• Tidak ada hasil yang ditemukan

asPeK Pasar 1. Permintaan

aspeK pasar Dan pemasaran

4.1. asPeK Pasar 1. Permintaan

PENyEDIaaN pangan merupakan serangkaian kegiatan yang mencakup aspek produksi, ekspor, impor, dan stok. oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ini perlu dilakukan secara komprehensif dimulai sejak perencanaan produksi, perkiraan ketersediaan, dan kebutuhan pangan pokok yang dapat menjadi acuan untuk instansi terkait dalam menentukan target produksi, rencana penyaluran pangan, dan pemasukan bahan pangan pokok melalui distributor.

Cabai merupakan salah satu komoditas yang sangat dicari masyarakat Indonesia dan ketersediaannya sangat bergejolak. Secara garis besar, permintaan cabai besar adalah untuk keperluan konsumsi rumah tangga, usaha rumah makan, dan pemenuhan bahan baku industri. Konsumsi cabai dalam bentuk tepung atau bubuk semakin meningkat dengan berubahnya selera masyarakat yang semakin menghendaki bentuk makanan siap hidang.

Data Survei Sosial ekonomi Nasional, 2008-2012 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan konsumsi cabai besar dari 15,486 ons/kapita pada tahun 2008 menjadi 16,529 ons/kapita di tahun 2012. Hal ini sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang juga terus meningkat setiap tahunnya dan mencapai 255.587.718 jiwa pada tahun 2012 (Data KPU, 2012). Dengan denikian kebutuhan cabai merah secara nasional juga mengalami peningkatan.

Menjelang Hari-Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) umumnya permintaan akan pangan meningkat, hal ini akan menyebabkan harga pangan meningkat pula bila ketersediaan pangan (penawaran) di pasaran rendah. Untuk menjaga kestabilan harga pangan pada saat hari-hari besar keagamaan diusahakan permintaan seimbang dengan penawaran.

Secara total, pada Juli 2013 terdapat 15,4 ton cabai segar yang masuk ke dalam negeri atau senilai US$12 ribu. Impor dilakukan keseluruhan dari negara vietnam (www.finance.detik.com). Dalam rencana impor cabai pada rekomendasi Impor Produk Hortikultura (rIPH) mencapai 10 ribu ton cabai. Impor ini nantinya dipastikan tidak akan mengganggu petani cabai. Jumlah yang diimpor sesuai rIPH (rekomendasi Impor Produk Hortikultura), merupakan jumlah yang normal untuk memenuhi sedikit kekurangan atas kebutuhanakan produk hortikultura.

Untuk keperluan industri, PT Heinz aBC membutuhkan pasokan cabai merah secara continue sebagai salah satu bahan dasar utama pembuatan saus

dan sambal. Kebutuhan perusahaan tersebut akan komoditas ini sebanyak 100 ton per hari. Daerah pemasok utama berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

4.1.2. Penawaran

Menurut data Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, luas areal pertanaman cabai merah cenderung berfluktuasi. Selama tahun 2012, luas panen cabai merah besar adalah 120.275 ha, mengalami penurunan 1,38% dibanding tahun 2011 yang luas areal panennya mencapai 121.063 ha. Produksi cabai merah besar secara nasional pada tahun 2012 adalah 954.310 ton, meningkat sebanyak 7,36%, dibanding tahun tahun 2011 yang mencapai 888.852 ton. Luas areal panen untuk komoditas cabai merah secara nasional tercantum pada Lampiran 1.

Pada tahun 2012 tercatat beberapa daerah sentra yang memasok cabai merah ke pasaran. Sentra penghasil cabai merah besar secara nasional adalah Jawa Barat (201.384 ton), Sumatera utara (197.409 ton), Jawa Tengah (130.127 ton), Jawa Timur (99.670 ton), Sumatera Barat (57.671 ton), aceh (51.411 ton), dan Lampung (42.437 ton). Pasokan cabai dari 7 provinsi tersebut mencapai 81,7% dari produksi cabai merah secara nasional. Produksi cabai merah pada tahun 2008-2012 tercantum pada Lampiran 2.

