• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

C. Jenis dan Prinsip Pemberian Kredit

1. Jenis kredit menurut kelembagaannya.

Kredit perbankan dengan melihat kelembagaannya maka dikenal beberapa jenis kredit.

Adapun jenis kredit dengan dasar pengelompokan menurut kriteria kelembagaan ini terdiri dari :

a. Kredit perbankan yang diberikan oleh bank milik negara, atau bank swasta kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau konsumsi. Kredit ini diberikan kepada dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian kebutuhan permodalan, dan atau kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

b. Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank-bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.

c. Kredit langsung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah atau semi pemerintah (kredit program), misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog dalam rangka pelaksanaannya program pengadaan pangan, atau pemberian       

40

 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.365.

kredit langsung kepada Pertamina, atau pihak ketiga lainnya.

d. Kredit (pinjaman antar bank), kredit ini diberikan oleh bank yang kelebihan dana kepada bank yang kekurangan dana. Peminjaman jenis ini merupakan sarana yang paling mudah dilakukan oleh bank yang memerlukan tambahan dana baik dalam keadaan darurat maupun dalam keadaan biasa, sekedar memerlukan tambahan dana untuk dapat diputar kembali.

2. Jenis kredit menurut jangka waktunya.

Artinya dalam pengelompokan jenis kredit menurut jangka waktunya semata-mata hanya dapat menyangkut kelonggaran yang diberikan bank kepada nasabahnya untuk melunasi kredit tersebut.

Menurut jangka waktu dikenal tiga jenis kredit, yaitu :41 a. Kredit jangka pendek

Disebut kredit jangka pendek (short term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 (satu) tahun. Bentuknya dapat berupa kredit modal kerja yaitu kredit untuk membiayai kebutuhan modal kerja usaha atau proyek.

b. Kredit jangka menengah (medium term loan)

Biasanya kredit ini berjangka waktu lebih dari satu tahun sampai dengan tiga tahun untuk jenis ini dapat berupa kredit investasi jangka menengah, diberikan contoh misalnya kredit investasi untuk pembelian kendaraan

bermotor (mobil) atau kredit modal kerja penyelesaian proyek       

41  Ibid. 

(konstruksi), dimana jangka waktu proyeknya melebihi satu tahun. c. Kredit jangka panjang

Jenis kredit ini pada umumnya mempunyai jangka waktu lebih dari tiga tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusaaan dalam rangka melakukan rehabilitasi, ekspansi (perluasan), dan pendirian proyek baru.

3. Jenis kredit menurut sifat penggunaannya

Kredit yang diberikan kepada nasabah ataupun debitur juga dapat dibedakan menurut sifat penggunaannya, yaitu :42

a. Kredit konsumtif.

yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah, atau bank swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari.

b. Kredit produktif.

Terdiri dari kredit investasi dan kredit eksploitasi. Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, juga membiayai rehabilitasi, dan ekspansi, relokasi proyek ataupun pendirian proyek baru. Sedangkan kredit eksploitasi, yaitu kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja berupa persediaan bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam proses produksi serta piutang-piutang.

       42

c. Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif (semi konsumtif dan semi produktif).

4. Jenis kredit menurut keterkaitannya dengan dokumen.

Dari segi dokumen maka kredit jenis ini berarti kredit yang sangat terkait dengan dokumen-dokumen berharga yang memiliki substansi nilai jumlah uang, dan dokumen tersebut merupakan jaminan pokok pemberian kredit sehingga sering disebut documentary credit. Kredit ini banyak digunakan oleh orang yang mengadakan transaksi dagang yang berlainan tempat, dan apabila transaksinya berlainan negara maka sangat terkait sekali dengan valuta asing. Kredit ini terdiri dari :43

a. Kredit ekspor, yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor. Jadi bisa dalam kredit langsung maupun tidak langsung, seperti pembiayaan kredit modal kerja jangka pendek, maupun kredit investas untuk jenis industri yang berorientasi ekspor. b. Kredit impor

Unsur dan ruang lingkup dari kredit impor pada dasarnya hampir sama dengan kredit ekspor karena jenis kredit tersebut merupakan kredit berdokumen.

