• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2.2 Kajian Teori

2.2.5 Aspek Membaca Kritis

Seseorang dikatakan mampu membaca kritis apabila seseorang itu dapat memberi tanggapan atau mengomentari isi suatu bacaan. Melalui tanggapan tersebut berarti ia telah berpikir kritis.

Berpikir kritis berasal dari dua kata dasar dalam bahasa Latin yakni “kriticos” yang berarti penilaian yang cerdas (discerning judgment) dan “criterion” yang berarti standar (Paul dkk, http://www.criticalthinking.org/

schoolstudy.htm). Kegiatan kritis ditandai dengan menganalisis secara cermat untuk menilai teks dengan objektif. Emilia (2007) menyebutkan berpikir kritis berarti berpikir untuk menghasilkan penilaian, pendapat atau evaluasi yang objektif dengan menggunakan standar evaluasi yang tepat untuk menentukan kebaikan, manfaat serta nilai sesuatu. Pendapat lain yang sama yaitu berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi, kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan orang lain (Johnson, 2006:181, dalam Sari, 2010:10). Kesimpulan dari pengertian diatas berpikir kritis adalah sutu kegiatan menganalisis, mengevaluasi dan memberi penilaian secara objektif dengan bukti yang logis. Tujuan berpikir kritis yaitu untuk memahami lebih mendalam mengenai suatu bacaan baik tersirat maupun tersurat.

Tarigan (2005:93) mengungkapkan bahwa membaca kritis menuntut pembaca agar:

a. Memahami maksud penulis

Saat membaca serta memahami maksud penulis, pembaca perlu mencari paragraf pendahuluan suatu pernyataan mengenai maksud penulis dan uraian penjelasan terhadap maksud tersebut. Memperhatikan bagaimana cara penulis menentukan ruang lingkup pembicaraan. memperhatikan dengan saksama bagaimana cara penulis menentukan organisasi serta penyajian bahan, dan mencari maksud yang tersirat yang tersembunyi dalam bacaan.

b. Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis

Pembaca harus yakin bahwa membaca untuk memahami informasi sebelum mengutarakan pendapat. Pemahaman selalu mendahului penilaian. Untuk dapat menilai, pembaca perlu menganalisis asumsi-asumsi dan praduga-praduga kita sendiri untuk mengetahui apakah kita sebagai pembaca berpikir secara jelas dan objektif atau tidak.

c. Memahami organisasi dasar tulisan

Membaca secara keseluruhan dan memahami setiap bagian penyajian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan.

d. Menilai penyajian pengarang

Selaku pembaca yang kritis, kita harus mampu menilai, mengevaluasi penyajian bahan penulis. Kita harus dapat menemukan pokok masalah. Adapun segi-segi yang dinilai yaitu segi informasi, logika, bahasa, kualifikasi, dan sumber informasi.

e. Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari

Pembaca yang teliti dan kritis terus menerus akan mengevaluasi ide-ide yang disajikan pada mereka, terutama sekali untuk melihat apakah ide-ide yang menarik perhatian, memberi pertimbangan dan penilaian dan mengambil pendapat-pendapat mengenai hal-hal yang penting.

f. Meningkatkan minat membaca

Untuk meningkatkan minat membaca, perlu sekali kita berusaha menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma-norma-norma estetik, sastra, dan moral.

g. Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan

Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan yaitu bahan yang bermanfaat yang memenuhi kebutuhan dan tidak menyia-nyiakan waktu. Adapun prinsip tersebut yaitu (a) buku-buku yang pantas dibaca. Buku-buku dan majalah-majalah yang memberi laporan, menafsirkan, mengilhami, atau memperkarya kehidupan disamping memberi hiburan. Pilihan-pilihan tersebut dapat ditemui dalam karya tulis. Kalau buku tidak memenuhi salah satu atau lebih dari fungsi-fungsi tersebut, maka buku tersebut hampir tidak patut mendapat pertimbangan dan waktu yang serius. (b)Norma-norma kritik. Norma-norma digunakan untuk mengukur kebaikan-kebaikan suatu buku, film atau acara televsi sebelum dipublikasikan. Adapaun hal-hal yang dapat dipertimbangan dan dipikirkan dibawah tiga judul, yaitu norma estetik, sastra, dan moral.

Saat membaca kritis seseorang harus memiliki beberapa keterampilan yaitu memahami ide pokok baik yang tersurat maupun tersirat, mengetahui tujuan

penulis, menganalisis fakta dan opini, mengevaluasi tulisan, menyimpulkan dan menilai.

Pujiono (2008) dalam “Kunci Sukses Membaca Kritis” ada 16 keterampilan dalam membaca kritis yaitu (1) Keterampilan menemukan informasi faktual (detail bacaan), (2) Keterampilan menemukan ide pokok yang tersirat, (3) Keterampilan menemukan unsur urutan, unsur perbandingan, unsur sebab akibat yang tersirat, (4) Keterampilan menemukan suasana (mood), (5) Keterampilan membuat simpulan, (6) Keterampilan menemukan tujuan pengarang, (7) Keterampilan memprediksi (menduga) dampak, (8) Keterampilan membedakan opini dan fakta, (9) Keterampilan membedakan realitas dan fantasi, (10) Keterampilan mengikuti petunjuk, (11) Keterampilan menemukan unsur propaganda, (12) Keterampilan menilai keutuhan gagasan, (13) Keterampilan menilai kelengkapan antargagasan, (14) Keterampilan menilai kesesuaian dan keruntutan antargagasan, (15) Keterampilan menilai kesesuai antara judul dan isi bacaan, dan (16) Keterampilan membuat kerangka bacaan.

