• Tidak ada hasil yang ditemukan

VIII. ASPEK FINANSIAL

8.2. Aspek Finansial Kelayakan Investasi Penambahan

Analisis aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum

frying juga dilakukan jika perusahaan telah ada dan ingin melakukan perluasan

usaha dalam penambahan mesin Vacuum Frying. Perhitungan yang dilakukan

dengan asumsi bahwa perusahaan telah berjalan dan layak untuk diusahakan.

8.2.1.Arus Tunai

Arus tunai dari usaha pengolahan kacang ini terdiri dari arus manfaat dan arus biaya. Manfaat dan biaya dalam analisis ini dibatasi pada manfaat dan biaya

yang dapat diperhitungkan (tangible). Arus tunai yang diperhitungkan dalam

analisis ini dimulai pada tahun ke nol hingga tahun kesepuluh, sesuai dengan umur proyek yaitu selama sepuluh. Pada tahun ke nol merupakan tahun awal dimulainya investasi sehingga hanya mengeluarkan biaya investasi. Sedangkan proses produksi dimulai pada tahun pertama. Arus tunai yang diperhitungkan pada tahun pertama merupakan angka-angka faktual yang terjadi pada tahun pertama hingga tahun kesepuluh yang diasumsikan sama.

8.2.1.1. Arus Penerimaan

Arus penerimaan dari usaha pengolahan kacang ini antara lain berupa nilai produksi total yaitu penerimaan dari kacang koro, kacang polong dan kacang mersi sebagai produk utama. Nilai produksi total pada tahun pertama diasumsikan

sama dengan tahun berikutnya yaitu perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga jualnya.

1. Nilai Produksi Total

Nilai produksi total berasal dari penjualan kacang, yaitu terdiri dari kacang koro, kacang polong dan kacang mersi. Nilai produksi total usaha pada tahun pertama diasumsikan sama dengan tahun berikutnya yaitu perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga jualnya.

Kualitas yang dihasilkan oleh mesin vacuum frying akan berbeda dengan

kualitas yang dihasilkan oleh penggorengan yang biasa yang dilakukan. Sehingga, harga yang berlaku di pasar akan mengikuti kualitas kacang yang dihasilkan. Untuk kacang yang kualitasnya lebih baik harganya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kacang yang digoreng biasa.

Jika menggunakan penambahan mesin vacuum frying kapasitas produksi

sebanyak 400 kg kacang perhari. Jenis kacang yang diproduksi sama dengan jenis kacang yang biasa diproduksi, sehingga kebutuhan perminggu kacang koro adalah sebesar 1,000 kg, kacang polong 800 kg, dan kacang mersi sebanyak 200kg. Sehingga produksi kacang total adalah sebesar 96,000 kg. Proyeksi penjualan total dalam satu bulan diasumsikan lima hari kerja sehingga dalam satu tahun adalah 240 hari kerja. Total Produksi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Total Produksi Usaha Pengolahan Kacang Selama Setahun Kelayakan Investasi

No. Uraian Harga/satuan Jumlah Nilai

1 Kacang Koro Rp 10,500 48,000 504,000,000

2 Kacang Polong Rp 8,000 38,400 307,200,000

3 Kacang Mersi Rp 10,500 9,600 100,800,000

2. Nilai Sisa

Nilai sisa adalah nilai barang yang tidak akan pernah habis selama umur proyek dan dinilai pada saat proyek berakhir dan diperkirakan masih memiliki nilai ekonomis. Perhitungan penyusutan asset pertahun sesuai dengan perkiraan umur ekonomisnya. Dalam penelitian ini metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus, sehingga penyusutan semua asset perusahaan diasumsikan sama setiap tahunnya.

Nilai sisa tersebut adalah selisih nilai beli pada saat investasi dengan

akumulasi penyusutan sampai umur proyek berakhir, seperti pada vacuum frying.

Perhitungan penyusutan untuk mesin vacuum frying pada akhir proyek yaitu 10

tahun diasumsikan masih memiliki sisa sebesar 10 persen dari harga pembelian. Perhitungan asset dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Nilai Sisa Usaha Pengolahan Kacang

No Uraian Harga Beli (Rp) Umur ekonomis (Thn) Penyusutan per tahun (Rp) Akumulasi Penyusutan (Rp) Nilai Sisa (Rp) 1 Vacuum Frying 95,000,000 10 9,500,000 95,000,000 9,500,000 Jumlah 9,500,000 8.2.1.2. Arus Pengeluaran

Arus Pengeluaran dalam usaha pengolahan kacang ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan produksi.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha.

Jumlah biaya investasi yang harus dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 315,083,333,-.

