• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

E. Aspek Hukum Jaminan Pada Perjanjian Kredit

Pada bagian C bab ini mengenai jenis-jenis dari kredit telah disinggung bahwa dari segi jaminannya kredit dibedakan atas kredit tanpa jaminan (unsucured loan) dan kredit dengan jaminan (secured loan).

Secara umum jaminan kredit dapat diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu utang. Didalam KUH Perdata dikenal adanya jaminan umum dan jaminan khusus. Jaminan umum diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata, yang berbunyi :

“ Segala kebendaan siberutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.”

Jaminan khusus adalah setiap jaminan hutang yang bersifat kontraktual, yang timbul dari suatu perjanjian. Ada yang khusus ditujukan terhadap barang-barang tertentu, seperti gadai, hipotik, cessie, asuransi, dan lain-lain, ada pula yang tidak ditujukan terhadap barang-barang tertentu, misalnya personal garansi, corporate guarantee atau akta pengakuan utang.

Dasar hukum dari jaminan khusus ini adalah Pasal 1132 KUH Perdata, dimana bagi kreditur tertentu yang memegang jaminan ini dapat diberikan hak prefensi, atau didahulukan haknya daripada kreditur lainnya.

Jaminan Khusus menurut Hukum Perdata dapat dibedakan dalam :

1. Jaminan perseorangan (personal quaranty), yaitu jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap kekayaan debitur seumumnya. Pada jaminan peorangan meliputi borg, tanggung-menanggung (tanggung renteng), dan garansi bank. Timbulnya jaminan perorangan disebabkan adanya perjanjian jaminan antara kreditur dengan pihak ketiga, jaminan seseorang pada pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitur. Oleh karena tuntutan kreditur terhadap seorang penjamin tidak diberikan suatu privelege atau kedudukan istimewa dibandingkan atas tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perseorangan ini tidak banyak dipraktekkan dalam dunia perbankan.

2. Jaminan kebendaan (persoonlijke en zakelijke zekerheid), yaitu jaminan yang membebani suatu benda tertentu dengan lembaga jaminan tertentu, sehingga apabila seorang debitur tidak melunasi utangnya kepada kreditur, maka kreditur dapat menuntut pelunasan piutangnya, dari hasil perolehan dari penjualan di depan umum ( lelang/eksekusi) atas benda tertentu tadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa jaminan kebendaan sebagai salah satu perlindungan hukum bagi kreditur, makala debitur ingkar janji, sebagai kepastian akan pelunasan piutang, maka benda tertentu yang dijaminkan tersebut dapat dijual di depan umum untuk diuangkan, agar hasil perolehan

penjualan tersebut diserahkan kepada kreditur sesuai hak tagihannya.61 Jaminan kebendaan dibagi menjadi jaminan benda bergerak dan tidak bergerak. Termasuk golongan benda bergerak karena sifatnya adalah benda yang tidak tergabung dengan tanah atau dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan, misalnya barang-barang perabot rumah. Jadi, yang termasuk jaminan benda bergerak meliputi gadai, dan fidusia.62 Sedangkan suatu benda tergolong dalam golongan benda yang tidak bergerak (onroerend) pertama karena sifatnya, kedua karena tujuan pemakaiannya dan ketiga karena memang ditentukan oleh undang-undang. Adapun benda yang tidak bergerak karena sifatnya adalah tanah, termasuk segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung, karena perbuatan alam atau perbuatan manusia, digabung secara erat menjadi satu dengan tanah itu. Misalnya tanah dan segala yang melekat di atasnya, seperti gedung dan pepohonan. Tak bergerak karena tujuan pemakaiannya adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda pokok untuk tujuan tertentu, misalnya mesin-mesin yang dipasang pada pabrik. Tujuannya untuk dipakai tetap dan tidak berpindah-pindah. Selanjutnya, benda tak bergerak karena ketentuan undang-undang adalah hak-hak yang melekat pada benda tidak bergerak, misalnya hipotek, hak tanggungan, hak pakai atas benda tidak bergerak, dan hak memungut hasil atas benda tidak bergerak.63 Jadi, jaminan benda tidak bergerak meliputi hak

       61

 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hal.30.

62

 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 2001, hal.62.  63

tanggungan, fidusia, khususnya rumah susun, hipotek kapal laut, dan pesawat udara.

Dalam konteks perkreditan istilah jaminan sering bertukar dengan istilah agunan. Menurut Drs. Muhammad Djumhana, SH, istilah jaminan yang dipakai Prof. Soebekti seperti di bawah ini sebenarnya memakai istilah agunan.64 Menurut Prof. Soebekti, jaminan yang baik (ideal) itu adalah :65

1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang memerlukan;

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan (meneruskan) usahanya;

3. Memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila diperlukan dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi utang si penerima (pengambil) kredit.

