• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis aspek non finansial merupakan bagian penting dalam analisis dari studi kelayakan bisnis yang harus dilakukan karena akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan terhadap kelayakan usaha budidaya lada di Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat. Adapun aspek-aspek non finansial tersebut, meliputi: aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu aspek non finansial yang penting untuk dikaji dalam studi kelayakan bisnis. Hal ini dilakukan untuk melihat peluang dan potensi pasar yang ada karena akan berkaitan dengan permintaan dan penawaran pasar serta penyerapan pasar terhadap output yang dihasilkan. Aspek pasar akan memaparkan mengenai potensi dan peluang pasar yang berkaitan dengan permintaan dan penawaran, perkembangan harga dan saluran pemasaran yang terjadi pada komoditas lada di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat.

a. Potensi

Perkebunan lada merupakan perkebunan rakyat yang keseluruhannya dikelola oleh masyarakat. Kegiatan budidaya lada telah lama dilakukan untuk menopang ekonomi dan menyejahterakan keluarga petani lada. Sebagai komoditas ekspor, harga lada sering dipengaruhi oleh pasar dunia sehingga menyebabkan harga lada menjadi fluktuatif. Pada saat krisis moneter yang melanda Indonesia, para petani lada mencapai kejayaannya karena pada saat itu, harga lada putih Rp100 000.00 per kg. Setelah itu, harga lada mengikuti perkembangan harga lada di pasar dunia. Fluktuasi harga menyebabkan budidaya lada mengalami penurunan karena banyak petani yang mengalihkan profesinya di bidang lain atau mengganti tanaman lada dengan karet atau kelapa sawit. Penurunan produksi lada di Indonesia yang menyebabkan berkurangnya penawaran ekspor lada harus diterima bahwa Indonesia bukan lagi menjadi penghasil terbesar lada di dunia terutama lada putih.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu penghasil lada putih di Indonesia bahkan 60% sampai 80% ekspor lada putih dipenuhi dari

Bangka Belitung. Permasalahan terkait pelaksanaan budidaya lada yang terjadi di berbagai daerah juga terjadi di wilayah Bangka Belitung, khususnya Kabupaten Bangka Barat. Hal ini menyebabkan terjadinya peralihan profesi petani menjadi penambang timah dan pengusahaan tanaman lain seperti karet dan kelapa sawit sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah produksi lada putih. Pada tahun 2008 hanya tersisa sekitar 45 025 hektar dari 80 000 hektar lahan lada karena lahan tersebut dialih fungsikan menjadi lahan tambang timah. Lada putih Bangka Belitung sudah dikenal sejak dulu dengan sebutan Muntok White Pepper. Kegiatan budidaya lada putih yang sempat terbengkalai dalam beberapa tahun lalu yang berdampak pada penurunan produksi lada di Bangka Belitung saat ini mulai dilakukan upaya untuk mengembalikan kejayaan Muntok White Pepper. Cita rasanya yang khas membuat lada putih Indonesia yang berasal dari Bangka Belitung sangat digemari di pasar internasional. Hal ini menjadi suatu potensi pemasaran yang baik bagi Bangka Belitung untuk terus mengoptimalkan produksi ladanya dalam mencukupi kebutuhan pasar. Apalagi produk lada putih (Muntok White Pepper) sudah dikenal di pasar internasional.

b. Peluang

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah penghasil terbesar lada putih di Indonesia (Lampiran 1). Secara nasional, lada putih (Muntok White Pepper) merupakan produk lada unggulan Indonesia. Beberapa tahun yang lalu, Indonesia pernah menjadi negara penghasil lada putih terbesar di dunia. Namun, sejak tahun 2010 Indonesia menjadi penghasil lada putih nomor tiga terbesar di dunia karena tergeser oleh negara China dan Vietnam. Meskipun terjadi penurunan produksi yang diikuti dengan menurunnya volume ekspor lada putih, lada putih Indonesia di pasar Internasional mempunyai peluang pasar yang baik karena sudah dikenal sejak jaman dulu sebagai Muntok White Pepper dengan cita rasa dan aroma yang khas. Oleh sebab itu, sebagai negara produsen, Indonesia tetap berkontribusi dalam ekspor lada putih di dunia. Indonesia hanya mampu memasok lada putih sebesar 43.31% dari kebutuhan dunia pada tahun 2005. Saat itu, Indonesia masih menempati posisi pertama untuk penawaran ekspor lada putih di dunia.

