• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Sebagai upaya untuk menyusun keterpaduan seluruh program pembangunan bidang Cipta Karya, maka Pemerintah Kabupaten dapat mengelompokkan usulan program-program pembangunan bidang Cipta Karya-nya sesuai dengan desain program keterpaduan. Desain program keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya dikelompokkan berdasarkan 4 (empat) skala entitas yaitu:

1. Entitas Regional;

2. Entitas Kabupaten Deli Serdang; 3. Entitas Kawasan;

4. Entitas Lingkungan/Komunitas.

Tabel 7.1. Desain Program Keterpaduan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan Entitas

ENTITAS

BENTUK DUKUNGAN/KEGIATAN

SOFTWARE PEMBANGUNAN FISIK

Regional  Masterplan

 Feasibility Study

 Infrastruktur TPA Sampah Sektor PPLP

SPAM di Pel. Perikanan

SPAM di Kws Perbatasan

Sektor Bangkim

Rusunawa

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

(2)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Sektor PPLP

Infrastruktur Air Limbah Komunal

Infrastruktur TPST/3R

Lingkungan  Rencana Kerja Masyarakat/ Community Action Plan

Sektor AM

SPAM Desa Rawan Air/Pesisir/ Terpencil

PAMSIMAS

Sektor Bangkim

PPIP

Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman (Perbaikan Kampung/KIP) Sektor PPLP

Sanimas

Sektor PBL

PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)

Revitalisasi Kawasan, Penataan permukiman tradisional/ bersejarah Sumber : Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya,2014

7.1. ENTITAS REGIONAL

Entitas regional didefinisikan sebagai suatu wilayah lintas batas administratif yang memiliki kesamaan fungsi, antara lain fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan, yang mendorong terjadinya kerjasama antar daerah. Pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional antara lain dalam rangka pengembangan kota metropolitan, KAPET, KEK, dan lain-lain.

Adapun contoh program software/ non fisik, yang termasuk pada pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional antara lain adalah :

a. Masterplan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kawasan Regional b. Feasibility Study Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kawasan Regional

Untuk program pembangunan fisik, yang termasuk pada pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional antara lain adalah :

a. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Regional, sektor Pengembangan Air Minum; b. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Regional, sektor Pengembangan PLP.

(3)

Matriks Entitas Regional dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7.2. Matriks Entitas Regional Kabupaten Deli Serdang

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun APBN (juta) APBD (juta) Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS Rpm PHLN Provinsi Kab/Kota SPPIP RPKPP RTBL SSK RISPAM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Regional Pembangunan TPA Regional Kabupaten Deli Serdang

Kec. STM Hilir

PLP 2016 10.000.000

Pembangunan TPA Regional Kabupaten Deli Serdang

Kec. STM Hilir

PLP 2017 10.000.000 v

(4)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

7.2.ENTITAS KABUPATEN DELI SERDANG

Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya Entitas Kabupaten merupakan infrastruktur yang memiliki tingkat pelayanan skala Kabupaten, sebagai berikut :

a. Program software/non fisik antara lain berupa:

i. Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), sektor Pengembangan Air Minum;

ii. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP), sektor Pengembangan Permukiman;

iii. Perda Bangunan Gedung dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;

iv. Strategi Sanitasi Kota (SSK), program dari Direktorat Pengembangan PLP Ditjen Cipta Karya,

b. Program pembangunan fisik antara lain berupa:

i. Penyehatan PDAM, sektor Pengembangan Air Minum;

ii. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM)Kabupaten/Kota, sektor Pengembangan Air Minum;

iii. Infrastruktur Air Limbah Terpusat, sektor Pengembangan PLP; iv. Infrastruktur Drainase Perkotaan, sektor Pengembangan PLP;

v. Infrastruktur TPA Sampah, sektor Pengembangan PLP.

