• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Keuangan

Dalam dokumen Analisis Usaha dan Kelayakan Studi Sapi (Halaman 35-46)

Menurut Umar, (2005) tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Kritertia investasi yang

digunakan yaitu analsis laba rugi, break even point produksi (BEP Produksi), break even poin harga (BEP harga), B/C rasio dan Return of investment (ROI).

Menurut Syarif K. (2011)bahwa,Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal)dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masingsumber dana yang dipakai dalam investasi. Aspek finansial merupakan suatugambaran yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankanatau tidak dijalankan dengan melihat dari beberapa indikator yaitu keuntungan,R/C Ratio, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP) yang dapatdiuraikan sebagai berikut :

1. Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari hasil penjualan produk setelahdikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untukmemproduksi produk tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahuibesarnya keuntungan dari usaha yang dilakukan dan semakin besarkeuntungan maka semakin bagus.

2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio), bertujuan untuk melihatseberapa jauh biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yang dilakukandapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.

3. Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupkembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakanaliran kas, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa lama modal yang telahditanamkan bias kembali dalam satuan waktu.

4. BEP (Break Event Point) analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampaibatas mana usaha yang dilakukan bias memberikan keuntungan atau padatingkat

tidak rugi dan tidak untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannyaantara pendapatan dan biaya.

Menurut Umar,(2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu dianalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Beberapa criteria investasi yang digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu usulan usaha sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk mendapatkan hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yag diperoleh selama umur ekonomi proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan tidak layak dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih kecildari satu.

2. Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present value dari net benefit positif dengan present value dari net benefit negative. Analisis ini bertujuanuntuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan denganpengeluaran selama umur ekonomis proyek.

3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yag dapat membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau yang dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka waktu tertentu.

Dalam mengkaji aspek keuangan dalam studi kelayakan stidaknya ada lima faktor yang harus dikaji. Kelima faktor tersebut adalah (Anonim, 2010):

Dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja.

Sumber sumber pembelanjaan yang akan dipergunakan. Seberapa banyak dana yang bgerupa modal sendiri dan berapa banyak yang berupa pinjaman jangka pendek, dan berapa yang jangka panjang.

Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi. Termasuk di sini estimasi tentang break event proyek tersebut.

Manfaat dan biaya dalam artian finansial, seperti ”rate of retrun on investment”.

Di sini di samping perlu ditaksir rugi/laba proyek tersebut, juga taksiran aliran kas diperlukan untuk menghitung profitabilitas finansial proyek tersebut.

Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan proyeksi sumber dan penggunaan dana.

Dalam bisnis kategori pemilihan investasi didasarkan pada replacement (mengganti peralatan yang telah rusak/boros) dan expansion (ekspansi untuk produk yang sudah ada atau produk yang berbeda). Beberapa metode yang dapat dilakukan di dalam penilaian investasi akan dipaparkan dalam bagian ini. Metode-metode yang akan dikemukakan ini adalah metode-metode yang secara umum digunakan di dalam Laporan Studi Kelayakan Bisnis (Sucipto, 2013).

Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang paling penting di antara ketiga keputusan jangka panjang yang diambil manajer keuangan.

Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan. Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi adalah sebagai berikut (Sucipto, 2013) :

1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).

2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.

3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode penilaian kelayakan investasi.

4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.

Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode konvensional dan metode nonkonvensional (discounted cash flow). Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tigamacam tolok ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR) (Sucipto, 2013).

2.7.1 Metode Payback Period (PP)

Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flownya yang hasilnya

merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh perusahaan (Sucipto, 2013).

Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek berbeda setiap tahun (Sucipto,2013).:

Payback Period=n+ab

cb ×1tahun

di mana:

n = tahun terakhir di mana arus kas masih belum bisa menutupi initial investment a = jumlah initial investment

b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1

Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek sama jumlahnya setiap tahun (Sucipto,2013).:

Payback Period=Initial Investment

Cash Flow ×1tahun

Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana perhitungannya, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu (Sucipto, 2013) : a. Tidak memperhatikan nilai waktu uang.

b. Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana investasi tercapai.

Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi (Sucipto, 2013).

Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut (Sucipto, 2013) : a. Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.

b. Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.

c. Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah risiko kerugian.

