• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AISATSU, SEJARAH BANZAI,

2.3 Konsep Makna

2.3.2 Aspek-aspek Makna

Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Menurut Pateda (2001:79) keutuhan makna itu merupakan perpaduan antara empat aspek, yaitu pengertian (sense), nilai rasa (feeling), nada (tone), maksud (intention).

Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi ( Shipley, 1962:263).

Aspek aspek makna dalam semantik menurut,Pateda (2001:79) ada empat hal, yaitu:

a. pengertian (sense)

pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penuli dengan pembaca terdapat kesamaan bahasa. Misalnya, „hari ini hujan‟ yang memiliki satuan-satuan „hari ini‟, dan „hujan‟. Jika antara pembicara dan pendengar mempunyai kesamaan pengertian, maka pendengar mengerti apa yang dimaksudnya.

b. nilai rasa (feeling)

Perasaan adalah aspek makna yang bersifat subjektif, yakni sikap penyapa terhadap tema atau pokok pembicaraan. Misalnya, sedih, gembira, dan marah.

c. nada (tone)

Nada adalah aspek makna yang bersifat subjektif, yakni panyapa terhadap pesapanya. Pesapa yang berlainan akan mempengaruhi pilihan kata (diksi) dan cara penyampaian amanat.Karena itu, relasi penyapa dan pesapa melahirkan nada tertentu dalam komunikasi. Misalnya: sinis, ironi, dan imperatif.

d. maksud (intention)

Maksud adalah aspek makna yang berupa amanat dan tujuan yang ingin dicapai oleh penyapa, berupa sampainya ide panyapa kepada pesapa secara tepat.

maksud berkaitan dengan maksud penyapa serta penafsiran dari pesapa. Jika maksud tidak diterima dengan tepat oleh pesapa, maka akan timbul salah paham atau salah komunikasi. Karena itu, maksud sebenarnya merupakan pesan penyapa yang telah diterima oleh pesapa. Dalam kaitannya dengan aspek makna, Verhaar (1982:131) menjelaskan bahwa ujaran manusia itu berkaitan dengan tiga aspek, yakni maksud, makna, dan informasi. Maksud berupa amanat, bersifat subyektif, berada pada pemakai bahasa. Makna berupa isi suatu bahasa, bersifat lingual.

2.4 Antropolinguistik

Sibarani (2004:50) mengatakan bahwa antropolinguistik secara garis besarmembicarakan dua tugas utama yakni (1) mempelajari kebudayaan dari sudutbahasa dan (2) mempelajari bahasa dalam konteks kebudayaan.

Antropolinguistikjuga mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam pola-pola bahasayang dimiliki oleh penuturnya, serta mengkaji bahasa dalam hubungannya denganbudaya penuturnya secara menyeluruh.

Bahasa dan budaya memiliki hubungan yang sangat erat, salingmempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Yang

palingmendasari hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa harus dipelajaridalam konteks kebudayaan, dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa(Sibarani, 2004:51). Dengan kata lain, antropolinguistik mempelajari kebudayaandari sumber-sumber bahasa, dan juga sebaliknya mempelajari bahasa yangdikaitkan dengan budaya.

Harafiah (2005:61) mengatakan bahwa antropolinguistik menganggapbahwa faktor budaya tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian bahasa.

Bahasamerupakan fakta yang harus dipertimbangkan dalam kajian budaya dalamkehidupan manusia. Inti masalah dalam kajian antropolinguistik adalah sistemkepercayaan, nilai, moral, tingkah laku, dan pandangan atau unsur-unsur yangmencorakkan budaya suatu kumpulan masyarakat.

