• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Pemanasan ulang 6. Pendinginan

4.2.4. Aspek Pemasaran

Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dari

usaha tersebut. Oleh karena itu, pemasaran produk merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh pemilik usaha agar diperoleh pendapatan optimal sesuai dengan yang diinginkan. Pemasaran sendiri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan bisnis yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan manusia baik itu pengusaha sebagai produsen maupun konsumen dari produk tersebut.

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pemasaran produknya adalah mengenai strategi pemasaran yang diketahui memiliki empat variabel yakni produk, harga, distribusi dan promosi.

4.2.4.1. Produk

Produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Klasifikasi produk dapat dibagi dua yaitu produk konsumen berupa produk sehari-hari dan produk industri. Menurut Umar (2000), pengembangan sebuah produk mengharuskan perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa saja yang akan dibentuk oleh produk itu. Untuk produk barang misalnya dalam bentuk seperti ciri-ciri, mutu dan desain. Mutu produk menunjukkan kemampuan sebuah

produk untuk menjalankan fungsinya, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing. Produk barang tidak hanya memperhatikan penampilan, tetapi juga hendaknya berupa produk yang simpel, aman, tidak mahal, sederhana dan ekonomis dalam proses produksi dan distribusinya.

Produk dari usaha agroindustri sirup rosella adalah sirup rosella yang merupakan salah satu minuman yang berbentuk sirup. Ciri-ciri dari sirup rosella adalah sirup rosella berwarna merah tua dengan cita rasa yang unik yaitu dengan kombinasi rasa manis, asam dan segar. Inilah yang menjadi penarik minat konsumen untuk

membelinya sehingga usaha

agroindustri sirup rosella “ Sri Rahayu “ ini terus berkembang sampai sekarang ini. Menurut konsumen yang telah mencoba sirup rosella ini menyatakan bahwa rasa dari sirup rosella ini enak, tidak terlalu manis dan yang paling penting harganya terjangkau oleh dari semua kalangan masyarakat. Harga dipasaran berkisar antara Rp.10.000,-untuk sirup dengan kemasan 220 ml per botol sedangkan untuk sirup yang berukuran 1.000 ml dengan harga Rp.40.000,- per botol.

Untuk semakin memperindah penampilannya sebelum dipasarkan sirup rosella dikemas dahulu dengan menggunakan kemasan botol yang diberi label, pada label tercantum merk dagang yaitu CV. Srigryllus Latansa, komposisi bahan, alamat tempat proses produksi dan tulisan yang menyatakan

bahwa sirup rosella ini tidak menggunakan bahan yang berbahaya (pengawet) yang berbahaya bagi kesehatan karena sirup ini telah mendapatkan izin dari Depkes dengan nomor izin Dinas Kesehatan RI SP No.490/04.01/99.

Gambar 3. Produk Sirup Rosella 4.2.4.2. Harga

Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atau suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat yang dimiliki atau menggunkan produk atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga adalah pasar (Kotler dan Amstrong, 2001).

4.2.4.3. Distribusi

Distribusi adalah berbagai kegiatan yang membuat produk

terjangkau oleh konsumen. Kegiatan pemasaran suatu produk memerlukan suatu saluran distribusi. Saluran distribusi adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka dalam proses yang memungkinkan suatu produk tersedia bagi konsumen. Saluran distribusi membentuk tingkatan saluran untuk menentukan panjangnya saluran distribusi (Umar, 2003).

Pemasaran usaha agroindustri sirup rosella membentuk dua saluran

yaitu dari pengrajin langsung ke konsumen dan dari pengrajin ke swalayan atau pun pedagang pengecer pasar tradisional Cik Puan. Pada saluran satu, pengrajin menjual sirup rosella kepada konsumen yang datang ke lokasi usaha yang terdiri dari para tetangga dan ataupun masyarakat pendatang. Masyarakat lebih senang membeli sirup rosella dengan botol plastik karena dengan botol plastik lebih transparan sehingga lebih mudah melihat bentuk dan warna dari sirup itu. Saluran dua, biasanya pengrajin langsung mengantar ke pasar modern yaitu Hypermart dan Food Mart, dan pasar tradisional yaitu ke pasar Cik Puan. Pedagang perantara lebih senang menjual kemasan botol plastik karena masyarakat atau konsumen lebih suka membeli kemasan botol plastik.

Dari kedua saluran pemasaran tersebut, saluran kedua memiliki lebih

banyak permintaan produk

dibandingkan saluran satu. Berdasarkan survei pasar tradisional (Cik Puan) dan Exspo yang pernah diikuti, sirup rosella dengan kemasan 1.000 ml lebih diminati oleh pedagang dan konsumen dari pada sirup rosella dengan kemasan 220 ml karena sirup rosella dengan kemasan 1.000 ml lebih menguntungkan dari segi isi dan biaya dibandingkan dengan sirup rosella kemasan 220 ml.

