• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB IV"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil penelitian dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum pendidikan katekisasi di GPM.

1. Aspek Perencanaan

Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat identitas mata pelajaran, standar kopetensi (SK), kopetensi dasar (KD), indikator pencapaian kopetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajan, penilaian hasil belajar dan sumber belajar.

a. Silabus dan RPP

Pendidikan katekisasi adalah pembinaan dan pengembangan hidup kristiani katekisan, arah pelayanannya dikemas dalam tiga pilar utama, yaitu Firman, Gereja dan Konteks. Usia katekisan adalah 16

(2)

Para Pendeta dan pengajar (katekeit) di pendidikan ini tidak memiliki perencanaan khusus dalam memulai kegiatan belajar mengajar, seperti membuat silabus dan rencana pembelajaran. Mengapa demikian, karena Biro Pelayanan Sinode GPM sudah menerbitkan buku ajar. Berdasarkan dokumen yang diperoleh, indikator capaian, tujuan pembelajaran, materi, waktu, metode dan penilaian, semuanya sudah dirumuskan dalam buku ajar. Kurikulum katekisasi di GPM terdiri dari satu paket, yakni kurikulum inti dan buku ajar untuk satu dasawarsa. Oleh sebab itu, buku ajar yang diterbitkan ini merupakan bahan dasar untuk para pengajar dan pendeta.

Pendeta dan katekeit hanya menyiapkan diri untuk mengembangkan setiap muatan pelajaran yang ada sesuai dengan konteks masing-masing (kelas katekisasi). Pembelajaran katekisasi bertitik tolak pada tujuan pembinaan umat secara umum dan pendidikan katekisasi itu sendiri secara khusus. Karena, Katekisasi merupakan pendidikan lanjutan dari pendidikan sebelumnya, yaitu Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil (SMTPI). Oleh sebab itu pembelajaran direncanakan dengan pendekatan spiral, mengapa demikian? agar intensifikasi pembinaan umat yang telah ditempuh sebelumnya bisa dicapai.

(3)

dari para pengajar ini adalah melihat perkembangan dari setiap katekisan, mengujicobakan alat atau instrumen belajar-mengajar serta menilai dan menjabarkan kurikulum dengan memperhatikan konteks jemaat. Pada tahun 1985 Sinode GPM melalui Biro Pelayanan Anak-Katekisasi menyusun serta mengujicobakan kurikulum katekisasi dan pedoman pengajarannya. Kurikulum katekisasi disusun berdasarkan pada Pola Induk Pelayanan dan Rencan Induk Pengembangan Pelayanan terutama pada bagian pola dasar bina umat yang menginspirasikan azas oikumenis, pertumbuhan, kemandirian dan misioner sebagai azas pembinaan dan indikator firman, gereja, konteks sebagai acuan kurikulernya. Pembentukan profil umat menjadi poros dari seluruh pengelolaan kurikulum katekisasi di GPM. Oleh sebab itu, perencanaan menjadi penting karena pelayanan mendidik dan membina umat tidak lain adalah pada penyiapan warga gereja yang akan mengaku sidi.

(4)

jemaat, pelayanan kasih, pembinaan di bidang teologi, pelayanan penggembalaan dan disiplin gereja, pendidikan katekisasi, pembinaan umat dalam keluarga-keluarga jemaat, hubungan dan kerjasama oikumenis, hubungan dan kerjasama dengan pemerintah bahkan hubungan dan kerjasama dengan golongan-golongan lain yang berbasis keagamaan, sosial, politik, ekonomi.

Tata Pelayanan Anak-Remaja dan Katekisasi GPM 2010-2015 menjelaskan bahwa: yang menjadi

dasar pelayanan adalah berdasar pada Alkitab (perjanjian lama dan perjanjian baru), dasar konstitusional yaitu tata gereja GPM dan peraturan-peraturan pokok GPM serta dasar operasional yaitu PIP-RIPP GPM, ketetapan sinode GPM, keputusan persidangan BPL sinode GPM, keputusan BPH sidone GPM, dan dokumen keesaan gereja. Sedangkan,

tujuannyapelayanannya adalah:

 Menghimpun, membimbing Anak, Remaja dan Katekisan Gereja Protestan Maluku untuk mengenal dan mengasihi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Kepala Gereja.

(5)

 Menumbuhkembangkan tanggung jawab dan kepedulian Anak, Remaja dan Katekisan terhadap diri, sesama serta lingkungan sekitarnya.

 Membina dan mendidik Anak, Remaja, dan Katekisan untuk secara proposional mengembangkan Tri Ketahanan Umat, yaitu Ketahanan Iman, Ketahanan Ilmiah, dan Ketahanan Sosio Ekonomi.

 Mewariskan nilai-nilai Oikumenis Semesta secara lokal, regional, nasional maupun internasional dalam konteks Catur Panggilan Gereja.

Pembelajaran pendidikan katekisasi di GPM memiliki peran, fungsi, arah dan ciri atau sifat yaitu:

peran dan fungsinya, berperan mendidik, membina dan

memberdayakan katekisan menjadi “manusia penggerak” yang berkemampuan profesional,

bermotivasi injil etis dan berdedikasi. Berfungsi sebagai garam, terang dunia, dan batu-batu hidup dalam konteks catur panggilan gereja. Peran dan fungsi dimaksud dicapai melalui pembaharuan budi, pembentukan kepribadian kristiani, peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diarahkan pada firman, gereja, dan konteks.