BAB III

MAKNA BANZAI DALAM MASYARAKAT JEPANG

3.2 SemboyanBanzai dalam Masyarakat Jepang

Pada 11 february 1889 semboyan banzai digunakan untuk mengucapkan selamat dengan bersorak dan mengeluarkan suara yang nyaring dan itu hanyalah sebuah ucapan salam pada kaisar. Namun, berjalannya waktu dalam masyarakat Jepang banzai memiliki arti yang berbeda pada saat Perang Dunia II. Agusfian (2016:3-12) keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II merupakan perang besar yang melibatkan banyak negara dunia yang terbagi atas dua blok poros dan blok sekutu. Blok poros terdiri atas Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania, Firlandia, Hungaria, sedangkan blok sekutu terdiri atas Inggris, Perancis, Rusia, Amerika Serikat, Polandia, Belgia, dan negara sekutu yang lainnya. Perang tersebut terjadi di beberapa medan pertempuran, seperti pertempuran laut karang dan pertempuran laut koral, pertempuran Midway, pertempuran Guadalkanal, pertempuran di pulau Saipan, Tinian, dan Guam, pertempuran di Iwo Jima, pertempuran attu, pertempuran di Okinawa. Perang Dunia II berawal dari Perang Pasifik, sedangkan Perang Pasifik dipicu oleh serangan Jepang ke Pearl Harbour. Ada pun Jepang menyerang Pearl Harbour karena kekecewaannya terhadap Amerika, di mana Jepang merasa diperlakukan tidak adil oleh bangsa Barat dankedudukannyadirendahkan. Ini dimulai ketika Jepang dipaksa membukanegaranya saat Jepang melakukan politik Sakoku (menutup negara dari bangsaasing) pada masa pemerintahan Bakufu.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Perang Dunia II berlangsung dari 1937 sampai 1945.Keberhasilan Jepang dalam melumpuhkan Pearl Harbour merupakan peristiwa fenomenal dan menjadi pemicu keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II, karena setelah melumpuhkan Pearl Harbour, Amerika menyatakan perang kepada Jepang sehingga terjadi Perang Pasifik. Perang Pasifik selanjutnya merupakan perang antara Jepang dan pihak Sekutu (Cina, Amerika Serikat, Britania Raya, Filipina, Australia, Belanda dan Selandia Baru).

Sementara pihak Jepang adalah Jerman Nazi dan Italia.Dapat dikatakan bahwa dalam Perang Dunia II, pada awalnya Jepang mampu memenangkan peperangan melawan pihak sekutu dan berhasil menguasai hampir seluruh daratan Asia Tenggara ditambah dengan Cina dan Korea. Ekspansi Jepang pada Perang Dunia II seolah tidak terbendung, sehingga membuat Amerika Serikat bertekad untuk menghancurkan Jepang. Tekad Amerika pun berhasil terwujud karena keadaan kemudian berbalik di mana Jepang kalah dalam pertempuran laut yang berlangsung di Midway sekitar 4 sampai dengan 7 Juni 1942.

Jepang kehilangan lebih dari 330 pesawat, termasuk pilotnya yang tak tergantikan. Salah satu pertempuran yang terkenal yaitu pertempuran Attu yang berlangsung di pulau Attu lepas pantai Alaska dari 11 Mei hingga 30 Mei 1943 antara tentara Amerika Serikat dan tentara Kekaisaran Jepang. Pertempuran ini merupakan bagian dari Kampanye Kepulauan Aleut semasa Perang Pasifik, dan satu-satunya pertempuran darat dalam Perang Dunia II yang berlangsung di teritori Amerika Serikat. Pertempuran Attu juga merupakan satu-satunya pertempuran darat antara Jepang dan Amerika Serikat pada kondisi cuaca dingin di Arktik.

Bagi orang Amerika, banzai merupakan adegan serdadu Jepang yang berteriak ketika mereka memenangkan pertempuran atau ketika mereka melakukan bunuh diri dalam kamikaze attack. Karena masyarakat Jepang tidak pernah membiarkan Jepang menyerah, lebih baik mati sambil meneriakkan kata banzai.

Saat awal Perang Dunia II, pasukan Jepang masih sering bergantung pada strategi mobilisasi infantri massal yang masih digunakan dalam Perang Dunia I.

Banyak tentara sekutu dipersenjatai oleh senjata semi atau otomatis, mampu memberikan daya tembak lebih tinggi dibandingkan infantri Perang Dunia I, dan daya tembak ini mampu mampu memberikan serangan massal dalam sekejap.