5. Menurut aktifitas perputaran usaha.

Dari segi besar kecilnya aktifitas perputaran usaha, yaitu melihat dinamika, sektor yang digeluti, aset yang dimiliki, dan sebagainya maka jenis kredit ini

       43

terdiri dari :44

a. Kredit kecil, yaitu kredit ini diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil. Menurut Surat Direksi Bank Indonesia Nomor 30/4/KEP/DIR Tanggal 4 April 1997 Tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil, yang dimaksudkan Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja, yang diberikan dalam Rupiah atau Valuta Asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit keseluruhan maksimum Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/2/PBI/2001 Tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil, yang dimaksud Kredit Usaha Kecil adalah kredit atau pembiayaan dari Bank untuk investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam Rupiah dan atau Valuta Asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit keseluruhan maksimum Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif.

b. Kredit menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih besar dari pada pengusaha kecil.

c. Kredit besar, pada dasarnya ditinjau dari segi jumlah kredit yang diterima oleh debitur. Dalam pelaksanaan pemberian kredit yang besar ini bank dengan melihat risiko yang besar pula, biasanya memberikannya secara kredit sindikasi ataupun konsorsium. Hal ini       

44  Ibid. 

dilakukan guna menekan risiko dan dana yang tersedia dapat disebar tidak hanya pada satu perusahaan saja. Sehingga pemberian kredit yang besar dilakukan dengan cara pembiayaan bersama (co financing/joint financing). Cara pembiayaan bersama ini dapat dilakukan antar bank milik negara, antar bank milik negara dengan bank milik pemerintah daerah, antar bank milik negara dengan bank milik swasta atau bank asing.

6. Jenis kredit menurut sifat jaminan

Dari segi jaminannya jenis kredit dapat dibedakan sebagai berikut :45

a. Kredit tanpa jaminan atau kredit blanko (unsucured loan), yaitu pemberian kredit tanpa jaminan materil (agunan fisik), pemberiannya sangatlah efektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah teruji bonafiditas, kejujuran dan ketaatannya dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya. Dalam Undang-Undang 1992 maupun Undang-Undang Perubahannya 1998, pemberian kredit ini dapat saja direalisasikan, karena perundang-undangan perbankan yang berlaku sekarang ini lebih menganut kepada jaminan yang bersifat non fisik, artinya bahwa pemberian kredit dapat dilakukan oleh bank apabila mempunyai keyakinan terhadap debiturnya atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Adapun agunan merupakan jaminan tambahan yang lebih bersifat fisik. Kredit tanpa jaminan ini mengandung risiko yang lebih       

45  Ibid. 

besar, sehingga dengan demikian berlaku bahwa semua harta kekayaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang sudah ada maupun yang akan ada kemudian seluruhnya akan menjadi jaminan pemenuhan pembayaran hutangnya.

b. Kredit dengan jaminan (secured loan).

Kredit ini diberikan kepada debitur selain didasarkan adanya keyakinan atau kemampuan debitur juga didasarkan kepada adanya agunan atau jaminan yang berupa fisik (collateral) sebagai jaminan tambahan, misalnya tanah, bangunan, alat-alat produktif, dan sebagainya.

Agunan sebagai jaminan tambahan ini dimaksudkan untuk memudahkan kreditur apabila debitur wanprestasi, sehingga bank segera dapat menerima pelunasan hutangnya melalui cara pelelangan agunan tersebut. Hal demikian dilakukan untuk menekan seminimal mungkin risiko, apabila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kredit yang diberikan kepada nasabahnya.

Prinsip pemberian kredit

Adapun yang menjadi prinsip pemberian kredit adalah sebagai berikut :46 1. Watak (character)

Dalam hal ini penilaian menyangkut kemauan atau dengan kata lain itikad baik pemohon akan mempergunakan kredit sesuai dengan tujuan pemberiannya dan pada waktunya akan melunasi kredit termasuk bunganya, disamping mematuhi syarat-syarat yang ditentukan.

       46

2. Kemampuan (capacity)

Dalam hal ini penilaian menyangkut seberapa jauh kemampuan pemohon dan usaha pemohon untuk dapat melunaskan beserta pembayaran melunaskan kredit beserta pembayaran bunganya. Artinya, menilai apakah pengurus atau tenaga-tenaga perusahaan mampu menjalankan usahanya, mampu mengembangkan usahanya untuk menjadi perusahaan yang berjalan lancar, berkembang dan sekaligus menguntungkan. Karena hanya perusahaan yang berkembang dan menguntungkanlah yang mampu untuk membayar kewajiban bunga dan pengembalian kredit. Kalau perusahaan merugi, mungkin ia bisa membayar bunga, namun bukan berasal dari keuntungan akan tetapi berasal dari modal atau dana dari kredit itu sendiri. Kemampuan dalam kondisi yang demikian tidak akan bertahan lama, karena jika dananya sudah menipis atau habis maka perusahaan tersebut tidak akan mampu lagi untuk membayar bunga apalagi membayar hutang pokoknya.47 3. Modal (capital)

Pihak kreditur baik lembaga bank atau non bank harus menilai berapa besarnya modal perusahaan. Makin besar modal perusahaan akan semakin baik, karena :48

a. Keterlibatan atau tanggung jawab pemilik modal terhadap maju mundurnya perusahaan akan menjadi besar.

b. Beban perusahaan terhadap kewajiban bunga kredit dan       

47  Ibid. 48

pengembaliannya akan menjadi lebih kecil. c. Resiko kredit akan menjadi lebih kecil.

