• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB II"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini mencakup (a) manajemen (b) manajemen kurikulum dan (c) pendidikan katekisasi.

2.1 Manajemen

A. Pengertian Manajemen

Usman (2013: 5-6) menjelaskan bahwa kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu manus yang berarti tangan dan agare yaitu melakukan sehingga kedua kata ini digabungkan menjadi managere yang artinya menangani, managere diterjemahkan ke bahasa Inggris to manage (kata kerja), management (kata benda), dan manager untuk orang yang melakukannya. Management kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia yaitu manajemen yang artinya mengelola. Oleh sebab itu manajemen adalah serangkaian yang diarahkan langsung untuk penggunaan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

(2)

pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. Sejalan dengan itu Hamalik (2006: 16) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya. Berdasarkan penjelesan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.

Hasibuan dalam Daryanto (2013: 40-41) mengatakan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapat tujuan tertentu. Pengertian ini dapat dipahami bahwa manajemen adalah sebuah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Daryanto (2013: 41) mengatakan manajemen dapat dilihat sebagai suatu sistem, proses, ilmu pengetahuan, profesi dan fungsi.

(3)

berkaitan dan terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan.

b) Sebagai proses, manajemen adalah serangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin.

c) Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen adalah suatu ilmu interdispiliner dengan menggunakan suatu ilmu sosial, filsafat, psikologi, dan lain-lain.

d) Sebagai suatu profesi, manajemen merupakan bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang dapat disejajarkan dengan bidang lainnya.

e) Sebagai suatu fungsi, manajemen adalah proses fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evalusai.

Dari pengertian manajemen sebagai sistem, sebagai proses, sebagai suatu ilmu pengetahuan, sebagai profesi, dan sebagai fungsi, maka akan dikaji manajemen sebagai suatu fungsi. Menurut Slameto (2009: 2) fungsi-fungsi pokok yang harus diterapkan dalam manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), actuating (pelaksanaan), dan evaluasi.

1. Fungsi Perencanaan

(4)

penetapan tujuan organisasi. Pengertian ini mengandung unsur-unsur yaitu sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, adanya proses, hasil yang ingin dicapai. Fungsi Perencanaan melibatkan urusan memilih tugas yang harus dilakukan untuk mempertahankan tujuan organisasi, menjelaskan bagaimana tugas harus dilaksanakan, dan memberi indikasi kapan harus dikerjakan.

(5)

Slameto (2009: 26-27) mengatakan setiap perencanaan yang baik setidaknya harus memiliki lima unsur yaitu:

 Purpose, yaitu tujuan yang akan dicapai, tujuan ini harus dirumuskan secara jelas, terperinci dan operasional.

 Policy, yaitu strategi atau cara untuk mencapai tujuan.

 Procedure, yaitu sistem komunikasi yang ada dalam organisasi, yang dimaksud adalah jalur-jalur komunikasi sebagai akibat adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung-jawab.

 Progres, yaitu gambaran tentang tahap-tahap pencapaian tujuan, dalam perencanaan harus nampak standar-standar tingkat keberhasilan.  Program, yaitu uraian lebih rinci dan operasional

tentang kegiatan sehari-hari dalam rangka kegiatan pelaksanaan perencanaan.

2. Fungsi Pengorganisasian

(6)

sasaran tertentu. Fungsi ini yakni memberi tugas sebagai hasil dari tahapan perencanaan, tugas tersebut diberikan kepada beragam individu atau grup di dalam organisasi.

Mulyono(2008: 27) mengatakan pengorganisasian adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif antarpersonalia, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas dalam situasi lingkungan yang ada guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Longenecher dalam Sudjana (2004: 105) mengatakan pengorganisasian adalah aktivitas menetapkan hubungan antara manusia dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menjelaskan bahwa kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan orang-orang dalam kelompok, dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok itu untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.

(7)

kemampuan, dan kondisi fisik yang sesuai dengan tuntutan organisasi serta perkembangan lingkungan.

Ketiga, adanya sumber daya non-manusia meliputi fasiitas, alat-alat dan biaya yang tersedia atau dapat disediakan, serta lingkungan fisik yang potensial. Keempat, sumber-sumber itu diintegrasikan ke dalam

suatu organisasi. Kelima, dalam organisasi terdapat pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab diantara orang-orang untuk menjalankan rangkaian kegiatan yang telah direncanakan. Keenam, diarahkan untuk mencapai. Ketujuh, dalam kegiatan pencapaian tujuan, sumber daya manusia merupakan pemegang peran utama dan paling menentukan.