Metode serangan massal yang dilakukan terbukti sangat mahal dilakukan oleh Jepang dan taktik ini kemudian ditinggalkan oleh Jepang. Pada akhir Perang Dunia II, saat kekalahan sudah ada di depan mata Kekaisaran Jepang, serangan massal ini menjadi usaha terakhir Jepang ketika menyerah atau kematian menjadi pilihan terakhir, seperti saat pertempuran attu.Tentara Jepang yang gugur setelah melakukan serangan banzai terakhir melawan pasukan Amerika saat Pertempuran Attu, 29 Mei 1943. Serangan banzai di Pertempuran Attu merupakan serangan banzai terbesar dalam sejarah Perang Pasifik(https:// wikipedia.org /wiki/

pertempuran_attu, diakses 9April 2018).

Saat Perang Dunia II serangan massal oleh prajurit Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, sebagai „serangan banzai‟karena infantri Jepang meneriakkan

„banzai‟ saat mereka berlari kearah pasukan sekutu.Banzai Charge atau Serangan Banzai adalah istilah yang diciptakan oleh kalangan pasukan Sekutu untuk menyebut taktik serangan Human Wave Attack yang dilakukan oleh pasukan

Jepang. Istilah ini berasal dari salah-satu kata seruan perang yaitu "Tenno Heikka, Banzai" yang mempunyai arti "Panjang Umurlah Sang Kaisar". Yang biasanya kata itu diteriakkan oleh para pasukan Jepang saat melakukan serangan tersebut.Orang-orang Jepang meyakini taktik serangan ini adalah salah-satu metode untuk melakukan Gyokusai (Mati dengan terhormat).

Gyokusai adalah eufemisme rakyat Jepang untuk serangan bunuh diri, atau bunuh diri untuk menghindari rasa malu seppuku.Hal ini berdasarkan kutipan buku teks Bahasa Tionghoa KlasikBuku Qi Utara, "orang besar harus mati sebagai permata hancur daripada hidup sebagai ubin yang utuh." Hal ini diaplikasikan pada konsep mati terhormat atas kekalahan oleh Saigō Takamori (1827–1877), dan digunakan sebagai slogan ichioku gyokusai "seratus juta perhiasan yang rusak" oleh pemerintah Jepang saat bulan-bulan terakhir Perang Pasifik, saat Jepang menghadapi serangan oleh Sekutu, beberapa persepsi dari keyakinan ini juga berasal dari HagakurenyaTsunetomo Yamamoto, yang terkenal pada abad ke-18 atas risalahnya mengenai bushido.

Taktik serangan bunuh diri seperti ini sudah dilakukan sejak zaman priode Sengoku, yang mana para samurai Jepang mengikuti kode etik yang disebutbushido. Prajurit Jepang harus memegang teguh ajaran bushido, artinya ialah menginsyafi kedudukan masing-masing dalam hidup ini, mempertinggi derajat dan kecakapan diri, melatih diri lahir batin untuk menyempurnakan kecakapannya dalam ketentaraan, memegang teguh disiplin, serta menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan tanah air sampai titik darah terakhir.

Menurut ajaran Bushido, mati untuk Tenno adalah bentuk mati yang sempurna dan termulia.Bagi mereka, kalah tidak berarti harus mati. Kekalahan dapat di tebus kembali dengan kemenangan. Jika terpaksa kalah, maka mereka mau kalah dengan penuh harga diri.Bushido memberi kekuatan lahir batin yang tak terhingga kepada tentara Jepang pada khususnya dan rakyat Jepang pada umumnya.Dalam Perang Dunia II tentara Amerika Serikat menghadapi Bushido Jepang. Di Iwojima semua tentara Jepang gugur, tetapi AS juga kehilangan 35.000 prajurit terbaik. Iwojima hingga sekarang masih menjadi kenangan yang mengerikan bagi Negara Amerika Serikat(Ojong,P.K.2001:1).