Biaya ini terdiri dari bangunan pabrik bersama senilai Rp. 120,000,000, kemudian perusahaan mengeluarkan biaya kendaraan operasional bersama adalah sebesar Rp. 100,000,000. Biaya investasi selanjutnya adalah alat kerja untuk pembelian

mesin vacuum frying ini adalah seharga Rp. 95,000,000., biaya yang dikeluarkan

ini termasuk bonus mesin berupa mesin spinner, yaitu peniris minyak. Biaya

investasi ini dikeluarkan pada tahun ke nol. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rincian Biaya Investasi Usaha Pengolahan Kacang

No Uraian Keterangan Nilai

1 Bangunan bersama 720 m (1/6 x 720jt) 120,000,000

2 Kendaraan Operasional bersama

3 x @ Rp.

200,000,000 x 1/6 100,000,000

3 Alat Kerja

Timbangan bersama 1 x @ Rp. 500,000 83,333

Vacuum Frying Kapasitas 40kg 95,000,000

Jumlah 315,083,333

Biaya bersama untuk bangunan dan kendaraan operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan pada saat proyek dilakukan. Besar nilai dari biaya bersama adalah sesuai dengan kapasitas produksi, pada penelitian ini nilainya adalah satu per enam bagian dari nilai beli asset yang diinvestasikan. Hal ini

dikarenakan kapasitas yang dihasilkan oleh mesin vacuum frying ini adalah dua

ton per minggu. Hal tersebut merupakan satu per enam dari total kapasitas produksi PD Barokah.

2. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahunnya pada saat suatu usaha beroperasi. Biaya operasional yang bersifat variabel ini terdiri dari pembelian bahan baku, bahan pembantu, peralatan pendukung, upah tenaga kerja, biaya listrik, biaya transportasi, biaya perawatan mesin bersama

untuk kendaraan operasional dan mesin vacuum frying. Biaya bahan baku terdiri

dari tiga jenis kacang, yaitu kacang koro, kacang polong dan kacang mersi. Sedangkan bahan pembantu terdiri dari minyak goreng, garam, penyedap rasa, pewarna dan miyak tanah.

Sedangkan biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya transportasi. Upah tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja ahli, tenaga kerja bantu, tenaga kerja lepas, koordinator sales dan untuk pengusaha sekaligus manajer dari perusahaannya. Tenaga kerja lepas disini adalah upah yang diberikan kepada orang yang biasa mengiris bagian atas kacang koro. Pengirisan kacang koro ini biasanya dilakukan oleh warga sekitar yang ruma hnya berada di sekitar pabrik pengolahan.

Biaya transportasi adalah biaya untuk bensin yang diganti oleh perusahaan pada saat mengirimkan barang menuju daerah pemasaran. Besarnya biaya transportasi yang diberikan pengusaha sesuai dengan jarak yang harus ditempuh. Jarak jauh untuk kota Malang ongkos kirim akan lebih besar dibandingkan dengan ongkos kirim menuju Cirebon. Biaya operasional usaha pengolahan kacang dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Biaya Operasional Usaha Pengolahan Kacang Per Tahun

No Uraian Harga/satuan Jumlah Nilai (Rp) %

1 Bahan Baku

a. Koro Rp 6,000/kg 48,000 288,000,000

b. Polong Rp 3,200/kg 38,400 122,880,000

c. Mersi Rp 5,500/kg 9,600 52,800,000

Total Biaya Bahan Baku 463,680,000 67.51%

2 Bahan Pembantu

a.Minyak goreng Rp 7,800/kg 16,200 126,360,000

b. Garam Rp 1,100/kg 920 1,012,000

c. Penyedap Rasa Rp 23,000/kg 86 1,968,800

d. Pewarna Rp 20,000/kg 282 5,633,333

e. Minyak tanah Rp 2,500/liter 19,200 48,000,000

Total Biaya Bahan Pembantu 182,974,133 26.64%

3 Peralatan Pendukung

Plastik Rp 500/bh 19,200 9,600,000

Kertas Merek Rp 300/bh 19,200 5,760,000

Total Biaya Bahan Peralatan Pendukung 15,360,000 2.24%

4 Upah Tenaga Kerja

Tk. Ahli (Rp 15,000/hr) Rp. 30.000 240 HOK 7,200,000

Tk. Bantu (Rp 10,000/hr) Rp 10,000 240 HOK 2,400,000

Mengiris kulit koro Rp 150/kg 48,000 7,200,000

Koordinator Sales (bersama) Rp 1,000,000 12 2,000,000

Pengusaha (bersama) Rp 3,000,000 12 6,000,000

Total Biaya Tenaga Kerja 24,800,000 3.61%

5 Biaya Listrik Rp 277,200/bulan 12 3,326,400 0.48%

6 Biaya Transpotasi (bersama) Rp 240,0000/bln 12 480,000 0.07%

7 Biaya Perawatan mesin Rp 200,000/bulan 12 2,400,000 0.35%

Total Biaya Operasional 693,020,533 100.00%

Pada Tabel 17 dapat menununjukkan bahwa tingkat pembelian bahan baku merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan mencapai 67.51 persen dari total baiaya operasional perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku

kacang merupakan komponen utama atau yang paling penting dalam usaha pengolahan kacang ini.

