• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pelayanan Umum

Dalam dokumen RANCANGAN AKHIR RPJMD JAWA BARAT 2018 2023 (Halaman 77-135)

Bagian aspek pelayanan umum berikut ini menjelaskan

perkembangan kinerja yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat, baik pada urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan dan kawasan pemukiman, sosial, tenaga kerja, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pangan, pertanahan, lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian penduduk dan keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan informatika, koperasi, usaha kecil dan

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-49

menengah, penanaman modal, kepemudaan dan olahraga, statistik, perpustakaan, kearsipan, kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan, perindustrian, perencanaan pembangunan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri.

2.3.1. Layanan Urusan Wajib

Urusan pelayanan wajib merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar maupun tidak terkait pelayanan dasar.

2.3.1.1. Pendidikan

a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap pendidikan terhadap penduduk usia sekolah dan menggambarkan penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. Angka Partisipasi sekolah ini juga memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama pada usia muda. Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Jawa Barat tahun 2012-2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.42

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2012-2017

NO INDIKATOR

Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Sekolah Dasar (SD/MI) 98,36 98,85 99,30 99,57 99,54 99,51 2 Sekolah Menengah Pertama

(SMP/MTs) 88,68 89,40 92,84 93,19 93,41 93,77 3 Sekolah Menengah Atas

(SMA/SMK/MA) 56,30 59,98 65,48 65,72 65,82 66,62 4 Perguruan Tinggi 12,25 17,34 19,27 19,40 -

Sumber: Statistik Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat per jenjang usia sekolah yaitu usia SD, usia SLTP, Usia SLTA, dan usia Perguruan Tinggi. Di Provinsi Jawa Barat angka partisipasi sekolah yang paling tinggi yaitu pada usia SD 7-12 tahun, dengan APS di atas 98 persen, artinya hampir semua penduduk usia sekolah SD atau yang berusia 7-12 tahun sedang mengenyam pendidikan di SD. Sedangkan angka partisipasi sekolah yang paling rendah di Provinsi Jawa Barat yaitu usia 19-24 tahun atau perguruan tinggi. Pada tahun 2012

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-50

usia perguruan tinggi APS sebesar 12,25 persen terus mengalami peningkatan menjadi 19,40 di tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa dari tahun ke tahun jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Jawa Barat secara persentase mengalami peningkatan.

b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Dasar dan Menengah

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar dan menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar dan menengah.

Semakin rendah rasio ketersediaan sekolah, semakin baik pelayanan pendidikan suatu daerah. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah murid diimbangi dengan peningkatan jumlah sekolah. Sebaliknya, semakin tinggi rasio ketersediaan sekolah semakin buruk pelayanan pendidikan suatu daerah, karena jumlah sekolah menjadi kurang serta tidak seimbang dengan jumlah murid yang ada.

c. Rasio Guru Terhadap Murid Sekolah Dasar dan Menengah

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar/menengah dan sederajat terhadap jumlah murid pendidikan dasar/menengah dan sederajat, rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar serta untuk mengukur jumlah ideal murid per satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Angka Rasio Guru Terhadap Murid di Sekolah Dasar dan Menengah di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.43

Rasio Guru Terhadap Murid Sekolah Dasar dan Menengah Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

NO INDIKATOR TAHUN 201 2 2013 2014 201 5 201 6 201 7 1 Rasio Guru Terhadap Murid Sekolah

Dasar dan sederajat 31 6,29 14,8 15 21 23

2 Rasio Guru Terhadap Murid Sekolah

Menengah Pertama dan sederajat 20 33,17 11,17 16 21 21 3 Rasio Guru Terhadap Murid Sekolah Menengah Atas dan sederajat 20 26,3 9,59 20 18 20

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-51 d. Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah merupakan proporsi anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu.

Berdasarkan data dari kemendikbud, angka putus sekolah dasar (SD/MI) di tahun 2012 sebesar 1,28 persen, capaian kondisi akhir di tahun 2017 menjadi sebesar 0,08 persen. Untuk tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP/MTs), kondisi angka putus sekolah tahun 2012 sebesar 1,43 persen, capaian kondisi di akhir tahun 2017 menjadi sebesar 0,52 persen. Berikutnya di tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA/SMK/MA), kondisi angka putus sekolah tahun 2012 sebesar 2,05 persen, capaian kondisi di akhir tahun 2017 menjadi sebesar 0,74 persen.