Kebanyakan orang berpendapat bahwa taktik Serangan Banzai adalah hal yang bodoh dan tidak rasional. Tetapi pada dasarnya ada 2 alasan yang membuat pasukan Jepang sering menggunakan taktik ini. Yang pertama, tentara Jepang lebih memilih bunuh diri daripada tertangkap oleh musuh. Pemikiran sepertiini sudah mendarah-daging bagi orang-orang Jepang.Yang kedua, pengalaman sebelum Perang Dunia II telah menunjukkan bahwa taktik seperti ini juga bisa menjadi sangat efektif. Contohnya pada Perang Dunia I, taktik Human Wave Attack adalah kunci utama untuk merebut parit-parit musuh.Serangan banzai ini hampir selalu dilakukan oleh para pasukan Jepang saat mereka sudah terdesak atau kehabisan amunisi(http://ww2axizone.blogspot.com/2016/09/banzai-charge.html?=1,

diakses pada 23 April 2018).

Serangan Banzai relatif gagal, karena pertahanan Sekutu di Pasifik lumayan kuat. Kunci kesuksean taktik serangan ini adalah jika musuh mempunyai pertahanan yang lemah, dan dipersenjatai oleh senapan-senapan dengan Fire Rate rendah, seperti Bolt-Action Rifle. Ketika Sekutu menginvasi wilayah-wilayah

jajahan Jepang, mereka sudah dipersenjatai dengansenapan-senapan mesin yang cukup memadai, sehingga bisa dengan mudah menebas habis pasukan-pasukan Jepang dari jarak jauh.

Salah satu serangan Banzai yang sukses adalah yang dilakukan di pulau Attu selama Kampanye Kepulauan Aleut pada tahun 1943. Yang mana serangan itu menembus sangat jauh ke dalam garis pertahanan Amerika. Ini adalah salah-satu Serangan Banzai yang terbesar yang pernah dilakukan oleh Jepang.Serangan Banzai yang terbesar lainnya dilakukan pada saat-saat akhir Pertempuran Saipan pada 1944, sekitar 2 Batalion Infanteri Amerika hancur dalam satu kali serangan.

Sementara lebih dari 4.000 tentara Jepang tewas. Peristiwa ini diadopsi kedalam film "Oba : The Last Samurai" yang dirilis pada 11 Februari 2011.serangan banzai sudah menjadi strategi pertahanan tetap tentara Jepang(Agusfian, 2016:11)

Sekarang banzai memiliki arti sebagai kata yang merujuk pada tindakan yang mengekspresikan kegembiraan dan perayaan dan dapat juga diartikan sebagai tindakan menyerah. Banzai dilakukan dengan cara berdiri dan mengangkat kedua lengan keatas dan meneriakkan “banzai”. Secara umum banzai memiliki makna asli yaitu “semoga panjang umur dan hidup makmur”

baik dalam keluarga, pernikahan atau membuka sebuah bisnis baru. Dalam masyarakat Jepang banzai juga memiliki arti cheers, selamat dan hore.Banzai dilakukan ditempat-tempat bahagia seperti dalam pertandingan olahraga, pernikahan dan politik.

3.2 Penggunaan Banzai dalam Masyarkat Jepang

Kelestarian sebuah budaya ditentukan oleh pelaku budaya itu sendiri apakah merekamerasa masih perlu melaksanakannya atau

tidak.Dalamperjalanannya tradisidapatmengalami pergeseran nilai atau bahkan kepunahan karena bersingungan denganmodernisasi, globalisasi, agama dan pemahaman masyarakat yang semakin berkurang. Kenyataanya pada zaman sekarang ini banyak sekali tradisi yang ada dimasyarakat sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan karena modernisasi, globalisasi, juga agama yang mengubah pandangan masyarakat terhadap budaya itu sendiri.

Bahasa dan budaya memiliki ikatanyang kuat, karena bahasa merupakanbagian dari budaya, dan budaya diwakilkanmelalui bahasa. Budaya dan bahasaberdampingan dan mempengaruhi satusama lain. Hubungan mendasar budayadengan bahasa adalah bahasa harusdipelajari dalam konteks budaya danbudaya dapat dipelajari melalui bahasa.