(6)

intelektual. Oikumenis dalam pengertian bahwa melintasi batas-batas ruang dan waktu, ideologi, sosio-budaya, suku, agama, dan dedominasi. Missioner dalam pengertian bahwa perwujudan kasih, keadilan dan damai sejahtera di tengah dunia dan lingkungan memasuki masa depan yang baru sebagai bentuk kehadiran dan kepeloporan. Spiritualistik dalam pengertian bahwa penguatan moral, etika, agar katekisasn dapat menjadi teladan bagi keluarga dan masyarakat. Berdayaguna dalam pengertian bahwa memfungsikan berbagai potensi dan kesempatan secara menyeluruh dan berdayagunam bertepatguna, dan berhasilguna. Pembaharuan intelektual dalam pengertian bahwa pendidikan seumur hidup dengan proses yang intensif, ekstensif, dan berkelanjutan.

(7)

dan keagamaan dalam masyarakat. Mengembangkan kemandirian katekisan dalam hal kemandirian teologi, daya dan dana secara kontekstual untuk saling menguatkan dan menatalayani.

Berdasrkan dokumen yang diperoleh, konsep dasar kurikulum katekisasi di GPM, yaitu:

Dasar pendidikan katekisasi GPM:

 Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus sesuai dengan kesaksian alkitab.

 Pengakuan iman gerejawi

Tujuan pendidikan katekisasi di GPM: Tujuan Institusional:

 Memiliki jati diri sebagai murid demi mengaku imannya sendiri di hadapan Allah, manusia dan alam semesta.

 Memiliki kecerdasan spiritual, etis, moral, intelektual, sosio kultural dan vokasional untuk mengembangkan kehidupan yang mandiri dalam bidang teologi, daya dan dana.

 Melaksanakan tugas panggilannya sebagai warga gereja yang bertanggungjawab untuk menghadirkan kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera, persaudaraan sejati, pembaruan hidup dan keutuhan ciptaan di dalam masyarakat yang mengglobal.

(8)

Memiliki pengetahuan yang mendalam untuk:

memperluas pengertian mengenai firman, gereja dan konteks. Melaksanakan kehendak Tuhan yang disaksikan dalam alkitab dan ajaran gereja di tengah konteks hidupnya dengan takut dan setia kepada Tuhan di sepanjang hidupnya. Membangun hubungan antarwarga gereja sebagai persekutuan beriman. Mengelolah lingkungan hidupnya secara berkelanjutan sebagai konteks pelayanan dan kesaksian gereja.  Memiliki penghayatan iman (spiritual) untuk: menaati dan mengasihi Tuhan, sesama manusia dan lingkungan hidupnya. Melakukan ibadah dengan rajin dan tekun, mempelajari alkitab dan ajaran gereja, menghargai kemajemukan agama, budaya dan pemikiran, memperlihatkan sikap yang rendah hati dan tahan uji, membaharui diri dan lingkungan hidupnya secara kreatif, dan mengupayakan perdamaian serta hidup bersama.  Memiliki kecakapan hidup untuk:

(9)

merdasarkan firman dan ajaran gereja dalam menjawab permasalahan konteksnya (sosio-budaya, religius, ideologi, politik, iptek, ekonomi). Sifat / Ciri khusus pendidikan katekisasi di GPM:

Alkitabiah, artinya pendidikan katekisasi mengandung prinsip-prinsip firman sebagaimana yang terdapat dalam alkitab yang tertuang dalam pemahaman iman GPM.

Oikumenis, atinya pendidikan katekisasi terbuka untuk mempelajari yang lain baik konteks oikumenis gerejawi maupun semesta.Praktis,

artinya pendidikan katekisasi menjawab kebutuhan praktis vokasional peserta katekisan (aspek pemberdayaan).

Misioner, artinya pendidikan katekisasi merupakan perwujudan nilai-nilai kasih, kebenaran, keadilan dan HAM di tengah realitas gereja dan masyarakat.

Kontekstual, artinya pendidikan ini memperhitungkan kondisi hidup setempat.

Manusiawi, artinya pendidikan ini mengandung aspek psikologis perkembangan katekisan dan realitas kemanusiawiannya.

Transformatif, artinya pendidikan katekisasi membarui manusia dan lingkungannya.

(10)

Manusia yang takut akan Tuhan: katekisasi di GPM berfungsi mendidik dan mengajar manusia untuk berlaku hormat, setia, taat, dan patuh.  Manusia yang memiliki sosok kepemimpinan

dalam keluarga, gereja dan masyarakat:

katekisasi GPM berfungsi untuk mendidik dan mengajar manusia yang mampu berperan positif dalam mempengaruhi, menuntun, membimbing, mengarahkan, mengatur, dan menunjuk jalan bagi orang lain (keluarga, gereja dan masyarakat).  Manusia yang kreatif dan inovatif:katekisasi GPM berfungsi untuk memberdayakan manusia guna memiliki daya cipta dan kemampuan berkreasi dalam menghasilkan dan mendayagunakan temuan-temuan yang maju dan membarui kehidupan sesuai nilai-nilai kristiani.

Manusia yang dinamis yang memiliki kepekaan lingkungan hidup: katekisasi GPM berfungsi untuk mendidik dan mengajar manusia guna memiliki hidup penuh semangat, giat bekerja dan berusaha dalam menatalayani lingkungan hidupnya.

Pembelajaran katekisasi di GPM direncanakan

untuk terwujudnya “orang beriman” yaitu warga gereja

(11)

melaksanakan pelayanan firman, sakramen, mampu menjalankan pelayanan sosial-etis dan penegakan hukum, HAM, mampu melakukan pendidikan dan pengajaran, mampu memajukan dialog dan kerjasama antarumat beragama, mampu memelihara dan melestarikan alam ciptaan.

Berdasarkan data yang diperoleh, pembelajaran katekisasi di GPM, termuat beberapa titik-tolak yang dikembangkan dari pola pelayanan selama dasawarsa 2005-2015, yaitu, penguatan karakter manusia (katekisan), pemberdayaan serta pembangunan jemaat dan masyarakat yang lebih ditekankan daripada penguatan kelembagaan.