Sejak tahun 2009, volume ekspor lada putih tertinggi ditempati oleh negara Vietnam. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan volume ekspor Vietnam selama periode 2001 sampai 2010 yang terus mengalami peningkatan sehingga menggeser posisi Indonesia sebagai pengekspor lada putih terbesar. Selain itu, kenaikan volume ekspor lada putih juga terjadi pada Malaysia. Sementara volume ekspor Brazil dan China cukup berfluktuatif yang mengalami kenaikan hingga tahun 2006, namun kemudian kembali mengalami penurunan. Apabila dilihat dari periode tahun 2001 sampai 2010 volume ekspor lada putih Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2010 Indonesia merupakan negara dengan volume ekspor kedua tertinggi setelah Vietnam. Data perkembangan volume ekspor lada putih negara produsen utama di tunjukkan pada tabel 10.

Lada putih Bangka Belitung sangat diminati oleh pasar internasional. Permintaan terhadap lada putih Bangka Belitung di pasar dunia yang tinggi dikarenakan lada putih tersebut memiliki cita rasa, aroma, dan kualitas yang khas daripada daerah dan negara penghasil lainnya. Negara tujuan ekspor utama dari lada putih adalah Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Singapura, Belanda, Perancis,

Inggris, dan negara lainnya. Permintaan lada putih Bangka Belitung di pasar dunia mencapai 240 ribu ton per tahun. Permintaan ini belum mampu tercukupi karena keterbatasan produksi lada putih yang dihasilkan. Saat ini, produksi lada putih Bangka Belitung hanya mampu memenuhi permintaan pasar dunia sekitar 5 000 hingga 6 000 ton per tahun9. Desa Kundi sebagai salah satu desa sentra produksi lada di Bangka Belitung juga ikut berkontribusi dalam pemenuhan permintaan pasar dunia.

Tabel 10 Volume ekspor lada putih negara produsen utama di dunia tahun 2001-2010a

Negara Produksi (Ton)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brazil 2 700 2 800 2 800 4 000 3 500 3 800 3 000 2 500 2 500 2 000 India 147 213 312 189 1 269 1 531 1 460 1 396 1 509 1 250 Indonesia 29 637 31 343 24 596 13 762 16 227 15 045 15 544 16 038 11 465 13 453 Malaysia 1 812 2 190 4 334 2 695 2 861 5 469 3 884 3 090 2 642 2 887 Sri Lanka - - - 5 8 - Vietnam 2 506 2584 4 500 7 880 11 350 17 872 11 872 9 976 22 532 20 000 China,PR 2 079 5 890 4 563 3 479 2 530 10 185 4 801 6 620 2 100 2 400 Total 38 881 45 020 41 105 32 005 37 737 53 903 39 752 39 624 42 756 41 990 a

Sumber: Internasional Pepper Community (2012)10

Penawaran volume ekspor lada Indonesia masih terjadi jika masih terdapat permintaan oleh negara konsumen lada di pasar internasional. Adanya permintaan dari negara-negara konsumen lada di dunia mengharuskan negara tersebut mengimpor lada dari berbagai negara produsen dan salah satunya adalah Indonesia sebagai produsen utama lada. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang pasar yang baik bagi komoditas lada. Oleh sebab itu, Indonesia harus terus melakukan upaya agar tetap dapat menjadi produsen utama dan mengembalikan kejayaannya sebagai penghasil dan pengekspor tertinggi di dunia. Adapun beberapa negara konsumen yang melakukan impor lada ditunjukkan pada tabel 11.

Berdasarkan data mengenai impor pada beberapa negara konsumen pada Tabel 11 menunjukkan bahwa, negara Amerika (USA) merupakan negara pengimpor lada terbesar. Adanya nilai total impor tersebut menunjukkan bahwa permintaan lada tertinggi di pasar internasional adalah Amerika. Sementara itu, Jerman menempatkan urutan kedua sebagai pengimpor lada terbesar.

