• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil perhutanan klonal adalah produktivitas tanaman kehutanan yang optimal. Adanya keseragaman produk yang tinggi, maka salah satu nilai yang dapat dicapai dengan perhutanan klonal adalah nilai ekonomis yang tinggi.

Sistem KOFFCO

Teknik stek pucuk KOFFCO (Komatsu Forest Researh and Development Agency Fog Cooling) system merupakan teknologi yang dikembangkan untuk perbanyakan massal jenis-jenis Dipterocarpaceae dan jenis indigenous lainnya. Pengembangan sistem KOFFCO melalui teknik pendinginan rumah kaca meliputi pengkabutan, proses pembuatan stek, pembuatan media, proses perawatan bibit stek pada tahap pembentukan akar stek dan tahap adaptasi stek di persemaian.

Sistem KOFFCO dirancang agar kondisi lingkungan stek dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal untuk proses pembentukan akar. Mekanisme kerja sistem KOFFCO mengatur kondisi temperatur di dalam rumah kaca tidak melebihi 300C, kelembaban 95% dan kisaran intensitas cahaya pada kisaran 10.000-20.000 lux. Alat yang digunakan menjaga temperatur di dalam rumah kaca di bawah 300C dengan menggunakan sistem pendingin. Selain itu untuk menjaga kelembaban di atas 95% digunakan sungkup propagasi transparan, sedangkan untuk menjaga intensitas cahaya pada kisaran 10.000-20.000 lux digunakan shading net. Mekanisme ini terintegrasi menjadi satu paket teknologi sistem KOFFCO (Sakai dan Subiakto 2007).

9

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan November 2012 sampai Februari 2013, dilaksanakan di persemaian rumah kaca dengan sistem KOFFCO Badan Pusat Penelitian Pengembangan Kehutanan dan Rehabilitasi Bogor, Jawa Barat.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit (semai juvenile) F. fragrans yang berumur 1 tahun, trubusan pohon tua dan bagian pucuk pohon tua, zat pengatur tumbuh (ZPT) Rootone-F secukupnya, cocopeat (serbuk sabut kelapa) dengan sekam padi dengan perbandingan 2:1, pasir zeolit dan arang sekam padi, sebagai media perakaran.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain sungkup propagasi berukuran 66 x 37 x 33 cm, gunting stek, pot-tray, pasir zeolit, sprayer, ember, label, kamera digital, alat tulis (buku saku, pensil, penggaris) timbangan digital, 1 unit perangkat laptop beserta software SAS Portable v9. Ruang pengakaran stek menggunakan sistem KOFFCO yang memiliki suhu kurang dari 300C, kelembaban udara lebih dari 95%, dan intensitas cahaya antara 10.000-20.000 lux.

Prosedur Kerja Penyiapan sungkup propagasi

Sungkup yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci. Kemudian pada bagian dasarnya diberi pasir zeolit setinggi 1 cm untuk menjaga kestabilan kelembaban dalam sungkup.

Penyiapan media

Media perakaran yang berasal dari campuran cocopeat (serbuk sabut kelapa) dan sekam padi dicampur dengan perbandingan 2:1. Sekam padi sebelumnya dilakukan pengukusan. Bahan pasir zeolit dan arang sekam padi dicuci bersih.

Penyedian bahan stek

Asal bahan bibit (semai juvenile) diperoleh dengan mengambil langsung dari persemaian. Selanjutnya bahan stek dari trubusan pohon tua diambil secara langsung. Pengambilan bahan stek dilakukan dengan cara pemanjatan untuk bahan stek dari pucuk pohon tua.

10

Pemotongan bahan stek

Pemotongan bahan stek dilakukan dengan cara memotong bagian pucuk sepanjang 5-7 cm. Pada bagian pangkal disayat dengan kemiringan 450, kemudian menyisakan 2 helai daun yang sebelumnya telah dipotong dengan menyisakan 1/3 bagiannya.

Pemberian zat pengatur tumbuh

Bagian bawah stek dibubuhi zat pengatur tumbuh Rootone-F sampai secukupnya menutupi permukaan sayatan.

Penanaman bahan

Sebelum ditanam media stek disiram air agar lembab, kemudian media dibuat lubang seukuran batang stek dan ditancapkan ke dalam media.