8.2.2. Analisis Kriteria Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitan ini adalah

NPV, Net B/C, IRR, dan Payback period. Tingkat diskonto yang digunakan

merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Januari 2006 hingga Desember 2006.

Analisis kelayakan finansial dengan tingkat diskonto sebesar 12 persen merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode

Januari 2006 sampai dengan Desember 2006. Arus tunai (cash flow) PD Barokah

yang lengkap dapat dilihat pada Lampiran 23. Dengan demikian hasil kriteria kelayakan finansial pengolahan kacang dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Investasi

Kriterian Investasi Nilai

NPV Rp 553,843,037

Net B/C 2.76

IRR 47.70%

Payback Period 2 Tahun 6 Bulan

Bedasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 553,843,037atau lebih besar daripada nol. Hal ini berarti bahwa usaha pengolahan kacang ini adalah layak untuk dilaksanakan

karena memberikan keuntungan sengan nilai sekarang (present value) sebesar Rp

Net B/C yang dihasilkan adalah sebesar 2.76 nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1.00 akan menghasilkan manfaat sebesar 2.76 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih besar dari pada nol menunjukkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan.

Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 47.70 persen bahwa akan menguntungkan bagi perusahaan jika modal yang dimiliki digunakan untuk investasi terhadap usaha pengolahan kacang dibandingkan apabila modal tersebut didepositokan di bank yang hanya memiliki tingkat suku bunga 12 persen. Grafik hubungan antara NPV dan tingkat suku bunga pada usaha pengolahan kacang PD Barokah dapat dilihat pada Gambar 14.

Rp(400,000,000) Rp(200,000,000) Rp- Rp200,000,000 Rp400,000,000 Rp600,000,000 Rp800,000,000 Rp1,000,000,000 Rp1,200,000,000 Rp1,400,000,000 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Suku Bunga (%) NPV (Rp)

Gambar 12. Grafik Hubungan Antara NPV dan Tingkat Suku Bunga Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Kacang

Sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi (payback period)

yang berdasarkan nilai sekarang dan dengan tingkat diskonto 12 persen memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah

dilakukan diperlukan waktu selama dua tahun enam bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur proyek berakhir, sehingga usaha yang dilakukan masuk dalam kriteria layak untuk diusahakan. Dari keempat kriteria kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha pengolahan kacang adalah layak untuk dilakukan.

8.2.3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Hasil analisis kalayakan fianasial dengan berbagai kriteria kelayakan menyatakan bahwa usaha pengolahan kacang adalah layak dan menguntungkan

untuk dilakukan penambahan mesin vacuum frying. Namun keadaan tersebut

dapat terjadi dengan asumsi tidak terjadi perubahan-perubahan dari arus manfaat dan biaya. Untuk melihat kembali hasil analisis kelayakan usaha ini apabila terjadi

perubahan-perubahan dalam perhitungannya, maka dilakukan analisis switching

value terhadap arus manfaat dan biaya.

Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada manfaat dan biaya. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis ini antara lain adalah:

1. Peningkatan harga bahan baku kacang, yaitu berdasarkan biaya merupakan

komponen terbesar dari total biaya operasional perusahaan (67.51 persen). Hal ini dapat terjadi karena bahan baku impor, sehingga nilai tukar akan sangat berpengaruh pada biaya operasional.

2. Penurunan volume penjualan, yaitu akibat adanya persaingan antar usaha

yang saling menurunkan harga jual dipasaran. Persaingan terjadi karena adanya beberapa usaha yang bergerak dibidang usaha yang sama dan lokasi usaha yang sama.

3. Semua manfaat dan biaya selain harga bahan baku dan volume penjualan

diasumsikan konstan (ceteris paribus)

Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar

perubahan pada harga beli dan volume penjualan yang akan menghasilkan keuntungan normal (NPV = 0; IRR = tingkat diskonto; dan Net B/C = 1). Mencari nilai pengganti dilakukan dengan menguji secara coba-coba sampai seberapa persen perubahan harga beli dan harga jual dapat terjadi yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi.