(12)

bisa ditempuh untuk mencapai tujuan program. Arah dan kebijakan umum pelayanan dijabarkan pada masing-masing bidang ruang lingkup pelayanan gereja. bidang dan ruang lingkup pelayanan dimaksud adalah bidang keesaan dan pembinaan umat pada bidang ini terdapat ruang lingkup pelayanan, yaitu: ruang lingkup PAK dan katekisasi.

Katekisasi merupakan pendidikan lanjutan dari SMTPI dengan muatan materinya tetap pada 3 pilar yang sama yaitu firman, gereja dan konteks, namun ulasan materinya mengalami perkembangan sesuai dengan usia katekisan.

Hasil wawancara dengan kepala biro katekisasi GPM, mengatakan bahwa:

KBK:..“semua pendidikan pasti memiliki perencanaan, termasuk juga pendidikan katekisasi di GPM juga memiliki perencanaan yang di dalamnya pendidikan katekisasi

diselenggarakan. Untuk diketahui bahwa dalam

perencanaan itu, seluruh pelayanan di GPM termasuk pendidikan katekisasi diselenggarakan berdasarkan visi dan misi GPM secara umum, kemudian dijabarkan dalam visi dan misi PIP dan RIPP GPM dengan didasarkan pada amanat pelayanan gereja khususnya dalam tata gereja GPM Bab IV pasal 7 ayat 2 yang dikatakan pelaksanaan amanat pelayanan gereja adalah katekisasi, dan pendidikan ini

diselenggarakan untuk pembentukan profil umat”. Dalam

PIP-RIP GPM 2005-2015 katekesasi dilihat dan

(13)

ibadah jemaat serta mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penjelasan KBK ini jika dibandingkan dengan dokumen yang diperoleh dilihat bahwa pendidikan katekisasi di GPM memiliki kegiatan belajar mengajar (KBM) yang terdiri dari ketenagaan, kegiatan per semester, sarana dan prasarana, evaluasi serta administrasi, penjelasannya yaitu: Ketenagaan, Tenaga dalam mendidik katekisan adalah pendeta serta tim pembina yang direkrut dari tokoh-tokoh di dalam jemaat yang bersedia dan memiliki kualifikasi dan kopetensi sebagai pendidik yang dapat memberikan pembimbingan serta menjadi katekeit dalam jemaat. Telah menjadi anggota sidi GPM, tidak sedang menjalani tindak disiplin gereja dan peraturan perundangan negara, setia pada pengajaran gereja, diangkat dengan SK BPH sinode GPM. Kegiatan per semester, terdiri dari Kegiatan awal yaitu penyusunan program sajian semester, penentuan lokasi KBM, pertemuan dengan orang tua, ibadah pembukaan.

(14)

Administrasi, yaitu penyediaanJurnal mingguan, absen katekisasi, biodata pengasuh/ pembina serta biodata katekisasi.

Pembelajaran katekisasi di GPM sebenarnya dimaksudkan untuk pembentukan profil bergereja yang meliputi: profil keumatan yaitu usaha membangun kematangan umat dalam segi; kematangan teologis, kematangan intelektual, kematangan moral etis, kematangan ekonomi, kematangan politik dan kesadaran demokrasi serta kematangan pluralis.

Menurut kepala biro katekisasi bahwa:

KBK:...”perencanaan pembelajaran pendidikan katekisasi terbentuk atas dasar kebutuhan jemaat, dikatakan bahwa: pendidikan bukan hanya dijalankan di pendidikan formal (pemerintah) tetapi juga gereja berperan penting dalam melihat umatnya khususnya dalam hal menjalankan pendidikan, dan dalam menjalankan pendidikan perlu manajemen”.

Penjelasan KBK ini dibandingkan dengan dokumen yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan pembelajaran ada proses menata pendidikan khususnya pendidikan katekisasi. Karena, katekisasi sendiri adalah pendidikan dan pengajaran tentang iman Kristen yang diselenggarakan gereja bagi seluruh warganya dari anak-anak hingga dewasa. Pendidikan dan pengajaran ini bersumber dari dan didasarkan pada Alkitab (bnd 1 Tim 4:6,11; 2 Tim 3:16).

Seorang katekeit pernah berkata bahwa:

(15)

pendidikan formal pada umumnya. Mengapa? Karena sasarannya adalah karakter dari gaya hidup warga jemaat di tengah dunia. Yang harus diperhatikan secara serius oleh gereja dalam proses pendidikan katekisasi di jemaat adalah orientasinya (arah dan sasaran) yang dalam banyak hal sangat mempengaruhi model dan proses pembelajaran katekisasi di jemaat”.

Dapat dipahami bahwa: katekisasi merupakan salah satu wadah pembinaanwarga gereja yang sangat strategis, karena melalui wadah ini warga gereja dilengkapi untuk mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus sehingga sanggup menghayati, menaati dan melaksanakan imannya dalam keluarga, gereja dan masyarakat.

2. Aspek Pengorganisasian

(16)

katekisasi serta bertanggung jawab kepada badan-badan gerejawi secara langsung.

Dalam pembelajaran katekisasi ada pembagian kelas, kelas katekisasi dibagi menjadi dua yaitu kelas khusus (yang sudah menikah) dan kelas umum (belum menikah), meskipun berbeda kelas tetapi kurikulumnya tetap sama. Dalam pembagian tugas mengajar katekisasi, ada pendeta dan guru PAK dari sekolah-sekolah dengan pembagian waktu yang telah ditentukan.