Tabel 2.44

Angka Putus Sekolah Tahun 2012-2017

NO URAIAN Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Sekolah Dasar (SD/MI) 1,28 0,93 0,74 0,18 0,10 0,08

2 Sekolah Menengah Pertama

(SMP/MTs) 1,43 1,62 1,11 0,57 0,48 0,52

3 Sekolah Menengah Atas

(SMA/SMK/MA) 2,05 3,05 1,77 1,45 1,37 0,74

4 Perguruan Tinggi - - - -

Sumber: www.publikasi.data.kemdikbud.go.id (PDSPK, Kemdikbud)

e. Angka Kelulusan

Angka kelulusan adalah persentase kelulusan yang dicapai setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan, angka kelulusan dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah serta kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan daerah.

Tabel 2.45

Angka Kelulusan Tahun 2012-2017

NO URAIAN Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Sekolah Dasar (SD/MI) 99,88 99,89 99,49 99,75 99,93 99,61

2 Sekolah Menengah Pertama

(SMP/MTs) 96,17 99,59 99,03 99,46 99,63 99,87 3 Sekolah Menengah Atas

(SMA/SMK/MA) 97,89 98,21 98,59 98,70 98,52 99,92

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-52

Berdasarkan tabel di atas, angka kelulusan sekolah dasar (SD/MI) di tahun 2012 sebesar 99,88 persen, capaian kondisi akhir di tahun 2017 menjadi sebesar 99,61 persen. Untuk tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP/MTs), kondisi angka kelulusan tahun 2012 sebesar 96,17 persen, capaian kondisi di akhir tahun 2017 menjadi sebesar 99,87 persen. Berikutnya di tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA/SMK/MA), kondisi angka kelulusan tahun 2012 sebesar 97,89 persen, capaian kondisi di akhir tahun 2017 menjadi sebesar 98,92 persen.

f. Angka Melanjutkan Pendidikan

Angka melanjutkan pendidikan adalah persentase siswa yang melanjutkan pendidikan setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan. Angka melanjutkan pendidikan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tabel 2.46

Angka Melanjutkan Pendidikan Tahun 2012-2017

NO URAIAN

Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Sekolah Dasar (SD/MI) 75,32 76,66 78,22 77,41 75,9 79,86 2 Sekolah Menengah Pertama

(SMP/MTs) 98,62 78,76 92,35 97,77 102,67 103,81 3 Sekolah Menengah Atas

(SMA/SMK/MA) 46,77 - - - - -

4 Perguruan Tinggi - - - - - -

Sumber: www.publikasi.data.kemdikbud.go.id (PDSPK, Kemdikbud)

Berdasarkan tabel di atas, angka melanjutkan pendidikan jenjang sekolah dasar (SD/MI) di tahun 2012 sebesar 75,32 persen, capaian kondisi akhir di tahun 2017 menjadi sebesar 79,86 persen. Untuk tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP/MTs), kondisi angka melanjutkan pendidikan tahun 2012 sebesar 98,62 persen, capaian kondisi di akhir tahun 2017 menjadi sebesar 103,81 persen. Berikutnya di tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA/SMK/MA), kondisi angka melanjutkan pendidikan tahun 2012 sebesar 46,77 persen.

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-53 2.3.1.2. Kesehatan

Sektor kesehatan merupakan salah satu hal prioritas yang sangat mempengaruhi berbagai macam hal lainnya dalam kehidupan masyarakat, penyelenggaraan pembangunan bidang kesehatan dilakukan melalui peningkatan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Upaya peningkatan pelayanan kesehatan perorangan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu layanan, pemerataan aksesibilitas layanan dan penjangkauan pelayanan kesehatan. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan dengan upaya promotif-preventif melalui program

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS), peningkatan kualitas lingkungan, screening faktor risiko

peyakit tidak menular.