(5)

Matriks Entitas Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7.3. Matriks Entitas Kabupaten Deli Serdang

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun APBN (juta) APBD (juta) Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS Jalan Bakti Lebar = 1 meter dan panjang 996, 20 meter Jalan Bakti Lebar = 1 meter dan panjang 996, 20 meter Jalan Sedar Timur-Barat Lebar = 1 meter panjang 1.389,90 meter

Jalan Sedar Jaklan Mesjid I-II- 1 meter dan panjang 2096 30 meter Jalan Pembangunan I-II Lebar = 1 meter dan panjang 2.170 meter Jalan Sempurna lebar = 0,6 meter dan panjang 1.221,10 Jalan Sempurna. Lebar = 0,6 meter dan panjang 1.708,90

Jalan Pelak, Kec. Lubuk

Pakam

(6)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun APBN (juta) APBD (juta) Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS Pembuang Jl. Nugio s.d Sei Bayuan Kel Tua Timur Kec. Deli Tua

Peningkatan parit Jl. Besar Lubuk Pakam-Beringin Kec. Beringin

Peningkatan parit Kec. Beringin Kec. Beringin PLP 2017 1.000.000

Peningkatan parit Jl. Beringin-Pantai Labu Kec. Beringin-Pantai Labu

(7)

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun Desa Bintang Meriah ke Sungai Batang Kuis Kec. Batas Kuis

Jl. Desa

Peningkatan Parit Jl. Bilal s/d Parit Hitam Kec. Tanjung

(8)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun pemilihan sampah di TPA Durin Tunggal Kec. Pancur Batu

Kec. Pancur Batu

PLP 2017 2.000.000

pembangunan doorsmeer dan garasi mobil sampah di TPA Duri Tunggal Kec. Pancur Batu

Kec. Pancur Batu

PLP 2016 1.000.000

Pembangunan instalasi pembuangan gas dan lindi di TPA Durin Tunggal Kec. Pancur Batu

Kec. Pancur Batu

PLP 2017 6.000.000

Pembangunan tembok penahan Durin Tunggal Kec. Pancur Batu

Kec. Pancur

Sosialisasi Pemberdayaan Kab. Deli Serdang

PLP 2015 120.000 v

Sosialisasi Pemberdayaan Kab. Deli Serdang

(9)

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun

APBN (juta) APBD (juta)

Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS Rpm PHLN Rpm PHLN SPPIP RPKPP RTBL SSK RISPAM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Sosialisasi Pemberdayaan Kab. Deli Serdang

PLP 2017 120.000

Sosialisasi Pemberdayaan Kab. Deli Serdang

PLP 2018 120.000

Sosialisasi Pemberdayaan Kab. Deli Serdang

(10)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

7.3. ENTITAS KAWASAN

RTRW Kabupaten Deli Serdang telah ditetapkan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) yang pembangunannya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, pembangunan infrastruktur Entitas Kawasan yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya akan diprioritaskan pada Kawasan Strategis Kabupaten.

Untuk program software/non fisik, yang termasuk dalam entitas kawasan antara lain adalah : a. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan; b. Desain Kawasan.

Sedangkan untuk program pembangunan fisik, yang termasuk dalam entitas kawasan antara lain adalah sebagai berikut :

a. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) MBR di Rusunawa, Kawasan Kumuh dan Kawasan Nelayan, sektor Pengembangan Air Minum;

b. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Kawasan KAPET/MP3EI/KEK, sektor Pengembangan Air Minum;

c. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) IKK, Sektor Pengembangan Air Minum;

d. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Pelabuhan Perikanan, sektor Pengembangan Air Minum;

e. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Kawasan Perbatasan, sektor Pengembangan Air Minum;

f. Rusunawa, sektor Pengembangan Permukiman;

g. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Sektor Pengembangan Permukiman;

h. PSD Kawasan Rawan Bencana, Kawasan Perbatasan, Pulau Kecil Terluar, dan Kawasan Perdesaan Potensial (Agro/Minapolitan dan KTM), Sektor Pengembangan Permukiman;

i. Infrastruktur Air Limbah Komunal, Sektor Pengembangan PLP; j. Infrastruktur TPST/3R, Sektor Pengembangan PLP;

k. Revitalisasi Kawasan, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan; l. Pengembangan RTH, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;

m. PSD Permukiman Tradisional/Bersejarah, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

(11)

Matriks Entitas Kawasan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7.4. Matriks Entitas Kawasan Kabupaten Deli Serdang

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun APBN (juta) APBD (juta) Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS Rpm PHLN Provinsi Kab/Kota SPPIP RPKPP RTBL SSK RISPAM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

(12)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun APBN (juta) APBD (juta) Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS

Pembangunan SPAM IKK Kec. Hamparan Perak

AM 2017

Pembangunan SPAM IKK Kec. Tanjung Morawa

AM 2018

Pembangunan SPAM IKK Kec. Pantai Labu AM 2018

Pembangunan SPAM IKK Kec. Biru-biru AM 2019

Pembangunan SPAM IKK Kec.Kutalimbaru AM 2019

(13)

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun

APBN (juta) APBD (juta)

(14)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

(15)
(16)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun APBN (juta) APBD (juta) Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS

Kec.Beringin PBL 2017 2.000.000 200.000

(17)

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun

APBN (juta) APBD (juta)

Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS Rpm PHLN Provinsi Kab/Kota SPPIP RPKPP RTBL SSK RISPAM

(18)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA 7.4.ENTITAS LINGKUNGAN/KOMUNITAS

Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada Entitas Lingkungan diutamakan diselenggarakan pada pembangunan berbasis komunitas, dan lokasi pembangunan diutamakan pada KSK.

