• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Pembiayaan Usaha Kecil Menengah - Budidaya Cabai Merah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola Pembiayaan Usaha Kecil Menengah - Budidaya Cabai Merah"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditas potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (lending model). Sampai saat ini, Bank

Indonesia telah telah menghasilkan 124 judul buku pola pembiayaan pola konvensional dan 34 judul buku pola pembiayaan pola syariah.

Dalam upaya menyebarluaskan hasil penelitian dimaksud kepada masyarakat, maka buku pola pembiayaan ini akan dimasukkan dalam minisite Info UMKM yang dapat diakses melalui internet di alamat: http://www.bi.go.id/ id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan informasi dan masukan selama pelaksanaan kajian. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan, masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait isi buku ini dapat menghubungi:

BaNK INDONEsIa

Departemen Pengembangan akses Keuangan dan UMKM Grup Pengembangan UMKM

Divisi Pengembangan dan Pengaturan UMKM Jalan M. h. Thamrin No. 2, Jakarta Pusat Telp. 021 2981-7991 | Faks. 021 351-8951

Besar harapan kami, bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditas bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.n

(4)

USaHa BUDIDaYa CaBaI MeraH

No Usaha PembiayaaN UraiaN

1 Jenis Usaha Usaha Budidaya Cabai Merah

2 Lokasi Usaha Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat 3 Dana Yang Digunakan Investasi : rp 9.200.000

Modal Kerja : rp 75.274.100

Total : rp 84.474.100

4 Sumber Dana

a. Kredit (60%) rp 50.684.460 b. Modal Sendiri (40%) rp 33.789.640

5 Periode Pembayaran Kredit Pembayaran angsuran pokok dan bunga dilakukan sejak bulan ke-4 s.d. ke-6

(mulai panen) dari masa musim tanam

6 Kelayakan Usaha

a. Periode proyek 3 tahun b. Produk utama Cabai merah

c. Skala proyek 1 hektar dengan produksi 14 ton/ha per siklus d. Pemasaran produk Lokal/regional/Nasional

e. Teknologi Teknik budidaya cabai merah sistem mulsa

plastik

7 Kriteria Kelayakan Usaha

a. NPv rp 32.027.167

b. Irr 63,19%

c. Net B/C Ratio 4,48 kali d. Pay Back Period 2,04 tahun

e. Penilaian Layak dilaksanakan 8 analisis Sensitivitas : Pendapatan Turun 6%

analisis Profitabilitas

a. NPv rp 3.367.496

(5)

e. Penilaian Layak dilaksanakan 9 analisis Sensitivitas : Pendapatan Turun 7%

analisis Profitabilitas

a. NPv - rp 1.409.115

b. Irr 11,04%

c. Net B/C Ratio 0,85 kali d. Pay Back Period 3,06 tahun

e. Penilaian Tidak layak dilaksanakan 10 analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya variabel 10%

analisis Profitabilitas

a. NPv rp 777.737

b. Irr 14,09%

c. Net B/C Ratio 1,08 kali d. Pay Back Period 2,97 tahun

e. Penilaian Layak dilaksanakan 11 analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya variabel 11%

analisis Profitabilitas

a. NPv - rp 2.347.206

b. Irr 13,63%

c. Net B/C Ratio 0,80 kali d. Pay Back Period 3,14 tahun

e. Penilaian Tidak layak dilaksanakan

12 analisis Sensitivitas Kombinasi : Pendapatan Turun 4% dan Biaya variabel Naik 4% analisis Profitabilitas

a. NPv rp 420.948

b. Irr 13.59%

c. Net B/C Ratio 1,05 kali d. Pay Back Period 2,98 tahun

e. Penilaian Layak dilaksanakan

13 analisis Sensitivitas Kombinasi : Pendapatan Turun 5% dan Biaya variabel Naik 5% analisis Profitabilitas

a. NPv - rp 7.480.607

b. Irr 2,79%

c. Net B/C Ratio 0,19 kali d. Pay Back Period 3,34 tahun

(6)

KaTa PeNGaNTar i

riNGKasaN ii

DaFTar isi iv

DaFTar TabeL vi

DaFTar Gambar vi

DaFTar LamPiraN vii

bab i PeNDahULUaN 1

bab ii ProFiL Usaha DaN PoLa PembiayaaN 8

2.1. Profil Usaha 9

2.2. Profil Pengusaha 11

2.3. Pola Pembiayaan 14

bab iii asPeK TeKNis ProDUKsi 16

3.1. Lokasi Usaha 17

3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan 19

3.3. Bahan Baku 23

3.4. Tenaga Kerja 23

3.5. Teknologi 24

3.6. Proses Produksi 25

3.7. Jumlah, Jenis, dan Mutu Produksi 35

3.8. Produksi optimum 37

3.9. Critical Point 38

bab iV asPeK Pasar DaN PemasaraN 48

4.1. aspek Pasar 49

4.1.1. Permintaan 49

4.1.2. Penawaran 50

4.1.3. analisis Persaingan dan Peluang Usaha 51

4.2. aspek Pemasaran 52

4.2.1. Harga 52

4.2.2. Jalur Pemasaran Produk 55

4.2.3. Kendala Pemasaran 55

bab V asPeK KeUaNGaN 58

5.1. Pemilihan Pola Usaha 59

5.2. asumsi dan Parameter dalam analisis Keuangan 59 5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Modal Kerja 61

(7)

5.3.2. Biaya Modal Kerja 62 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja 63

5.5. Produksi dan Pendapatan 65

5.6. Proyeksi Laba rugi dan Break Even Point 68 5.7. Proyeksi arus Kas dan Kelayakan Proyek 68 5.8. analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha 70

5.9. Kendala Keuangan 72

bab Vi asPeK eKoNomi, sosiaL DaN DamPaK LiNGKUNGaN 74

6.1. aspek ekonomi dan Sosial 75

6.2. Dampak Lingkungan 76

bab Vii KesimPULaN DaN saraN 80

7.1. Kesimpulan 81

7.2. Saran 82

DaFTar PUsTaKa 86

(8)

Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Besar Tahun 2008-2012 4

Tabel 3.1. Potensi Lahan Kawasan Cabai di Jawa Barat 19

Tabel 3.2. Kebutuhan Tenaga Kerja Usaha Tani Cabai Merah per Hektar 24

Tabel 3.3. Warna Hunter lab. Pengenceran 20% 36

Tabel 3.4. Persyaratan Mutu Cabai Merah Segar 37

Tabel 4.1. volume dan Nilai ekspor Cabai Indonesia 50

Tabel 4.2. volume dan Nilai Impor Cabai Indonesia 51

Tabel 4.3. Harga Cabai Merah Besar di Beberapa Kabupaten Sentra Produksi dan Kota Besar di Indonesia Maret-april 2013 54

Tabel 5.1. asumsi dalam analisis Keuangan 60

Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Budidaya Cabai Merah per Hektar 62

Tabel 5.3. Biaya variabel Usaha Budidaya Cabai Merah per Hektar 62

Tabel 5.4. Biaya Tetap Usaha Budidaya Cabai Merah per Hektar 63

Tabel 5.5. Struktur Kebutuhan Dana Usaha Budidaya Cabai Merah per Hektar 63

Tabel 5.6. angsuran Kredit Investasi Usaha Budidaya Cabai Merah per Hektar 64

Tabel 5.7. angsuran Kredit Modal Kerja Usaha Budidaya Cabai Merah per Hektar 65

Tabel 5.8. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Budidaya Cabai Merah per Hektar 67

Tabel 5.9. Proyeksi Laba-rugi Budidaya Cabai Merah per Hektar 69

Tabel 5.10. Proyeksi arus Kas Usaha Budidaya Cabai Merah per Hektar 70

Tabel 5.11. Kriteria Kelayakan Usaha Budidaya Cabai Merah per Hektar 70

Tabel 5.12. Sensitivitas Pendapatan Turun 71

Tabel 5.13. Sensitivitas Peningkatan Biaya variabel 72

Tabel 5.14. Sensitivitas Kombinasi 72

Gambar 1.1. Daftar Sepuluh Komoditas Utama Penyebab Inflasi Tahun 2010 6

Gambar 2.1. Salah Satu Kelompok Tani responden 13

Gambar 3.1. Persiapan Lahan 27

Gambar 3.2. Pengikatan Tanaman Cabai 30

Gambar 3.3. Tanaman Mulai Berbunga 32

Gambar 3.4. Tanaman Cabai yang Sudah Berbuah 33

Gambar 3.5. Cabai Siap untuk Dipetik 34

Gambar 3.6. Pemetikan Cabai 35

Gambar 3.7. Nimfa thrips Dewasa 39

Gambar 3.8. Lalat Buah 40

Gambar 3.9. Perangkap Lalat Buah 41

Gambar 3.10. Kutu Kebul 41

Gambar 3.11. Serangan Layu Fusarium pada Cabai Merah 43

Gambar 3.12. Layu Bakteri pada Cabai Merah 44

(9)

Lampiran 1. Luas Panen Cabai Besar Menurut Provinsi, 2008 - 2012 91

Lampiran 2. Produksi Cabai Merah Besar Menurut Provinsi, 2008 - 2012 92

Lampiran 3. asumsi Untuk analisis Keuangan 93

Lampiran 4. Biaya Investasi 94

Lampiran 5. Biaya operasional 95

Lampiran 6. Sumber Dana 96

Lampiran 7. Proyeksi Produksi dan Pendapatan 97

Lampiran 8. angsuran Kredit Investasi 98

Lampiran 9. angsuran Kredit Modal Kerja 99

Lampiran 10. Proyeksi rugi Laba Usaha 100

Lampiran 11. Proyeksi arus Kas 101

Lampiran 12. analisis Sensitivitas : Pendapatan Turun 6% 102

Lampiran 13. analisis Sensitivitas : Pendapatan Turun 7% 103

Lampiran 14. analisis Sensitivitas : Biaya variabel Naik 10% 104

Lampiran 15. analisis Sensitivitas : Biaya variabel Naik 11% 105

Lampiran 16. analisis Sensitivitas Kombinasi : Pendapatan Turun 4% dan Biaya

variabel Naik 4% 106

Lampiran 17. analisis Sensitivitas Kombinasi : Pendapatan Turun 5% dan Biaya

variabel Naik 5% 107

Lampiran 18. rumus dan Cara Perhitungan untuk analisis aspek Keuangan 108

Daftar lampIran

(10)
(11)

sUBsEKTOr hortikultura memegang peranan penting dalam pertanian Indonesia secara umum. Salah satu jenis usaha agribisnis hortikultura yang cukup banyak diusahakan oleh para petani adalah cabai (Capsicum annuum L.).