Seperti yang diungkapkan oleh kepala Biro Anak dan Katekisasi bahwa:

Menurut KBK:..”dalam hal penataan pendidikan katekisasi, penanggung jawab pelayanan katekisasi adalah majelis jemaat, dan dalam membantu KBM dapat dibentuk Tim yang diberi nama “tim pembina” dengan tugas, membimbing bahan ajar sesuai tuntutan kurikulum kepada para pengasuh serta memonitoring KBM di kelas dan diketuai oleh ketua majelis jemaat/ pendeta jemaat. Pengajar yang lain juga didatangkan dari sekolah, khususnya guru PAK, serta menggunakan fasilitas yang dimiliki oleh jemaat. Pendanaannya semua bersumber dari sinode, perlu disadari bahwa memang muatan materi dibuat sesuai dengan kebutuhan peserta katekisasi, namun materi itu diorganisasikan berbeda-beda di tiap jemaat. Materi dijalankan berdasarkan muatan-muatan dalam buku ajar, soal muatan-muatan lain yang diajarkan “boleh” asalkan terkait dengan kebutuhan peserta didik”.

(17)

kurikulum, Kurikulum katekisasi di GPM berbentuk kurikulum inti, di mana semua komponen dibuat dalam bentuk matriks, yang terdiri dari: Tujuan umum penyajian, Pokok bahasan dan sub pokok bahasan, Waktu pertemuan, Semester, Materi/bahan alkitab, Pengalaman belajar, Metode dan teknik, Evaluasi, Sumber/kepustakaan. Komponen kurikulum inti ini, dilihat sebagai suatu kesatuan, dan dikembangkan secara spiral. Mengapa dikembangkan secara spiral, karena pembelajaran katekisasi merupakan pembinaan lanjutan dari pendidikan sebelumnya yaitu SMTPI. Secara spiral juga karena pokok bahasan dalam pembelajaran tetap sama yaitu firman, gereja dan konteks tetapi sub pokok bahasannya berbeda.

Menurut seorang pendeta sekaligus juga pengajar mengatakan bahwa:

Pdt P: “Secara khusus Pendidikan katekesasi memiliki peran penting bagi mereka sebagai langkah awal untuk membina, membimbing, mengarahkan, mengajarkan, agar memiliki pengetahuan dan pengakuan yang sungguh kepada Yesus kristus yang nantinya sebelum ada pada pengakuan imannya kepada jemaat. Sehingga pendidikan katekesasi bukan saja sebuah formalitas untuk seseorang belajar Kristen atau keharusan dari gereja sebagai tugas pokok namun lebih daripada itu bagaimana mereka

menyatakan kesiapannya kepada pengakuan yang

sungguh kepada Allah.

(18)

objektif dari para katekisan dan mempertimbangkan konteks jemaat-jemaat di GPM yang tersebar luas di seluruh pelosok Maluku dan Maluku Utara. Materi katekisasi disusun untuk satu tahun kegiatan pembelajaran yang terdiri dari dua semester, yaitu semester ganjil (semester 1) dan semester genap (semester 2). Materi juga disusun dengan mempertimbangkan hari-hari raya gerejawi atau hari raya nasional lainnya.

Penjelasan ini dibandingkan dengan dokumen yang diperoleh, maka muatan pelajaran yang ada hanya berkisar pada aspek-aspek spiritual dari katekisan. Menurut penulis, memang upaya pembinaan hanya pada aspek spiritual, namun upaya pembinaan tidak sebatas hanya pada hal yang demikian, tetapi juga hal-hal yang lain seperti masalah-masalah konteks yang dihadapi oleh katekisan. Karena, pendidikan ini tidak lain adalah pembinaan, pemberdayaan dan pengembangan hidup dari para katekisan.

3. Aspek Pelaksanaan

Aspek pelaksanaan meliputi dua hal yaitu persyaratan proses pelaksanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

a. Persyaratan proses pelaksanaan

(19)

seorang mendaftar menjadi siswa katekisasi akan dilihat apakah siswa itu sudah menikah atau belum. Pembagian kelas sesuai dengan siswa yang sudah mendaftar, dan dilaksanakan dalam dua kelas yaitu kelas khusus dan kelas umum. Meskipun berbeda kelas namun muatan pelajaran tetap sama, yaitu firman, gereja, dan konteks.

Ada pembagian waktu dalam pelaksanaan pembelajaran katekisasi, dimana waktu pertemuan untuk tiap semester dalam satu tahun pembelajaran. Untuk waktu pertemuan, Biro Anak dan Katekisasi GPM menetapkan waktu pelaksanaan pembelajaran dilakukan satu minggu dua kali dengan pembagian waktu adalah 100 menit untuk satu kali pertemuan atau tatap muka, soal penentuan hari untuk kegiatan pembelajaran disesuaikan di tiap jemaat.

(20)

katekisasi di GPM menggunakan semua fasilitas yang dimiliki oleh setiap jemaat. Baik itu, gedung gereja, buku ajar, alat peraga maupun perpustakaan mini yang dimiliki.

(21)

mewujudkan panggilan hidup sesuai talenta yang dimiliki dalam aktifitas hidup sehari-hari secara bertanggung-jawab, berdedikasi, bersungguh-sungguh, bermutu, jujur dan setia.

Berdasarkan dokumen yang diperoleh, pembelajaran katekisasi di GPM dilaksanakan dengan kebijakan pembinaan integratif, yaitu bersinergi dengan orang tua, besinergi dengan semua wadah internal gerejawi, bersinergi dengan instansi pemerintah dan non pemerintah serta bersinergi dengan kelompok denominasi atau agama lain.