Pengorganisasian menurut Roco Carzo dalam Sudjana (2004: 116-117) memiliki tiga prinsip yaitu:

Kebermaknaan, yaitu memberi gambaran bahwa pengorganisasian memiliki kegiatan yang ditetapkan dalam rencana dan tahapan pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

(8)

Kedinamisan, yaitu kreativitas dalam melaksanakan tugas pekerjaan, dalam melakukan serta menjalin hubungan resmi dan hubungan tidak resmi.

Berdasarkan ketiga prinsip di atas, Sudjana (2004: 117) mengatakan pengorganisasian dilakukan melalui tujuh urutan yaitu: pertama, upaya memahami sebaik-baiknya tujuan yang telah ditentukan, kebijakan, rencana dan program, rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan. Kedua, mempertimbangkan kebijakan dan aturan-aturan yang berlaku.

Ketiga, upaya memilah-milah penggalan berbagai

tugas pekerjaan, pengelompokan tugas pekerjaan disusun secara sederhana. Keempat, menentukan pengambilan baik oleh bagian-bagian yang sejajar maupun oleh bagian-bagian hierkis (vertikan) dalam organisasi. Kelima, penentuan peryaratan. Keenam, penyusunan organisasi dan personalianya yang mendukung pesyaratan di atas. Ketujuh, penetapan.

3. Fungsi Pelaksanaan

(9)

atau man power dan mendayagunakan fasilitas yang tersedia guna melakasanakan pekerjaan secara bersamaan. Fungsi ini memotifasi bawahan atau pekerja untuk bekerja dengan sungguh-sungguh supaya tujuan dari organisasi dapat tercapai dengan efektif. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan adalah; (1) merasa yakin akan mampu mengerjakannya; (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya; (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain lang lebih penting atau mendesak; (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan; dan (5) hubungan antarteman dalam organisasi tersebut harmoni.

4. Fungsi Evaluasi

(10)

kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Pengertian ini mengandung tiga unsr penting yaitu kegiatan sistematis, data atau informasi, dan pengambilan keputusan. Kegiatan sistematis mengandung makna bahwa evaluasi dilakukan melalui prosedur tertentu yang tertib.

Data dan informasi yang dikumpulkan sebagai fokus kegiatan evaluasi diperoleh melalui upaya pengumpulan, pengolahan, analisis, deskripsi dan penyajian dengan menggunakan metode dan teknik ilmiah. Pengambilan keputusan menekankan bahwa data atau informasi yang disajikan itu akan bernilai guna apabila menjadi masukan untuk proses pengambilan keputusan tentang alternatif yang akan diambil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang teratus untuk memperoleh data dan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan.

2.2

Manajemen Kurikulum

A. Pengertian Kurikulum

(11)

upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruang kelas maupun di luar sekolah.

Sementara Harold dalam Rusman (2012: 3) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa. Sejalan dengan Robert Jaiz dalam Slameto (2013: 2) berpendapat kurikulum adalah serangkaian mata pelajaran yang harus dipelajari dan dikuasai. Berdasarkan beberapa pandangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah rangkaian upaya pembelajaran yang dirancang mengenai isi dan tujuan. Menurut Geane dalam Subandijah (1996: 36) bahwa Manajemen Kurikulum adalah suatu proses di mana partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif. Pengertian ini juga dikatakan oleh Rusman (2012: 3) bahwa manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistematik dan sistemik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kuikulum.

(12)

sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Paparan di atas memberi kesimpulan bahwa manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum secara kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan.

B. Landasan, Asas dan Prinsip Manajemen

Kurikulum

Sukmadinata (2013: 38) menjelaskan bahwa dalam kurikulum ada dua landasan yang dipakai yaitu landasan filosofis dan landasan psikologis.

(13)

fase perkembangan kehidupan masa kanak-kanak, masa pemuda, dan dewasa semuanya merupakan fase pendidikan, semua yang dipelajari pada fase-fase tersebut mempunyai arti sebagai pengalaman.

