk 5 komoditas unggulan, terlaksananya pelatihan kewirausahaan bagi pemuda, Pelatihan Kewirausahaan Pengelolaan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIKR).
c. Meningkatnya penguasaan IPTEK, yang ditunjukan dengan indikator: 1).tersedianya sarana dan prasaran teknologi peternakan dengan capaian termanfaatkannya limbah ternak, 2). Pendistribusian sarana dan prasarana teknologi peternakan berupa
mesin press, 3). penyuluhan budidaya ternak, 4). pelatihan pengolahan kompos Urea Molases Block (UMB) Adopsi dan inovasi melalui teknologi pertanian tepat gunna berupa penggilingan hasil pertanian (RMU) sebanyak 11 unit, mesin pengiris singkong sebanyak 18 unit, hansprayer sebanyak 50 unit, cornsheler sebanyak 2 unit, mesin pompa air sebanyak 5 unit, terpal plastik sebanyak 485 unit, alat emposan tikus sebanyak 500 unit, penepung jagung sebanyak 4 unit, cultivator sebanyak 3 unit, APPO sebanyak 2 unit, sosialisasi penerapan teknologi tepat guna sebanyak 400 orang, dan apresiasi teknologi sebanyak 21 paket. Terwujudnya jairngan internet SIMDA dan WAN untuk semua SKPD dan 3 kecamatan, serta 3 BIM di 3 desa.
d. Meningkatnya etos kerja, yang ditunjukan dengan indikator: peningkatan disiplin aparatur berupa budaya kerja di lingkungan pemerintah 96,93% berkategori baik. Meningkatnya kesejahteraan, kemandirian, dan kemampuan berkompetisi, yang ditunjukan dengan indikator: alih profesi eks penyandang penyakit social yang beralih profesi melalui penanganan terpadu berjumlah 27.876, dan peningkatan mutu kesejahteraan social dengan bantuan untuk 27.846 PMKS.
Misi 3. Memberdayakan perekonomian daerah berbasis
ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada pengembangan
sektor agribisnis dan agrowisata dalam upaya pengentasan
kemiskinan, meliputi 3 (tiga) tujuan, yaitu:
1. Mengembangkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dengan sasaran: a. Meningkatnya pemberdayaan UMKM, yang ditunjukan dengan indikator: pembinaan 171 industry kecil menengah, akses