Uraian di atas sejalan dengan aspek-aspek yang dikemukakan Nurhadi (2010:145-181). Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki pembaca kritis yaitu

a. Kemampuan mengingat dan mengenali

Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam kemampuan mengingat dan mengenali meliputi: kemampuan mengenali ide pokok paragraf, mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya, menyatakan kembali gagasan utaman

bacaan, menyatakan kembali fakta-fakta atau detail bacaan, dan pembanding, unsur hubungan sebab akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.

b. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat

Seorang pembaca kritis harus menyadari bahwa penulis tidak hanya mengungkapkan gagasan secara tersurat tetapi juga secara tersirat. Untuk menggali makna tersebut diperlukan kepekaan interpretasi. Pembaca harus mampu dengan sendirinya menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide pokok penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh pengarangnya. Kemampuan-kemampuan menginterpretasi sebagai berikut: kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan ide-ide penunjang, membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, memahami secara kritis hubungan sebab akibat, dan memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.

c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan

Seorang pembaca kritis tidak berhenti sampai pada aktivitas menggali makna tersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis, tetapi juga harus mampu menerapkan konsep-konsep yang ada dalam situasi baru yang bersifat problematis. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan sebagai berikut: kemampuan mengikuti petunjuk dalam bacaan, menerapkan konsep-konsep atau gagasan-gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis, menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.

d. Kemampuan menganalisis isi bacaan

Kemampuan menganalisis adalah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, kesimpulan-kesimpulan, pernyataan-pernyataan dan lain sebagainya.

Kemampuan menganalisis isi bacaan meliputi: kemampuan memberikan gagasan utama bacaan, memberikan detail-detail atau fakta-fakta penunjang, mengklasifikasi fakta-fakta. dan membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

e. Kemampuan membuat sintesis

Kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan pembaca melihat kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebuah teks bacaan, apapun bentuknya, biasanya merupakan sebuah kesatuan gagasan atau pesan.

Kemampuan membuat kesimpulan sebagai berikut: kemampuan membuat kesimpulan bacaan, mengorganisasi gagasan utama bacaan, menentukan tema bacaan, menyusun kerangka bacaan, menghubungkan data-data sehingga diperoleh kesimpulan, dan membuat ringkasan.

f. Kemampuan menilai isi bacaan

Seorang pembaca yang kritis harus mampu mengadakan penilaian-penilaian terhadap keseluruhan isi bacaan melalui aktivitas-aktivitas mempertimbangkan, menilai itu sendiri, dan mentukan keputusan-keputusan. Kemampuan menilai isi bacaan meliputi kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf atau bacaan secara keseluruhan, menilai dan menentukan bahwa sebuah

pernyataan adalah fakta atau sekedar opini, menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan itu diangkat dari realitas ataukah fantasi pengarang, menentukan tujuan pengarang dalam menulis karangannya, menentukan relevansi anatara tujuan dengan pengembangan gagasan, menentukan keselerasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat, dan menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frase, atau penyusunan kalimatnya. g. Kemampuan mencipta bacaan (menulis)

Kemampuan mencipta bacaan adalah kemampuan menyerap inti bacaan, membuat rangkuman atau membuat kerangka bacaan yang disusun sebagai tanggapan terhadap bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru berdasarkan pengetahuan dari bacaan, dan mengembangkan/ menulis berdasarkan kerangka bacaan yang telah disusun.

Aspek-aspek yang dijelaskan Nurhadi di atas selaras dengan pemikiran Bloom mengenai jenjang kognitif. Ada tujuh jenjang kognitif menurut Bloom dan Anderson (dalam Arifin, 2008:18) yaitu

a. Pengetahuan (Knowledge)

Menarik kembali informasi yang relevan yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengingat dan menyatakan kembali. Mengingat adalah ketika memori digunakan untuk menghasilkan definisi, fakta, atau daftar, atau membacakan atau mengambil materi. Menyatakan kembali adalah mengungkapkan lagi sesuai apa yang tertulis dalam suatu teks.

b. Pemahaman (Comprehension)

Mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran manusia, baik itu lisan, tulisan, dan dalam bentuk grafik. Memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan dan menjelaskan.

c. Penerapan (Application)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Meliputi dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan.

d. Analisis (Analysis)

Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasikan, dan menemukan pesan tersirat (memberikan atribut).

e. Menyimpulkan (Syntesis)

Kemampuan untuk menempatkan bagian-bagian bersama-sama untuk membentuk satu keseluruhan yang koheren, baru atau unik. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu menyimpulkan dan menyusun kembali

f. Menilai (Evaluasi)

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kategori dan standar yang ada. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik.

g. Memproduksi (Creation)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan atau menyusun unsur-unsur untuk membentuk sebuah ide baru, atau membuat produk sendiri. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang aspek kemampuan membaca kritis, maka peneliti memilih teori taksonomi Bloom dan dipadukan dengan teori Nurhadi mengenai aspek kemampuan membaca kritis guna melakukan penelitian. Adapun aspek membaca kritis yaitu (1) kemampuan mengenali dan mengingat , (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis isi bacaan, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi.

Dokumen terkait