• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Persyaratan proses pelaksanaan

Gereja adalah persekutuan, sebagai persekutuan gereja memiliki peran yang sangat penting dalam melihat dinamika yang terjadi, yaitu pendidikan katekisasi. Melalui pendidikan ini peserta didik akan diarahkan, dibimbing, untuk lebih memahami sungguh kehidupan kristen serta peran mereka dalam kehidupan setiap hari.

Bila dilihat dalam Permen No 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Persyaratan proses pembelajaran meliputi jumlah peserta didik, rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas. Maka, persyaratan pelaksanaan kegiatan pembelajaran katekisasi berjalan sesuai dengan apa yang ditentukan di dalam buku ajar. Dari data yang diperoleh ada pembagian kelas (peserta didik), pembagian kelas sesuai dengan siswa yang sudah mendaftar, di GPM pembelajaran katekisasi dilaksanakan dalam dua kelas yaitu kelas khusus dan kelas umum. Meskipun berbeda kelas namun materi

pelajaran dalam proses pembelajaran tetap sama, yaitu firman, gereja, dan konteks.

Ada pembagian waktu pertemuan untuk tiap semester dalam satu tahun pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dilakukan satu minggu dua kali dengan pembagian waktu adalah 100 menit untuk satu kali pertemuan atau tatap muka. Ada pembagian tugas, dalam pembagian tugas dibagi dalam dua kelompok yaitu oleh pendeta dan guru PAK dari sekolah. Adanya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan semua fasilitas yang dimiliki oleh gereja di setiap jemaat. Baik itu, gedung gereja, buku ajar, alat peraga maupun perpustakaan mini yang dimiliki oleh gereja.

b. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan dijalankan ketika seseorang mendaftar sebagai murid katekisasi, dan dilaksanakan selama satu tahun yang dibagi dalam dua semester, akhir dari pendidikan katekisasi ini ditandai dengan Sidi gereja. Pelaksanaan pembelajaran per semester terdiri atas, semester satu (firman, gereja dan konteks), semester dua (firman, gereja dan konteks). Tiap semester pokok bahasannya sama, tetapi sub pokok bahasannya yang berbeda.

Berdasarkan data yang diperoleh dikatakan bahwa, pendidikan katekisasi merupakan pendidikan di dalam gereja yang dilakukan oleh gereja secara

terencara dan sistematis dengan tujuan Katekisasi GPM adalah mendidik warga gereja (Katekisan) agar memiliki jati diri sebagai murid Yesus Kristus demi mengaku imannya. Memiliki kecerdasan spiritual, etis-moral, intelektual, sosio-kultural dan vokasional untuk mengembangkan kehidupan yang mandiri dalam bidang teologi, daya dan dana, melaksanakan tugas panggilannya sebagai warga gereja yang bertanggung jawab untuk menghadirkan kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera, persaudaraan sejati, pembaruan hidup dan keutuhan ciptaan di dalam masyarakat.

Pembelajaran katekisasi di GPM menjadikan warga gereja untuk memiliki pengetahuan yang mendalam sebagai murid dengan memperluas pengertian mengenai Firman, Gereja dan Konteks. Melaksanakan apa yang disaksikan dalam Alkitab dan ajaran Gereja di tengah konteks hidupnya dengan takut dan setia. Menumbuhkan hubungan antarwarga gereja sebagai persekutuan beriman, mengelola lingkungan hidupnya secara berkelanjutan sebagai konteks pelayanan dan kesaksian gereja, memiliki Penghayatan Iman (Spiritual) sebagai murid Yesus Kristus untuk menaati dan mengasihi Tuhan, sesama manusia dan lingkungan hidupnya. Mempelajari Alkitab dan ajaran gereja, melindungi generasi masa depan, mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menghargai

kemajemukan agama, budaya dan pemikiran, memperlihatkan sikap hidup yang rendah hati, lemah lembut, tahan uji, Penguasaan diri, jujur, adil, benar dan bersahabat dengan semua orang.

Membaharui diri dan lingkungan hidupnya secara kreatif, inovatif, transormatif dan berkelanjutan, mengupayakan keadilan, perdamaian dan kesejahteraan hidup bersama, memiliki Kecakapan Hidup (life-skill) dalam mengembangkan diri sesuai kematangan, perkembangan kepribadian dan pemikirannya. Mengembangkan diri dan menjalin komunikasi dan kerja sama dengan semua orang, mengembangkan ibadah kreatif dalam keluarga dan jemaat, mengembangkan musik gerejawi, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuninya. Mengembangkan potensi seni dan olahraga, mensejahterakan keluarga dan masyarakat, mengembangkan karier dalam tugas dan panggilannya. menciptakan peluang lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain serta dapat mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan.

