• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN

IX . 2 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

2. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan

terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala

kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non- Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui Pemerintah Pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan

memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang

mempertimbangkan:

o Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

o Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses

pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

-

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kewenangan pemerintah dan dilaksanakan sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an

IX . 4 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor

1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di

tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana

lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)

dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta

(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.

Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga

optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2. PROFIL APBD KABUPATEN DELI SERDANG

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah Belanja Daerah, Pendapatan Daerah, Pembiayaan Daerah.

9.2.1. Belanja Daerah

Belanja Daerah terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung. Belanja Daerah (local

expenditure) diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistim jaminan sosial.

Belanja daerah mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga dan pelayanan umum minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Belanja Kepala Daerah dan Wakil Daerah serta pimpinan dan anggota DPRD diatur dalam Perda (Peraturan Daerah) yang berpedoman pada undang-undang dan peraturan pemerintah. Untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah kalau memang dibutuhkan dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat. Pemerinatah dalam persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi daerah untuk

membiayai investasi yang menghasilkan penerimaan daerah. Selain itu bahwa pemerintah daerah juga dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang luar negeri dan Menteri Keuangan atas nama Pemerintah setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri

AspekPembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang IX . 6 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Tabel 9.2. Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang Dalam 5 Tahun Terakhir Belanja Daerah

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Belanja Tidak Langsung 131,082,559,600 49,44 158,483,772,733 47,75 196,188,638,705 42,52 220,726,068,502 37,23 275,895,367,294 39,71

Belanja Pegawai 123,268,344,200 46,49 150,919,527,733 45,47 182,333,291,705 39,52 211,207,065,852 35,62 240,556,514,936 34,62

Belanja Bunga - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00

Belanja Subsidi 600,000,000 0,23 600,000,000 0,18 - 0,00 - 0,00 - 0,00

Belanja Hibah 3,983,215,400 1,50 1,725,000,000 0,52 6,583,202,000 1,43 2,880,000,000 0,49 24,284,349,700 3,50

Belanja Bantuan Sosial 3,231,000,000 1,22 5,239,245,000 1,58 7,272,145,000 1,58 6,639,002,650 1,12 11,054,502,658 1,59

Belanja Langsung 134,060,106,850 50,56 173,425,910,846 52,25 265,189,823,707 57,48 372,147,993,736 62,77 418,902,262,454 60,29

Belanja Pegawai 10,627,310,150 4,01 12,503,730,900 3,77 16,436,348,100 3,56 24,654,623,500 4,16 30,712,052,800 4,42

Belanja Barang dan Jasa 51,491,452,595 19,42 66,770,567,805 20,12 80,150,263,538 17,37 92,410,757,590 15,59 112,160,267,781 16,14

Belanja Modal 71,941,344,105 27,13 94,151,612,141 28,37 168,603,212,069 36,54 255,082,612,646 43.02 276,029,941,873 39,73

AspekPembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang IX . 8 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Deli Serdang Dalam 5 Tahun Terakhir

Belanja Daerah

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Penerimaan Pembiayaan 9,573,181,732 100 15,407,026,027 90 47,778,969,436,40 96 21,627,757,408 100 28,408,617,759 100 Penggunaan SiLPA Pencairan

dana cadangan 3,249,538,858 34 9,083,383,153 53 41,455,326,561,40 83 15,304,114,533 71 22,084,974,884 78 Hasil Penjualan Kekayaan

Daerah - 0 - 0 - 0 - 0 - 0

Penerimaan Pinjaman dan

Obligasi Daerah 6,323,642,874 66 6,323,642,874 37 6,323,642,875 13 6,323,642,875 29 6,323,642,875 22 Pengeluaran Pembiayaan - 0 1,683,747,780 10 2,197,511,749 4 - 0 - 0

Pembentukan Dana Cadangan - 0 - 0 - 0 - 0 - 0

Penyertaan Modal - 0 - 0 1,000,000,000 2 - 0 - 0

Pembayaran Pokok Pinjaman - 0 1,683,747,780 10 1,197,511,749 2 - 0 - 0 Total Pendapatan 9,573,181,732 100 17,090,773,807 100 49,976,481,185.40 100 21,627,757,408 100 28,408,617,759 100

Tabel 9.4. Proyeksi Pendapatan APBD Kabupaten Deli Serdang Dalam 5 Tahun Ke Depan Komponen PAD Realisasi Per sen tase Proyeksi

Y2 Y1 Y0 Y-1 Y-2 Y-3 Y-4 Y-5

Pendapatan Asli Daerah 8,728,414,452 12,798,137,844 15,497,693,680 17 % 18,132,301,606 21,214,792,879 24,821,307,668 29,040,929,971 33,977,888,067 Dana Perimbangan 337,797,195,419 415,651,488,151 460,534,793,950 20% 527,570,125,823 607,156,282,646 701,258,948,724 812,193,722,743 942,683,052,461 DAU 262,539,422,000 348,056,278,000 387,954,949,000 17% 453,907,290,330 531,071,529,686 621,353,689,733 726,983,816,987 850,571,065,875 DBH 30,498,573,419 30,861,970,151 36,268,784,950 15% 41,709,102,693 47,965,468,096 55,160,288,311 63,434,331,557 72,949,481,291 DAK 44,759,200,000 36,733,240,000 36,311,060,000 12% 31,953,732,800 28,119,284,864 24,744,970,680 21,775,574,199 19,162,505,295

DAK Air Minum - - - -

DAK Sanitasi - - - -

Lain-lain Pendapatan

Daerah yang Syah 82,036,565,231 152,359,647,052 210,396,884,159 27% 267,204,042,882 339,349,134,460 430,973,400,764 547,336,218,971 695,116,998,093

Aspek Kelembagaan Kabupaten Deli Serdang X . 1 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

10.1. ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2JM pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2JM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk

Bab

.10

ASPEK KELEMBAGAAN

Dokumen terkait