Saat ini cabai menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabai semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara.

Cabai merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai bumbu atau penyedap makanan. Tanaman cabai memiliki banyak nama populer di berbagai negara. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili. Nama pepper lebih umum

digunakan untuk menyebut berbagai jenis cabai besar, cabai manis, atau paprika. Sedangkan chili, biasanya digunakan untuk menyebut cabai pedas,

misalnya cabai rawit. Di Indonesia sendiri, penamaan cabai juga bermacam-macam tergantung daerahnya. Cabai sering disebut dengan berbagai nama lain, misalnya, lombok, mengkreng, rawit, cengis, cengek, sebie dan sebutan lainnya (anonim, 2011 a).

Tanaman cabai merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri (self -pollinated crop). Namun demikian, persilangan antar varietas secara alami

sangat mungkin terjadi di lapangan yang dapat menghasilkan ras-ras cabai baru dengansendirinya (Cahyono, 2003). Beberapa sifat tanaman cabai yang dapat digunakanuntuk membedakan antar varietas di antaranya adalah percabangan tanaman, perbungaan tanaman, ukuran ruas, dan tipe buahnya (Prajnanta,1999).

Tanaman cabai berasal dari dunia baru (Meksiko, amerika Tengah dan, Pegunungan andes di amerika Selatan), kemudian menyebar ke eropa pada abad ke-15. Kini tanaman cabai sudah mulai menyebar ke berbagai negara tropik, terutama di asia, afrika Tropika, amerika Selatan dan Karibia. Di Indonesia, tanaman cabai tersebar luas di berbagai daerah seperti: Purworejo, Kebumen, Tegal, Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu, dan lain sebagainya (Sunaryono, 2003).

Cabai masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan

tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin a dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan dan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air.

(12)

Berdasarkan bentuk dan ukuran buah, cabai dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe, yaitu cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika. Cabai besar dicirikan dengan permukaan buah rata atau licin, berdaging dan berdiameter tebal, relatif tidak tahan simpan, dan kurang pedas. Cabai besar banyak terdapat di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, dan Sulawesi. Cabai keriting memiliki ciri permukaan buah bergelombang atau keriting, buah ramping dan berdaging tipis, umur panen agak lama, relatif lebih tahan simpan dibanding cabai besar dan lebih pedas. Cabai keriting banyak terdapat di daerah Jawa Barat dan Sumatera. Cabai rawit memiliki ciri berukuran kecil, permukaan buah licin dan rasanya pedas.Sedangkan paprika memiliki ciri berbentuk segi empat panjang atau seperti bel, rasa tidak pedas, sering digunakan untuk campuran salad (Syukur et al. 2012).

Cabai merah termasuk tanaman semusim (setahun) yang berbentuk perdu, tingginya bisa mencapai 1,5 m atau lebih. Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit. akar tunggangnya dalam dengan susunan akar sampingnya (serabut) yang baik. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme.

Daun cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat, atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus ada pula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 - 11 cm, dengan lebar antara 1 - 5 cm (Sunaryono, 2003).

Batang pada tanaman cabai merah tidak berkayu. Bentuknya bulat sampai agak persegi dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna batang kehijauan sampai keunguan dengan ruas berwarna hiaju atau ungu. Pada batang-batang yang telah tua (batang paling bawah), akan muncul warna coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim. Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan (Sunaryono, 2003).

Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga berbentuk bintang, biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 - 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 - 20 mm. Tiap bunga memiliki 5 daun buah dan 5 - 6 daun mahkota.

(13)

Cabai selain berguna sebagai penyedap masakan, juga mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin-vitamin, dan mengandung senyawa-senyawa alkaloid, seperti capsaicin, flavenoid, dan

minyak esensial (Tabel 1.1).

Cabai mengandung capsaicin yang berfungsi untuk menstimulir detektor panas dalam kelenjar hypothalmus sehingga mengakibatkan perasaan tetap sejuk

walaupun di udara yang panas. Penelitian lain menunjukkan bahwa capsaicin

dapat menghalangi bahaya pada sel trachea, bronchial, dan bronchoconstriction

yang disebabkan oleh asap rokok dan polutan lainnya. Hal ini berarti cabai sangat baik bagi penderita asma dan hipersensitif udara. Capsaicin juga dipergunakan

dalam pembuatan krim obat gosok antirematik maupun dalam bentuk Koyo Cabai. Penggunaan capsaicin di kalangan pecinta burung ocehan konon dapat

membantu merangsang burung-burung ocehan lebih aktif mengoceh. Selain

capsaicin, cabai pun mengandung zat mucokinetik. Zat ini dikenal sebagai zat

yang mampu mengatur, mengurangi, atau mengeluarkan lendir dari paru-paru. oleh karena itu, cabai sangat membantu penderita bronchitis, masuk angin, influenza, sinusitus dan asma dalam pengeluaran lendir (Kahana, 2009).

(14)

Cabai selain mengandung zat gizi yang cukup lengkap, juga mengandung zat-zat fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan. antioksidan merupakan zat yang dapat menetralisir radikal bebas yang mempercepat proses penuaan dan membuat tubuh menjadi rentan terhadap berbagai gangguan penyakit. Selain itu berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan akibat kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna, dan aroma serta kerusakan fisik lain pada produk pangan (Trubus, 2003).

Selain dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabai juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos cabai, sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu instant. Sebagian

produk-produk tersebut sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi arabia, Brunei Darussalam, dan India.

Luas areal panen cabai merah besar pada tahun 2008-2012 cenderung fluktuatif. Luas panen tertinggi terjadi pada tahun 2010 yang mencapai 122.755 ha. Produksi cabai merah secara nasional terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 - 2012. Produktivitas cabai (ton/ha) secara nasional cenderung mengalami peningkatan, kecuali tahun 2010. Pada tahun 2012, produksi cabai besar nasional mencapai 954.310 ton dengan produktivitas rata-rata 7,93 ton/ha (Tabel 1.2). Menurut Data BPS (2013), daerah utama sentra penanaman cabai besar adalah Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Luas areal panen cabai besar di Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai 16.043 ha dengan produksi 201.384 ton. Produktivitas cabai merah di Jawa Barat jauh di atas rata-rata nasional yaitu mencapai 12,55 ton/ha.

Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah Besar Tahun 2008-2012

(15)

Produksi cabai besar Jawa Barat tahun 2012 sebesar 81,63% dihasilkan di tujuh wilayah sentra yaitu Kabupaten garut sebanyak 49.592 Ton, Kabupaten Cianjur 33.991 ton, Kabupaten Tasikmalaya 31.784 ton, Kabupaten Bandung 20.128 ton Kabupaten Sukabumi 12.587 ton, Kabupaten Bandung Barat 8.276 ton, dan Kabupaten Majalengka 8.030 ton. Sisanya sebesar 18,37% tersebar di 19 kabupaten/kota lainnya (BPS Provinsi Jawa Barat, 2013).

Cabai merah termasuk dalam golongan enam besar dari komoditas sayuran di Indonesia, selain bawang merah, tomat, kentang, kubis, dan kol bunga. Meskipun telah mengekspor cabai merah segar, sampai saat ini kebutuhan cabai secara nasional masih belum dapat terpenuhi, untuk menutupi kekurangan tersebut maka dilakukan impor.

Data Survei Sosial ekonomi Nasional, 2008 - 2012 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan konsumsi cabai besar dari 15,486 ons/kapita pada tahun 2008 menjadi 16,529 ons/kapita di tahun 2012. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia setiap tahun dan mencapai 255.587.718 jiwa pada tahun 2012 (Data KPU, 2012). Dengan demikian kebutuhan cabai merah secara nasional juga mengalami peningkatan.

Budidaya cabai merah menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor. Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, nilai impor cabai secara nasional pada tahun 2012 mencapai US$ 27.935.228 dan nilai ekspor komoditas tersebut mencapai US$ 24.979.192 (http://aplikasi. deptan.go.id/eksim2012). Data tersebut menunjukkan Indonesia adalah nett importir komoditas cabai.