Bersinergi dengan orang tua, dimana keluarga adalah basis pendidikan Kristen yang utama karena itu orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembinaan dan pembentukan kepribadian seorang anak. Setiap orang tua adalah tempat di mana setiap anak dapat mengemukakan permasalahan yang dihadapinya. Setiap katekisan adalah bagian integratif dari keluarga, peranan orang tua dalam pembentukan watak dan kepribadian sangat besar. Dengan demikian, pendidikan katekisasi yang dilakukan harus memperhatikan hubungan dengan keluarga atau orang tua sebagai basis pendidikan umat yang utama.

(22)

Tujuan ini dijadikan acuan bagi pembinaan wadah internal gerejawi lainnya. Pada sisi lain, seorang katekisan memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan unit, sektor dan kegiatan gereja lainnya. Oleh sebab itu, pelaksanaan pembelajaran katekisasi di GPM mempertimbangkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh wadah-wadah gerejawi lainnya. Bersinergi dengan instansi pemerintah dan non pemerintah, di GPM ada dua pendidikan yang dilaksanakan, yaitu sekolah minggu (SMTPI) dan katekisasi. Seiring dengan UU No 30 Tahun 2004 tentang SISDIKNAS, pendidikan sekolah minggu dan katekisasi telah ditempatkan sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan dengan kebijakan integratif dengan lembaga pemerintah baik dalam konteks pengajar maupun materi pengajarannya. Misalnya, para guru PAK di sekolah dapat didatangkan sebagai tenaga pengajar katekisasi (katekeit).

(23)

kebangkitan agama-agama termasuk berbagai gerakan kharismatik dalam kehidupan umat yang terjadi di mana-mana. Beralihnya warga GPM menjadi warga gereja lain, dan agama lain harus dilihat sebagai

“pekerjaan rumah” yang harus ditangani oleh gereja. Karena itu, pembelajaran katekisasi yang dilaksanakan di GPM mesti mempelajari dengan baik fenomena dan realitas kebangkitan gerakan kharismatik, kelompok denominasi, maupun agama lain. Dengan mempelajari hal itu maka katekisan dapat memberi penghargaan dan membangun hubungan yang harmonis dengan kelompok agama lain.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

(24)

untuk pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan penjabaran program, untuk setiap kali pertemuan atau tatap muka adalah 100 menit.

Pelaksanaan pembelajaran ini menurut seorang katekeit bahwa:

(25)

diberikan oleh orang tua untuk memproses iman mereka, supaya ketika mereka bertumbuh, mereka juga akan bertumbuh di dalam iman yang bermutu yang dilakukan melalui sikap yang baik yang bisa diterima di dalam keluarga dan masyarakat. "Karena itu, keluarga harus menjadi basis untuk menumbuhkan iman mereka sehingga kita tidak saling mempersalahkan," tekannya.

Berdasarkan dokumen yang diperoleh, pembelajaran katekisasi di GPM dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: prinsip pencapaian tujuan, integratif, pendidikan seumur hidup, relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, evektivitas, dan praktis.

Prinsip pencapaian tujuan artinya, upaya pembelajaran katekisasi dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan (institusional, kurikuler dan instruksional/ penyajian). Tujuan katekisasi GPM yaitu mengandung kopetensi sebagai warga GPM yang memiliki kapasitas ketangguhan dan kematangan secara moral-etis dan manusiawi seperti apa yang tertuang dalam PIP/ RIPP dasawarsa II (2005-2015) adapun tujuan institusional, merujuk pada tujuan GPM dalam menyelenggarakan pendidikan katekisasi sebagai proses pemuridan. Sedangkan tujuan kurikuler, menunjuk pada capaian penggunaan kurikulum sebagai rencana belajar-mengajar di kelas katekisasi.

(26)

wadah-wadah pembinaan lain, seperti angkatan muda, perempuan, laki-laki, melalui keterhubungan ini ada saling mempengaruhi terhadap pembinaan para siswa katekisasi itu sendiri. Prinsip pendidikan seumur hidup

artinya, mengacu pada tujuan pembinaan GPM yaitu seluruh proses pembinaan dan pengembangan diri pada siswa katekisasi, tidaklah menjadi batasan waktu pembelajaran terhadap seluruh upaya pembinaan para siswa katekisasi itu dalam rangka memiliki kecerdasan intelektual, etis-moral, vokasional dan sosio-kultural.

Prinsip relevansi artinya, seluruh muatan, bahasa, metode dan pendekatan kurikulum mesti ditata dan diterapkan dengan mempertimbangkan aspek relevansinya dengan konteks kepesertaan, ruang dan waktu penyelenggaraannya. Dengan demikian, pertimbangan relevansi tersebut mengisyaratkan pentingnya pencermatan yang kritis dan evaluatif terhadap fenomena konteks yang ada dan tingkat kematangan psikologis serta kebutuhan belajar para katekisan. Prinsip fleksibilitas artinya, penerapan kurikulum katekisasi dilihat pada suatu prinsip yang mengisyaratkan adanya ruang “keterbukaan dan

apresiasi” terhadap seluruh proses pembelajaran yang

(27)

terbuka kemungkinan untuk disesuaikan dengan konteks penerapan dan dinamika katekisasi itu sendiri.

Prinsip kontinuitas artinya, sebagai pendidikan di GPM, katekisasi ditempatkan dalam suatu pembinaan secara berkelanjutan artinya dari pendidikan anak-remaja-pemuda, hingga orang dewasa. Dalam artian bahwa proses pembinaan para katekisan berlangsung dalam konteks berkesinambungan, artinya pemahaman yang dimiliki oleh katekisan sebagaimana yang diwariskan pada tahap pembinaan sekolah minggu, terbuka untuk direfleksikan sesuai dengan tingkat pengenalan dan tanggung jawab sebagai murid katekisasi.