Ketersediaan fasilitas kesehatan yang mampu menjangkau semua elemen masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Di Provinsi Jawa Barat, fasilitas kesehatan yang tersedia beragam, antara lain rumah sakit, puskesmas, poskesdes, posyandu, maupun klinik/praktek dokter.

a. Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat serta memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan di Posyandu yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi yang di lakukan melalui penimbangan balita.

Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, kantor, kantor RW.

Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-54

secara merata, apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta dapat menjangkau semua sasaran

Rasio Posyandu di Jawa Barat mencapai 1 : 80, dengan range 82 –

88. Rasio 1 : 80 artinya rata rata setiap satu Posyandu melayani 80 orang balita. Berapa jumlah sasaran yang dilayani desaPosyandu tergantung pada proses musyawarah desanya, kondisi serta potensi wilayahnya termasuk jumlah penduduk dan jaraknya. Biasanya satu posyandu bisa melayani 50 -100 balita. Berarti rasio Posyandu terhadap penduduk saat ini di Jawa barat sudah dalam kisaran 50-100.

Tabel 2.47

Rasio Posyandu di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

NO INDIKATOR TAHUN

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Jumlah Posyandu 50.298 52.141 50.037 50.604 51.035 51.522 2 Jumlah Balita 4.234.862 4,253,209 4.300.143 4.254.987 4.244.836 4.538.598 3 Rasio Posyandu per

satuan Balita

84 82 86 84 83 88

Sumber: Provinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013-2017

b. Rasio Puskesmas dan Pustu Per Satuan Penduduk

Puskesmas sebagai ujung tombak dalam mengatasi tantangan tersebut melalui berbagai program kesehatan yang dilaksanakan puskesmas. Dengan demikian keberadaan puskesmas menjadi sangat penting sehingga perlu dipastikan bahwa puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan standar. Untuk memenuhi pelayanan sesuai standar sudah tentu harus terpenuhi standar inputnya, standar proses diarahkan pada terwujudnya penyelenggaraan puskesmas yang bermutu mudah di akses dan terjangkau oleh msyarakat

Puskesmas sebagai salah satu satu jenis fasilitas pelayanan tingkat pertama, penyelenggaraannya perlu penataan untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012, puskesmas/puskesmas keliling di Jawa Barat rata-rata melayani 56.462 orang penduduk dalam satu tahun. Sedangkan pada tahun 2017, puskesmas/puskesmas keliling di Jawa Barat rata-rata melayani 44.782 orang penduduk dalam satu tahun.

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-55 Tabel 2.48

Rasio Puskesmas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2016

No INDIKATOR TAHUN

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Jumlah Puskesmas 789 789 789 1,050 1,050 1058 2 Jumlah Penduduk 44,548,431 45,340,799 46,029,668 46,709,569 47,379,389 47.379.389

3 Rasio Puskesmas 56.462 57.466 10.318 44.485 45.123 44.782

Sumber: Provinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013-2017

c. Rumah Sakit Per Satuan Penduduk

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk. Adapun rasio rumah sakit di Provinsi Jawa Barat tahun 2012, satu rumah sakit melayani 163.781 orang penduduk, sementara pada tahun 2016, satu rumah sakit di Jawa Barat secara rata-rata melayani 144.891 orang penduduk.

Tabel 2.49

Rasio Rumah Sakit di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2016

No INDIKATOR TAHUN

2012 2013 2014 2015 2016

1 Jumlah Rumah Sakit 272 272 308 317 327 2 Jumlah Penduduk 44,548,431 45,340,799 46,029,668 46,709,569 47,379,389 3

Rasio Rumah Sakit per satuan

penduduk

163.781 166.694 149.447 147.349 144.891

Sumber: Provinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013-2017

2.3.1.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

a. Tingkat Kemantapan Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik

Peran dan fungsi jalan darat adalah sebagai sarana penghubung antar/lintas kota/kabupaten, serta kecamatan yang ada di Provinsi Jawa Barat. Jalan ini penting untuk meningkatkan kegiatan perekonomian di daerah dan memperlancar distribusi perdagangan barang dan jasa angkutan darat, serta orang/penumpang. Mengingat pentingnya jalan darat ini, perlu diketahui proporsi panjang jalan dalam kondisi baik.

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-56

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan baik nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Informasi mengenai proporsi panjang jalan dalam kondisi baik dapat digunakan untuk mengidentifikasi kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan.