Untuk program software/non fisik, kegiatan dapat berupa penyusunan Rencana Kerja Masyarakat/Community Action Plan, sedangkan pada program fisik dapat berupa :

a. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil, sektor Pengembangan Air Minum;

b. Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (PAMSIMAS), sektor Pengembangan Air Minum;

c. Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), sektor Pengembangan Permukiman; d. SANIMAS, sektor Pengembangan PLP;

e. Program Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas/Neighbourhood Development (PLP-BK/ND), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;

f. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (P2KP), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;

g. Perbaikan Kampung/Program Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLP-BK), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

(19)

Matriks Entitas lingkungan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7.5. Matriks Entitas Lingkungan Kabupaten Deli Serdang

(20)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun

APBN (juta) APBD (juta)

Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS Rpm PHLN Provinsi Kab/Kota SPPIP RPKPP RTBL SSK RISPAM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

BLM Fisik (Pamsimas) Kec. Pantai Labu AM 2016

BLM Fisik (Pamsimas) Kec. Pancur Batu AM 2017

BLM Fisik (Pamsimas) Kec. Hamparan Perak

BLM Fisik Kawasan Wisata Bahari Pantai

Labu

BK 2015 1.500.000

BLM Fisik Kawasan Wisata Sibolangit

BK 2016 1.500.000

(21)

No Entitas Rincian Kegiatan Lokasi KSK Sektor Tahun

APBN (juta) APBD (juta)

Swasta Masy CSR Termuat pada Dokumen RIS Rpm PHLN Provinsi Kab/Kota SPPIP RPKPP RTBL SSK RISPAM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Sosialisasi,Pemberda yaan,Pelaksanaan dan Pengawasan

Kab. Deli Serdang

BK 2019 100.000

BLM Fisik Kecamatan Kutalimbaru

BK 2015 2.000.000

BLM Fisik Kecamatan Bangun Purba

BK 2016 2.000.000

BLM Fisik Kecamatan Pantai Labu

BK 2017 2.000.000

BLM Fisik Kecamatan Hamparan Perak

BK 2018 2.000.000

BLM Fisik Kecamatan Sibiru-biru

BK 2019 2.000.000

(22)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

7.5.PETA INDIKASI LOKASI KETERPADUAN PROGRAM KABUPATEN DELI SERDANG

A. Identifikasi Keterpaduan Program Berdasarkan Arahan Strategis Kabupaten Deli Serdang

Tabel 7.6.Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN DELI SERDANG

SUDUT KEPENTINGAN LOKASI BATAS KAWASAN

(1) (2) (3)

Pertahanan Keamanan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang

 Kawasan Industri Ekonomi  Kabupaten Deli Serdang

 Pengembangan Kota Batu, Deli Tua, Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Hamparan Perak, Labuhan Deli dan Beringin.

 Kawasan Tertinggal  Kecamatan Gunung Meriah

 Kawasan Agropolitan  Kecamatan Sibolangit

 Kawasan ketahanan energi

(23)

 Pengembangan kawasan Kuala Bekala, Kecamatan Pancur Batu dan Kawasan Pendidikan dan Olah Raga di Kecamatan Percut Sei Tuan Kota Rantang Kecamatan Hamparan Perak.

 Kawasan Cagar Alam  Kecamatan Sibolangit;

 Kawasan Ekosistem Leuser  Kecamatan Sibolangit dan

Kecamatan Kutalimbaru;

 Kawasan Taman Hutan Bukit Barisan

 Kecamatan Sibolangit;

 Kawasan Hutan Lindung  Kecamatan Gunung Meriah;

 Kawasan Hutan Lindung Babura, Sungai Belawan, Sungai Ular, Sungai Percut dan Sungai Belumai.