Analisis switching value yang dilakukan terhadap harga jual dan harga

beli bahan baku. Pada Tabel 18 menunjukkan bahwa secara finansial dengan tingkat diskonto 12 persen usaha pengolahan kacang memperoleh keuntungan normal jika harga jual kacang koro kualitas A dengan menggunakan mesin

penggorengan vacuum frying turun maksimal 28.00 persen, yaitu harga jual turun

sampai harga Rp 7,560,- per kilogramnya. Perhitungan cashflow untuk analisis

switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

Harga jual untuk kacang polong A batas nilai maksimum penurunan harga sebesar 46.56 persen dan kacang mersi A yaitu hasil meskipun penurunan harga sampai 100 persen (harga nol) hasil dari aliran kas dengan beberapa kriteria kelayakan menunjukkan hasil yang tetap layak. Hal ini terjadi karena volume yang diproduksi rendah sehingga tertutupi oleh manfaat dari hasil olahan kacang

yang lainnya. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value selengkapnya

Tabel 18. Analisis Switching Value Terhadap Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Investasi

No. Uraian Nilai Sekarang Batas Nilai

Perubahan (%)

Harga Jual Kacang

1 Kacang Koro A Rp 10,500 Rp 7,560 -28.00%

2 Kacang Polong A Rp 8,000 Rp 4,275 -46.56%

3 Kacang Mersi A Rp 10,500 tidak berpengaruh

4 Total Harga Kualitas A Rp 29,000 Rp 24,534 -15.40%

Harga Bahan Baku

5 Kacang Koro Rp 6,000 Rp 7,800 30.00%

6 Kacang Polong Rp 3,200 Rp 6,875 114.84%

7 Kacang Mersi Rp 5,500 Rp 20,150 266.36%

8 Total Harga Bahan Baku Rp 14,700 Rp 17,905 21.80%

Volume Produksi

9 Kacang Koro A 48,000 tidak berpengaruh

10 Kacang Polong A 38,400 tidak berpengaruh

12 Kacang Mersi A 9,600 tidak berpengaruh

13 Total Produksi Kualitas A 96,000 40,320 -58.00%

Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas

menunjukkan bahwa penurunan harga jual untuk total kacang kualitas A maksimal penurunan harga jual adalah sebesar 15.40 persen dengan harga jual sebesar Rp 24,534,- dari harga sebelumnya yaitu sebesar Rp 29,000 perhitungan

cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.

Analisis juga dilakukan pada harga bahan baku dari masing-masing kacang. Berdasarkan Tabel 18. diatas diketahui maksimal kenaikan harga bahan baku kacang koro pada tingkat diskonto 12 persen adalah sebesar 30.00 persen dengan harga Rp.7,800,-. Sedangkan bahan baku untuk kacang polong dan kacang mersi maksimal kenaikan harga adalah sebesar 114.84 persen dan 266.36 persen.

pada Lampiran 28, Lampiran 29 dan Lampiran 30.

Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas

menunjukkan bahwa total kenaikan harga bahan baku untuk semua jenis kacang maksimal kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 21.80 persen dengan harga sebesar Rp 17,905,- dari harga sebelumnya yaitu sebesar Rp 14,700,-

perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31.

Analisis switching value juga dilakukan pada volume produksi untuk

kacang koro A, kacang polong A dan kacang mersi A maksimal penurunan

volume produksi tidak berpengaruh terhadap kriteria kelayakan. Cashflow untuk

analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32, Lampiran

33 dan Lampiran 34. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12

persen diatas menunjukkan bahwa total penurunan volume produksi untuk semua

jenis kacang Kualitas A maksimal 58.00 persen. Perhitungan cash flow untuk

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pengolahan kacang pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar

Rp 553,843,037; Net B/C sebesar 2.76; IRR sebesar 47.70 persen dan Payback

period selama dua tahun enam bulan layak untuk dilaksanakan. Selain itu dari

hasil analisis switching value diketahui perusahaan ini sensitif terhadap perubahan

harga jual untuk kacang koro dan polong sedangkan untuk kacang mersi perubahan tidak mempengaruhi kriteria kelayakan karena volume produksinya lebih rendah jika dibandingkan kacang koro dan kacang polong.

Berbeda dengan perubahan kenaikan bahan baku masing-masing kacang sensitif mempengaruhi kelayakan usaha hal ini dapat dilihat kenaikan pada harga bahan baku kacang koro. Sementara itu untuk perubahan kenaikan bahan baku kacang polong dan kacang mersi kenaikan maksimal harga adalah sampai 114.06 persen dan 266.36 persen, usaha cukup stabil meski dengan kenaikan harga yang ekstrim sekalipun.

Analisis switching value yang dilakukan pada volume produksi diatas

penurunan volume produksi untuk masing-masing jenis kacang tidak berpengaruh pada kelayakan. Namun jika dilihat dari total semua jenis kacang dari kualitas A, diketahui bahwa maksimal penurunan volume produksi adalah sebesar 58.00 persen. Dengan demikian PD Barokah layak menjalankan usahanya namun terdapat resiko dalam menjalankan usahanya.

Dokumen terkait