Prinsip-prinsip pelaksanaan pelaksanaan katekesasi yang telah dipaparkan, menjelaskan pentingnya pendidikan katekesasi bagi katekisan. Pendidikan ini dijadikan sebagai wadah untuk membantu mereka (siswa katekisasi) menemukan jati diri dan membantu mereka dalam proses merubah

paradigma dalam upaya menumbuhkan iman mereka serta menghindarkan mereka dari keterasingan diri. Keterasingan diri yang dimaksudkan di sini adalah respon atas perubahan pola pikir, perubahan gaya hidup, perubahan bertutur, dan perubahan pergaulan. Dalam proses pembelajaran seseorang mesti ditopang oleh semua pihak, selain eksternal seperti gereja, jemaat dan keluarga yang merupakan basis pertama dalam pendidikan mesti juga menciptakan suasana yang mengesankan. Sehingga, interaksi setiap hari yang terjalin akan juga menumbuhkan perubahan paradigma kearah pertumbuhan iman. Tetapi juga, mesti secara internal (dalam diri) juga turut mempengaruhi seorang katekisan. Sejalan dengan itu maka, gereja hadir lewat pendidikan katekesasi untuk mengarahkan, membimbing, mengajarkan seseorang untuk lebih mengenal ajaran kristen yang diajarkan kepadanya.

D. Aspek Evaluasi

Evaluasi terbagi atas evaluasi proses pembelajaran secara keseluruhan mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran.

a. Evaluasi terhadap proses pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh dilihat bahwa evaluasi dilakukan di akhir setiap pertemuan, bahkan evaluasi dapat dilakukan setiap kali tatap muka, setiap

semester dan diakhir semester. Kurikulum katekisasi di GPM merupakan kurikulum inti dan semua komponen dibuat dalam bentuk matriks. Mengapa alat evaluasi yang digunakan berupa tes?, karena materi pengajaran dikembangkan secara spiral. Kurikulum terdiri dari tiga pokok bahasan yaitu firman, gereja, dan konteks, dalam pelaksanaan pembelajaran tiga pokok bahasan ini bisa tidak secara berurutan. Mengapa, karena mempertimbangkan kondisi objektif dari para katekisan.

Pertanyaan bahwa apakah penyajian pokok bahasan firman, gereja, dan konteks dapat disampaikan dalam satu semester sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan sajian semester itu tepat waktu karena ada ketersediaan buku ajar. Proses pembelajaran di katekisasi selama dua semester yaitu semester satu bulan Mei sampai Oktober dan semester dua bulan November sampai April, sebelum seorang katekisan mengaku imannya (sidi), proses pembelajaran dilakukan selama dua kali dalam satu minggu dan di setiap pertemuan ada evaluasi.

Dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah siswa katekisasi dapat memahami apa yang diajarkan kepadanya. Biro Anak dan Katekisasi telah menyiapkan format monitoring dan evaluasi di tingkat Sinode yang

kemudian diturunkan ke tingkat klasis dan jemaat. Tujuan dari disediakan format evaluasi ini adalah untuk mengetahui target pencapaian dalam pembelajaran katekisasi itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, baik menyangkut perangkat pembelajaran, ketenagaan maupun sarana dan prasarana.

Perangkat pembelajaran katekisasi di GPM didukung oleh buku ajar, dilihat bahwa berdasarkan hasil evaluasi terhadap seluruh proses pembelajaran baik menyangkut firman, gereja, dan konteks, semuanya bertolak dari buku ajar yang telah disediakan. Soal muatan-muatan atau metode lain yang digunakan oleh katekeit/ pengajar bisa digunakan, tergantung dari kebutuhan katekisan. Pengajar pada pendidikan katekisasi di GPM adalah ketua majelis jemaat atau pendeta jemaat, tenaga pengajar dari sekolah-sekolah terutama guru-guru PAK. Rekruitmen katekeit sesuai dengan jumlah kebutuhan, dimana katekeit harus memiliki kemampuan untuk menjalankan setiap program sajian sesuai dengan tujuan umum pembelajaran dan tujuan khusus pembelajaran katekisasi. Katekeit pendidikan katekisasi di GPM berlatar-belakang pendidikan S1 PAK dan teologi. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kualitas katekeit maka di GPM sendiri mengadakan pelatihan terhadap katekeit satu tahun

sekali, tujuannya adalah untuk melihat mutu pendidik dan evaluasi pendidik/ katekeit.

Pelaksanaan pembelajaran katekisasi di GPM menggunakan sarana gedung gereja di tiap jemaat, seluruh fasilitas yang dimiliki oleh gereja dapat digunakan sebagai tempat pembelajaran serta menggunakan buku ajar yang diterbitkan oleh Sinode GPM sebagai acuan dan dasar pembelajaran. Tingkat perubahan dari setiap katekisan itu berbeda sesuai dengan jenjang umur, di GPM sendiri pendidikan katekisasi di bagi menjadi dua kelas, yaitu kelas khusus dan kelas umum. Kelas umum yaitu bagi mereka yang belum menikah sedangkan kelas khusus adalah bagi mereka yang sudah menikah dan bagi mereka yang beralih agama.

Format monitoring dan evaluasi yang telah disediakan baik di akhir pertemuan maupun di akhir semester (sebelum sidi) dibuat sesuai dengan kondisi katekisan. Baik menyangkut tujuan, isi, strategi, media, sumber belajar dari setiap pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi pembelajaran katekisasi di GPM mulai dari perencanaan hingga pelaksanaanya itu berdasar pada PIP dan RIPP GPM sehingga produk yang dihasilkan dari proses ini benar-benar dapat dicapai, yaitu pembentukan profil umat yang tangguh dan matang secara teologis, moral-etis, sosial, kultural, ekonomis, pluralis dan manusiawi.

Dokumen terkait