Oleh karena itu didalam pemberian kredit, bank selalu mensyaratkan adanya modal perusahaan sendiri. Secara umum perbandingan modal sendiri dengan kredit bank dalam suatu pembiayaan.

4. Kondisi-kondisi ekonomi (condition of economy)

Yang dimaksud dengan kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu, dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada pemohon. Apakah kondisi ekonomi tersebut memungkinkan pemohon mendapatkan keuntungan yang diperhitungkan dengan mempergunakan kredit tersebut.49

5. Jaminan (collateral)

Yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna kepastian pelunasan di belakang hari, kalau penerima kredit tidak melunasi hutangnya. Jaminan itu dapat berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak dan dapat berupa penanggungan yaitu disebut jaminan perorangan dimana adanya pihak ketiga yang bersedia untuk menjamin pembayaran dari penerima kredit. Jumlah nilai jaminan lainnya tidak lebih tinggi dari jumlah kredit yang diberikan.50

       49

 Ibid.  50

Guna mengamankan pemberian kredit, umumnya perjanjian kredit dituangkan dalam bentuk tertulis dan dalam perjanjian baku (standards contract). Perjanjian kredit bank biasanya dibuat dalam dua bentuk, yaitu :51

1. Perjanjian dalam bentuk akta bawah tangan

Akta di bawah tangan adalah akta yang bentuknya bebas dan pembuatannya cukup dengan ditandatangani oleh pembuatnya. Akta ini mempunyai kekuatan pembuktian seperti akta autentik apabila para pihak mengakui isi dan tanda tangan yang tercantum di dalam akta (Pasal 1875 KUH Perdata). Agar akta bawah tangan tidak mudah dibantah, maka dibutuhkan legalisasi oleh notaris yang mengakibatkan akta bawah tangan tersebut memiliki kekuatan pembuktian seperti akta autentik.

2. Perjanjian dalam bentuk akta autentik

Akta autentik ini memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Ini berarti akta autentik dianggap sah dan benar tanpa perlu membuktikan atau menyelidiki keabsahan tanda tangan dari para pihak. Akta autentik diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata.

Adapun perjanjian kredit dapat berakhir, yakni sesuai dengan ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata tentang hapusnya perikatan, karena perjanjian kredit juga tunduk pada hukum perikatan. Perjanjian kredit akan berakhir karena :52 a. Pembayaran

       51

 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Renika Cipta, Jakarta, 2009, hal.176. 

52

 Rachmadi Usman, Aspek- Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001,hal.279.

Pembayaran secara lunas ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur, baik pembayaran utang pokok, bunga, denda maupun biaya-biaya lainnya yang wajib dibayar lunas oleh debitur. Pembayaran lunas ini, baik karena jatuh tempo kreditnya maupun karena diharuskannya debitur melunasi kreditnya secara seketika dan sekaligus.

b. Subrogasi

Subrogasi oleh Pasal 1400 KUH Perdata disebutkan sebagai penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga yang membayar kepada si berpiutang itu. Jadi subrogasi dapat terjadi apabila ada penggunaan hak-hak oleh seorang pihak ketiga yang mengadakan pembayaran.

c. Pembaharuan utang (novasi)

Pembaharuan utang terjadi dengan jalan mengganti utang lama dengan utang baru, debitur lama dengan debitur baru, dan kreditur lama dengan kreditur baru.

d. Perjumpaan utang (kompensasi)

Kompensasi adalah perjumpaan dua utang, yang berupa benda-benda yang ditentukan menurut jenis, yang dipunyai oleh dua orang atau pihak secara timbal balik, di mana masing-masing pihak berkedudukan baik sebagai kreditur maupun debitur terhadap orang lain, sampai jumlah terkecil yang ada di antara kedua uang tersebut. Dasar kompensasi diatur dalam Pasal 1425 KUH Perdata.53

       53

Dokumen terkait