Dalam sistem pemasaran pembiayaan merupakan hal yang harus diperhatikan karena tinggi rendahnya biaya pemasaran akan mempengaruhi harga -ditingkat konsumen akhir dan pada tingkat produsen. Gambar saluran pemasaran sirup rosella dapat dilihat pada Gambar 4.

Saluran I Saluran II

Gambar 4. Saluran Pemasaran sirup rosella Dari Gambar 4 diatas dapat

dilihat bahwa terdapat 2 saluran pemasaran yang dilewati oleh sirup rosella ini. Saluran pertama pengrajin menjual lansung ke konsumen dan

biasanya ini hanya untuk lingkungan sekitarnya saja. Saluran dua yakni dari pengrajin ke pedagang pengecer kemudian ke konsumen. Semakin panjang mata rantai yang dilalui suatu Pengrajin

produk maka akan semakin mahal pula harga dari produk itu sendiri karena setiap lembaga-lembaga yang dilewati

akan mengambil keuntungan masing-masing dan berakibat terhadap tingginya harga jual ke konsumen.

Tabel 4. Jumlah produk yang di jual agroindustri sirup rosella Sri Rahayu untuk botol kecil

Nama Toko Sirup Rosella Botol Kecil Jumlah Persentase

Hypermart 10 Botol 25 Botol 10 %

Foodmart 15 Botol 25 Botol 15 %

Cik puan 15 Botol 25 Botol 15 %

Rumah tangga 20 Botol 25 Botol 20 %

Jumlah 60 botol 100 Botol 60 %

Tabel 5. Jumlah produk yang di jual agroindustri sirup rosella Sri Rahayu untuk botol besar

Nama Toko Sirup Rosella Botol Besar Jumlah Persentase

Hypermart 15 Botol 25 Botol 15 %

Foodmart 10 Botol 25 Botol 10 %

Cik puan 10 Botol 25 Botol 10 %

Rumah tangga 5 Botol 25 Botol 5 %

Jumlah 40 botol 100 Botol 40 %

Dua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses penjualan produksi minuman rosella yang banyak di salurkan adalah produk yang memiliki ukuran botol yang kecil. Jika ditinjau dari segi konsumen maka produk yang banyak diminati adalah produk yang berukuran botol kecil karena produk dengan ukuran botol kecil ini memiliki harga yang bisa terjangkau oleh kalangan masyarakat bawah. Di tinjau dari segi produsen

maka produsen akan banyak mendapatkan keuntungan jika produk yang laku adalah produk yang merukuran botol besar karena produk yang berukuran botl besar memiliki harga jual yang tinggi. Jika dibandingkan dengan harga beli botol antara botol kecil dengan botol besar maka produsen akan lebih untung memproduksi menggunakan botol besar karena jumlah penggunaan botol akan berpengaruh terhadap biaya produksi. 4.2.4.4. Promosi

Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, tetapi juga mempromosikan produk ini kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan akhirnya akan dibeli. Untuk mempromosikan produk perlu disusun suatu strategi.

Strategi promosi adalah tindakan perencanaan, implementasi dan pengendalian komunikasi dari organisasi kepada pelanggan dan audience sasaran (target audience). Strategi yang seiring dengan strategi bauran pemasaran (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation) dan penjualan perorangan (personal selling) (Umar, 2002).

Promosi mengacu kepada setiap insentief yang digunakan oleh produsen untuk mermicu transaksi dan atau konsumen untuk membeli suatu merek serta mendorong tenaga penjualan untuk secara agresief menjualnya (Trence, 2002).

Berdasarkan penelitian pengusaha hanya melakukan promosi penjualan (sales promotion) karena promosi merupakan elemen yang penting dan harus diperhatikan dalam pemasaran produknya karena tanpa adanya promosi maka produk akan sulit dikenal oleh masyarakat dan tentu saja

akan berpengaruh pada tingkat

penjualan, pendapatan dan

pengembangan usaha.

Untuk promosi pengusaha juga dibantu oleh Disperindag Propinsi Riau, Departemen Koperasi, karena itu pengusaha telah melakukan beberapa upaya promosi dalam rangka memperkenalkan produknya, adapun promosi dan pelatihan yang telah dilakukan oleh pengusaha antara lain:. 1. Mengikuti Pembinaan Pengusaha

Kecil, Pelatihan oleh Dep. Koperasi dan Disperindag Kota Pekanbaru. 2. Mengikuti pameran MTQ yang

diadakan di Pekanbaru dengan cara membuka stand.