9

www.kompas.com “permintaan dan penawaran lada putih Bangka Belitung” [diakses April

2013] 10

Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Sumberdaya Tanaman Lada Provinsi kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012

Tabel 11 Import lada beberapa negara konsumen tahun 2010a

Negara Total Import (US $’000)

Australia 11 807 Belgium 15 743 Canada 30 975 Egypt 26 992 France 43 641 Germany 118 866 Italy 15 329 Japan 48 546 Korea, Rep 13 746 Netherlands 52 071 Poland 20 097 Russian Federation 21 061 Singapore 41 653 Spain 26 470

United Arab Emirates 31 285

United Kingdom 40 057

USA 250 757

a

Sumber : Internasional Pepper Community (2012)11

c. Perkembangan harga lada

Perkembangan harga di pasar dunia cenderung berfluktuatif sehingga mempengaruhi produksi dan ekspor lada Indonesia. Harga lada putih lebih fluktuatif dibandingkan lada hitam. Pergerakan harga lada putih di pasar internasional sedikit mengalami penurunan, yaitu sebesar kisaran 0.3% dari US$ 9 068 per MT Maret 2013 menjadi US$ 9 039 per MT pada April 2013. Sebagai komoditas ekspor, harga lada domestik dipengaruhi oleh harga lada di pasar internasional. Harga lada putih di Bangka Belitung juga cenderung berfluktuatif. Pada saat krisis moneter tahun 1998, petani lada menikmati kejayaannya dalam melakukan budidaya lada karena pada saat itu, harga jual lada putih mencapai Rp100 000.00 per kg. Namun, setelah itu harga lada putih terus menurun dan berfluktuatif. Pada tahun 2009 sampai 2010, harga lada putih hanya berkisar antara Rp30 000.00 per kg sampai Rp40 000.00 per kg. Harga yang diterima petani di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010 sebesar Rp45 925.00 per kg. Harga lada putih secara perlahan terus meningkat dan bertahan pada Rp 80 000.00 per kg pada tahun 2012. Hal ini juga mendorong petani lada terus berupaya untuk meningkatkan luas areal dan produksi lada putih sehingga membuat pengusahaan lada putih mulai digemari kembali oleh petani.

Saat ini, harga jual lada putih di Desa Kundi adalah Rp83 000.00 per kg. Selama tahun 2013, harga jual lada putih berkisar antara Rp75 000.00 per kg sampai Rp80 000.00 per kg. Pedagang pengumpul lada putih hanya mendapatkan margin keuntungan sekitar Rp250.00 per kg sampai Rp1 000.00 per kg dari lada

11

Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Sumberdaya Tanaman Lada Provinsi kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012

putih yang dipasarkan. Harga ditingkat petani ditentukan oleh pedagang pengumpul desa.

d. Pemasaran

Berdasarkan data (Tabel 11) yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lada puth diekspor ke sejumlah negara. Produk lada putih dijual dalam bentuk butiran. Negara tujuan ekspor utama dari lada putih adalah Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Singapura, Belanda, Perancis, Inggris, dan negara lainnya. Sebelum diekspor, pemasaran lada putih dilakukan dari petani kepada lembaga-lembaga pemasaran yang ada di daerah sekitar, misalnya kepada pengumpul desa, pengumpul besar, pedagang besar sampai pihak eksportir.

Lada putih yang dihasilkan petani dijual pada pedagang desa yang bertindak sebagai pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul ini berkedudukan di Desa Kundi. Dalam penjualan lada dari petani ke pedagang pengumpul dan pedagang besar tidak ada sortiran dan pemisahan kualitas lada. Harga lada ditetapkan sama untuk semua lada yang dijual. Pemisahan lada berdasarkan kualitasnya terjadi pada saat lada akan dieskpor. Dengan penguasaan modal yang kuat, pedagang pengumpul ini umumnya membayar secara tunai setiap lada putih yang dibeli. Beberapa pedagang pengumpul desa akan langsung menjualnya kepada pedagang pengumpul besar yang ada di Provinsi (Pangkal Pinang). Sementara itu, pedagang pengumpul lainnya akan menjual kembali lada putih kepada pedagang besar lainnya dan biasanya pedagang besar dari daerah lain yang langsung mendatangi desa tersebut. Pedagang pengumpul besar menjual lada putih ke pedagang besar atau pihak eksportir yang ada di Provinsi (Pangkal Pinang). Setelah itu, dari pihak eksportir atau pedagang besar di Pangkal Pinang akan melakukan ekspor lada putih dengan persentase sebanyak 90% dan memenuhi permintaan domestik sebanyak 10%. Gambaran saluran pemasaran yang umumnya terjadi pada komoditi lada putih dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Saluran pemasaran komoditi lada putih di Bangka Belitung