Prinsip efektivitas artinya, penyelenggaraan katekisasi GPM seyogiyanya diterapkan dalam prinsip efektivitas belajar-mengajar, baik terhadap materi ajar, metode, pembiayaan, strategi, hinggga ruang dan waktu (durasi) pembelajaran. Artinya berdasarkan materi pengajaran yang dipersiapkan, para pengajar diharapkan dapat mengelolanya sedemikan rupa hingga dapat berhasil terhadap pencapaian pembelajaran dan pencerdasan siswa. Prinsip praktis

(28)

kalangan para siswa sesuai dengan materi, konteks, dan potensi yang dimiliki.

Berdasarkan penjelasan prinsip-prinsip di atas maka, pembelajaran katekisasi di GPM berbasis pada pencapaian pembentukan Profil Umat GPM dengan menitikberatkan pada tiga aspek kecerdasan yaitu: pengetahuan, keterampilan dan perilaku; serta seluruh perangkat pendukung, yaitu pembimbing, pengasuh/ pengajar, sarana dan prasarana seperti ruang belajar, alat peraga, papan tulis, multi media. Pelaksanaan pembelajaran ini adalah untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dapam PIP dan RIPP GPM yaitu membentuk profil umat GPM yang memiliki ketangguhan dan kematangan teologis, intelektual, moral, etis, sosial, kultural dan ekonomis.

(29)

pendapatan dan belanja Sinode, dengan sumber keuangan diperoleh dari kolekta ibadah/ pertemuan pelayanan katekisasi, natura sesuai sumber daya alam, usaha-usaha lain yang sah, dan sumbangan lain. Semua pendapatan pendanaan pendidikan katekisasi diatur secara tersentralisasi pada kas BPH Sinode GPM.

4. Aspek Evaluasi

Evaluasi terbagi atas evaluasi proses pembelajaran secara keseluruhan mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

a. Evaluasi proses pembelajaran

Pertanyaan bagaimana evaluasi pembelajaran katekisasi di GPM dan alat evaluasi apa yang digunakan. Berdasarkan wawancara dengan seorang pendeta, mengatakan bahwa:

Pdt V:... “Mengatakan bahwa, evaluasi terhadap pembelajaran katekisasi di GPM dilakukan pada hasil pembelajaran, baginya ada evaluasi di tiap kali tatap muka sesuai dengan format yang sudah ada pada buku ajar. Menurutnya bukan saja evaluasi di tiap kali tatap muka yang dilakukan tetapi dilakukan setiap semester dan evaluasi di akhir semester. Alat evaluasi yang digunakan adalah dengan tes. Menurutnya, setiap kali tatap muka

diukur dengan tes lisan untuk mengukur hasil

pembelajaran yang sudah dilakukan”.

(30)

tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang katekeit dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi. Sejalan dengan itu juga seorang katekeit mengatakan bahwa:

KT:... “memang format evaluasi sudah disediakan, namun metode yang saya gunakan adalah evaluasi di akhir semester sebelum sidi, saya tidak mengguanakan evaluasi pada setiap kali tatap muka, saya merampungkan semua materi ajar dulu kemudian melakukan evaluasi. Alat evaluasi yang biasa saya gunakan adalah tes tertulis. Soal evaluasi tergantung pengajar, mau review materi juga bisa, tegasnya..”

(31)

Di GPM sendiri ada evaluasi terhadap katekeit, ini dilakukan untuk melihat sejaumana pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan rencana dan tujuan program yang ditetapkan. Evaluasi dilakukan dalam bentuk pelatihan-pelatihan terhadap para katekeit/pengasuh, karena merasakan penting untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan para pengasuh yang berada di wilayah pelayanan GPM. Tujuan dari pelatihan ini untuk menumbuh kembangkan kreatifitas dalam mengajar, memberikan nilai pada setiap pengajaran dengan pengetahuan yang siap dan juga ketrampilan membuat alat peraga sesuai dengan konteks. Materi pelatihan yang diberikan menyangkut kurikulum pendidikan secara teknis dan juga teoritis, serta penguatan psikologi anak diberikan dalam pelatihan dimaksud sehingga tidak hanya memahami anak hanya secara intelektual saja tetapi bagaimana anak itu di pahami secara utuh.

4.2

Pembahasan

A. Aspek Perencanaan

(32)

juga demikian, melaksanakan pelayanannya melalui pendidikan yang dikenal dengan katekisasi. Katekisasi adalah pembinaan dalam bentuk pengajaran, dimana pembelajaran katekisasi bukanlah orang-orang (katekisan) yang diajar itu menghafal atau mempelajari taurat yang diajarkan kepada mereka sebagai suatu ilmu (pengetahuan), tetapi supaya apa yang mereka pelajari itu mereka taati dan lakukan di dalam hidup mereka.

Berdasarkan data yang dijelaskan, terkait dengan perencanaan pembelajaran, bahwa: Para Pendeta dan pengajar (katekeit) tidak memiliki perencanaan khusus dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti, membuat silabus dan rencana pembelajaran. Mengapa demikian, karena Biro Pelayanan Anak dan Katekisasi sudah menerbitkan buku ajar yang didalamnya termuat, materi kurikulum dan penjabaran program pembelajaran. Indikator capaian, tujuan pembelajaran, materi, waktu, metode dan penilaian, semuanya sudah dirumuskan dalam buku ajar. Pendeta atau katekeit tidak perlu lagi menyiapkan silabus pembelajaran. Kurikulum katekisasi di GPM terdiri dari satu paket, yakni kurikulum inti dan buku ajar katekisasi untuk satu dasawarsa.