Pemeliharaan stek

Pemeliharaan stek meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan, dan pembuangan daun yang rontok agar tidak menimbulkan penyakit.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dan diukur meliputi persen bertunas stek, persen hidup stek, persen berakar stek, panjang akar, berat basah akar stek, berat basah tunas stek, berat kering akar stek dan berat kering tunas.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 2 faktor, yaitu faktor 1 asal bahan stek yang terdiri dari 3 taraf dan faktor 2 media stek dengan 3 taraf. Pada setiap perlakuan diberi ulangan sebanyak 4 kali dengan sub ulangan masing-masing 25 unit stek.

Faktor A: asal bahan stek terdiri dari 3 taraf, yaitu: A1: bibit (semai juvenile)

A2: trubusan pohon tua A3. pucuk pohon tua.

Faktor B: media stek yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: M1: media cocopeat (serbuk sabut kelapa)+ sekam padi M2: media pasir zeolit

M3: media arang sekam padi

Dengan demikian, dalam penelitian ini terdapat 9 kondisi, yaitu:

A1M1: asal bahan stek dari bibit F. fragrans dan media stek cocopeat + sekam padi.

11 A2M1: asal bahan stek trubusan pohon tua F. fragrans dengan media stek

cocopeat + sekam padi.

A3M1: asal bahan stek dari pucuk pohon tua F. fragrans dengan media stek

cocopeat + sekam padi.

A1M2: asal bahan stek dari bibit F. fragrans dan media stek pasir zeolit. A2M2: asal bahan stek dari trubusan pohon tua F. fragrans dengan media stek

pasir zeolit.

A3M2: asal bahan stek dari pucuk pohon tua F. fragrans dengan media stek pasir zeolit.

A1M3: asal bahan stek dari bibit F. fragrans dan media stek arang sekam padi. A2M3: asal bahan stek dari trubusan pohon tua F. fragrans dengan media stek

arang sekam padi.

A3M3: asal bahan stek dari pucuk pohon tua F. frgarans dengan media tanam arang sekam padi

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diolah dan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Model matematis yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006):

Yijk = µ + τi + αj + (τα)ij + εijk Keterangan:

Yijk = Nilai rata-rata pada perlakuan ke-i, ke-j dan ulangan ke-k. µ = Nilai rata-rata umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

αj = Pengaruh perlakuan ke-j

(τα)ij = Pengaruh interaksi perlakuan ke-i pada faktor τ dan pengaruh perlakuan ke-j pada faktor α

εijk = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i, ke-j dan ulangan ke-k

Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini dibagi menjadi dua jenis. Data pertama adalah data yang diambil pada setiap satu minggu sekali sampai akhir minggu penelitian untuk persen hidup stek, persen bertunas stek. Data kedua adalah data yang diambil pada akhir minggu penelitian untuk persen berakar, panjang akar, berat basah akar, berat basah tunas, berat kering akar dan berat kering tunas. Teknik pengambilan datanya sebagai berikut:

Persen bertunas stek

Penghitungan persen bertunas stek dilakukan dengan menghitung jumlah stek yang muncul tunasnya dibandingkan dengan jumlah total stek secara keseluruhan yang ditanam pada waktu awal penelitian, dengan rumus:

Persen bertunas stek

12

Persen hidup stek

Penghitungan persen hidup stek dilakukan dengan menghitung jumlah stek yang hidup dibandingkan dengan jumlah total stek secara keseluruhan yang ditanam pada waktu awal penelitian, dengan rumus:

Persen hidup stek jumlah stek yang hidup pada akhir penelitianjumlah stek pada awal penelitian %

Persen berakar stek

Penghitungan persen berakar stek dilakukan menghitung jumlah stek yang muncul akarnya dibandingkan dengan jumlah total stek yang ditanam pada waktu awal penelitian, dengan rumus:

Persen berakar stek jumlah stek yang berakar pada akhir penelitianjumlah stek pada awal penelitian %

Panjang akar stek

Pengukuran panjang akar stek dilakukan dengan mengukur panjang akar stek pada akhir penelitian. Pengukuran dilakukan dari pangkal sampai ujung akar, setelah itu dijumlah dan dirata-ratakan dengan jumlah akar yang muncul pada stek.

Panjang akar stek jumlah panjang akar stek pada akhir penelitianjumlah akar yang muncul pada stek

Berat basah akar

Pengukur berat basah akar dilakukan dengan memotong bagian akar yang tumbuh pada stek, selanjutnya ditimbang dalam kondisi segar (basah) dengan menggunakan timbangan digital.