Petani

Pedagang pengumpul besar Pedagang pengumpul kecil

Domestik Pedagang besar/ eksportir

Ekspor 30 % 70 % 80 % 100 % 20 % 10 % 90 %

Berdasarkan analisis terhadap aspek pasar, usaha budidaya lada putih di Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat masih layak dijalankan. Aspek pasar yang telah dianalisis menghasilkan bahwa usaha budidaya lada putih menghasilkan produk yang dapat diterima oleh pasar. Selain itu, masih terdapat potensi dan peluang pasar lada putih yang ditunjukkan dari belum tercukupinya permintaan pasar internasional karena masih sedikitnya penawaran lada putih dari Bangka Belitung.

Aspek Teknis

Aspek teknis yang dianalisis adalah mencakup pengadaan kebutuhan produksi (budidaya lada), keseluruhan kegiatan budidaya lada putih dan penanganan pascapanen, yaitu: kegiatan budidaya, pengolahan tanah, penanamam, pemeliharaan, pemupukan, penanganan permasalahan hama dan penyakit, panen, dan pascapanen lada putih.

a. Pengadaan faktor-faktor produksi (budidaya lada)

Lahan

Keadaan tekstur tanah di Desa Kundi adalah berupa pasiran atau debuan. Secara topografi, Desa Kundi terletak pada wilayah dataran rendah dengan ketinggian sekitar 26 meter di atas permukaan laut (dpl). Desa ini memiliki intensitas curah hujan sebanyak 33 Mm per tahun dengan jumlah bulan hujan kurang lebih empat bulan. Suhu udara rata-rata harian di Desa Kundi adalah sekitar 33 0C.

Dalam melakukan budidaya lada di Desa Kundi, para petani umumnya menggunakan lahan milik sendiri. Lahan yang digunakan sebagai tempat tumbuhnya lada putih merupakan lahan yang sengaja dimanfaatkan oleh para petani untuk menanam lada putih. Lahan tersebut sebelumnya merupakan lahan hutan yang belum dimanfaatkan. Para petani merasa tidak terlalu mengalami banyak permajsalahan dengan jenis lahan ini, karena sudah sesuai dengan tanaman lada yang diusahakan, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik di sana. Penggunaan wilayah untuk usahatani lada putih di Desa ini mayoritas mempunyai luasan 0.5 hektar. Rincian mengenai luas lahan lada putih yang dimiliki oleh setiap petani responden dan luas lahan lada putih di Desa Kundi dapat dilihat pada lampiran 3.

Peralatan dan Kebutuhan Budidaya

Peralatan yang digunakan oleh para petani dalam kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi terdiri dari beberapa jenis peralatan dan kebutuhan yang biasa digunakan. Jenis-jenis peralatan utama yang digunakan oleh setiap petani responden beserta sumber perolehan dan fungsinya dapat dilihat pada tabel 12.

1. Cangkul

Cangkul merupakan peralatan dari kegiatan budidaya lada putih yang berfungsi untuk membuat parit dan lubang tanam. Rata-rata setiap petani memiliki 2 unit cangkul.

Tabel 12 Peralatan budidaya lada putih yang digunakan petani responden di Desa Kundi tahun 2013

Peralatan Budidaya Sumber Perolehan

Fungsi

Cangkul Toko alat pertanian Membuat parit dan lubang tanam Parang Toko alat pertanian Menebas rumput, persiapan lahan Linggis Toko alat pertanian Membersihkan rumput

Ajir/Tajar Tukang kayu Tempat jalar pohon lada Tali Toko Pengecer Mengikat pohon lada ke tajar

2. Parang

Parang merupakan peralatan kegiatan yang biasanya digunakan pada saat persiapan lahan dan untuk menebas rumput. Setiap petani rata-rata memiliki 2 unit parang dengan umur pakai selama 4 tahun.

3. Linggis

Linggis memiliki fungsi sebagai alat untuk membersihkan rumput saat penyiangan. Dalam pembudidayaan lada, setiap petani rata-rata petani memiliki 3 unit linggis.