3. Mengikut sertakan sirup rosella kedalam berbagai pameran yang diadakan di kota Pekanbaru dan yang terbaru akan mengikuti pameran di Malaysia dengan bantuan Indonesia, Malaisia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT).

4. Mengikuti Pelatihan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Riau.

5. Bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Riau dalam memasarkan produk misalnya dengan mengikuti pameran-pameran yang diadakan

oleh pemerintah ( Riau Expo, stand dan pameran-pameran lainnya). 4.3. Analisis Nilai Tambah

Dalam analisis nilai tambah pada agroindustri minuman rosella digunakan data per bulan, dimana tiap bulan proses produksi dilakukan sebanyak 4 kali, dan Dengan analisis nilai tambah ini diharapkan diperoleh informasi mengenai perkiraan nilai tambah, imbalan tenaga kerja, imbalan bagi modal dan manajemen dari setiap kg rosella yang diolah menjadi minuman rosella.

Pada proses produksi minuman rosella diperlukan input agroindustri baik dari bahan baku dan bahan penunjang, serta tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi itu sendiri. Peralatan diperlukan untuk mentransformasikan input agroindustri ini menjadi output agroindustri. Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Perhitungan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Minuman Rosella

No Output, Input, Harga Formula Nilai (Angka)

1 Hasil produksi (botol/bulan) A 400

2 Bahan baku (kg/bulan) B 6

3 Tenaga kerja (HOK) C 2

4 Faktor konversi (1 / 2) A/B = M 66,66

5 Koefisien tenaga kerja (3 / 2) C/B = N 0,33

6 Harga produk (Rp / botol) D 10.000

7 Upah rerata (Rp / HOK) E 50.000

Pendapatan

8 Harga bahan baku (Rp / kg) F 50.000

9 Sumbangan input lain (Rp / kg)* G 130.000

10 Nilai produk (4x6) (Rp / kg) M X D = K 666.600

11 a. Nilai tambah (10-8-9) (Rp / kg) K – F – G = L 480.000

b. Rasio nilai tambah (11.a / 10) (%) (L / K) % = H% 72.09

12 a. Imbalan tenaga kerja (5x7) (Rp / botol) N X E = P 16.500

b. Bagian tenaga kerja (12.a. / 11.a.) (%) (P / L) % = Q% 3.4

13 a. Keuntungan (11.a. – 12.a) L – P = R 464.100

b. Tingkat keuntungan (13.a / 11.a) (%) (R / L) % = 0 % 96,56 Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

14 Margin (Rp / botol) K – F = S 616.600

* Pendapatan tenaga kerja langsung 12a / 14 ( 100%)

P / S (100%) = T 2,67 * Sumbangan input lain 9 / 14 (x 100%) G / S ( 100%) = U 21,08 * Keuntungan perusahaan 13a / 14 (100%) R / S (100%) = V 75,26

Dari data Tabel 6 terlihat bahwa dengan menggunakan bahan baku rosella kering sebanyak 6 kg dapat dihasilkan minuman rosella sebanyak 400 botol. Usaha ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2 HOK. Apabila harga produk (output) sebesar Rp 10.000/botol dan faktor konversi sebesar sebesar 66,66 maka nilai produk sebesar Rp 480.000, nilai produksi ini dialokasikan untuk bahan baku yang berupa rosella kering sebesar Rp 50.000 per kilogram dan input-input agroindustri lainnya sebesar Rp. 130.000.

Dari analisis nilai tambah yang telah dilakukan diatas, maka dapat diperoleh beberapa informasi yang dapat berguna bagi peneliti, pengusaha dan pihak-pihak yang ada kaitannya dengan usaha agroindustri rosella.

Pertama, nilai tambah output agroindustri dipengaruhi oleh kemampuan pengolah menjual output agroindustri (harga output per unit), ketersediaan bahan baku (harga bahan baku) dan struktur pasar input agroindustri (harga input lainnya). harga satu jenis output agroindustri yang sama antar pengolah bersifat

heterogen. Hal ini disebabkan karena perbedaan usia usaha, kualitas produk, serta variasi harga bahan baku dan harga input lainnya. Variasi komposisi bahan baku dalam menciptakan output agroindustri ini dicerminkan oleh faktor konversi pada masing-masing pengolah agroindustri.

Kedua, pendapatan tenaga kerja dalam analisis nilai tambah ini dipengaruhi koefisien tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Koefisien tenaga kerja ini menyatakan perbandingan antara input tenaga kerja dengan bahan baku rosella yang digunakan. Dalam penelitian ini dianalisis penggunaan tenaga kerja secara penghitungan Hari Orang Kerja (HOK).

Ketiga, keuntungan diperoleh produsen dari setiap bahan baku per kilogram rosella sama dengan nilai tambah dikurangi dengan imbalan tenaga kerja.

Dokumen terkait