Berat basah tunas

Pengukuran berat basah tunas dilakukan dengan memotong bagian tunas yang tumbuh pada stek, selanjutnya ditimbang dalam kondisi segar (basah) dengan menggunakan timbangan digital.

Berat kering akar

Pengukuran berat kering tunas dilakukan dengan mengoven bagian akar yang telah dipotong dan dibungkus kertas koran, dengan suhu 1500C selama 24 jam. Selanjutnya ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.

Berat kering tunas

Pengukuran berat kering tunas dilakukan dengan mengoven bagian tunas yang telah dipotong dan dibungkus kertas koran, dengan suhu 1500C selama 24 jam. Selanjutnya ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.

13

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan software program Statistical Analysis System (SAS) dan analisis ragam ANOVA seperti Tabel 1.

Tabel 1 Analisis ragam data pengamatan Sumber keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah

A (a-1) JKA JKA/(a-1) B (b-1) JKB JKB/(b-1)

A*B (a-1) (b-1) JKAB JKAB/(a-1) (b-1)

Sisaan Ab(r-1) JKE JKE/ab(r-1)

Total Abr-1 JKT Faktor koreksi (C) JKt = ∑∑Yijk2 −C KTp = Jkp/JKb Fhit a = KTa/KTe Fhit b = KTb/KTe Fhit ab = KTab/KTae JKp = ∑∑Y2ij/r –C JKb = ∑Y2j/ar –C JKe = JKp JKa = ∑Yi2../br –C JKab = JKp-JKa-

14

HASIL

Pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen bertunas stek pucuk F. fragrans

Persen bertunas stek dicirikan dengan bertambahnya daun baru pada stek, dan memiliki warna yang lebih muda jika dibandingkan dengan warna daun tuanya. Persen bertunas belum bisa menunjukkan keberhasilan stek secara umum, karena stek yang bertunas belum tentu timbul perakaran pada bagian dasar stek.

Persen bertunas stek pucuk F. fragrans pada setiap minggunya disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Perkembangan persen bertunas stek pucuk F. fragrans pada setiap minggu.

Pengamatan terhadap persen bertunas stek dilakukan pada setiap minggu. Pada minggu ke-3 persen bertunas stek dari asal bahan bibit (semai juvenile) lebih tinggi (41.67%) dibandingkan asal bibit trubusan (27.33%) dan pucuk pohon tua (7.33%). Asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) dan trubusan pohon tua mengalami peningkatan pertumbuhan yang pesat sampai minggu ke-7.

Pada Gambar 3 memperlihatkan asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) memiliki nilai persen yang paling tinggi dibandingkan asal bahan stek dari trubusan pohon tua dan pucuk pohon tua, yaitu: 61.56%; 36.39% dan 8.92%. Selain itu, masing-masing asal bahan stek mengalami sedikit penurunan persen bertunas. 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Per sen    Bertuna s   (%) Minggu ke‐ A1 A2 A3

15

Gambar 3 Persen bertunas stek pucuk F. fragrans pada akhir pengamatan Rekapitulasi sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen bertunas stek pucuk F. fragrans disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen bertunas stek pucuk F. fragrans

Sumber DF Anova SS Kuadrat

tengah F-hitung P-Value Keterangan A 2 3.1691 1.5845 220.53 <0.0001 Sangat nyata M 2 0.0104 0.0052 0.72 0.2046 Tidak nyata A*M 4 0.0197 0.0049 0.69 0.5093 Tidak nyata Galat 27 0.1940 0.0072

Total 35 3.3932

Keterangan: A= faktor jenis; M= faktor media tanam stek

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa interaksi faktor memberikan pengaruh tidak nyata, sedangkan pengaruh utama A dan M memberikan pengaruh sangat dan tidak nyata. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji lanjut untuk menguji pengaruh sederhana faktor asal bahan stek terhadap persen bertunas pada ketiga jenis dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan’s yang diuraikan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, jenis asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) memberikan pengaruh persen bertunnas yang paling baik dibandingkan dengan asal bahan stek dari trubusan pohon tua dan pucuk pohon tua. 61.56 36.39 8.92 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 A1 A2 A3 Per sen   Bertuna s   (%)

Asal Bahan Stek

Perlakuan: A1 A2 A3

16

Gambar 4 memperlihatkan tidak terdapat interaksi antara asal bahan dan media stek terhadap persen bertunas stek pucuk F. fragrans. Hal ini dikarenakan terdapat satu kondisi perlakuan asal bahan dan media stek memiliki selisih nilai statistik yang memberikan hasil negatif dengan posisi garis yang sama dan berpotongan, yaitu pada kondisi perlakuan A1M1 pada minggu ke-2 dengan nilai statistik 0.200 dengan A2M3 dengan nilai 0.220.