2.7.2 Metode Net Present Value (NPV)

Secara umum ada anggapan bahwa metode net present value merupakan kriteria seleksi kuantitatif yang paling baiksehingga paling sering digunakan untuk menilai kelayakan suatuusulan investasi. Namun ada kalanya perusahaan dalam prosespembuatan keputusan investasi tidak hanya menggunakanmetode net present value tetapi juga menggunakan metode metodelainnya secara bersama-sama.Metode ini adalah metode yang mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas bersih operasional atasinvestasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow (initial investment). Secara matematik rumus untuk menghitung Net Present Value (NPV) dapat dituliskan sebagai berikut (Sucipto, 2013):

NPV=

t−1

n CIFt

di mana:

CIF = cash inflow pada waktu t yang dihasilkan suatu investasi k = biaya modal

COF = initial cash outflow n = usia investasi

Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash inflow) yang digunakan dalam menghitung net present value (nilai sekarang bersih) adalah arus kas masuk yangdidiskontokan atas dasar discount rate tertentu (biaya modal, opportunity cost, tingkat bunga yang berlaku umum). Selisih antara present value penerimaan kas dengan present value pengeluarankas dinamakan Net Present Value (Sucipto, 2013).

Kriteria keputusan (Sucipto, 2013):

Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima. Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.

Keunggulan metode NPV

a. Memperhitungkan nilai waktu dari uang.

b. Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek. c. Memperhitungkan nilai sisa proyek.

Kelemahan metode NPV

a. Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek.

b. Jika proyek memiliki nilai invetasi inisial yang berbeda, serta usia yang juga berbeda, maka NPV yang lebih besar belum sebagai proyek yang lebih baik.

c. Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas,melainkan juga dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek.

2.7.3 Metode Discount Payback Period

Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari metode payback period, yaitu tidak memperhatikan nilai waktu uang, maka dicoba untuk memperbaiki metode tersebut dengan cara mempresent-valuekan arus kas masuk (cash inflow) dari rencana investasi tersebut kemudian baru dihitung payback period-nya. Dengan demikian arus kas yang dipakai adalah arus kas yang telah didiskontokan atas dasar cost of capital/interest rate/requiredrate of return atau opportunity cost (Sucipto, 2013).

2.7.4 Metode Internal Rate of Return

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya (Sucipto, 2013).

Secara matematik rumus internal rate of return (IRR) dapat dituliskan sebagai berikut (Sucipto, 2013).: COF=

t−1 n CIFt (1+IRR)t

2.7.5 Modified Internal Rate of Return (MIRR)

MIRR adalah suatu tingkat diskonto yang menyebabkan present value biaya (cash outflow) sama dengan present value nilai terminal, di mana nilai terminal adalah future value dari arus kas masuk (cash inflow) yang digandakan dengan biaya modal. MIRR memiliki kelebihan dibandingkan IRR karena MIRR mengasumsikan arus kas dari proyek diinvestasikan kembali (digandakan) dengan menggunakan biaya modal. Selain itu MIRR juga dapat menghindari masalah “multiple IRR” yang terjadi pada metode IRR (Sucipto, 2013)..

Rumus untuk menghitung MIRR adalah (Sucipto, 2013).:

PV Biaya=Nilai Terminal

(1+M IRR)n PV Biaya=

t−1 n CIFt(1+i)nt (1+MIRR)n

2.7.6 Metode Profitability Index (PI)

Profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Rumus (Sucipto, 2013).:

PI=PV kas masuk

Kriteria penilaian PI adalah: jika nilai PI lebih besar dari 1, usulan proyek dinyatakan layak, sebaliknya jika PI lebih kecil dari 1 usulan proyek dinyatakan tidak layak.

2.7.7 B/C Rasio (benefit cost ratio)

Kadariah (1987) dalam Anonim (2010) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila :

B/C Ratio > 1 = efisien B/C Ratio ═ 1 = impas B/C Ratio < 1 = tidak efisien

Selanjutnya Kadariah (1978) dalam Anonim (2010) menambahkan Analisis tingkat kelayakan usaha tani atau B/C ratio. Benefit Cost Ratio (B/Cratio) bisa digunakan dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.

B/C ratio = Total Pendapatan(Rp)

Total Biaya Produksi(Rp) (Cahyono, 2002 dalam Anonim 2010).

Soekartawi et al. (1986) dalam Anonim (2010) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/ C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai B/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

Analisis titik impas atau pulang modal (BEP) adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian (Anonim, 2010).

Dalam dokumen Analisis Usaha dan Kelayakan Studi Sapi (Halaman 35-46)

Dokumen terkait