(24)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Pertahanan Keamanan

Ekonomi

Sosial Ekonomi

(25)

7.5.1. Indikasi Permasalahan dan Opsi Pengembangan Sanitasi

A. Area Beresiko Sanitasi

Kawasan prioritas pembangunan kegiatan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Deli Serdang merupakan hasil dari analisis yang sebelumnya telah dirumuskan pada Buku Putih Sanitasi Kabupaten Deli Serdang yaitu pada bagian Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya.

Analisis yang dilaksanakan berdasarkan data sekunder, data primer dari hasil survey EHRA (Environmental Health Risk Assesment) terhadap sampel 19 kelurahan/desa yang berada pada 7 Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang dengan analisis penilaian melalui 3 (tiga) sistem skenario penilaian yaitu :

1. Skenario 1, merupakan hasil studi EHRA;

2. Skenario 2, merupakan hasil persepsi SKPD digabung dengan studi EHRA; dan 3. Skenario 3, melalui hasil Pembobotan.

Kawasan Penanganan Kuratif (92,6 Ha)

Arahan Penangan Kawasan Secara Kuratif dilakukan untuk merevitalisasi kawasan dengan mengatur perkembangan permukiman baru yang sudah ada.

Pengaturan dilakukan dengan peningkatan kualitas sanitasi, penyehatan lingkungan, perbaikan drainase. Perapihan kapling rumah, penambahan fasilitas umum sebagai runa publik

Kawasan Penanganan Preventif (266,3 Ha)

Arahan Penangan Kawasan Secara Preventif dilakukan untuk mengendalikan kawasan. Pengaturan dilakukanmelalui pentahapan pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman serta perkembangan perumahan

Desa/Dusun Luas (m²) Arahan Penanganan

Dusun Ampera Selatan 224.903

Kuratif Dusun Ampera Utara 90.681,4

Dusun Bakti 1 213.295

Dusun Bakti 2 220.415

Dusun Kebon Kelapa 62.749,7

Dusun Sederhana 35.136,8

Preventif Dusun Masjid 1 245.520

Dusun Masjid 2 467.713

Dusun Pelak 116.383

Dusun Pembangunan 1 199.006

Dusun Pembangunan 2 210.623

(26)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Dusun Sempurna 301.901

Dusun Spoor 37.065,8

Jumlah (m²) 2.838.249,70

(27)

KAWASAN PRIORITAS SPPIP - RPKPP : DESA SEKIP, KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG

DESA SEKIP

Kecamatan

Lubuk Pakam

(28)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

7.5.2. Indikasi Permasalahan dan Opsi Pengembangan Sanitasi

B . Area Beresiko Sanitasi

Kawasan prioritas pembangunan kegiatan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Deli Serdang merupakan hasil dari analisis yang sebelumnya telah dirumuskan pada Buku Putih Sanitasi Kabupaten Deli Serdang yaitu pada bagian Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya.

Analisis yang dilaksanakan berdasarkan data sekunder, data primer dari hasil survey EHRA (Environmental Health Risk Assesment) terhadap sampel 19 kelurahan/desa yang berada pada 7 Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang dengan analisis penilaian melalui 3 (tiga) sistem skenario penilaian yaitu :

4. Skenario 1, merupakan hasil studi EHRA;

5. Skenario 2, merupakan hasil persepsi SKPD digabung dengan studi EHRA; dan 6. Skenario 3, melalui hasil Pembobotan.

Hasil analisis ketiga skenario tersebit masing-masing seperti di tunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 7.7. Hasil Analisis Skenario Penilaian Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Deli Serdang

No

Kelurahan/Desa Kecamatan

Klasifikasi

Resiko Sanitasi

A. Hasil Analisis Studi EHRA :

1 Sekip Lubuk Pakam Resiko Tinggi

2 Sei Semayang Kecamatan Sunggal Resiko Tinggi

3 Tembung Percut Sei Tuan Resiko Tinggi

4 Lubuk Pakam Pekan Lubuk Pakam Resiko Sedang

5 Buntu Bedimbar Tanjung Morawa Resiko Sedang

6 Tanjung Gusta Sunggal Resiko Sedang

7 Patumbak Kampung Patumbak Resiko Sedang

8 Marendal Patumbak Resiko Sedang

9 Kenangan Percut Sei Tuan Resiko Sedang

10 Kenangan Baru Percut Sei Tuan Resiko Sedang

11 Bandar Khalipah Percut Sei Tuan Resiko Sedang

12 Kedai Durian Deli Tua Resiko Sedang

13 Lubuk Pakam I/II Lubuk Pakam Resiko Rendah

14 Tanjung Morawa A Tanjung Morawa Resiko Rendah

15 Limau Manis Tanjung Morawa Resiko Rendah

16 Deli Tua Induk Deli Tua Resiko Rendah

(29)