Gambar 4 Interaksi antara asal bahan dan media stek pucuk F. fragrans pada parameter persen bertunas di setiap minggu.

Pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen hidup stek pucuk

F. fragrans

Persen hidup stek dicirikan dengan kondisi stek yang segar, hijau dan tidak mengalami gugur daun. Persen hidup juga belum bisa menunjukkan keberhasilan stek secara umum, karena stek yang hidup didukung oleh timbulnya proses perakaran pada bagian dasar stek.

Berdasarkan dari Gambar 5, pada minggu ke-2 persen hidup stek dari bibit dan trubusan pohon tua memiliki nilai persen hidup yang tinggi, dibandingkan dengan bibit (semai juvenile) dan pucuk pohon tua, yaitu: 100.00%; 98.00% dan 92.67%. Asal bahan stek dari pucuk pohon tua terus mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan dengan asal bahan bibit sampai minggu ke-12.

Berdasarkan dari Gambar 6, asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) dan trubusan pohon tua memiliki nilai persen hidup yang hampir sama besarnya jika dibandingkan dengan asal bahan stek dari pucuk pohon tua, yaitu: 91.42%; 90.42% dan 65.50%. 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 N ilai   St at ist ik Minggu ke‐ A1M1 A1M2 A1M3 A2M1 A2M2 A2M3 A3M1 A3M2 A3M3

17

Gambar 5 Perkembangan persen hidup stek pucuk F. fragrans pada setiap minggu.

Gambar 6 Persen hidup stek pucuk F. fragrans pada akhir pengamatan Rekapitulasi sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen hidup stek pucuk F. fragrans disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen hidup stek pucuk F. fragrans

Sumber DF Anova SS Kuadrat

tengah F-hitung P-Value Keterangan A 2 1.5960 0.7980 16.13 <0.0001 Sangat nyata M 4 0.0044 0.0022 0.04 0.9570 Tidak nyata A*M 4 0.0132 0.0033 0.07 0.9913 Tidak nyata Galat 27 1.3360 0.0500

Total 35 1.3360

Keterangan: A= faktor jenis; M= faktor media tanam stek

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Per sen   Hid u p   (%) Minggu ke‐ A1 A2 A3 91.42 90.42 65.50 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 A1 A2 A3 Per sen   Hid u p   (%)

18

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa interaksi faktor memberikan pengaruh tidak nyata, sedangkan pengaruh utama A dan M memberikan pengaruh sangat nyata dan tidak nyata. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji lanjut untuk menguji pengaruh sederhana faktor asal bahan stek terhadap persen bertunas pada ketiga jenis dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan’s yang diuraikan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, jenis asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) memberikan pengaruh persen hidup yang paling baik dibandingkan dengan asal bahan stek dari trubusan pohon tua dan pucuk pohon tua.

Gambar 7 memperlihatkan tidak terdapat interaksi antara asal bahan dan media stek terhadap persen hidup stek pucuk F. fragrans. Hal ini dikarenakan terdapat lebih dari satu satu kondisi perlakuan asal bahan dan media stek memiliki selisih nilai statistik yang memberikan hasil negatif dengan posisi garis yang sama dan berpotongan, yaitu pada kondisi perlakuan A1M1, A1M2 pada minggu ke 1 dengan nilai statistik 0.560; 0.550 dengan A2M2 dengan nilai 0.570, A1M1, A1M2 pada minggu ke 2 dengan nilai statistik 0.590; 0.610 dengan A2M2 dengan nilai 0.620 dan A1M1, A1M2 pada minggu ke 3 dengan nilai statistik 0.670; 0.660 dengan A2M2 dengan nilai 0.690.

Gambar 7 Interaksi antara asal bahan dan media stek pucuk F. fragrans pada parameter persen hidup di setiap minggu.