Sistem jaringan jalan yang ada pada Provinsi Jawa Barat, berdasarkan status jalan adalah:

1. Jaringan Jalan Nasional = 1.789,200 Km

(Kepmen PUPR No. 250/KPTS/M/2015 Tanggal 31 April 2015)

2. Jaringan Jalan Provinsi = 2.360,580 Km

(Kepgub Jawa Barat No. 620 / Kep. 1086-Rek Tanggal 4 November 2016)

3. Jaringan Jalan Kabupaten/Kota = 32.438,659 Km

(Kepgub Jawa Barat No. 620/Kep.1529-Admrek/2011) Tabel 2.50

Tingkat Kemantapan Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017

Indikator Tahun (%) Kemantapan Jalan (%) 2013 97,56 2014 97,68 2015 97,8 2016 98,01 2017 98,17

Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2017

Panjang jaringan jalan provinsi berdasarkan Kepgub Jabar No.620/Kep.1530-Admrek/2011 dan No.620/Kep.1086-Rek/2016 tahun 2016 adalah semula sebesar 2.191,29 Km menjadi 2.360,58 Km, dikarenakan adanya peralihan status dari jalan kabupaten/kota menjadi jalan provinsi. Demikian juga terdapat peralihan status dari jalan provinsi menjadi jalan nasional. Ketercapaian kemantapan jalan kewenangan provinsi cenderung naik setiap tahun. Pada tahun 2017 tingkat kemantapan jalan adalah sebesar 98,17%, meningkat dibandingkan pada tahun 2016 yaitu sebesar 98,01%.

b. Jaringan Irigasi Provinsi

Tingkat kondisi baik jaringan irigasi di daerah irigasi kewenangan provinsi adalah nilai kondisi prasarana fisik sistem dan jaringan irigasi sesuai kriteria yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri PUPR

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-57

No.12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan pemeliharaan Jaringan irigasi. Tingkat kondisi baik jaringan irigasi di daerah irigasi kewenangan provinsi disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.51

Tingkat Kondisi Baik Jaringan Irigasi di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

NO INDIKATOR

Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Tingkat Kondisi Baik Jaringan Irigasi

di Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi - 65,98 67,34 69,65 72,06 73,95

Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat kondisi baik jaringan irigasi terus meningkat dari 65,98 persen di tahun 2013 menjadi 73,95 persen di tahun 2017.

c. Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Minum Bersih dan Air Minum Layak

Rumah tangga pengguna air bersih adalah rumah tangga yang memanfaatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota rumah tangga. Ketersediaan dalam jumlah cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan utama dari program penyediaan air bersih yang terus diupayakan oleh pemerintah.

Data lain mengenai air yang umum disajikan juga yaitu air minum layak. Menurut BPS Jawa Barat, indikator air minum layak mulai tahun 2011 menggunakan rumus baru yaitu air minum layak sudah mencakup air minum utama dan air mandi/cuci. Sedangkan sebelum tahun 2011 menggunakan rumus lama yaitu hanya air minum utama.

Persentase rumah tangga pengguna air bersih di Jawa Barat selama periode tahun 2012-2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.52

Rumah Tangga Pengguna Air Bersih dan Layak Minum di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rumah Tangga Pengguna

Air Minum Bersih - - 65,19 68,30 68,81 71,57

Rumah Tangga Pengguna

Air Minum Layak 60,31 63,5 65,01 67,20 67,62 -

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-58

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah rumah tangga pengguna air minum bersih di tahun 2014 sebesar 65,19 persen, meningkat di tahun 2015 menjadi 68,30 persen dan meningkat kembali di tahun 2016 dan 2017 menjadi 68,81 persen dan 71,57 persen. Sedangkan untuk jumlah rumah tangga pengguna air minum layak di tahun 2014 sebesar 65,01 persen, meningkat di tahun 2015 menjadi 67,20 persen dan terus meningkat di tahun 2016 menjadi 67,62 persen dan Tahun 2017 menjadi 70,50 %.

d. Cakupan Pelayanan Air Minum

Pencapaian terkait Cakupan Pelayanan Air Minum di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2012 sampai tahun 2016 menunjukkan kecenderungan meningkat. Pelayanan air minum semakin baik dan menjangkau berbagai wilayah.