Fluktuasi harga cabai merah yang sering terjadi, umumnya disebabkan oleh ketersediaan pasokan cabai merah yang tidak merata sepanjang tahun. akibatnya harga cabai biasanya akan melonjak naik ketika pasokan di pasar sedikit, terutama saat mendekati hari besar nasional atau keagamaan. Sebaliknya harga komoditas ini akan menukik turun ketika pasokan dari sentra produksi membanjiri pasar.

Meroketnya harga cabai merah ternyata juga membawa dampak negatif secara nasional. Cabai merah dinilai sebagai salah satu komoditas utama yang berkontribusi terhadap terjadinya inflasi. Pada tahun 2010, cabai merah merupakan komoditas 3 (tiga) besar yang menyebabkan terjadinya inflasi (gambar 1.1). oleh karena itu, perlu ada upaya untuk menjaga kestabilan pasokan dan kestabilan harga komoditas tersebut.

(16)

Sekalipun cabai merah mempunyai prospek permintaan yang baik, tetapi sektor budidaya cabai merah dalam skala usaha kecil masih menghadapi berbagai masalah atau kendala. Permasalahan/kendala utama yang dapat menyebabkan bisnis usaha kecil budidaya cabai merah sering menghadapi resiko gagal, tidak adanya kepastian jual, harga yang berfluktuasi, kemungkinan rendahnya margin usaha, lemahnya akses pasar, dan ketidakmampuan untuk memenuhi persyaratan teknis bank.

Upaya peningkatan produksi cabai merah dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Penumbuhan sentra produksi cabai merah dilakukan melalui upaya ekstensifikasi dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan dan agroklimat, potensi pasar, dan potensi sumber daya manusia. Pemantapan sentra dilakukan melalui upaya intensifikasi dengan menerapkan Iptek serta pengembangan pemasaran dan kelembagaan.

Upaya yang ditempuh untuk membantu UKM dalam bidang agribisnis budidaya cabai merah agar mereka mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus untuk memecahkan masalah yang dihadapi (kelemahan dalam sistem, penerapan teknologi, kelemahan dalam distribusi/pemasaran) dilaksanakan melalui pengembangan kebijakan di sektor-sektor pemerintah, moneter dan di sektor riil. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu pelaku UKM budidaya cabai merah yaitu menyediakan kredit yang sesuai dan cocok untuk agribisnis berskala kecil, menciptakan kondisi yang kondusif bagi pengembangan tanaman hortikultura sayur-sayuran yang tergolong rempah-rempah termasuk komoditas cabai merah dan memfasilitasi pelaksanaan Program Kemitraan Terpadu (PKT)

Gambar 1.1. Daftar Sepuluh Komoditas Utama Penyebab Inflasi Tahun 2010

(17)

yang dapat memberikan jaminan keberhasilan proyek budidaya cabai melalui kemitraan dengan Usaha Besar dan melibatkan bank sebagai pemberi kredit dalam suatu kesepakatan kerjasama.

Melalui studi pola pembiayaan yang mencakup penilaian kelayakan usaha budidaya cabai merah dan Program Kemitraan Terpadu (PKT) yang dilaksanakan di daerah yang menjadi objek penelitian, yaitu Tasikmalaya, diharapkan dapat direplikasi hampir di seluruh propinsi yang memiliki kesuburan lahan atau kecocokan lahan, serta iklim yang paling cocok untuk pelaksanaan budidaya cabai merah.

Sebagai upaya optimalisasi pengembangan cabai merah, pihak Bank Indonesia Tasikmalaya telah membuat Program Klaster Nasional Cabai Merah Besar. Dalam rangka pelaksanaan klaster nasional yang digagas oleh Bank Indonesiatersebut, Provinsi Jawa Barat bersama dengan enam daerah lainnya terpilih untuk mengembangkan klaster cabai merah. Salah satu definisi klaster adalah upaya untuk mengelompokkan industri/usaha inti yang saling berhubungan, baik industri pendukung, industri terkait, jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, penelitian, pelatihan, pendidikan, informasi, teknologi, sumber daya alam, serta lembaga-lembaga terkait. Klaster juga merupakan cara untuk mengatur beberapa aktivitas pengembangan ekonomi.

Untuk wilayah Priangan Timur, klaster cabai merah ini dilaksanakan di Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis yang memiliki kondisi alam dan geografis yang sesuai bagi pengembangan klaster cabai, terlebih lagi daerah tersebut saat ini telah menjadi produsen cabai merah dan sayur mayur lainnya. Program ini merupakan upaya mengoptimalkan potensi sektor pertanian hortikultura, khususnya cabai merah di wilayah Ciamis dan Tasikmalaya. Dalam klaster cabai tersebut, koperasi dijadikan sebagai lokomotif perkembangan cabai industri.

Usaha budidaya cabai merah ini telah menciptakan kesempatan bagi para petani untuk meningkatkan pendapatannya, tetapi pada umumnya petani jarang memperhitungkan besar kecilnya biaya yang diinvestasikan dan keuntungan yang diperoleh. Dengan demikian untuk menghindari kerugian dan meningkatkan keuntungan, petani sebagai pengusaha harus bisa memperhitungkan dan mengukur biaya yang akan dikeluarkan untuk kepentingan produksinya sehingga akan diketahui apakah usaha tani cabai merah itu menguntungkan atau tidak.

Cukup banyak kendala yang dijumpai dalam usaha budidaya cabai merah, diantaranya adalah masalah teknis produksi dan pengadaan modal usaha. Menyadari akan hal ini maka perlu dilakukan kajian tentang Pola Pembiayaan atau

Lending Model Usaha Kecil dan Menengah bagi para petani cabai, khususnya

(18)

prOfIl UsaHa Dan

pOla pembIaYaan

(19)

2.1. ProFiL Usaha

aGrIBIsNIs merupakan suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang terkait satu sama lain. Keempat subsistem tersebut adalah: (1) subsistem agribisnis hulu, (2) subsistem agribisnis usaha tani, (3) subsistem agribisnis hilir dan (4) subsistem jasa penunjang. adanya salah satu subsistem tidak berjalan sesuai fungsi dapat mengakibatkan subsistem lain juga tidak berjalan (Saragih, 2010). Salah satu usaha yang termasuk dalam bidang ini adalah budidaya cabai merah.

Cabai merah adalah komoditas yang memiliki peluang margin keuntungan

yang menggiurkan tapi juga beresiko tinggi. Budidaya cabai merah adalah suatu usaha pertanian yang bersifat intensif, padat modal, dan padat tenaga kerja.Para petani cabai harus memiliki kejelian baik dalam mengamati kondisi iklim di lapangan maupun kondisi pasar. Para petani juga harus memiliki informasi tentang pelaksanaan waktu tanam cabai yang dilakukan oleh rekan mereka yang lain, baik di daerah yang sama maupun di sentra penanaman cabai di daerah lain.

Para petani cabai Tasikmalaya, Ciamis, dan mungkin juga di daerah lain biasanya bergabung dalam kelompok tani. Beberapa kelompok tani tersebut bergabung dalam gabungan Kelompok Tani (gapoktan). Setiap satu desa hanya boleh ada satu gapoktan.

Salah satu upaya yang ditempuh untuk membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam bidang agribisnis budidaya cabai merah yaitu Program Kemitraan Terpadu (PKT). Secara umum kelembagaan kemitraan dapat dipilah menjadi dua pola usaha yaitu pola dagang umum dan kelembagaan kemitraan usaha contract farming dengan berbagai variasinya.

Beberapa keunggulan pola dagang umum antara lain adalah: (1) Kelembagaan kemitraan pola ini umumnya lebih fleksibel yang didasarkan atas ikatan-ikatan informal yang tidak mengikat, ikatan langganan, ikatan modal tanpa bunga, serta ikatan sosial lainnya; (2) Umumnya pedagang memiliki jaringan pasar yang luas namun tidak mengikat (pasar tradisional, supplier, dan supermarket);

(3) Memiliki fleksibilitas keluar masuk pasar; dan (4) Dapat menampung hasil produksi sayuran pada hampir semua kelas kualitas dengan perbedaan harga pembelian. Beberapa kelemahan pola ini adalah : (1) efisiensi dalam pengumpulan hasil rendah karena produksi tersebar; (2) efisiensi dalam pengangkutan rendah karena seringkali tidak mencapai skala angkut maksimal; (3) Fluktuasi harga tajam karena mengikuti mekanisme pasar sepenuhnya; dan (4) Kurang mendorong petani pada peningkatan kualitas hasil karena sistem pembelian dari pedagang seringkali dilakukan dengan sistem borongan, tebasan, dan ijon, meskipun terdapat juga petani yang memasarkan dengan sistem timbang atau kiloan.

(20)

Sementara itu beberapa keunggulan pada pola contract farming

(dalam pelaksanaannya berupa kontrak pemasaran) antara lain adalah: (1) efisiensi dalam pengumpulan hasil tinggi karena kontrak dilakukan secara berkelompok dalam hamparan tertentu; (2) efisiensi dalam pengangkutan tinggi karena dapat mencapai skala angkut maksimal; (3) Harga relatif stabil karena ditetapkan dengan sistem kontrak pemasaran di mana harga ditetapkan sebelum tanam; dan (4) Mampu mendorong petani untuk menghasilkan produk berkualitas, karena hanya produk-produk yang memenuhi standar mutu tertentu yang ditampung, produk yang tidak memenuhi standar mutu akan dikenakan rafaksi oleh perusahaan mitra; serta (5) efektif diterapkan pada komoditas atau produk yang memiliki struktur pasar yang oligopolistik-oligopsonistik, di mana pada sebagian besar komoditas menghadapi kondisi ini.