0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 N ilai   St at ist ik Minggu Ke‐ A1M1 A1M2 A1M3 A2M1 A2M2 A2M3 A3M1 A3M2 A3M3 Perlakuan: A1 A2 A3 Rata-rata : 0.85 0.63 0.33

19

Pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen berakar stek pucuk F. fragrans

Persen berakar stek dicirikan dengan stek yang timbul perakaran pada bagian dasar stek. Persen berakar bisa menunjukkan keberhasilan stek secara keseluruhan. sampai dengan akhir pengamatan minggu ke-12 stek masing-masing asal bahan terus mengalami penurunan, dengan persentase berakar asal bibit yang paling tinggi.

Berdasarkan Gambar 8 memperlihatkan bahwa asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) memberikan nilai persen berakar yang paling tinggi dibandingkan asal bahan dari trubusan pohon tua dan pucuk pohon tua lainnya, yaitu 76.33%; 12.00% dan 0.00%.

Gambar 8 Persen berakar stek pucuk F. fragrans pada akhir pengamatan Rekapiltulasi sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen berakar stek pucuk F. fragrans disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap persen berakar stek pucuk F. fragrans

Sumber DF Anova SS Kuadrat

tengah F-hitung P-value

Keterangan A 2 3.2176 1.6088 73.50 <0.0001 Sangat nyata M 2 0.0280 0.0141 0.64 0.5330 Tidak nyata A*M 4 0.1547 0.0386 1.77 0.1659 Tidak nyata Galat 26 0.5691 0.0219

Total 34 3.9700

Keterangan: A= faktor jenis; M= faktor media tanam stek

76.33 12.00 0.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 A1 A2 A3 Per sen   Bera ka r   (%)

20

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa interaksi faktor memberikan pengaruh yang tidak nyata, sedangkan pengaruh utama A dan M memberikan pengaruh yang sangat nyata dan tidak nyata. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji lanjut untuk menguji pengaruh sederhana faktor asal bahan stek terhadap persen berakar pada ketiga jenis dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan’s yang diuraikan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, jenis asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) memberikan pengaruh persen berakar yang paling baik baik dibandingkan dengan asal bahan stek dari trubusan pohon tua dan pucuk pohon tua.

Gambar 9 memperlihatkan tidak terdapat interaksi antara asal bahan dan media stek terhadap persen berakar stek pucuk F. fragrans. Hal ini dikarenakan terdapat satu kondisi perlakuan asal bahan dan media stek memiliki selisih nilai statistik yang memberikan hasil negatif dengan posisi garis yang sama dan berpotongan jika grafik batang tersebut diubah ke dalam grafik garis, yaitu pada kondisi perlakuan A2M3 dengan nilai statistik 0.093 dengan A3M3 dengan nilai 0.113.

Gambar 9 Interaksi antara asal bahan dan media stek pucuk F. fragrans pada parameter persen berakar di akhir pengamatan

0.880 0.700 0.707 0.220 0.060 0.093 0.000 0.000 0.133 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000

A1M1 A1M2 A1M3 A2M1 A2M2 A2M3 A3M1 A3M2 A3M3

N ilk ai   St at ist ik Kondisi Perlakuan Perlakuan: A1 A2 A3 Rata-rata : 7.56 1.27 0.57

21

Pengaruh asal bahan dan media stek terhadap panjang akar stek pucuk F. fragrans

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek pucuk F. fragrans terhadap panjang akar stek disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap panjang akar stek pucuk F. fragrans

Sumber DF Anova SS Kuadrat

tengah F-hitung P-value

Keterangan A 2 21414.2165 10707.1082 114.10 <0.0001 Sangat nyata M 2 699.6242 334.8121 3.57 0.0427 Nyata A*M 4 20895.7100 522.3643 5.57 0.0023 Sangat nyata Galat 26 2439.9212 93.8431

Total 34 26613.2189

Keterangan: A= faktor jenis; M= faktor media tanam stek

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa interaksi faktor memberikan pengaruh yang sangat nyata, sedangkan pengaruh utama A dan M memberikan pengaruh yang sangat nyata dan nyata. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji lanjut untuk menguji pengaruh-pengaruh sederhana faktor media terhadap panjang akar pada ketiga jenis dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan’s yang diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh faktor media (M) pada asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) (A1)

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, jenis media cocopeat

dengan sekam padi dan pasir zeolit memberikan pengaruh panjang akar yang lebih dibandingkan dengan jenis media arang sekam padi.

2. Pengaruh faktor media (M) pada asal bahan stek dari trubusan pohon tua (A2)

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, jenis media cocopeat

dengansekam padi memberikan panjang akar yang lebih baik dibandingkan jenis media pasir zeolit dan arang sekam padi.