Penjelasan landasan filsafat ini menurut penulis adalah pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang, pendidikan itu berlangsung setiap saat dan melalui pendidikan seseorang memperoleh pengetahuan baik melalui proses yang terjadi maupun melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi. Landasan ini menjadi penting dalam pendidikan dan juga menjadi pertimbangan dalam perkembangan pendidikan khususnya kurikulum.

(14)

perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor (Sukmadinata, 2013: 45). Psikologi perkembangan lebih diarahkan pada perkembangan individu dan setiap perkembangan itu mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda. Sedangkan psikologi belajar itu lebih diarahkan tentang bagaimana individu itu belajar baik dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Berdasarkan penjelasan ini maka menurut penulis landasan ini lebih diarahkan pada karakteristik individu dan perilaku individu dalam belajar, oleh sebab itu maka landasan ini dipakai sebagai pertimbangan dalam pendidikan khususnya dalam hal kurikulum. Kurikulum seyogiaya harus memperhatikan kondisi psikologis anak.

Berdasarkan penjelasan ini maka dapat disimpulkan bahwa landasan ini menjadi acuan dalam pembentukan kurikulum karena memperhatikan individu dalam menghadapi perkembangan yang terjadi di masyarakat, kehidupan serta perubahan yang terjadi itulah dapat membentuk karakter dari individu itu sendiri dan dapat membuat individu itu dapat mengetahui perubahan yang terjadi.

(15)

1. Asas Filosofis, yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara, sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Yang dimaksudkan dengan baik pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, tetapi juga guru, orang tua, dan masyarakat.

2. Asas Psikologi, yang diperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yaitu: psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan bagaimana proses belajar anak. Psikologi anak, sekolah, dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya.

3. Asas Sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan nilai-nilai. Anak tidak hidup sendiri dari yang lainnya.

4. Asas Organisatoris, asas ini berkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran akan disajikan, apakah dalam bentuk yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan.

(16)

1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.

2. Demokrasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berdasarkan demokrasi yang menempatkan pengellola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.

3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.

(17)

5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.

Menurut Rusman (2012: 5) bukan hanya prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam manajemen kurikulum tetapi juga kegunaannya dalam manajmen kurikulum yaitu:

1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.

2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.

(18)

relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun linggkungan sekitar.

4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas dalam belajar.

5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.

(19)

C. Fungsi-Fungsi dalam Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum memiliki fungsi-fungsi yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan

Rusman (2012: 21) mengatakan Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai sampai mana perubahan itu telah terjadi. Menurut Oemar Hamalik dalam Rusman (2012: 21) mengatakan bahwa perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan. Artinya, perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber individu yang diperlukan, media pembelajaran yang digunakan, tindakan-tindakan yang diperlukan, sumber biaya, tenaga, dan sarana yang diperlukan, sistem monitoring dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan pendidikan. Di samping itu, perencanaan kurikulum juga berfungsi sebagai pendorong untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal.

(20)

fakta, persepsi, desain, yang tergambarkan dari apa yang dipikirkan oleh seseorang yang secara keseluruhan diperoleh dari pengalaman dan semua itu merupakan komponen yang menyusun pikiran yang mereorganisasi dan menyusun kembali hasil pengalaman tersebut ke dalam adat dan pengetahuan, ide, konsep, prinsip, rencana, dan solusi. John Dewey dalam Rusman (2012: 27) juga menyatakan bahwa isi kurikulum lebih dari informasi yang dipelajari ketika dua kondisi muncul. Pertama, isi kurikulum harus memiliki hubungan dengan pertanyaan yang menjadi perhatian siswa. Kedua, isi harus secara langsung masuk dalam tingkah laku sebagai upaya meningkatkan makna dan kedalaman arti. Silabus merupakan garis-garis besar secara umum yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan RPP. RPP adalah program pelaksanaan pembelajaran secara periodik, bisa untuk satu kali pertemuan bahkan lebih tergantung pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Pengorganisasian

(21)

kurikulum turut menentukan bahan pelajaran. Sejalan dengan Rusman (2012: 60) mengatakan organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah sisawa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Menurut Rusman (2012: 60-61) ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum yaitu:

(22)

dalam organisasi kurikulum, tetapi bagaimana urutan bahan.

b. Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu diperhatikan terutama berkaitan dengan subtansi ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat kesukarannya. Pendekatan spiral merupakan salah satu upaya dalam menerapkan faktor ini, artinya materi yang dipelajari siswa semakin lama semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan secara vertikal maupun horisontal. c. Semakin dinamis perubahan dan perkembangan

dalam ilmu pengetahuan, sosial budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap dimensinya. Selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organisasi kurikulum yaitu keseimbangan terhadap substansi bahan atau isi kurikulum. Keseimbangan substansi isi kurikulum harus dilihat secara komprehensif untuk kepentingan siswa sebagai individu, tuntutan masyarakat, maupun kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.

d. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus menjadi bahan pertimbangan dalam organisasi kurikulum.