Tabel 2.53

Cakupan Pelayanan Air Minum Di Provinsi Jawa Barat 2012-2017 INDIKATOR

Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Cakupan Pelayanan Air Minum (%) - 60,52 65,43 67,13 71,14 73,17

Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2017

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Cakupan Pelayanan Air Minum di Provinsi Jawa Barat terus meningkat dari tahun ke tahun, di tahun 2013 sebesar 60,52 persen dan meningkat terus sampai tahun 2017 menjadi 73,17 persen.

e. Persentase Rumah Tangga Bersanitasi

Rumah Tangga Bersanitasi adalah jumlah rumah tangga bersanitasi dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga. Persentase rumah tangga bersanitasi di Provinsi Jawa Barat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.54

Rumah Tangga Bersanitasi

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2016

INDIKATOR Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

Rumah Tangga Bersanitasi (%) - - 60,96 70,79 75,67

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-59

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Rumah Tangga Bersanitasi di tahun 2014 sebesar 60,96 persen, meningkat di tahun 2015 menjadi 70,79 persen, dan meningkat kembali di tahun 2016 menjadi 75,67 persen.

Pencapaian terkait Cakupan Pelayanan Air Limbah Domestik di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2012 sampai tahun 2017 dapat dilihat di tabel di bawah ini.

Tabel 2.55

Cakupan Pelayanan Air Limbah Domestik di Provinsi Jawa Barat 2012-2017

NO INDIKATOR Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Cakupan Pelayanan Air

Limbah Domestik (%) - 63,40 63,59 65,03 65,64 67,01

Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2017

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Cakupan Pelayanan Air Limbah Domestik di tahun 2013 sebesar 63,40 persen, terus meningkat sampai tahun 2017 menjadi 67,01 persen.

g. Cakupan Pelayanan Persampahan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: a.) pengurangan sampah; dan b.) penanganan sampah. Upaya pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Terkait pencapaian cakupan layanan persampahan dapat dilihat di tabel di bawah ini.

Tabel 2.56

Cakupan Layanan Persampahan Perkotaan Provinsi Jawa Barat 2012-2017

No Indikator 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Target Cakupan Pelayanan Persampahan Perkotaan - 63-64 64-65 65-67 67-69 66,78 2 Realisasi Cakupan Pelayanan Persampahan Perkotaan - 64,70 64,88 65,65 66,26 67,11

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-60

Cakupan layanan persampahan perkotaan terus meningkat dari 64,88 persen di tahun 2014 menjadi 67,11 persen di tahun 2017. Berdasarkan tabel di atas, pencapaian cakupan layanan persampahan di tahun 2016 tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Pada Tahun 2017 dilakukan perubahan target RPJMD, dari target tahun 2017 sebesar 69- 70% berubah menjadi 66,78% disebabkan karena ada permasalahan teknis dan penganggaran terkait persampahan.

2.3.1.4. Perumahan dan Kawasan Pemukiman a. Cakupan Rumah Layak Huni

Cakupan rumah layak huni di Jawa Barat terus meningkat dari 92,41 persen pada tahun 2014 menjadi 92,78 persen pada tahun 2016. Data Cakupan Rumah Layak Huni di Provinsi Jawa Barat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.57

Cakupan Rumah Layak Huni di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

INDIKATOR Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Target Cakupan Rumah Layak

Huni - - 92,12- 92,69 92,69- 93,29 93,30- 93,89 93,89- 94,48

Realisasi Cakupan Rumah Layak

Huni - - 92,41 92,70 92,78 93,12

Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat 2017

b. Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni

Rutilahu adalah rumah yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Dalam kurun waktu RPJMD 2013-2018 direncanakan perbaikan 100.000 unit Rutilahu dengan perincian sebanyak 80.000 unit kategori rutilahu perdesaan yang berada di 18 kabupaten dan sebanyak 20.000 unit kategori rutilahu perkotaan yang berada di 9 kota.

Progres Pelaksanaan pembangunan Perbaikan Rutilahu di Provinsi Jawa Barat dengan berbagai sumber pembiayaan disajikan dalam table dibawah ini.