Antropologilinguistik melihat bahasa dan budayaseperti dua sisi mata uang yang tidak dapatdipisahkan karena satu tidak bisa ada tanpayang lain, budaya tidakada tanpamasyarakat pendukungnya, pelestarianbudaya ditentukan oleh pelaku atau budayamasyarakat itu sendiri. Seperti dikutip dari(Sibarani, 2012) bahwa tanpa masyarakatpendukungnya, tradisi tidak pernah bisadihadirkan.

Sebaliknya, tanpa tradisi,masyarakat akan kehilangan identitaskemanusiaan pemiliknya dan kehilanganbanyak hal penting, terutama pengetahuantradisional, pengetahuan lokal, dan nilai-nilaiyang hidup dan telah terintegrasidalam masyarakat. Menurut (Duranti,1997: 14-17) linguistics antropologimempelajari bahasa dan budaya dengansecara simultan dengan proporsi yangseimbang.

Linguistik antropologi memilikitiga bidang, yaitu performance, indexicality danparticipation.

Performance( perfomansi)adalah suatu bentukbahasa yang digunakan dalam kehidupansehari-hari, yang memiliki kreativitas danselalu berkembang.

Perfomansi adalahkemampuan bahasa seseorang ditunjukkanmelalui kemampuan riil sepertiberbicara,mendengarkan, dan menulis, pemahamanbahasa sebagai tindakan, juga pertunjukankomunikatif. Ia memiliki sifat yangkonkret. Kedua indexicalityterkait denganbahasa isyarat untuk menunjukkan sesuatudengan kesepakatan atau konvensibersama.

Indexicality(indekskalitas) tanda atau bahasa yangdigunakan untuk merujuk kepada sesuatudengan konvensi atau kesepakatan bersamadari masyarakat. Jika simbol yang arbitrerdalam mendefinisikan simbol, dan ikonadalah simbol yang cukup jelas, makaindeks adalah simbol yang belum terlalujelas makna, tetapi ada indikator yangmenghubungkan simbol dengan artinya.Indeks dalam Antropolinguistik melibatkanmasyarakat dalam menafsirkan sesuatu.

Participation(partisipasi)menunjukkan bahwabahasa selalu melibatkan entitas, ada unsursosial, kolektivitas, dan interaktif yangakan membentuk suatu budaya.Berdasarkan uraian di atas, Linguistikantropologi mempelajari bahasa danbudaya secara bersamaan dengan porsiseimbang, yaitu dengan menjelaskanbahasa dalam konteks antropologi(Duranti, 1997: 14-17).Menurut Sibarani(2004:51) bahwa di dalam ParameterAntropolinguistik harus diterapkanketerhubungan (interconnection),kebernilaian (cultural value) dankeberlanjutan (continuity). Penjabaranketerbuhungan antara teks, ko-teks dankonteks dengan performansi hubunganformal secara vertical dan horizontal.Kebernilaian memperihatkan makna danfungsi. Sedang keberlanjutan

adalahmemperlihatkan objek yang ditelitidiwariskan kepada generasi berikutnya(Sibarani,2004 ; 64)

Perfomansi, indekskalitas danPartisipasi dalam teori Duranti pada makna banzai dalam masyarakat Jepang, dapat ditemukan dalam proses pelaksanaan banzaipada saat seperti, acara politik, pernikahan dan dalam olahraga. Uraiannya dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Performance (performansi)

Baik dalam situasi politik, pernikahan dan olahraga ada harapan, wacana dan doa yang diberikan oleh semua anggota, masyarakat, keluarga, teman, tamu undangan dan para penonton dalam suatu acara tersebut. Berikut contoh petikan pernyataan banzai pada situasi politik.

“ Biarkan kami tunjukkan kepada Jepang apa itu Negara Jepang sebenarnya dan biarkan kami mati.

Akankah kalian hanya akan menghargai hidup dan Membiarkan semangat mati?... akan kami tunjukkan Kepada kalian sesuatu yang lebih bernilai dan Agung dari pada hidup. Bukan kebebasan,

Bukan demokrasi. Ini Jepang! Tanah sejarah dan tradisi.