(33)

katekisan) itu sendiri lebih banyak mengandung unsur bimbingan. Karena merupakan pembinaan lanjutan dari pendidikan sebelumnya yaitu SMTIP sehingga tujuan dari katekisasi ialah bukan anak-anak (siswa katekisasi) diteguhkan menjadi anggota sidi gereja. Tujuan katekisasi yang telah diuraikan di atas menjadikan anak-anak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat mereka. Secara khusus pembelajaran katekesasi memiliki peran penting bagi mereka (siswa katekisasi) sebagai langkah awal untuk membina, membimbing, mengarahkan, mengajarkan mereka agar memiliki pengetahuan dan pengakuan yang sungguh.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa perencanaan pembelajaran katekisasi di GPM berbasis pada pembentukan profil umat. Sesuai dengan apa yang dikatakan dalam PIP dan RIPP GPM yaitu membentuk profil umat yang memiliki ketangguhan dan kematangan teologis, intelektual, moral, etis, sosial, kultural, dan ekonomis.

(34)

pendidikan yang dihargai dan menjadi sesuatu yang dominan, namun yang mesti dihargai dan diberikan suatu apresiasi adalah proses dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Jika proses itu dilakukan dengan sangat baik, terarah, terencana, dan sistematis oleh gereja maka akan menghasilkan anggota sidi gereja yang berkualitas. Kualitas yang dimaksudkan bukanlah pada bagaimana seseorang mengerti dan memahami setiap materi yang disampaikan. Namun, bagaimana proses pendidikan katekesasi dimaknai sebagai proses pengenalan kehidupan Kristen.

B. Aspek Pengorganisasian

Berdasarkan data dan dokumen yang didapat dapat dilihat bahwa dalam pengorganisasia pembelajaran katekisasi di GPM ada pembagian tugas kepada para katekeit yang bertanggung-jawab dalam menjalankan manajemen di pendidikan katekisasi. Ada juga pembagian-pembagian kelas dalam pendidikan katekisasi, begitu juga dengan sarana dan prasarana yang digunakan.

(35)

menghasilkan umat yang memiliki kecakapan etis-moral. Keluwesan dalam pengertian bahwa kurikulum katekisasi harus memberi peluang bagi perubahan sikap peserta didik. Kedinamisan dalam pengertian bahwa kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan konteks pelayanan. Kurikulum katekisasi sendiri dibentuk untuk satu dasawarsa dengan muatan materinya dikemas dalam tiga pokok bahasan, yaitu gereja, firman dan konteks. Selama satu dasawarsa itu akan dilihat apakah kurikulum sudah menjawab kebutuhan peserta didik atau belum, jika sudah menjawab maka kurikulum akan dipertahankan, tetapi jika belum menjawab maka harus dirubah sesuai dengan kebutuhan.

(36)

Perlu disadari bahwa dalam pengorganisasian ini, terkait dengan materi yang diajarkan di pendidikan katekisasi GPM hanya berkisar pada pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berhubungan dengan spiritual anak. Padahal upaya pemberdayaan umat juga sangat membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bersentuhan langsung dengan kehidupan setiap hari. Oleh sebab itu kurikulum katekisasi di GPM harus memberi ruang bagi pemberdayaan umat di bidang sosial dan ekonomi. Mata pelajaran yang berhubungan dengan pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan potensi yang tersedia dan dijadikan sebagai muatan lokal kurikulum pendidikan katekisasi di GPM.

(37)

lingkungan dari katekisan dan memberi ruang bagi pemberdayaan umat. Namun, yang lebih penting adalah memperhatikan keberadaan mereka (katekisan) di lingkungan sekitar.

C. Aspek Pelaksanaan

a. Persyaratan proses pelaksanaan

Gereja adalah persekutuan, sebagai persekutuan gereja memiliki peran yang sangat penting dalam melihat dinamika yang terjadi, yaitu pendidikan katekisasi. Melalui pendidikan ini peserta didik akan diarahkan, dibimbing, untuk lebih memahami sungguh kehidupan kristen serta peran mereka dalam kehidupan setiap hari.

(38)

pelajaran dalam proses pembelajaran tetap sama, yaitu firman, gereja, dan konteks.

Ada pembagian waktu pertemuan untuk tiap semester dalam satu tahun pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dilakukan satu minggu dua kali dengan pembagian waktu adalah 100 menit untuk satu kali pertemuan atau tatap muka. Ada pembagian tugas, dalam pembagian tugas dibagi dalam dua kelompok yaitu oleh pendeta dan guru PAK dari sekolah. Adanya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan semua fasilitas yang dimiliki oleh gereja di setiap jemaat. Baik itu, gedung gereja, buku ajar, alat peraga maupun perpustakaan mini yang dimiliki oleh gereja.

b. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan dijalankan ketika seseorang mendaftar sebagai murid katekisasi, dan dilaksanakan selama satu tahun yang dibagi dalam dua semester, akhir dari pendidikan katekisasi ini ditandai dengan Sidi gereja. Pelaksanaan pembelajaran per semester terdiri atas, semester satu (firman, gereja dan konteks), semester dua (firman, gereja dan konteks). Tiap semester pokok bahasannya sama, tetapi sub pokok bahasannya yang berbeda.

(39)

terencara dan sistematis dengan tujuan Katekisasi GPM adalah mendidik warga gereja (Katekisan) agar memiliki jati diri sebagai murid Yesus Kristus demi mengaku imannya. Memiliki kecerdasan spiritual, etis-moral, intelektual, sosio-kultural dan vokasional untuk mengembangkan kehidupan yang mandiri dalam bidang teologi, daya dan dana, melaksanakan tugas panggilannya sebagai warga gereja yang bertanggung jawab untuk menghadirkan kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera, persaudaraan sejati, pembaruan hidup dan keutuhan ciptaan di dalam masyarakat.

(40)

kemajemukan agama, budaya dan pemikiran, memperlihatkan sikap hidup yang rendah hati, lemah lembut, tahan uji, Penguasaan diri, jujur, adil, benar dan bersahabat dengan semua orang.