(23)

dari bahan pelajaran yang ditata dalam rangka siswa lebih mudah mengikuti proses yang terjadi.

3. Pelaksanaan

Mulyasa (2012: 21) mengatakan pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan menyakinkan sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan seperti yang diinginkan sulit terealisasi. Baginya pelaksanaan manajemen di sekolah yang efektif dan efisien menuntut dilaksanakannya keempat fungsi pokok manajemen tersebut secara terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan bidang-bidang kegiatan manajemen. Dan melalui kegiatan manajemen yang efektif dan efisien tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Arikunto (2012: 105) mengatakan Pelaksanaan kurikulum adalah pelaksanaan pelajaran yang merupakan kegiatan mengajar yang sesungguhnya dilakukan oleh guru dan ada interaksi langsung dengan siswa mengenai pokok bahasan yang diajarkan.

(24)

pelaksanaan pembelajaran. Persyaratan proses pembelajaran meliputi jumlah peserta didik setiap rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

4. Evaluasi

Tyler dalam Rusman (2012: 93) mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar. Hasil belajar tersebut biasanya diukur dengan tes, karena tujuan evaluasi menurut Tyler adalah untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi, baik secara stattistik, maupun secara edukatif.

Arifin (2012: 266) mengatakan evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum sedangkan penilaian hasil belajar adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penafsiran informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.

(25)

pelaksanaan kurikulum, dengan adanya evaluasi dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari pelaksanaan kurikulum itu sendiri.

Evaluasi kurikulum juga memiliki tujuan dan fungsi yang menurut Arifin (2012: 268) adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum, baik menyangkut tentang tujuan, isi/materi, strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem itu sendiri. Sedangkan Fungsi evaluasi kurikulum adalah untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang diarahkan pada semua komponen kurikulum secara keseluruhan, untuk memberikan informasi bagi

pembuat keputusan, untuk

mempertanggungjawabkan, laporan, seleksi, dan penempatan serta untuk menilai kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Penjelasan ini sejalan dengan pendapat Hamalik dalam Arifin (2012: 271) yang mengemukakan bahwa aspek-aspek kurikulum yang perlu dinilai terdiri atas; kategori masukan, kategori proses, dan kategori produk.

(26)

 Kategori proses, meliputi koherensi antara unsur-unsur dalam program pembelajaran; kedayagunaan dan keterlaksanaan program pembelajaran; isi kurikulum; pemilihan dan penggunaan strategi dan media pembelajaran; organisasi kurikulum; prosedur evaluasi.

 Kategori produk, meliputi kemampuan peserta didik; jumlah lulusan; penyerapan dalam dunia kerja; kesesuaian dengan bidang pekerjaan. Arifin (2012: 273) menjelaskan evaluasi kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip umum dan jenis evaluasi sebagai berikut:

 Kontinuitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental.

 Komprehensif, artinya objek evaluasi harus diambil secara menyeluruh sebagai bahan evaluasi.

(27)

ada, sesuai dengan kemampuan peserta didik dan tanpa pilih kasih.

 Kooperatif, artinya kegiatan evaluasi harus dilakukan atas kerja sama dengan semua pihak, baik orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas, termasuk dengan peserta.

Dilihat dari kurikulum sebagai suatu program maka menurut Arifin (2012: 274) jenis evaluasi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:

Evaluasi perencanaan dan pengembangan, hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi kurikulum serta keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum kurikulum disusun dan dikembangkan.

Evaluasi monitoring

Evaluasi dampak, dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan kurikulum.

Evaluasi efisiensi-ekonomis

Evaluasi program komprehensif, evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh, mulai dari perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta tingkat keefektifan dan efisiensi.