Agunan merupakan jaminan tambahan yang diperlukan dalam hal pemberian fasilitas kredit. Hal ini sesuai dengan pengertian agunan yang terdapat dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu bahwa agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

Sesuai penjelasan Pasal 8 UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No. 10 Tahun 1998, dapat diketahui bahwa agunan kredit dapat dibedakan menjadi agunan pokok       

64

Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal.398. 65

dan agunan tambahan. Yang dikatakan agunan pokok adalah barang, surat berharga atau garansi yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, seperti barang-barang yang dibeli dengan kredit yang dijaminkan, proyek-proyek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, maupun tagihan-tagihan debitur . Dan yang dimaksud dengan agunan kredit tambahan adalah barang, surat berharga atau garansi yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, yang ditambahkan sebagai agunan.

Kegunaan jaminan kredit adalah untuk :66

a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapat pelunasan dari agunan, apabila debitur melakukan cidera janji, yaitu untuk membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian;

b. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil;

c. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat- syarat yang telah disetujui agar debitur dan/atau pihak ketiga yang ikut

      

66

menjamin tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank .

Dapatlah disimpulkan bahwa jaminan kredit berfungsi untuk menjamin pelunasan utang debitur bila debitur cidera janji atau pailit. Jaminan kredit akan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak kreditur bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusi jaminan kredit.

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PNPM MANDIRI DAN PINJAMAN DANA BERGULIR

C.Tinjauan umum tentang PNPM Mandiri

3. Latar belakang dan dasar hukum munculnya PNPM Mandiri

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.67

       67

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak Tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa “lembaga kepemimpinan masyarakat” yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan “program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan” yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.68

Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. PNPM Mandiri, dimulai pada tahun 1999 dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di pedesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat diperkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mengembangkan PPK, P2KP, P2DTK menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri       

68  Ibid.

Perdesaan (pengembangan PPK), PNPM Mandiri Perkotaan (pengembangan P2KP), serta PNPM Mandiri Wilayah Khusus dan Desa Tertinggal (pengembangan P2DTK). Pada tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga diprioritaskan pada desa-desa tertinggal. Pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri yang mencakup pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah- daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Mengingat proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM Mandiri akan dilaksanakan sekurang- kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium

atau Millennium Development Goals (MDGs).69 Pelaksanaan PNPM Mandiri

yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur, akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut. MDGs adalah kesepakatan global untuk mencapai target pembangunan bersama yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan; pendidikan dasar untuk semua; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; mengurangi angka

       69

kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; mengurangi penyakit menular dan penyakit lainnya; menjamin kelestarian lingkungan hidup; dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Oleh sebab itu mulai tahun 2007, PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran

Millennium Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015.70

Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan , prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan.

Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu “meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.” Secara khusus tujuan PNPM MP yaitu “membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/desa peserta program mendapatkan manfaat dari peningkatan kondisi lingkungan dan tata kepemerintahan yang baik.”71

Prinsip yang sudah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri yaitu sebagai berikut :72

a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya. b. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang

dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

       70  Ibid. 71  Ibid. 72  Ibid. 

c. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

d. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

e. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

f. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

g. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

h. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral,teknis, legal maupun administratif.

i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. j. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menajga kelestarian lingkungan. l. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan

PNPM harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola oleh masyarakat.

Pendekatan yang dibutuhkan melalui penanganan yang menyeluruh dalam skala perwilayahan yang memadai yang memungkinkan terjadinya keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan dan partisipatif yang dalam hal ini dipilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu mempertemukan perencanaan dari tingkat pemerintah kota/kabupaten dan dari tingkat masyarakat.

Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi :73

a. Penyediaan dan perbaikan pasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya.

b. Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini.

c. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals

(MDGs).

d. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

Dasar hukum yang menjadi dasar hukum PNPM Mandiri dan PNPM MP adalah Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

4. Tujuan dan fungsi PNPM Mandiri

Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu “meningkatkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin       

73  Ibid. 

secara mandiri.”74

Secara khusus PNPM memiliki tujuan yaitu diantaranya :

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

       74

D.Tinjauan umum pinjaman dana bergulir 3. Pengertian pinjaman dana bergulir

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.75

PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan yang ada dengan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan infrastruktur, sosial dan ekonomi (tridaya). Guna mendorong masyarakat dalam membangun modal sosial di tiga kegiatan tersebut PNPM Mandiri memberikan bantuan dana ke masyarakat yang dikenali dengan dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang disalurkan melalui LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan Pinjaman Bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada dengan ketentuan dan       

   75

 Pedoman Pelaksanaan Pinjaman Bergulir, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, 2012,hal.1.

persyaratan yang telah ditetapkan. Sebagian dana BLM tersebut dapat dipergunakan sebagai modal pemberian pinjaman kepada masyarakat miskin melalui Pinjaman Bergulir. Pinjaman berasal dari modal stimulan dana BLM yang disalurkan oleh UPK kepada masyarakat miskin di kelurahan/desa sebagai salah satu program yang disediakan oleh PNPM Mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Dana BLM merupakan aset masyarakat yang harus dikelola secara transparan dan bertanggung jawab, sehingga kedepan diharapkan dana BLM akan menjadi dana abadi bagi masyarakat kelurahan/desa dalam penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.76 Pinjaman bergulir dikelola oleh UPK-LKM yang telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam siklus pembentukan LKM/UPK. Penerima manfaat Pinjaman Bergulir ini pada dasarnya adalah seluruh warga miskin yang tercantum dalam Program Jangka Menengah LKM yang diidentifikasikan melalui Pemetaan Swadaya. Pinjaman Bergulir harus dimanfaatkan untuk kepentingan produktif yang dapat meningkatkan pendapatan dan atau kesejahteraan mereka.