Jika dilihat dari tujuan penjualannya, secara umum terdapat dua pola penanaman cabai merah yaitu penanaman untuk tujuan industridan penanaman untuk konsumsi. Untuk tujuan industri, perusahaan penampung yang ada di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis adalah PT Heinz aBC. Untuk tujuan konsumsi, biasanya cabai merah tersebut ditampung oleh pengumpul untuk kemudian dikirim ke pasar lokal dan pasar induk yang ada di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Pada usaha budidaya cabai merah untuk industri, kelompok tani tersebut dibina oleh suatu lembaga pendamping, misalnya koperasi. Salah satu koperasi yang membina para petani ini adalah Koperasi Jasa agribisnis (Koja) yang terletak di Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Koja membina 20 kelompok tani dengan luas pertanaman cabai 168 ha.

Koperasi Jasa agribisnis (Koja) STa Panumbangan adalah koperasi jasa yang berada di Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis yang didirikan pada tanggal 20 Juni 2003 dengan Badan Hukum No: 11/188.5/BH/KUKM/ vI/2003. Kehadiran Koperasi Jasa agribisnis (Koja) STa Panumbangan seharusnya dapat menjadikan gerakan koperasi di Indonesia menjadi lebih hidup karena mempunyai sumber daya yang baik. Selain itu, binaan Koperasi Jasa agribisnis (Koja) STa Panumbangan juga cukup banyak yaitu membina kelompok tani di Kecamatan Panumbangan dan Sukamantri. Koja mempunyai wilayah kerja dalam wilayah Kabupaten Ciamis meliputi enam Kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Panjalu, Kecamatan Cihaurbeuti, Kecamatan Kawali, Kecamatan Lumbung, Kecamatan Sindangkasih, dan Kecamatan Cikoneng. Namun, pada perjalanannya koperasi ini mengalami mati suri pada tahun 2006 hingga 2009, tetapi pada awal tahun 2010 koperasi dihidupkan kembali berdasarkan inisiatif para anggota yang merasa bahwa keberadaan koperasi tersebut sangatlah penting bagi kelangsungan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Koja STa Panumbangan merupakan koperasi yang bergerak

(21)

di bidang jasa, unit usaha yang dilakukan yaitu usaha budidaya pertanian hortikultura, dan usaha simpan pinjam.

Koja berperan dalam pembinaan para petani, menyalurkan kebutuhan benih dan sarana produksi serta menampung hasil panen cabai yang dihasilkan. Koja juga bermitra dengan perusahaan industri (PT. Heinz aBC) yang siap menampung cabai yang memenuhi syarat yang ditentukan. Setiap harinya, PT. Heinz aBC membutuhkan sekitar 100 ton bahan baku cabai merah untuk keperluan industri. Pasokan cabai tersebut terutama didatangkan dari Jawa barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Para petani binaan yang telah dianggap berpengalaman dan mampu akan direkomendasikan oleh Koja untuk mendapatkan pinjaman kredit dari Bank. Pada saat ini sebagian kelompok tani tersebut mendapatkan bantuan pinjaman kredit modal kerja dari Bank BNI. Skim kredit yang diberikan oleh BNI adalah Kredit Usaha rakyat (KUr).

Di Kecamatan Cihaurbeuti, terdapat petani cabai merah didampingi oleh suatu lembaga yang bernama Kelompok Usaha Karya Unggul agrotama (KUaT). Lembaga ini yang membantu mengatur penyaluran sara produksi dan pengelolaan keuangan mitra binaan kelompok tani. KUaT bermitra dengan PT aeTra sebagai off taker yang menjamin pembelian hasil produksi. PT aeTra

ini juga mengirim cabai merah tersebut ke PT Heinz aBC.

Dalam kegiatan usaha budidaya cabai merah industri ini, mutlak diperlukan skim kerjasama kemitraan dengan industi sebagai penampung produksi. oleh sebab itu, bentuk kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan dan bersifat saling membutuhkan (setara) perlu terus dikembangkan.

Harga kontrak pembelian saat ini dari PT Heinz aBC untuk cabai yang berasal dari sentra produksi di Jawa Barat adalah rp 10.000/kg. Dari harga tersebut maka bagian yang diterima petani adalah rp 7.000/kg. Selisih harga yang rp 3000/kg digunakan untuk biaya sortasi, transportasi, dan keuntungan dari pembina (misal Koja). Jika harga pembelian PT Heinz aBC dari suplier lebih dari rp14.000/kg maka akan ada insentif harga bagi petani pemasok sesuai kontrak yang disepakati. Dari data yang didapat, pada musim tanam tahun 2012/2013 ini kontrak yang dilakukan oleh Koja dan PT Heinz aBC adalah 800 ton dengan luas kebun yang disepakati 100 ha.

2.2. ProFiL PeNGUsaha

Pada umumnya para pelaku usaha budidaya cabai merah ini adalah para pengusaha skala mikro dan kecil. Mereka memiliki posisi yang lemah dalam

(22)

proses tawar menawar. Menurut akhmad (2007), upaya yang harus dilakukan petani untuk menaikkan posisi tawar petani adalah dengan:

1) Konsolidasi petani dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran. Konsolidasi tersebut pertama dilakukan dengan kolektifikasi semua proses dalam rantai pertanian, meliputi kolektifikasi modal, kolektifikasi produksi, dan kolektifikasi pemasaran. Kolektifikasi modal adalah upaya membangun modal secara kolektif dan swadaya, misalnya dengan gerakan simpan-pinjam produktif yang mewajibkan anggotanya menyimpan tabungan dan meminjamnya sebagai modal produksi,

bukan kebutuhan konsumtif. Hal ini dilakukan agar pemenuhan modal kerja pada awal masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan mengurangi ketergantungan kredit sertajeratan hutang tengkulak.

2) Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi dengan skala produksi yang besar dari banyak produsen. efisisensi dapat dicapai melalui skala usaha yang lebih besar dan terintegrasisehingga tercipta penghematan biaya dalam pemenuhan faktor produksi, dan kemudahan dalam pengelolaan produksi, misalnya dalam penanganan hama dan penyakit. Langkah ini juga dapat menghindari kompetisi yang tidak sehat di antara produsen yang justru akan merugikan, misalnya dalam irigasi dan jadwal tanam.

3) Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan

produk pertanian. Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-jaring tengkulak yang menekan posisi tawar petani dalam

penentuan harga secara individual.

4) Upaya kolektifikasi tersebut tidak berarti menghapus peran dan posisi pedagang distributor dalam rantai pemasaran, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang merugikan petani produsen dan

membuat pola distribusi lebih efisien dengan pemangkasan rantai tata niaga yang tidak menguntungkan.

Luas lahan atau skala usaha petani cabai merah sangat bervariasi. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah melakukan koordinasi antarasesama anggota kelompok sertaanggota kelompok dengan pihak luar seperti koperasi dan instansi lainnya. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

(23)

Pada umumnya, petani cabai memiliki luas lahan rata-rata berkisar antara 0,5 hektar hingga 1,0 hektar. Tanah untuk menanam cabai tersebut umumnya milik petani sendiri. Petani responden yang didatangi memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi, mulai dari SD hingga tingkat perguruan tinggi. Dalam melakukan budidaya cabai merah ini para petani bergabung dalam kelompok tani. Meski demikian, tanggungjawab keberhasilan proses produksi ada di tangan individu petani.

Usaha budidaya cabai merah ini pada umumnya dimiliki oleh perorangan, serta sebagai usaha keluarga sejak lebih dari 5 tahun yang lalu dan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Motivasi usaha budidaya cabai merah yaitu harga jualnya yang cukup baik dengan adanya kontrak harga minimal dengan PT. Heinz aBC, sumber daya alam yang mendukung, teknologi tersedia atau adanya pengalaman dengan keterampilan yang sederhana. Namun, dalam menjalankan usaha budidaya cabai merah diperlukan keuletan dan ketelatenan yang ekstra.

Pengusaha dapat memperoleh teknik budidaya yang baik dari berbagai instansi, seperti penyuluhan dari Dinas Pertanian, pembinaan dari balai benih, pendampingan dari perusahaan mitra atau juga pertukaran informasi dari pengusaha sejenis yang telah sukses. Pengalaman cara budidaya cabai merah secara turun-temurun sesungguhnya memberikan tingkat ketrampilan yang sangat baik untuk petani, namun hal tersebut menyebabkan petani susah menerima hal-hal baru terkait dengan budidaya cabai merah dalam rangka perbaikan produksi serta kelestarian alam. Dari pengamatan lapang, tenaga agronomis yang paling berperan dalam pendampingan petani adalah tenaga lapang yang berasal dari perusahaan penyalur benih dan saprotan (PT. Tanindo) serta tenaga agronomis yang berasal dari industri pengguna produk (PT. Heinz aBC). Untuk itu, perlu adanya bimbingan dan penyuluhan yang lebih intensif bagi petani dari penyuluh Dinas Pertanian.

(24)

Secara teknis, petani memperoleh benih dari perusahaan mitra dan akan dibayar setelah panen, sedangkan untuk modal kerja lainnya (non benih) diperoleh daripinjaman ke bank. Hal ini seperti yang dilakukan oleh kelompok Tani Cinta Mekar, mitra dari Koperasi Jasa agribisnis (KoJa) dimana kelompok tani tersebut memperoleh pinjaman dari BNI Cabang Tasikmalaya. Beberapa petani juga memperoleh pembiayaan dari BrI Cabang Tasikmalaya.