2.3 Pendidikan Katekisasi

(28)

Katekisasi sesungguhnya memiliki hubungan dengan ungkapan yang terkait dengan kegiatan mengajar dan belajar, pengertian katekisasi sesungguhnya berasal dari kata katekheo (bahasa Yunani) yaitu menyampaikan informasi, petunjuk atau pengajaran. Kata ini berhubungan dengan kata katekheis yaitu informasi, petunjuk dan pengajaran.

Kata katekheo digunakan dalam kalangan gereja atau jemaat adalah dengan pengertian spesifik, baik dalam hubungan dengan aspek pekerjaan pekabaran injil maupun kehidupan jemaat, yaitu pengajaran dalam kehidupan orang percaya. Abineno (1988: 7) mengatakan katekisasi berasal dari bahasa Yunani dari kata katekhein yang berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar.

Dalam perkembangannya Katekisasi adalah sebuah istilah yang dipinjam dan ditransliterasikan ke dalam bahasa gerejawi Indonesia. Istilah yang dipinjam adalah katekhisatie, kata ini berasal dari cathechese (bahasa Belanda) atau catechesis (bahasa Inggris). Dari istilah ini diperoleh pengertian bahwa Katekisasi adalah sebuah proses belajar mengajar sekaligus membimbing orang agar dapat melakukan apa yang telah diajarkan kepadanya.

(29)

memberitakan, memberitahukan, mengajar, memberi pengajaran, kedua Didaskein, dalam dunia Yunani kata ini biasa digunakan untuk pekerjaan menyampaikan pengetahuan. Ketiga Ginoskein, yang berarti mengenal atau belajar mengenal. Dalam dunia pikiran Yunani Ginoskein terutama bersifat intelektualitas dan dapat berarti mengetahui sesuatu: mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman. Keempat Manthanein, yang berarti belajar.

Dan yang kelima Paideven, arti kata ini menunjuk ke arah kata Indonesia yaitu mendidik. Pengertian ini dapat disimpulakan bahwa mengapa katekisasi disebut sebagai pendidikan di dalam gereja, karena katekisasi adalah tugas hakiki dari pelayanan gereja, sebab gereja adalah persekutuan iman yang mengajar dan belajar.

B. Katekisasi sebagai wadah pendidikan di

dalam gereja

Abineno (2010) mengatakan untuk melihat pendidikan katekisasi ada beberapa jeni-jenis katekisasi yaitu katekisasi keluarga, katekisasi sekolah, dan katekisasi gereja.

Katekisasi keluarga, keluarga adalah tempat

(30)

tentang hal-hal yang penting dari perjanjian lama dan perjanjian baru. Katekisasi sekolah, sekolah ini sebenarnya bukan sekolah-sekolah umum, tetapi sekolah-sekolah agama yang mempunyai satu pengajaran yaitu alkitab. Katekisasi gereja, di mana katekisasi ditempatkan dalam suatu kerangka yang luas, yaitu kerangka gereja sebagai persekutuan mengajar. Gereja bukan saja terpanggil untuk memberitakan firman, melayani sakramen, mengembalakan anggota jemaat, tetapi juga untuk mengajar dan membina anggotanya. Ketiga jenis katekisasi ini adalah sama karena menyampaikan kepada pengikutnya (anak-anak kristen) hal-hal pokok tentang isi alkitab, tentang gereja dan pelayanannya.

(31)

(pemimpin katekisasi) dan anak-anak (pengikut katekisasi).

Abineno (2010: 98-100) mengatakan aspek-aspek utama dari katekisasi adalah:

 Katekisasi adalah pengajaran tentang Allah dan perjanjiannya. Yang dimaksudkan di sini ialah bukan saja bahwa katekese ini diberikan kepada anak-anak muda sebagai anggota-anggota dari perjanjian Allah, tetapi juga bahwa pelayanan ini berlangsung di dalam relasi-relasi dari perjanjian itu.

 Katekisasi ialah bimbingan dalam gereja.

 Katekisasi sebagai pengajaran yang diberikan kepada anak-anak muda, berlangsung di bawah pimpinan roh kudus. Hal ini bukan saja berarti bahwa roh kudus yang memimpin para katekeit dan ketekisan dalam pelayanan katekisasi, tetapi juga bahwa roh kudus dalam pekerjaannya menggunakan katekisasi untuk memuliakan Kristus di dalam jemaat.