Selain pasokan dari sentra produksi di dalam negeri, dalam waktu-waktu tertentu Indonesia juga mengimpor komoditas ini dari negara lain. Pada tahun 2012, volume impor cabai mencapai 26.838.681 kg dengan nilai US$27.935.228 (Tabel 4.2). Secara netto, nilai impor cabai Indonesia lebih besar dari ekspornya. Impor cabai tersebut terutama berasal dari India, Japan, Korea, dan China. Selain itu, Indonesia juga mengimpor benih cabai pada tahun 2012 yang nilainya mencapai US$3.857.890.

Indonesia adalah negara pengekspor cabai tapi juga sekaligus sebagai pengimpor komoditas tersebut. Pada tahun 2012, ekspor cabai asal Indonesia tercatat 9.986.222 kg dengan nilai US$24.979.292 (Tabel 4.1). Tujuan utama ekspor cabai Indonesia adalah Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Indonesia juga tercatat sebagai negara pengekspor benih cabai yang pada tahun 2012 mencapai US$24.112.285.

Tabel 4.1. Volume dan Nilai Ekspor Cabai Indonesia

Tabel 4.2. Volume dan Nilai Impor Cabai Indonesia

Sumber: http://aplikasi.deptan.go.id/eksim2012

Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah mengakibatkan harga akan sangat tinggi begitu juga sebaliknya sehingga harga sangat rendah.

Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan (produksi dan distribusinya) cabai merah belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab hal tersebut adalah bahwa petani cabai merah adalah petani kecil-kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik.

4.1.3. analisis Persaingan dan Peluang Usaha

Sentra produksi cabai merah hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan proporsi utama ada di 7 provinsi. Data BPS dan Ditjen Hortikultura menyebutkan bahwa pada tahun 2012 total produksi cabai merah nasional adalah 954.310 ton. Jawa Barat merupakan penghasil cabai merah terbesar dengan produksi 201.384 ton (21,10%). Daerah lain yang juga dikenal sebagai sentra produksi cabai merah yaitu Sumatera Utara memproduksi sebanyak 197.409 ton (20,69%), Jawa Tengah memproduksi 130.127 ton (13,64%), Jawa Timur memproduksi 99.670 ton (10,44%), Sumatera Barat memproduksi 57.671 ton (6,04%), aceh memproduksi 51.411 ton (5,39%), dan Lampung memproduksi 42.437 ton (4,45%).

Komoditas cabai merah memiliki tingkat fluktuasi harga yang tinggi sehingga ketika pasokan cabai sedikit maka harga akan segera melambung tinggi jauh di atas harga normal. Kondisi sebaliknya juga terjadi, jika pasokan membanjiri pasar maka harga komoditas tersebut akan jatuh sangat jauh.

Untuk mengatasi hal ini maka beberapa kelompok yang tergabung dalam asosiasi cabai merah melakukan koordinasi dengan rekan-rekan sesama petani/ pengusaha cabai di kabupaten dan provinsi lain untuk berusaha bekerjasama menjaga stabilitas pasokan cabai. Dengan adanya kerjasama dan pertukaran informasi tersebut maka mereka berusaha menjaga agar harga cabai tidak melambung terlalu tinggi tapi juga jangan sampai jatuh terlalu rendah.

Bagi petani yang bekerjasama dengan industri, stabilitas harga lebih terjaga karena adanya sistem kontrak yang disepakati. Meski demikian masih sering terdengar keluhan bahwa harga kontrak tersebut secara rata-rata masih berada di bawah harga pasar.

Dalam menyiasati persaingan yang terjadi, biasanya para petani melakukan kiat-kiat tertentu baik secara individu maupun berkelompok. Sedapat mungkin mereka akan menekan biaya produksi, misal mengurangi penggunaan input pupuk dan pestisida sehingga mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar. Pengurangan pestisida dapat menjadi peluang ke arah budidaya cabai secara organik.

Biasanya harga cabai merah akan melonjak ketika mendekati hari besar keagamaan dan hari besar nasional (khususnya Idul Fitri dan Tahun Baru). Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh petani, dengan melihat fase pertumbuhan cabai maka mereka akan menghitung mundur jadwal tersebut sehingga jadwal panen jatuh pada bulan puasa atau mendekati natal dan tahun baru.

4.2. asPeK PemasaraN

Dokumen terkait