2.3. PoLa PembiayaaN

Pola pembiayaan usaha budidaya cabai merah berasal dari petani/pengusaha sendiri (modal sendiri), kredit bank, ataupun berasal dari lembaga lain yang non bank (dengan mekanisme pencairan dana dan pembayaran kredit melalui bank). Proporsi pola pembiayaan ini bervariasi antar petani/pengusaha. Pola pembiayaan ini juga sangat tergantung pada skala usahanya (luasan lahan yang dikelola). Beberapa pengusaha/petani menggunakan 100% modal sendiri dari perputaran usahanya atau dukungan dari usaha lainnya, dan pola pembiayaannya menggunakan kombinasi antara modal sendiri dan kredit bank/non bank. Pada umumnya, di awal pendirian usaha, seluruh pendanaan berasal dari pemilik usaha, baik pribadi maupun dukungan usaha lainnya. Dalam perkembangannya, beberapa pengusaha berhasil mendapatkan kredit dari bank, kemitraan, dan bantuan program dari dinas terkait. Beberapa bank yang memberikan kredit untuk usaha budidaya cabai merah adalah BNI dan BrI. Selain itu, terdapat juga anggota kelompok tani yang mendapatkan bantuan pembiayaan dari investor swasta.

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat

hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

Di samping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, kajian Pola Pembiayaan/Lending Model

(25)

ini juga melakukan analisis terhadap kelayakan keuangan. Pihak bank dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan pemenuhan persyaratan kredit yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan budidaya cabai merah. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini.

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk itu, bank perlu membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/UKM sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit.

Bank BrI dan BNI cabang Tasikmalaya menyalurkan kredit modal kerja untuk budidaya cabai merah melalui skim Kredit Ketahanan Pangan dan energi (KKPe) dan Kredit Usaha rakyat (KUr). Lama pengembalian kredit bagi usaha budidaya cabai merah umumnya 12 bulan, dengan suku bunga 13% per tahun untuk KUr dan 4% per tahun untuk KKPe. Jangka waktu ini sudah mencakup masa pengolahan lahan hingga panen petikan terakhir.

Salah satu syarat supaya petani cabai mendapat kredit ini yaitu petani harus terlebih dahulu memiliki jaminan pasar pascapanen. Misalnya, petani harus sudah memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan besar yang menerima hasil pertanian mereka. Hal itu disyaratkan sebagai kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit, mengingat kredit pertanian cukup berisiko bagi dunia perbankan. Dalam hal ini, seluruh kelompok tani tersebut sudah melakukan kontrak dengan PT. Heinz aBC yang akan menampung cabai merah yang dihasilkan.

BNI Cabang Tasikmalaya mencatat realisasi kredit untuk penanaman cabai merah di Priangan Timur hingga 2012 mencapai rp3,46 miliar. Kredit tersebut disalurkan kepada 8 gapoktan dengan luas lahan penanaman cabai total, yaitu 57 ha. gapoktan tersebut di atas berasal dari Kabupaten Ciamis tepatnya Kecamatan Sukamantri, Panumbangan, Panawangan, dan Kabupaten Tasikmalaya, tepatnya Kecamatan gentong. Sementara itu, BrI mencatat realisasi kredit sejumlah rp 560 juta kepada 11 gapoktan dengan menggunakan skim KKPe. n

(26)

aspeK teKnIs

prODUKsI

(27)

3.1. LoKasi Usaha

PEMILIhaN lokasi budidaya cabai merah harus disesuaikan dengan persyaratan tumbuh cabai merah untuk mencegah kegagalan proses produksi dan dapat menghasilkan cabai merah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan serta tidak merusak lingkungan. Secara umum lahan yang digunakan bukan bekas tanaman sejenis atau sefamili sehingga memungkinkan untuk melakukan penanaman2 atau 3 kali musim tanam per tahun. Lahan untuk penanaman cabai harus terbuka, tidak ternaungi sehingga matahari dapat langsung menyinari tanaman. Lokasi lahan diusahakan dekat dengan sumber air untuk memenuhi ketersediaan air untuk penyiraman.

Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan mempunyai drainase dan aerasi yang baik. Tanah yang paling ideal untuk tanaman cabai adalah tanah yang mengandung bahan organik sekurang-kurangnnya 1,5% dan mempunyai pH antara 6,0 - 6,5. Keadaan pH tanah sangat penting karena erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara. apabila ditanam pada tanah yang mempunyai pH lebih dari tujuh, tanaman cabai akan menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daun menguning yang disebabkan kekurangan unsur hara besi (Fe). Sebaliknya, pada tanah yang mempunyai pH kurang dari lima, tanaman cabai juga akan kerdil, karena kekurangan unsur hara kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) atau keracunan aluminium (al) dan mangan (Mn) (Sumarni 1996). Secara geografis tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1.200 m di atas permukaan laut.Pada dataran tinggi yang berkabut dan kelembabannya tinggi, tanaman cabai mudah terserang penyakit. Cabai akan tumbuh optimal pada daerah yang rata-rata curah hujan tahunannya antara 600 - 1.250 mm pada tingkat penyinaran matahari lebih dari 45% (Suwandi et al. 1997).

Suhu udara optimal untuk pertumbuhan cabai pada siang hari adalah 18o- 27oC. Bila suhu udara malam hari di bawah 16oC dan siang hari di atas 32oC, proses pembungaan dan pembuahan tanaman cabai akan terhambat. Cabai tidak menghendaki curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah, karena pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan cendawan (Sumarni 1996).

Menurut Setiadi (1987), dalam penanaman cabai juga perlu memperhitung-kan memperhitung-kandungan air tanah. Jika penanaman cabai dilakumemperhitung-kan di sawah, maka sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan. Penanaman cabai di lahan tegalan akan lebih baik jika dilakukan pada akhir musim kemarau karenasaat itu tanah memiliki kelembaban atau kandungan air yang cukup untuk penanaman cabai. Di tanah sawah, kandungan airnya tidak kelewat banyak,sehingga bisa meminimalkan tanaman cabai dari serangan cendawan yang menyerang akar. Di tanah tegalan, siraman air hujan sudah cukup memenuhi kebutuhan tanaman cabai.

(28)

Salah satu lokasi klaster cabai merah adalah Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Berdasarkan data monografi desa dalam rachma 2008, sekitar 70% wilayah desa ini merupakan lahan pertanian. Sekitar 66% penduduk Desa Cibeureum berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Para petani cabai melakukan penanaman cabai merah baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan.

Desa Cibeureum memiliki iklim relatif agak sejuk dengan suhu rata-rata harian di desa ini 17-26 oC. Curah hujan rata-rata daerah ini sebesar 2.500 mm/ tahun dengan jumlah bulan basah rata-rata 6 bulan dalam setahun. Sebagian besar tanah di desa ini berwarna hitam dengan tekstur agak berpasir.

Topografi Wilayah Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis memiliki ketinggian berkisar antara 400-800 meter di atas permukaan laut (mdpl). adapun temperatur normal atau suhu rata-rata 20ºC - 24ºC. Keadaan permukaan tanah berbukitan 30%, berombak s/d berbukit 30% dan datar 40% (http://su.wikipedia.org/wiki/Obrolan: Cibeureum,_Sukamantri,_ Ciamis). Menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, Kabupaten Ciamis pada

umumnya mempunyai tipe iklim C, dengan rata-rata curah hujan sekitar 2.987 mm/tahun dan suhu rata-rata antara 200C-300 C (http://e-slr.blogspot. com/2012/04/ kabupaten-ciamis.html).

Pada pengamatan lapang, kondisi tanah di lokasi penanaman cabai di Sukamantri dan Cihaurbeuti relatif gempur dan mengandung cukup banyak bahan organik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa wilayah pertanaman cabai merah dari responden kelompok tani yang didatangi sudah memenuhi syarat bagi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.

Daerah sentra penanaman cabai merah di Kabupaten Ciamis adalah di Kecamatan Sukamantri, Panumbangan, Cihaurbeuti, dan Panjalu. Sentra cabai di Tasikmalaya adalah Kecamatan Cisayong, Cigalontang, dan Leuwisari. Pasokan cabai dari wilayah sentra tersebut akan mampu mempengaruhi harga di pasaran lokal.

Potensi luas areal kawasan cabai di Jawa Barat adalah 10.466 ha. Potensi areal terluas terdapat di Kabupaten garut 4.010 ha, disusul dengan Bandung Barat dan Kabupaten Bandung. Tabel 3.1 menyajikan potensi lahan kawasan cabai di Jawa Barat.

(29)

3.2. FasiLiTas ProDUKsi DaN PeraLaTaN

Untuk memenuhi permintaan pasar khususnya untuk industri, kontinuitas, dan kuantitas pasokan dalam jumlah besar yang tepat waktu dan kualitas sesuai standar maka perlu adanya perbaikan dalam cara bertanam cabai dengan menerapkan kaidah-kaidah praktek pertanian yang baik (Good Agricultural Practices disingkat G.A.P). agar kaidah-kaidah g.a.P dapat diterapkan

dengan benar maka diperlukan suatu panduan standar operasional yang dikenal dengan Standar operasional Prosedur (SoP).