(32)

 Tujuan katekisasi ialah supaya anak-anak muda mengenal Allah, dan mengenalNya begitu rupa, sehingga mereka dengan jalan itu dapat hidup bersama-sama dengan Dia.

 Katekisasi ialah pengajaran/ bimbingan gereja kepada semua anggotanya untuk memperlengkapi mereka bagi suatu hidup yang bertanggung-jawab di dalam dunia sebagai anggota-anggota yang dewasa dari gereja.

Penjelasan di atas memberi kesimpulan bahwa pengajaran (katekisasi) merupakan salah satu pelayanan pendidikan di dalam gereja kepada anggota-anggotanya. Namun, lebih dari itu bahwa pengajaran katekisasi mengandung nilai-nilai dan pengajaran tentang pergumulan jati diri atau keberadaan seseorang yang akan menerima Yesus dan yang telah menerima keselamatan (Anugerah) dari Allah.

(33)

kemauan untuk dapat hidup mencirikan Kristus dan bertanggung jawab atas kehidupannya sebagai gereja dan melibatkan diri dalam berbagai pelayanan gereja.

2.4

Penelitian yang Relevan

Penelitian Jenny Unawekla (2014) tentang manajemen kurikulum komunitas belajar Qaryah Tayyibah, dilihat bahwa dalam aspek perencanaan kurikulum dilakukan oleh masing-masing anak dan guru tidak berperan dalam perencanaan kurikulum. Aspek organisasi kurikulum ditemukan bahwa materi pembelajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri sesuai dengan minat dan kebutuhan. Aspek pelaksanaan kurikulum ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan secara inspiratif, artinya semua proses belajar anak berasal dari ide yang ditentukan sebelumnya sehingga anak menjadi lebih tertantang untuk mencapai pengetahuan melalui ide yang ditentukan.

(34)

yang diterapkan adalah adalah kurikulum berbasis pada kebutuhan anak. Rencana, tujuan, isi dan bahan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan anak dan ditentukan sendiri oleh anak.

Sejalan dengan itu penelitian terkait dengan manajemen kurikulum juga dilakukan oleh Sri Intan Wahyuni (2010) di mana penelitiannya untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai bagaimana implementasi manajemen kurikulum di MTs Negeri Laboratorium UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta serta mengetahui peranan manajemen kurikulum dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri Laboratorium UIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Implementasi manajemen kurikulum di MTs Negeri Laboratorium UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta meliputi: landasan dan tujuan manajemen kurikulum yaitu KTSP dan Permendiknas tahun 2007, perencanaan kurikulum PAI yaitu penyusunan silabus dan RPP, pelaksanaan kurikulum PAI yaitu pada tingkat sekolah dan tingkat kelas yang dikembangkan oleh masing-masing guru PAI, dan penilaian kurikulum PAI yang dilakukan setelah proses belajar mengajar dan pada akhir semester melalui ujian akhir semester dan ujian nasional.

(35)

prinsip diantaranya prinsip relevansi yaitu kurikulum memiliki keterkaitan dengan kebutuhan masyarakat, prinsip fleksibilitas yaitu program pembelajaran yang terencana dilaksanakan secara fleksibel selama proses belajar mengajar, prinsip kontinuitas yaitu pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan secara berkesinambungan, prinsip efisiensi yaitu proses belajar mengajar dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan, dan prinsip efektivitas yaitu manajemen kurikulum PAI yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum dapat membawa hasil yang berguna bagi madrasah.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan karyawati tentang SADARI berada dalam kategori baik yaitu sebesar 38.1%, sedangkan sikap karyawati mengenai SADARI

1 PARIWISATA 2 GALERI 3 HOTEL 4 BERITA ADMINISTRATOR MASYARAKAT Wisata Kuliner Budaya Ins/Upd/Del View view view view. Photo

Abstract: The antimicrobial activities of the methanolic extracts of Euphorbia hirta L leaves, flowers, stems and roots were evaluated against some medically important bacteria

pokdarwis bahwa salah satu wisata unggulan di Desa Tulungrejo yaitu wisata petik apel merupakan ide dari pemuda karang taruna yang menginginkan supaya potensi utama di

Diakses tanggal Diakses tanggal 27 Juli 2013.. [4] 2012, Pengertian Internet,

Brine shrimp results suggest that the plant extracts were virtually non-toxic on the shrimps save Senna singueana leaves, Ziziphus mucronata roots, which exhibited