Membaharui diri dan lingkungan hidupnya secara kreatif, inovatif, transormatif dan berkelanjutan, mengupayakan keadilan, perdamaian dan kesejahteraan hidup bersama, memiliki Kecakapan Hidup (life-skill) dalam mengembangkan diri sesuai kematangan, perkembangan kepribadian dan pemikirannya. Mengembangkan diri dan menjalin komunikasi dan kerja sama dengan semua orang, mengembangkan ibadah kreatif dalam keluarga dan jemaat, mengembangkan musik gerejawi, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuninya. Mengembangkan potensi seni dan olahraga, mensejahterakan keluarga dan masyarakat, mengembangkan karier dalam tugas dan panggilannya. menciptakan peluang lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain serta dapat mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan.

(41)

paradigma dalam upaya menumbuhkan iman mereka serta menghindarkan mereka dari keterasingan diri. Keterasingan diri yang dimaksudkan di sini adalah respon atas perubahan pola pikir, perubahan gaya hidup, perubahan bertutur, dan perubahan pergaulan. Dalam proses pembelajaran seseorang mesti ditopang oleh semua pihak, selain eksternal seperti gereja, jemaat dan keluarga yang merupakan basis pertama dalam pendidikan mesti juga menciptakan suasana yang mengesankan. Sehingga, interaksi setiap hari yang terjalin akan juga menumbuhkan perubahan paradigma kearah pertumbuhan iman. Tetapi juga, mesti secara internal (dalam diri) juga turut mempengaruhi seorang katekisan. Sejalan dengan itu maka, gereja hadir lewat pendidikan katekesasi untuk mengarahkan, membimbing, mengajarkan seseorang untuk lebih mengenal ajaran kristen yang diajarkan kepadanya.

D. Aspek Evaluasi

Evaluasi terbagi atas evaluasi proses pembelajaran secara keseluruhan mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran.

a. Evaluasi terhadap proses pembelajaran

(42)

semester dan diakhir semester. Kurikulum katekisasi di GPM merupakan kurikulum inti dan semua komponen dibuat dalam bentuk matriks. Mengapa alat evaluasi yang digunakan berupa tes?, karena materi pengajaran dikembangkan secara spiral. Kurikulum terdiri dari tiga pokok bahasan yaitu firman, gereja, dan konteks, dalam pelaksanaan pembelajaran tiga pokok bahasan ini bisa tidak secara berurutan. Mengapa, karena mempertimbangkan kondisi objektif dari para katekisan.

Pertanyaan bahwa apakah penyajian pokok bahasan firman, gereja, dan konteks dapat disampaikan dalam satu semester sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan sajian semester itu tepat waktu karena ada ketersediaan buku ajar. Proses pembelajaran di katekisasi selama dua semester yaitu semester satu bulan Mei sampai Oktober dan semester dua bulan November sampai April, sebelum seorang katekisan mengaku imannya (sidi), proses pembelajaran dilakukan selama dua kali dalam satu minggu dan di setiap pertemuan ada evaluasi.

(43)

kemudian diturunkan ke tingkat klasis dan jemaat. Tujuan dari disediakan format evaluasi ini adalah untuk mengetahui target pencapaian dalam pembelajaran katekisasi itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, baik menyangkut perangkat pembelajaran, ketenagaan maupun sarana dan prasarana.

(44)

sekali, tujuannya adalah untuk melihat mutu pendidik dan evaluasi pendidik/ katekeit.

Pelaksanaan pembelajaran katekisasi di GPM menggunakan sarana gedung gereja di tiap jemaat, seluruh fasilitas yang dimiliki oleh gereja dapat digunakan sebagai tempat pembelajaran serta menggunakan buku ajar yang diterbitkan oleh Sinode GPM sebagai acuan dan dasar pembelajaran. Tingkat perubahan dari setiap katekisan itu berbeda sesuai dengan jenjang umur, di GPM sendiri pendidikan katekisasi di bagi menjadi dua kelas, yaitu kelas khusus dan kelas umum. Kelas umum yaitu bagi mereka yang belum menikah sedangkan kelas khusus adalah bagi mereka yang sudah menikah dan bagi mereka yang beralih agama.

(45)
(46)

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan juga dengan apa yang katakan oleh beberapa guru pendamping bahwa mereka tidak menyusun silabus dan RPP namun lebih kepada mengikuti keinginan belajar dari

Bagi Anderson, kedua Perang Dunia yang terjadi di paruhan pertama abad ke-20 benar- benar telah mengakhiri zaman dinasti-dinasti. Sampai tahun 1922, tercatat wangsa-wangsa

Di dalam persidangan pada masing-masing aras (jemaat, klasis, sinode) rencana strategi ini dibahas dan dilakukan persetujuan. Rencana strategi akan dijadikan acuan

anggota masyarakat setempat serta pendeta Jemaat GPM Negeri Soya. Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah. sejumlah dokumen-dokumen negri atau desa

lainnya sebagai bekal bagi masa depan keluarga.. b) Menjalani pendidikan pranikah dengan materi-materi yang berkualitas,. relevan dan kekinian dalam jangka waktu yang panjang

mencatat dan menghafalkan pengajaran. 4) Model evaluasi yang digunakan oleh pengajar katekisasi sidi Jemaat GMIT Kaisarea. BTN Kolhua adalah ujian yang secara tidak langsung

Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan pendapatan yang diperoleh oleh pelaku usaha akomodasi sehingga pelaku usaha tersebut dapat menambah jumlah tabungan yang

Yang menjadi rumusan pertanyaan dalam penelitian ini yaitu apa pandangan Jemaat GPM Soya tentang dosa turunan dan proses penebusan dosa turunan menurut adat cuci Negeri,