Untuk menghasilkan cabai merah berkualitas dengan produktivitas yang optimal diperlukan upaya produksi sesuai dengan norma budidaya yang baik dan benar. oleh sebab itu pelaksanaan Prosedur operasional Standar (PoS) harus konsisten dan terdokumentasi dengan baik oleh setiap pelaku usaha. Pelaksanaan PoS dengan baik dapat menghasilkan produktivitas cabai lebih dari 1 kg/tanaman (tergantung varietas cabai merah), dengan tingkat kehilangan hasil lebih kecil 10% dan kualitas cabai sesuai standar pasar yang mencapai 90%. Untuk dapat melaksanakan PoS tersebut diperlukan fasilitas dan peralatan produksi yang sesuai aktivitasnya.

1) Persiapan Lahan

Sebelum penanaman dilakukan perlu pembersihan lahan dari segala sesuatu yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman agar diperoleh lahan yang siap ditanami dan terbebas dari gangguan fisik (batu-batuan, sampah, dll) maupun biologis (gulma atau sisa-sisa tanaman). Peralatan yang digunakan untuk aktivitas tersebut adalah:

a. Parang/arit/golok untuk memotong dan membersihkan semak belukar yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman muda,

Tabel 3.1. Potensi Lahan Kawasan Cabai di Jawa Barat

(30)

b. Cangkul/kored untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa semak belukar/ tanaman yang tertinggal serta untuk mengolah tanah,

c. Keranjang/pikulan/carangka untuk mengangkut hasil pembersihan lahan. 2) Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedeng

Suatu upaya pembuatan lahan pertanaman menjadi siap tanam, dengan cara mengolah tanah sampai gembur dan diratakan, membuat parit dan garitan dengan bentuk membujur atau disesuaikan dengan denah/ letak lahan (bila tidak persegi) dan dengan arah datangnya sinar matahari. Tujuannya agar diperoleh media tanam yang optimal bagi pertumbuhan tanaman cabai merah. Peralatan yang digunakan untuk pengolahan tanah sangat tergantung pada skala usaha atau luasan lahan yang dikelola, yaitu:

a. garpu/cangkul/kored untuk mengolah tanah dan meratakan pupuk kandang,

b. Meteran sebagai alat ukur menentukan ukuran,

c. Tali untuk tarikan garitan dan parit agar diperoleh garitan dan parit yang lurus,

d. Bambu untuk pemancang tali pada pembuatan garitan dan par. 3) Penyiapan Jarak Tanam

Setelah selesai pembuatan bedengan, maka akan dilakukan penutupan mulsa plastik yang kemudian dibolongi sesuai dengan jarak tanam cabai. alat yang dibutuhkan adalah mulsa hitam perak,kaleng susu yang sudah dipertajam, bambu dan alat potong. Penetapan jarak tanam dilakukan dengan membuat tanda jarak tanam yang memungkinkan untuk pertumbuhan cabai secara normal dan optimal. Tujuan penetapan jarak tanam yaitu agar diperoleh jarak yang sama pada seluruh bedengan untuk meletakkan bibit cabai. Dalam penetapan jarak tanam digunakan seperti peralatan/belahan bambu/tali/tambang serta meteran. Jarak tanam ini sangat penting karena erat kaitannya dengan jumlah bibit yang dibutuhkan per satuan luas, serta akan sangat besar pengaruhnya terhadap ukuran cabai merah yang dihasilkan.

4) Penyiapan Benih dan Persemaian

Penyiapan benih adalah menyiapkan benih bermutu dari varietas unggul yang bersertifikat. Tujuannya adalah menjamin benih yang ditanam jelas varietasnya, memiliki tingkat keseragaman yang tinggi, berproduktivitas tinggi dan sehat. varietas cabai yang disetujui oleh PT. Heinz aBC adalah Biola, gada, adipati, Imperial, Fantastic, dan TM 99. Dalam proses budidaya cabai merah, benih tidak langsung ditanam di lapang melainkan harus disemaikan terlebih dahulu. Peralatan yang digunakan untuk aktivitas tersebut yaitu wadah semai, polibag kecil, sungkup, ember dan emrat untuk penyiraman. Ciri benih cabai merah varietas unggul:

a. Produksi tinggi. Potensi hasil cabai besar hibrida 1,2 kg/tanaman/musim, cabai keriting hibrida 1 kg/tanaman/musim, cabai rawit hibrida 0,6 kg/

(31)

tanaman/musim dan paprika 3,7 kg/tanaman/musim.

b. Umur panen lebih disukai genjah. Secara umum berkisar 90 sampai 120 hari setelah semai.

c. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Saat kemarau panjang, intensitas serangan hama (thrips, kutu daun, tungau dan kutu kebul)

sangat tinggi, maka perlu varietas yang tahan serangan hama. Pada saat musim hujan, kelembaban tinggi sehingga intensitas serangan penyakit (layu bakteri, fusarium, phytopthora dan antraknosa) sangat

tinggi.

d. Daya simpan lebih lama. Umumnya kualitas akan turun setelah disimpan 2-3 hari pada suhu kamar. Jika pada suhu dingin (5-7oC) dan kelembaban 90-95% dapat bertahan 10-20 hari. Cabai unggul dapat disimpan lebih lama sehingga tahan pengangkutan ke lokasi lebih jauh.

e. Tingkat kepedasan tertentu. Cabai terasa pedas karena adanya zat

capsaicin. Tingkat kepedasan yang diinginkan industri saus tertentu

yaitu mencapai 400x pengenceran setara dengan kandungan

capsaicin 380 ppm.

f. Kualitas buah sesuai konsumen. Contoh, industri saus tertentu menyukai buah dengan diameter pangakal batang 1,00-1,70 cm, panjang buah 9,5-14,5 cm, warna buah merah tanpa belang dan tingkat kepedasan 400 ppm. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1998), panjang buah cabai merah mutu I=12-14 cm, mutu II = 9-11 cm dan mutu III kurang dari 9 cm; diameter buah cabai merah mutu I=1,5-1,7 cm, mutu II = 1,3-1,5 cm dan mutu III kurang dari 1,3 cm; 5) Penanaman

Penanaman cabai adalah kegiatan meletakkan bibit dengan posisi akar di dalam lubang tanam yang disiapkan. Tujuannya agar tersedia unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman secara optimal dan benih diletakkan dengan benar. Peralatan yang digunakan dalam aktivitas ini adalah: wadah tempat angkut bibit, pisau, dan bambu.

6) Perawatan Tanaman

Perawatan tanaman cabai meliputi penyiraman, peletakkan ajir, penyiangan, pemupukan, perompesan dan pengendalian hama dan penyakit. aktivitas ini disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan dilakukan dengan peralatan berikut ini.

a. golok/gergaji digunakan untuk memotong dan membelah bambu, b. Meteran sebagai pengukur panjang ajir/turus,

c. Bambu digunakan sebagai tiang ajir/ turus,

d. Tali plastik untuk mengikat tanaman pada ajir/ turus, e. Cangkul digunakan untuk meninggikan guludan,

(32)

g. Sekop untuk mencampur dan memindahkan pupuk, h. Pompa untu menarik air,

i. Drum dan selang,

j. ember digunakan untuk mengangkut air dan juga pupuk selama penaburan.

Penyiangan dan sanitasi adalah melakukan pemeliharaan dan membersihkan guludan dari gulma, tanaman pengganggu lainnya, dan tanaman yang sakit. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kebun dan kesehatan tanaman dengan menggunakan cangkul/kored. Pada periode ini juga masih memungkinkan untuk dilakukan penyulaman, yakni menanam kembali pada bagian cabai merah yang mati atau tidak tumbuh dengan baik.

Pengendalian organisme Pengganggu Tumbuhan (oPT) adalah tindakan untuk menekan serangan oPT guna mempertahankan produksi dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Tujuannya adalah agar oPT terkendali tanpa merusak lingkungan. Kegiatan ini adalah yang paling kritis dalam kaitannya dengan keberhasilan produksi cabai merah. Dalam kondisi tertentu, misalnya saat intensitas curah hujan sangat tinggi, maka pengendalian oPT ini juga harus lebih sering dilakukan karena oPT akan sangat cepat berkembang. Peralatan yang biasa digunakan pada aktivitas ini adalah Knapsack Sprayer,

sebagai alat untuk mengaplikasikan pestisida, ember, drum, alat pengaduk untuk mencampur pestisida dengan air, takaran (skala cc, ml, liter dan gram) untuk menakar pestisida dengan air, alat/sarana pelindung (sarung tangan, masker, topi, sepatu boot, baju lengan panjang) untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimia.

7) Pemanenan

Panen adalah proses pemetikan cabai merah yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) untuk dipetik. Penentuan saat panen yang tepat menjadi sangat penting karena berkaitan dengan produktivitas dan tujuan penggunaan cabai merah. alat yang digunakan untuk aktivitas ini, yaitu:

a. Keranjang/krat/karung/warring/pengki/ember untuk meletakkan dan mengangkut cabai yang telah dipanen,

b. Pikulan sebagai alat angkut dari kebun ke tempat pengumpulan cabai, c. Timbangan untuk menimbang hasil panen.

8) Pasca Panen

Kegiatan pasca panen untuk budidaya cabai yang melakukan kontrak dengan industri dilakukan oleh pengumpul, diantaranya Koperasi Jasa agribisnis (Koja). Pihak KoJa inilah yang akan melakukan proses sortasi dan grading.