4. Objek dan ruang lingkup pinjaman dana bergulir

Agar pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu dibuat aturan dasar untuk Pinjaman Bergulir, antara lain mengenai kelayakan lembaga pengelola pinjaman bergulir, kelayakan peminjam, dana pinjaman, pelayanan Pinjaman Bergulir dan pendampingannya yang termasuk dalam pembahasan objek dan       

76  Ibid.

ruang lingkup pinjaman dana bergulir.77

Lembaga yang langsung mengelola kegiatan Pinjaman Bergulir adalah Unit Pengelola Keuangan (UPK). UPK adalah salah satu Unit Pengelola dari 3 Unit Pengelola yang berada di bawah LKM. Dua unit pengelola lainnya adalah Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dan Unit Pengelola Sosial (UPS). Struktur lengkap LKM sebagai berikut :

Bagan 1 : Tentang Struktur Organisasi LKM LKM

Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan Sumber : Pedoman Pelaksanaan Pinjaman Bergulir, Direktorat Jenderal Cipta

Karya Kementerian Pekerjaan Umum.

Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai, harus dilakukan pengujian kelayakan, baik untuk LKM/UPK, maupun untuk KSM/anggota dengan menggunakan instrumen kriteria kelayakan yang sudah disiapkan. Kegiatan pinajaman bergulir dapat dilaksanakan, hanya jika        77  Ibid. Unit Pengelola Lingkungan Unit Pengelola Keuangan Unit Pengelola Sosial Pengawas Masyarakat Sekretariat

para pelaku tersebut telah telah memenuhi kriteria kelayakan seperti yang akan dijelaskan di bawah. KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) bertanggung jawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan LKM/UPK. Sedangkan Fasilitator bersama relawan setempat bertanggung jawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan kelompok maupun anggotanya.78

5. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)

LKM yang akan mengelola kegiatan pinjaman bergulir harus memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut :

a. LKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan dan memiliki Anggaran Dasar yang di dalamnya antara lain menyatakan bahwa :

1. Kegiatan Pinjaman Bergulir akan dijalankan sebagai salah satu alat penanggulangan kemiskinan di wilayahnya

2. Dana Pinjaman Bergulir hanya diperuntukkan untuk kegiatan Pinjaman Bergulir saja

3. Pendapatan UPK hanya untuk membiayai kegiatan operasional UPK dan tidak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lainnya, termasuk biaya LKM dan Pengawas. Pengawas hanya bisa dibiayai dari laba bersih tahunan UPK.

b. LKM telah mengangkat Pengawas UPK (2-3 orang) dan petugas UPK (minimal 2 orang). Semua telah memperoleh pelatihan dan PNPM Mandiri Perkotaan dan telah memiliki uraian tugas dan tanggung jawab.       

78

 Hasil wawancara dengan Ibu Nimmi D selaku Asisten Manjemen Keuangan, Koordinator Kota Medan PNPM Mandiri, tanggal 8 Januari 2015.

c. LKM dengan persetujuan masyarakat telah membuat aturan dasar Pinjaman Bergulir yang memuat kriteria KSM dan anggotanya yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota KSM.

d. Untuk kelurahan/desa lama (yang telah menjalankan P2KP) :

1) Kinerja pinjaman bergulir yang dijalankan mencapai kriteria memuaskan; peminjam berisiko (LAR)<10%, pinjaman berisiko (PAR)<10%, ratio pendapatan biaya (CCr) > 125% dan hasil investasi (ROI) >10%.79

2) Bersedia melakukan perbaikan kelembagaan antara lain : (a) Membentuk pengawas UPK

(b) LKM telah menerima pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan (c) Telah memiliki rekening atas nama LKM dengan kewenangan mendatangani 3 orang.

4. Pengawas UPK

Pengawas UPK yang bertugas mengawasi kegiatan UPK dalam       

      79

 LAR adalah indikator yang menunjukkan berapa % peminjam yang menunggak, angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara berapa KSM peminjam yang menunggak ≥ 3 bulan dengan seluruh KSM peminjam yang masih memiliki saldo pinjaman.

PAR adalah indikator yang menunjukkan berapa % pinjaman yang tertunggak, angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara jumlah pinjaman yang tertunggak ≥ 3 bulan dengan total realisasi saldo pinjaman di UPK.

CCr adalah kemampuan UPK untuk menutup biaya dari pendapatan yang diperolehnya, angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara seluruh pendapatan yang diperoleh UPK dengan seluruh biaya yang dikeluarkan UPK.

ROI adalah kemampuan UPK untuk menghasilkan laba dari modal yang digunakan

Dokumen terkait