18 Paya Geli Sunggal Kurang/Tidak beresiko

19 Pantai Labu Pekan Pantai Labu Kurang/Tidak beresiko

B. Hasil Analisis Persepsi SKPD dan EHRA :

1 Sekip Lubuk Pakam Resiko Tinggi

2 Buntu Bedimbar Tanjung Morawa Resiko Tinggi

3 Sei Semayang Kecamatan Sunggal Resiko Tinggi

4 Tembung Percut Sei Tuan Resiko Tinggi

5 Lubuk Pakam Pekan Lubuk Pakam Resiko Sedang

6 Tanjung Gusta Sunggal Resiko Sedang

7 Kenangan Percut Sei Tuan Resiko Sedang

8 Kenangan Baru Percut Sei Tuan Resiko Sedang

9 Pantai Labu Pekan Pantai Labu Resiko Sedang

10 Lubuk Pakam I/II Lubuk Pakam Resiko Rendah

11 Tanjung Morawa A Tanjung Morawa Resiko Rendah

12 Limau Manis Tanjung Morawa Resiko Rendah

13 Patumbak Kampung Patumbak Resiko Rendah

14 Marendal Patumbak Resiko Rendah

15 Bandar Khalipah Percut Sei Tuan Resiko Rendah

16 Kedai Durian Deli Tua Resiko Rendah

17 Deli Tua Induk Deli Tua Resiko Rendah

18 Syahmad Lubuk Pakam Kurang/Tidak beresiko

19 Paya Geli Sunggal Kurang/Tidak beresiko

C. Hasil Analisis Pembobotan :

1 Sekip Lubuk Pakam Resiko Tinggi

2 Buntu Bedimbar Tanjung Morawa Resiko Tinggi

3 Sei Semayang Kecamatan Sunggal Resiko Tinggi

4 Tembung Percut Sei Tuan Resiko Tinggi

5 Lubuk Pakam Pekan Lubuk Pakam Resiko Sedang

6 Tanjung Gusta Sunggal Resiko Sedang

(30)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Dari hasil penggabungan terhadap ketiga analisis sistem penilaian diatas maka diperoleh kesimpulan terhadap wilayah prioritas yang termasuk beresiko sanitasi sebagai upaya perbaikan dan penyelesaian permasalahan terkait bidang sanitasi di Kabupaten Deli Serdang. Kesimpulan Area Beresiko Sanitasi Kabupaten Deli Serdang adalah seperti di tunjukkan pada tabel berikut:

8 Kenangan Baru Percut Sei Tuan Resiko Sedang

9 Pantai Labu Pekan Pantai Labu Resiko Sedang

10 Lubuk Pakam I/II Lubuk Pakam Resiko Rendah

11 Tanjung Morawa A Tanjung Morawa Resiko Rendah

12 Limau Manis Tanjung Morawa Resiko Rendah

13 Patumbak Kampung Patumbak Resiko Rendah

14 Marendal Patumbak Resiko Rendah

15 Bandar Khalipah Percut Sei Tuan Resiko Rendah

16 Kedai Durian Deli Tua Resiko Rendah

17 Deli Tua Induk Deli Tua Resiko Rendah

18 Syahmad Lubuk Pakam Kurang/Tidak beresiko

(31)

Tabel. 7.8. Hasil Analisis Skenario Penilaian Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Deli Serdang

No Kelurahan/Desa Kecamatan

Klasifikasi

Resiko Sanitasi

Prioritas

Penanganan

1 Sekip Lubuk Pakam

Resiko Tinggi Prioritas I 2 Sei Semayang Kecamatan Sunggal

3 Tembung Percut Sei Tuan

4 Buntu Bedimbar Tanjung Morawa

Resiko Sedang Prioritas 2 5 Pantai Labu Pekan Pantai Labu

6 Lubuk Pakam Pekan Lubuk Pakam

Resiko Rendah/Kurang /Tidak Beresiko

Prioritas 3 7 Tanjung Gusta Sunggal

8 Kenangan Percut Sei Tuan

9 Kenangan Baru Percut Sei Tuan

10 Lubuk Pakam I/II Lubuk Pakam

11 Tanjung Morawa A Tanjung Morawa

12 Limau Manis Tanjung Morawa

13 Patumbak Kampung Patumbak

14 Marendal Patumbak

15 Bandar Khalipah Percut Sei Tuan

16 Kedai Durian Deli Tua

17 Deli Tua Induk Deli Tua

18 Syahmad Lubuk Pakam

(32)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

3 Tembung 2

Sei Semayang

1 Sekip

5

Pantai Labu Pekan

4

Buntu Bedimbar

(33)