Jepang yang kami cintai”

Sambil menangis Mishima meneriakkan:

“ I salute the Emperor!, Tenno Heika Banzai, Tenno Heika Banzai, Tenno Heika Banzai!”

“ Hormat pada kaisar!, Panjang umur Kaisar, Panjang umur Kisar, Panjang umur Kaisar”

Dalam contoh petikan diatas, banzai dapat diartikan sebagai protes kepada tuannya agar Jepang bangkit kembali dalam kekalahan PD II, apa yang telah dilakukannya tidak benar dan diharapkan tidak terulang di kemudian hari.

Contoh petikan peryataan banzai dalam acara pernikahan:

“Tuan Colasho. Selamat atas kesempatan iniMeskipun saya jarang ada di Prefektur Shizuoka di mana saya seorang perencana, saya telah diminta untuk

"Banzai Sankei" oleh bos perusahaan laki-laki yang berasal dari Kyushu bersama dengan seorang pengantin pria dan pengantin wanita.Semuanya, terimakasih atas dukungannya.Banzai!Banzai!Banzai!Terima kasih banyak”.

Dalam contoh petikan pernyataan banzai diatas memiliki arti dan harapan agar pernikahan tersebut selalu diberkati untuk kemakmuran dan kebahagiaan bagi kedua paangan pengantin atau kedua keluarga pengantin.Sedangkan petikan pernyataan banzai dalam olahraga banzai skydiving, sorakan banzai digunakan sebagai teriakan meningkatkan rasa persatuan agar kemengan dapat tercapai.

b. Indeksikalitas (indexicality)

konsep indeksikalitas menyangkut tanda yang memiliki hubungan eksistensial dengan yang diacu. Dalam semboyan banzai sendiri yang mengandung unsur indeksikalitas ada pada gerakan yang dilakukan. Contoh gerakan saat melakukan banzai sebagai berikut:

1. Postur tubuh tegak lurus, dengan meregangkan kedua tangan dan jari-jari lurus ke bawah dan menempelkannya dengan kuat ke sisi tubuh.

2.Angkat kedua lengan secara vertikal, luruskan jari-jari kedua tangan dan putar telapak tangan ke dalam.

3. Kembali ke postur tegak lurus dengan cepat pada saat yang sama c. Partisipan ( participation)

Sebagai keterlibatan penutur dalam menghasilkan bentuk tuturan yang berterina (Duranti, 1997:14-21). Dalam acara pemilu politik pada masyarakat Jepang penutur yang terlibat saat melakukan banzai adalah para anggota Dewan, pada acara pernikahan penutur yang melakukan banzai adalah para tamu undangan dan kedua pengantin, sedangkan dalam pertandingan olahraga penutur banzai biasanya dilakukan oleh peserta lomba yang menang, dimana banzai digunakan untuk mengekspresikan kebahagiaan.

3.2.1 Makna Banzai dalam Politik Masayarakat Jepang

Budaya berpolitik di sebuah Negara sangat dipengaruhi oleh karakter dasar masyarakat mayoritas Negara tersebut. Karakter dasar orang Jepang seperti usaha keras (gambarise), rasa malu yang tinggi, dan enggan merepotkan orang lain, menjadi prinsip yang dijalankan oleh para politikus dalam aktivitas politiknya di Jepang. Dalam politik Jepang tentu juga ada beberapa penyimpangan terhadap nilai dan prinsip tersebut, karena bagaimanapun sifat dasar manusia, seperti keserakahan dan mengutamakan kepentingan dan mengutamakan kepentingan pribadi adalah hal yang wajar.

Kajian tentang budaya berpolitik di Jepang telah banyak dibahas oleh para peneliti. Salah satu referensi yang sangat luas adalah The Political of Japan, dan fenomena baru dalam kehidupan berpolitik di Jepang adalah New Political Culture.Kajian tentang budaya berpolitik tidak saja membahas perkembangan partai politik dan sistem pemerintahan sebuah Negara atau komunitas, tetapi lebih

cenderung menyoroti pandangan, pemikiran, sikap dan perilaku sebuah masyarakat dan etnik tertentu terhadap kegiatan-kegiatan politik.