Beberapa peralatan yang digunakan dalam pasca panen, yaitu: timbangan untuk menimbang cabai merah yang akan dikemas dan krat/kontainer plastik digunakan sebagai wadah kemasan

(33)

aktivitas pasca panen terakhir adalah distribusi, yaitu proses memindahkan cabai merah dari produsen ke industri (PT Heinz aBZ). Peralatan penunjangnya adalah timbangan untuk menimbang cabai merah sebelum dipindahkan ke alat transportasi serta alat transportasi yang memadai untuk mengangkut krat cabai tersebut.

3.3. bahaN baKU

Pihak industri memiliki kriteria tertentu untuk varietas yang digunakan. varietas cabai yang dikehendaki oleh PT Heinz aBC adalah Biola, gada, adipati, Imperial, Fantastic dan TM 99. Para petani bisa mendapatkan benih dan sarana produksi lainnya dari pembina yang sekaligus juga menampung hasil panen, contohnya Koja yang terletak di Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Tasikmalaya.

3.4. TeNaGa Kerja

Tenaga kerja usahatani cabai merah berasal dari keluarga tani (suami dan isteri) dan tenaga upah/harian (pria/wanita). Upah harian pria lebih mahal daripada wanita, karena tenaga wanita biasanya hanya dihitung sama dengan 0,8 tenaga kerja setara pria (TKSP). Besarnya upah harian tenaga kerja laki-laki di Ciamis dan Tasikmalaya adalah rp 35.000/hari dan upah tenaga kerja wanita rp 25.000/ hari. Banyaknya tenaga upah harian yang digunakan sangat bergantung jenis pekerjaan dan luas lahan yang ditangani. Pekerjaan yang cukup berat, seperti mengolah tanah,membuat bedengan, mengangkut sarana produksi dan hasil produksi, menyemprot, dan menyiram lebih dominan dikerjakan oleh pria, sedangkan wanita lebih dominan untuk pekerjaan yang lebih ringan, seperti memupuk, menyulam, menyiang, dan memanen. Untuk satu siklus musim tanam cabai merah membutuhkan 947 HoK (Hari orang Kerja). Jumlah HoK untuk satu musim tanam cabai merah disajikan pada Tabel 3.2.

(34)

3.5. TeKNoLoGi

Teknologi yang diterapkan dalam usaha budidaya cabai merah didasarkan pada pengalaman yang telah dimiliki oleh petani atau pengusaha. rata-rata petani memiliki pengalaman budidaya cabai merah selama lebih dari 5 tahun. Namun, petani/pengusaha senantiasa memperbarui wawasannya dengan mengikuti penyuluhan, pelatihan teknis, dan manajemen. Usaha budidaya cabai merah masih menerapkan teknologi sederhana dan pengetahuan lokal yang ditunjang dengan ketelitian dan pengelolaan yang baik.

Teknologi budidaya yang diterapkan pada skala usaha mulai dari penyiapan lahan hingga pemanenan dilakukan secara manual. Misalnya untuk pengolahan tanah menggunakan cangkul dan garpu, penyemprotan menggunakan sprayer punggung (knapsack). Secara umum, usaha budidaya

cabai merah menerapkan sistem intensifikasi dengan mengacu pada teknik budidaya yang baik dan benar sesuai Standar PoS budidaya cabai.

(35)

3.6. Proses ProDUKsi

Usaha budidaya cabai merah secara umum mengikuti PoS budidaya cabai merah. Penerapan PoS yang baik dan benar diharapkan dapat mengurangi kehilangan hasil yang masih besar, pencapaian produktivitas yang maksimal serta kualitas cabai merah yang sesuai standar lebih dari 90%. Meskipun demikian, teknologi yang terbaru dapat diterapkan untuk lebih meningkatkan nilai tambah dan pendapatan usaha. Tahapan proses produksi dalam budidaya cabai merah sesuai dengan PoS adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan Lokasi,

2) Penentuan Waktu Tanam, 3) Persiapan Lahan,

4) Persemaian, 5) Penanaman, 6) Pemeliharaan,

7) Panen dan Pengelolaan

PoS merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan produksi cabai merah yang memuat alur proses budidaya dari on-farm sampai penanganan pasca panen, sesuai dengan norma budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices/GAP).

1) Pemilihan lokasi

Seperti penjelasan sebelumnya, pemilihan lokasi usaha budidaya cabai merah dipengaruhi oleh kesesuaian lokasi terhadap persyaratan tumbuh tanaman cabai merah. Secara ringkas terdapat tiga (3) hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi, yaitu: (1) lahan yang digunakan bukan bekas tanaman sejenis atau sefamili sehingga memungkinkan 2-3 kali musim tanam per tahun, terbuka (tidak ternaungi) sehingga matahari dapat langsung menyinari tanaman serta dekat dengan mata air; (2) lahan memiliki ketinggian tempat tumbuh < 1.200 m dpl, kemiringan lahan anjuran < 30 derajat, suhu udara optimal untuk pertumbuhan cabai pada siang hari adalah 18o - 27oC dengan curah hujan berkisar antara 600 – 1.250 mm/tahun dan tingkat penyinaran matahari lebih dari 45% ; serta (3) lahan bukan sumber penyakit tular tanah.

2) Penentuan waktu tanam

Cabai tidak mengenal musim, namun penanaman di musim hujan lebih beresiko dibanding musim kemarau karena cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang terus menerus.genangan air bisa menyebabkan penyakit akar dan kerontokan daun. Kelembaban udara tinggi menyebabkan tanaman rentan terserang penyakit. Pada saat awal pertumbuhannya tanaman cabai butuh banyak air.

Jika penanaman dilakukan di sawah, sebaiknya waktu penanaman cabai pada akhir musim hujan. Penanaman cabai di lahan tegalan akan lebih baik

(36)

jika dilakukan pada akhir musim kemarau. Hal ini disebabkan pada kondisi yang demikian situasi dalam tanah cukup memenuhi syarat kelembabannya atau kandungan airnya cukup. Di tanah sawah, kandungan airnya tidak kelewat banyak, sehingga bisa meminimalkan tanaman cabai dari serangan cendawan yang menyerang akar. Di tanah tegalan, siraman air hujan sudah cukup memenuhi kebutuhan tanaman cabai.

Secara umum tanaman cabai merah dapat ditanam 2 kali dalam satu tahun. Setelah panen terakhir dimusim tanam pertama, lahan bekas tanaman cabai tersebut dapat ditanami dengan sayuran berumur pendek seperti timun, bawang daun, dan caisin. Pemilihan tanaman penyelang tersebut tergantung lokasi, iklim, situasi pasar dan perkiraan waktu tanam cabai yang kedua. Tanaman penyelang tersebut ditanam tanpa ada biaya olah tanah dan pupuk. Setelah tanaman penyelang tersebut selesai dipanen maka dapat segera dilakukan persiapan lahan untuk musim tanam cabai yang kedua. Sebagian petani ada juga yang membiarkan tanahnya beberapa minggu (diberakan)

sebelum masuk musim tanam kedua.

Setelah panen terakhir di musim tanam kedua maka lahan tersebut harus ditanami komoditas lain yang berkerabat jauh dengan cabai. Petani dianjurkan mencari lokasi lain untuk menanam cabai guna menghindari serangan hama dan penyakit. Petani bisa kembali menanam di lahan awal setelah satu tahun kemudian. Pada saat itu diharapkan siklus hama dan penyakit cabai telah terputus.

Jika penanaman cabai akan dilakukan pada lahan seluas satu hektar, sangat disarankan waktu penanaman tidak dilakukan secara serempak. Sebaiknya areal tersebut di bagi menjadi 2 atau 4 bagian dengan selisih waktu tanam antara areal satu dengan lainnya 1-2 minggu.

3) Persiapan lahan

Penyiapan lahan terpilih diawali dengan pembersihan lahan dari batu-batuan, gulma, semak belukar yang dapat menghalangi pertumbuhan tanaman muda. Kotoran dan sisa-sisa bahan yang telah dibersihkan ditampung pada tempat yang aman atau dapat dikubur dalam tanah. Selain itu, dibuang tanaman atau bagian tanaman lain yang dapat menjadi sumber penyakit.

(37)

Lahan penanaman seluruhnya harus dibajakan/dicangkul/digarpu. Pengapuran disesuaikan dengan pH tanah, pemberian kapur ditebar di lahan secara merata dengan dosis standar 2 ton/ha. Pekerjaan ini dilakukan 30 hari sebelum tanam (H-30).

Pada h-23 dilakukan pebuatan bedengan berukuran 110 cm x12 m atau 120 cm x12 m (sesuai kontur). Tinggi bedengan 40 - 60 cm dengan jarak antar bedengan 70 cm. Di sekeliling lahan dibuat saluran drainase dengan kedalaman 70 cm.

Pemberian pupuk kandang sebanyak 30 ton/ha dilakukan dengan cara diaduk rata dan ditebarkan dalam bedengan sedalam mata cangkul. Pupuk kandang yang diaplikasikan harus sudah matang dan diperkaya dengan agen hayati seperti Tricoderma sp dan Glicodium sp.