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-61 Tabel 2.58

Perbaikan Rumah Layak Huni di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 SUMBER DANA TAHUN JUMLAH 2013 2014 2015 2016 2017 2018 TARGET PERBAIKAN APBD PROV 10.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 100.000 REALISASI PERBAIKAN APBD PROV 10.203 15.720 2.989 653 9.956 20.000 59.521 APBN 26.088 20.944 9.068 8.839 8.649 9.000 82.579 KAB/KOTA - - - - 13.547 22.337 35.884 CSR - 109 328 79 - - 516 JUMLAH 36.291 36.773 12.385 9.562 32.152 51.337 178.500

Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat 2017

Sampai dengan tahun 2017 telah diselesaikan perbaikan Rutilahu sebanyak 127.163 unit rumah dan pada tahun 2018 telah tersedia anggaran perbaikan Rutilahu yang bersumber dari APBN, APBDP dan APBD Kab/Kota untuk perbaikan 51.337 unit. Jika terlaksana semua maka sampai dengan tahun 2018 telah dilaksanakan perbaikan sebanyak 178.500 unit. Sekalipun jumlah perbaikan melebihi jumlah yang dijanjikan Gubernur Jawa Barat, kebutuhan perbaikan rumah tidak layak huni masih cukup besar di Jawa Barat. Berdasarkan data TNP2K, masih ada sekitar 191.507 unit rumah tidak layak huni yang perlu ditangani.

2.3.1.5. Ketenteraman dan Ketertiban Umum Serta Perlindungan Masyarakat

a. Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk

Jumlah Linmas per 10.000 penduduk adalah Jumlah Linmas dibagi dengan jumlah penduduk dikalikan 10.000. Jumlah Linmas per 10.000 penduduk dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 2.59

Jumlah Linmas per 10.000 penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2016

NO INDIKATOR Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Jumlah Linmas 128.271 118.666 118.866 120.928 119.424

2 Jumlah Penduduk 44.643.586 45.348.799 46.029.688 46.709.569 47.379.389

3 Rasio Linmas per

10.000 penduduk 29 27 26 26 26

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-62

Pada tahun 2012, jumlah Linmas di Jawa Barat sebanyak 29 orang per 10.000 orang penduduk, dan terus menurun menjadi 26 orang linmas per 10.000 orang penduduk.

2.3.1.6. Sosial

Sasaran pelayanan urusan sosial adalah para PMKS yang merupakan seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan, dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, atau keterasingan dan kondisi atau perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan.

Permasalahan PMKS terbanyak di Provinsi Jawa Barat yaitu fakir miskin, penyandang cacat dan lanjut usia terlantar. Data PMKS di Provinsi Jawa Barat tahun 2012-2016 disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.60

Jumlah Penduduk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 Anak Terlantar 127.763 127.763 128.045 128.217 135.787 Lanjut Usia/Jompo 204.540 204.540 197.435 198.763 298.572 Anak Nakal 4.972 4.972 4.643 4.710 2.592 Korban Narkotika 6.090 6.090 5.934 5.952 5.935 Penyandang Cacat 132.114 132.114 134.847 135.682 182.615 Gelandangan dan Pengemis 2.841 2.841 8.552 8.571 12.282 Tuna Susila 21.340 21.340 21.261 21.275 5.271 Fakir Miskin 1.883.432 1.883.432 4.852.520 4.350.386 4.852.520 Anak Wanita dan Lansia

Korban Tindak Kekerasan

10.832 10.832 10.632 10.638 260

Orang dengan HIV/AIDS 756 756 961 969 18.106

Bekas Narapidana 6.522 6.522 6.587 6.870 11.374 Wanita Rawan Sosial

Ekonomi 222.859 222.859 211.940 216.835 268.939 Keluarga berumah Tidak

BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-63

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Keluarga Bermasalah

Sosial Psikologis 661.802 661.802 661.792 661.797 961 Anak Balita Terlantar 47.269 47.269 47.634 47.670 6.587

Anak Jalanan 8.163 8.163 6.899 6.933 10.017

Total 3,518,865 3,494,178 6,402,369 6,045,376 6,548,234

Dalam dokumen RANCANGAN AKHIR RPJMD JAWA BARAT 2018 2023 (Halaman 77-135)

Dokumen terkait