Masyarakat Jepang dikenal dengan prinsip bushido yang diwariskan oleh kalangan samurai pada masa feodal. Oleh karena itu sangat menarik untuk diamati apakah nilai-nilai tersebut masih menjadi prinsip yang dipegang oleh para politikus Jepang atau mengadopsi budaya politik dari barat.

Di Jepang sering terjadi pengunduran penjabat Jepang, salah satu faktor yang melatar belakanginya adalah tekanan dari golongan oposisi, money politics, dan sumbangan dana pemilu yang tidak jelas atau mewakili kalangan tertentu.

Namun, ada satu sifat mendasar orang Jepang yang tidak dapat diabaikan yang sangat mempengaruhi keputusan untuk mundur, yaitu rasa malu. Masyarakat Jepang sangat menghormati kepentingan bersama sebagaimana yang dilakukan oleh kaum para samurai dulu, apabila mereka telah melakukan perbuatan yang kurang etis, maka mereka akan melakukan harakiri. Para pejabat Jepang mewarisi hal ini, sekalipun tidak sampai pada bunuh diri. Kebanyakan memilih jalan

mundur dari

jabatan(https://news.okezone.com/read/2017/10/23/18/1800490/banzai- dipastikan-kembali-terpilih-sebagai-pm-jepang-abe-siap-rombak-konstitusi,diakses pada 16 Agustus 2018).

Menurut Atmanegara (2016: 39-41) salah satu masyarakat Jepang mati bunuh diri dengan caraseppuku yaitu Yukio Mishima, karena malu terhadap pemerintahan Jepang pada PD II. Pada November 1970 Yukio Mishima melakukan protes dan melakukan seppuku. Hal ini dapat terlihat dari Meshima‟s

Gekibun (manifesto Mishima) yang diucapkannya sebelum melakukan seppuku.

Mishima mengaikhiri manifestonya dengan mengatakan:

“Let us restore Nippon to its true state and let us die.

Will you value only life and let the spirit die?...we Will show you a value which is greater than respect For life. Not liberty, not democracy. It is Nippon!

Nippon, the land of history and traditions.

The Japan we love”

“ Biarkan kami tunjukkan kepada Jepang apa itu Negara Jepang sebenarnya dan biarkan kami mati.

Akankah kalian hanya akan menghargai hidup dan Membiarkan semangat mati?... akan kami tunjukkan Kepada kalian sesuatu yang lebih bernilai dan Agung dari pada hidup. Bukan kebebasan,

Bukan demokrasi. Ini Jepang! Tanah sejarah dan tradisi.

Jepang yang kami cintai”

Sambil menangis Mishima meneriakkan:

“ I salute the Emperor!, Tenno Heika Banzai, Tenno Heika Banzai, Tenno Heika Banzai!”

“ Hormat pada kaisar!, Panjang umur Kaisar, Panjang umur Kisar, Panjang umur Kaisar”

YukioMihshima bersama anak buahnya, Masakatsu Morita, melakukan seppuku setelah sebelumnya menawan Jenderal Kanetoshi Mashita di markas Besar Militer Jepang. Momen ini digunakan Mishima untuk mendorong Militer Jepang untuk bangkit kembali setelah keterlibatannya dalam pemerintahan dikurangi sejak kekalahan Jepang pada PD II. Dalam hal ini menunjukkan banzai digunakan dalam hal untuk protes, nasihat dan peringatan terhadap kesalahan tuannya. Meskipun disebut protes namun sebenarnya tetap bertujuan untuk

YukioMihshima bersama anak buahnya, Masakatsu Morita, melakukan seppuku setelah sebelumnya menawan Jenderal Kanetoshi Mashita di markas Besar Militer Jepang. Momen ini digunakan Mishima untuk mendorong Militer Jepang untuk bangkit kembali setelah keterlibatannya dalam pemerintahan dikurangi sejak kekalahan Jepang pada PD II. Dalam hal ini menunjukkan banzai digunakan dalam hal untuk protes, nasihat dan peringatan terhadap kesalahan tuannya. Meskipun disebut protes namun sebenarnya tetap bertujuan untuk

Dokumen terkait