4. Ajir/Tajar

Ajir/ tajar merupakan kayu yang digunakan sebagai tempat jalar pohon lada. Istilah ajir merupakan kayu yang berukuran kecil dan dipakai pada saat pohon lada berumur 3-18 bulan. Setelah itu diganti dengan kayu yang lebih besar dan kuat (tajar) sampai abisnya umur usaha budidaya lada. Jumlah ajir/ tajar sesuai dengan banyaknya jumlah pohon yang akan ditanam.

5. Tali

Tali merupakan kebutuhan perlengkapan dalam budidaya lada yang digunakan untuk mengikat pohon lada ke ajir/ tajar. Penggunaan tali biasanya tergantung pertumbuhan dari pohon lada tersebut.

Peralatan cangkul, parang, linggis, dan tali merupakan peralatan yang biasanya digunakan petani dalam kegiatan budidaya. Pengeluaran untuk membeli peralatan ini pun tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar. Namun, adanya kayu panjat mati membutuhkan biaya pengeluaran yang cukup tinggi untuk membeli kayu tersebut yang digunakan sebagai ajir/tajar.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi penting dalam kegiatan budidaya. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan budidaya lada putih terdiri dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Namun, sebagian besar petani di Desa Kundi menggunakan tenaga kerja dalam keluarga mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan kecuali panen. Adapun penggunaan tenaga kerja luar keluarga seluruhnya berasal dari warga Desa Kundi. Dalam pemanenan (memetik buah lada), biasanya petani membutuhkan tenaga kerja tambahan dengan menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Setiap tenaga kerja menghabiskan waktu 6 jam sehari untuk memetik

buah lada dengan upah sebesar Rp75 000 00 per hari. Besaran upah tersebut disesuaikan pada standar yang berlaku di Desa Kundi saat pemanenan lada untuk setiap tenaga kerja panen. Dalam luasan tanam 1 ha lada putih, biasanya menggunakan maksimal berjumlah total 8 tenaga kerja untuk memetik buah lada pada saat musim panen. Biasanya 6 tenaga kerja dari luar keluarga. Namun, penggunaan tenaga kerja luar keluarga kebutuhan dan banyaknya produksi lada yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja merupakan biaya terbesar dalam kegiatan budidaya lada putih ini. Oleh sebab itulah dengan keadaan lahan yang juga terbatas, petani hanya menggunakan tenaga luar keluarga sebagai tenaga kerja bantuan pada saat panen. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan.

Bibit

Bibit lada yang ditanam di Desa Kundi sebagian besar merupakan bibit hasil pemangkasan lada yang ditanam (setek batang). Apabila persediaan bibit lada tidak mencukupi, petani tersebut akan membeli di petani lain. Pada saat bibit lada berumur 12 sampai 18 bulan, tanaman lada akan dipotong sepanjang 7 ruas untuk menghasilkan bibit lada. Dengan cara pemotongan tersebut dapat menghasilkan 1 sampai 3 bibit lada kemudian diletakkan di dalam polybag. Bibit lada biasanya digunakan sendiri oleh petani tetapi terkadang juga dijual jika ada petani yang membutuhkan bibit lada dengan harga jual Rp6 000 00 per bibit. Berbagai varietas bibit yang ditanam petani. Dalam istilah petani di Desa Kundi terdapat jenis bibit lada yaitu, lada kasar, merapen, beluluk, tujuh ruas. Jenis bibit yang paling banyak ditanam di Desa Kundi adalah jenis bibit merapen.

Pupuk

Pemberian pupuk pada tanaman bertujuan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman melalui pembentukkan bunga, buah sesuai dengan potensinya. Dalam kegiatan budidaya lada putih ini, terdapat beberapa jenis pupuk yang umum digunakan petani responden. Jenis-jenis pupuk tersebut disajikan dalam tabel 13.