Tanaman cabai pada dasarnya bisa ditanam pada berbagai jenis tanah asal tanahnya sudah diolah terlebih dahulu agar menjadi gembur dan layak untuk ditanami sebab kalau tidak begitu maka pertumbuhan akar dan perkembangan tanaman akan terganggu. Penggunaan bedengan dalam budidaya cabai adalah salah satu cara yang tepat untuk membantu pertumbuhan akar agar mampu menyokong perkembangan tanaman cabai menjadi lebih maksimal. Selain itu, penggunaan bedengan dalam budidaya tanaman cabai dapat membantu akar tanaman tidak tergenang air dan menurut beberapa ahli penggunaan bedengan

(38)

dalam budidaya tanaman mampu meningkatkan hasil produksi tanaman cabai. Keuntungan lain dari penggunaan bedengan dalam budidaya cabai ini antara lain mempermudah perawatan, memaksimalkan dan mengefisiensikan penyerapan pupuk yang diberikan pada tanaman, meminimalisir persaingan tanaman cabai dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara.

Pada h-15 dilakukan penanaman tanaman perangkap (jagung) untuk daerah endemik virus. Jarak tanam yang digunakan 3 baris x 30 cm dengan 2 benih per lubang. Penanaman dilakukan pada lokasi yang tidak mengganggu tanaman cabai.

Penaburan pupuk dasar SP-36 dengan dosis 1.000 kg/ha dilakukan pada pada H-9. Pupuk ditebar di atas guludan. Pemberian pupuk dasar kimia dengan waktu pengapuran harus berjarak 3 minggu.

Pada 7 hari sebelum tanam (h-7) dilakukan pemasangan mulsa plastik hitam perak, yang diikuti dengan pembuatan lubang tanam dan pemasangan ajir dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm (musim kemarau) atau 60 cm x 70 cm (musim hujan). Lubang dibuat dari kaleng susu atau plat besi pemanas berbentuk tabung dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm dengan menggunakan tali rafia yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak tanam dalam barisan. Sistem tanam yang digunakan segi tiga (zig-zag) atau segi empat. Populasi tanaman

efektif sekitar 17.500 batang/ha.

Penggunaan mulsa mutlak diperlukan apalagi jika kita melakukan budidaya cabai pada musim hujan. Salah satu keuntungan pemakain mulsa plastik ini adalah bisa menekan serangan hama dan penyakit. Keuntungan ini muncul karena warna perak akan memantulkan sinar ultra violet ke permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh hama aphid, thrips, tungau, ulat dan

cendawan. Keuntungan lain dari penggunaan mulsa ini adalah: mengurangi penguapan air dan pupuk oleh sinar matahari sehingga mampu menekan biaya pemupukan, penyiraman bahkan penyiangan gulma, mencegah erosi bedengan pada musim hujan, menjaga kelembaban, suhu dan kegemburan tanah; mengoptimalkan sinar matahari untuk fotosintesis dengan pantulan sinar matahari dari lapisan warna perak pada mulsa; menekan pertumbuhan gulma; membantu merangsang pertumbuhan akar tanaman akibat suhu hangat dalam bedengan; mencegah hilangnya pupuk akibat siraman air hujan dan mencegah kelebihan air pada media tanam.

Sehari sebelum tanam (h-1) dilakukan pengairan (leb) dan penugalan lubang tanam. Pada daerah endemik Phytopthora sp. dan Fusarium sp. dilakukan

pemberian agen hayati pada lubang tanam. agen hayati yang digunakan adalah

Tricoderma sp. misal Trico-g sebanyak 1,2 g/lubang dan atau bakteri pemacu

(39)

4) Persemaian

Pada h-30 dilakukan pembuatan bedeng persemaian, persiapan polibag, membuat media semai yang terdiri dari tanah gembur, kompos, dan NPK 16:16:16 dengan perbandingan (4:1:1) di tambah Tricoderma sp. dan Furadan

(bahan aktif karbofuran). Semua bahan tersebut diaduk rata dan dimasukkan ke polibag ukuran 6 x 8 atau 8 x 10 cm. Pengisian media semai sampai 90% dari volume polibag, lahan, luas pembibitan 0,5% dari luas areal tanam.

Pada h-25 dilakukan perendaman benih cabai. Benih cabai merah direndam dalam air dingin atau air hangat atau dalam larutan fungisida sistemik selama 12 jam. Benih yang mengambang dalam perendaman segera dibuang. Benih tersebut kemudian diperam 3-5 hari.

Pada h-21, setelah benih cabai keluar calon akar, dilakukan pemindahan ke media menggunakan lidi atau pinset. Kedalaman penyemaian 0,5 cm dan ditutup tanah. Bibit dimasukkan ke dalam sungkup plastik, dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore dengan gembor halus. Umur bibit cabai 10 hari sungkup plastik dibuka penuh.

Pada h-5 dilakukan pemberian pupuk daun dengan konsentrasi 1 g/l. Pupuk daun tersebut untuk mempercepat pertumbuhan bibit.

Pada h-1 bibit cabai yang akan ditanam disemprot dengan Previcur N dengan konsentrasi 2,5 cc/l dan Agrept/Bactocyn/Plantomicyn 1,2 g/l.

Penyemprotan berfungsi mencegah serangan penyakit pada bibit. 5) Penanaman

Pada hari h (h+0), setelah bibit cabai muncul 4-5 daun, dilakukan seleksi bibit. Bibit yang ditanam adalah yang sehat, normal, dan berukuran seragam. Bibit yang sudah diseleksi segera dibawa ke lahan dengan menggunakan nampan/ wadah dan diletakkan di lubang tanam pada setiap bedengan. Sebelum polibag disobek, dilakukan pemadatan media semai dengan cara dikepal. Hal ini bertujuan agar tanah tidak pecah dan akar tidak putus. Jangan sampai ada rongga antara mulsa dengan tanah di lubang tanam. Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari, kedalaman penanaman bibit setinggi ukuran polibag. 6) Pemeliharaan

Pada h+1 hingga h+7 dilakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau tidak tumbuh normal. Setelah itu dilakukan pemasangan ajir bambu berukuran panjang 120 cm. Pemasangan ajir jangan terlalu dekat perakaran karena bisa merusak akar.

Pada h+8 hingga h+14 dilakukan perompesan tunas air (rempelan). Perompesan sebaiknya dilakukan pada pagi hari di bawah jam 10.00. Pekerja

(40)

harus mencuci tangan sebelum perompesan dimulai. Interval perompesan tunas air tergantung pada kondisi tanaman.

Pada h+10 hingga h+15 dilakukan pemberian pupuk susulan KNo3 Merah sebanyak 2 kg per 150 liter air (kebutuhan per hektar 16 kg). Dosis pengocoran 250 cc per tanaman, dikocor di lubang tanaman. Pada saat pemupukan diharapkan tidak kena langsung bagian tanaman. Jika dilakukan pemupukan kocor maka harus segera diikuti penyiramanan tanaman. Interval pemberian pupuk tergantung kondisi pertumbuhan tanaman, jika pertumbuhan tanaman sudah bagus maka waktu interval bisa diperpanjang. Jika masih ada tunas air yang tersisa atau tumbuh kembali, dilakukan perompesan lagi.

Pada fase ini juga dilakukan pengikatan tanaman pada ajir dengan cara mengikat bagian batang di bawah batang utama tanaman dengan tali plastik pada batang ajir. Ikatan membentuk simpul 8, harus longgar, tidak mencekik tanaman. Tanaman cabai perlu ditopang pertumbuhannya agar kokoh dan mampu menopang tajuknya yang rimbun. Pemasangan ajir diusahakan sedini mungkin, maksimal satu bulan setelah tanam. ajir biasa dipasang miring membentuk sudut 45o dengan batang tanaman cabai atau tegak lurus dengan batang tanaman. Beberapa fungsi dari ajir ini adalah: membantu tegaknya tanaman dari buahnya yang rimbun, tiupan angin, mengoptimalkan sinar matahari pada tanaman sehingga fotosintesis berlangsung maksimal, membantu penyebaran daun dan ranting supaya teratur sehingga mempermudah penyiangan dan pemupukan. Menurut Prajanata (2006) penanaman cabai dengan ajir dapat menaikkan produksi buah cabai sampai 48% dan dapat mengurangi serangan hama dan penyakit.

Gambar

Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas  Cabai Merah Besar  Tahun 2008-2012
Gambar 1.1. Daftar Sepuluh Komoditas Utama Penyebab Inflasi Tahun 2010Sumber : BPS dalam Bisnis Indonesia
Gambar 2.1.Salah Satu Kelompok Tani Responden
Tabel 3.1. Potensi Lahan Kawasan Cabai di Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guru sosiologi tidak menerapkan 1 komponen yang tidak dieterapkan yaitu memotivasi siswa.Dari semua komponen keterampilan menutup pelajaran yang terdiri dari 3 komponen

Sama seperti kepala sekolah, guru memiliki tugas lain yaitu sebagai wakil Sama seperti kepala sekolah, guru memiliki tugas lain yaitu sebagai wakil kepala sekolah yang memiliki

Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan pendaftaran penduduk

Menggunakan kata-kata yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari Mantra hanya akan bekerja ditangan orang-orang yang telah menjalani penempaan batin dan kebulatan

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Configure las propiedades de la política criptográfica ISAKMP 10 en el R1 junto con la clave criptográfica compartida cisco. Consulte la tabla de la fase 1 de ISAKMP para ver

Dalam filem Anak Sarawak (1989) pula, isu pemilikan dan hak tanah Melayu dan kaum peribumi di Sarawak serta Projek Pembangunan Pertanian Bersepadu (IADP) atau lebih dikenali