Perlakuan: AIMI A1M2 A1M3 Rata-rata : 68.133 65.075 50.100

Perlakuan: A2MI A2M2 A2M3 Rata-rata: 36.025 13.175 6.360

22

3 Pengaruh faktor media (M) pada asal bahan stek dari pucuk pohon tua (A3)

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, semua jenis media

cocopeat dengan sekam padi, pasir zeolit dan arang sekam padi memberikan pengaruh panjang akar yang buruk.

Gambar 10 memperlihatkan terdapat interaksi antara asal bahan dan media stek terhadap panjang akar stek pucuk F. fragrans. Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya satu atau lebih dari satu kondisi perlakuan asal bahan dan media stek memiliki selisih nilai statistik yang tidak memberikan hasil negatif dengan posisi garis yang tidak sama dan tidak berpotongan jika grafik batang tersebut diubah ke dalam grafik garis, maka akan terlihat kondisi dari masing perlakuan asal bahan yang mengelompok secara masing-masing.

Gambar 10 Interaksi antara asal bahan dan media stek pucuk F. fragrans pada parameter panjang akar di akhir pengamatan

Pengaruh asal bahan dan media stek terhadap berat basah akar stek pucuk F. fragrans

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap berat basah akar stek pucuk F. fragrans disajikan pada Tabel 6.

68.133 50.100 65.075 36.025 13.175 6.360 0.000 0.000 0.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000

A1M1 A1M2 A1M3 A2M1 A2M2 A2M3 A3M1 A3M2 A3M3

N

ilai

 

statistik

Kondisi Perlakuan

Perlakuan: A3MI A3M2 A3M3 Rata-rata : 0.000 0.000 0.000

23 Tabel 6 Sidik ragam pengaruh asal bahan dan media stek terhadap berat basah

akar stek pucuk F. fragrans

Sumber DF Anova SS Kuadrat

tengah F-hitung P-value

Keterangan A 2 2.4785 1.2392 37.71 <0.0001 Sangat nyata M 2 0.3253 0.1627 4.95 0.0151 Nyata A*M 4 0.3843 0.0961 2.92 0.0403 Nyata Galat 26 0.8544 0.0329 Total 34 4.0424

Keterangan: A= faktor jenis; M= faktor media tanam stek

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa interaksi faktor memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan pengaruh utama A dan M memberikan pengaruh yang sangat nyata dan nyata. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji lanjut untuk menguji pengaruh-pengaruh sederhana faktor media terhadap berat basah akar pada ketiga jenis dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan’s yang diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh faktor media (M) pada asal bahan stek dari bibit (semai juvenile) (A1)

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, jenis media cocopeat

dengan sekam padi memberikan pengaruh berat basah akar yang lebih baik dibandingkan jenis media pasir zeolit dan arang sekam padi.

2. Pengaruh faktor media (M) pada asal bahan stek dari trubusan pohon tua (A2)

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, jenis media cocopeat

dengan sekam padi memberikan pengaruh berat basah akar yang lebih baik dibandingkan jenis media pasir zeolit dan arang sekam padi.

3. Pengaruh faktor media (M) pada asal bahan stek dari pucuk pohon tua (A3)

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan’s, semua jenis media

cocopeat dengan sekam padi, pasir zeolit dan arang sekam padi memberikan pengaruh berat basah akar yang buruk.

Perlakuan: AIMI A1M2 A1M3 Rata-rata : 0.913 0.638 0.388

Perlakuan: A2MI A2M2 A2M3 Rata-rata : 0.388 0.200 0.113

Perlakuan: A3MI A3M2 A3M3 Rata-rata : 0.000 0.000 0.000

24

Gambar 11 memperlihatkan terdapat interaksi antara asal bahan dan media stek terhadap berat basah akar stek pucuk F. fragrans. Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya satu atau lebih dari satu kondisi perlakuan asal bahan dan media stek memiliki selisih nilai statistik yang tidak memberikan hasil negatif dengan posisi garis yang tidak sama dan tidak berpotongan jika grafik batang tersebut diubah ke dalam grafik garis, maka akan terlihat kondisi dari masing perlakuan asal bahan yang mengelompok secara masing-masing.

Gambar 11 Interaksi antara asal bahan dan media stek pucuk F. fragrans pada parameter berat basah akar di akhir pengamatan

Dokumen terkait