Tabel 13 Jenis-jenis pupuk yang digunakan petani responden dalam budidaya lada putih di Desa Kundi

Jenis pupuk Sumber perolehan Fungsi

Pupuk organik Kelompok Tani Menyuburkan tanah, menambah kandungan organik tanah

Pupuk urea Kelompok Tani Pertumbuhan vegetative tanaman (daun) Pupuk SP-36 Kelompok Tani Pertumbuhan generative tanaman (bunga

dan buah)

Pupuk NPK Toko pertanian Pertumbuhan vegetative dan generatif tanaman

Pupuk Phonska Kelompok Tani Pertumbuhan vegetative dan generatif tanaman

Obat-obatan/pestisida

Dalam upaya mencegah berkembangnya penyakit atau hama akibat kondisi cuaca atau hewan-hewan perusak (hama) maka dilakukan penyemprotan obat- obatan atau pestisida. Hal ini dilakukan untuk menghindari ulat atau jenis semut- semutan dan memberantas cendawan. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan kondisi tanaman lada dan hanya digunakan jika hama-hama tersebut menyerang tanaman. Namun penggunaan obat biasanya dilakukan setelah pemupukan. Setiap petani responden menggunakan jenis obat-obatan berbeda sesuai dengan pengetahuan atau pemahaman petani dan penyakit tanaman yang menyerang. Namun, ada beberapa petani yang tidak menggunakan obat-obatan atau pestisida dalam pengendaliannya terhadap hama dan penyakit. Rincian jenis-jenis obat yang digunakan setiap petani responden dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 Jenis – jenis obat atau pestisida yang digunakan petani responden dalam budidaya lada putih di Desa Kundi pada tahun 2013

Jenis Obat/Pestisida Sumber Fungsi

Puradan Toko pertanian Pemberantasan hama yang diletakkan di sekitar tanaman

Matador Toko pertanian Pemberantasan hama Baycid Toko pertanian Pemberantasan hama

b. Kegiatan Budidaya

Secara umum, kegiatan teknis budidaya lada putih di Desa Kundi hampir seluruhnya sama karena berdasarkan sifatnya yang turun-menurun. Penggunaan pupuk dalam budidaya lada disesuaikan dengan modal yang dimiliki. Jumlah/dosis pupuk yang digunakan terkadang penuh atau hanya sebagian. Kegiatan budidaya lada yang dilakukan di Bangka, khususnya Desa Kundi menggunakan tiang panjat mati yaitu menggunakan tiang panjat kayu yang bermutu tinggi sehingga biaya produksinya pun cukup tinggi. Masa produksi lada dengan tiang panjat mati di Desa Kundi ini hanya 3 tahun. Selain adanya pengaruh dari penggunaan kayu panjat mati, lama umur lada juga bergantung dari pemeliharaannya.

Pengolahan Tanah

Para petani lada putih di Desa Kundi mengusahakan budidaya lada putih menggunakan lahan milik sendiri. Pada awalnya, lahan yang telah disiapkan untuk melakukan budidaya lada putih harus dibersihkan terlebih dahulu dari berbagai tanaman pengganggu, seperti, pohon-pohon, semak-semak dan rumput, serta tanaman lainnya. Kemudian lahan tersebut dibakar dengan alasan untuk mempermudah proses pembersihan lahan. Setelah dibakar, lahan dibersihkan kembali sampai lahan tersebut siap ditanami lada. Pada tahapan ini, dilakukan pemasangan patok sebagai tanda bahwa tempat tersebut akan dijadikan lubang galian untuk menanam lada.

Penanaman

Penanaman lada yang umumya dilakukan petani lada di Desa Kundi adalah menggunakan ukuran lubang tanam sekitar 40 cm x 40 cm x 40 cm (panjang x

lebar x dalam) dengan jarak tanam 165 cm x 165 cm. Tanah galian dibiarkan terbuka agar terkena matahari selama kurang lebih 1 sampai 2 minggu sebelum tanam. Tanaman lada tumbuh kurang baik pada areal yang tergenang. Oleh sebab itu, dibuat saluran parit keliling beukuran 30 cm x 30 cm (lebar x dalam).

Lubang tanam setelah penggalian untuk penanaman lada dibiarkan kurang lebih 1 sampai 2 minggu, sebelum ditanami lada. Bibit yang digunakan merupakan bibit hasil pemangkasan dari pohon lada sebelumnya sepanjang 7 buku (ruas). Sebagian besar, petani Desa Kundi menggunakan bibit lada jenis kasar dan merapen yang umur produktifnya tiga kali panen. Penanaman bibit lada diletakkan miring (300-450) mengarah ke bagian pangkal (tanpa daun) dibenamkan mengajar ke tajar sedangkan sisanya 2 sampai 3 ruas atau ukuran 10 cm bibit lada tersebut berada di atas tanah. Setelah ditanam, tanah disekelilingnya

Dokumen terkait