7.5.3. Indikasi Permasalahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kab.Deli Serdang

Kawasan prioritas Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pusat Kota Kabupaten Deli Serdang merupakan arahan Dokumen RUTRK Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2002-2022 yang merupakan analisis korelasi sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan pada Dokumen SPPIP Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Kawasan prioritas berada pada Kecamatan Lubuk Pakam yang diarahkan pada 3 (tiga) lokasi yaitu:  Koridor Jl. DR. SUTOMO

(34)

Keterpaduan Program Berdasarkan Entitas VII . 34 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Koridor Jl. Pantai Labu Koridor Jl. Bakaran Batu

Koridor Jl. DR. Sutomo

Arahan Kawasan Prioritas RTBL Kab. Deli Serdang sesuai Dok. SPPIP Kab. Deli Serdang Tahun 2011 berada pada Kec. Lubuk Pakam berada pada 3 Koridor jalan yaitu:

(35)

7.6.KESIMPULAN IDENTIFIKASI LOKASI KETERPADUAN KABUPATEN DELI SERDANG

(36)

Keterpaduan Program Berdasarkan Entitas VII . 36 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Arahan Lokasi dan Program Keterpaduan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Deli SerdangTahun 2015-2019

KABUPATEN DELI SERDANG

DESA SEKIP

Kecamatan Lubuk Pakam

Peningkatan Infrastruktur Kawasan

Permukiman Prioritas Desa Sekip, Kec, Lubuk Pakam.

Peningkatan Kawasan Permukiman KumuhKec. Lubuk Pakam

BANGKIM

Air Limbah Komunal Kec. Lubuk Pakam Sanimas di Kec. Lubuk Pakam TPST (3R)

PLP

Optimaslisasi IKK SPAM Kec. Lubuk Pakam WTP Sungai Ular

PAM

Penyusunan RTBL Kws. Pusat Kota Kec. Lubuk Pakam (Koridor Jl. Dr. Sutomo, Koridor Jl. Pantai Labu dan Koridor Jl. Bakaran Batu)

PBL

(37)
(38)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 1

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Dukungan kajian analisis terhadap aspek-aspek lingkungan dan sosial pada RPI2-JM bidang Cipta Karya dibutuhkan untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

8.1. ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis; 5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Adapun tugas dan wewenang pemerintah kab/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

Bab

.8

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA

(39)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 2

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JMmembutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadika sebag alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. ordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Bagian ini berisikan

quick assement

KLHS RPI2-JM. Diagram alir pentahapan pelaksanaan

KLHS adalah sebagai berikut :

Gambar 8.1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

(40)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 3

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti:

(1) Perubahan iklim,

(2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahankeanekaragaman hayati,

(3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

(4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

(6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

(7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

8.1.2. Amdal, UKP-UPL dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan HidupNo. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008.

Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Adapun jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 8.1. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total

> 10 ha > 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut: - luas landfill, atau - Kapasitas Total

semua kapasitas/ besaran

c. Pembangunan transfer station:

- Kapasitas > 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

- Kapasitas > 500 ton/hari

(41)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 4

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

- Kapasitas semua kapasitas

f. Composting Plant:

- Kapasitas > 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:

- Kapasitas > 500 ton/hari

B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas > 25 ha

b. Kota besar, luas > 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha

C. Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

-Luas, atau -Kapasitasnya

> 2 ha

> 11 m3/hari

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

-Luas, atau -Kapasitasnya

> 3 ha > 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah: -Luas layanan, atau

-Debit air limbah

> 500 ha > 16.000 m3/hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di

permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km

b. Kota sedang, panjang: > 10 km

E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi

-Luas layanan > 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi

- panjang > 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

(42)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 5

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Tabel 8.2. Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

Luas kawasan, atau < 10 Ha

Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut

Luas landfill, atau < 5 Ha

Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station

Kapasitas < 1.000 ton/hari

iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu

Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan Incenerator

Kapasitas < 500 ton/hari

vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos

Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha b. Air Limbah

Domestik/Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

Luas < 2 ha

Atau kapasitas < 11 m3/hari

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah

Luas < 3 ha

Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman

Luas < 500 ha

Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari c. Drainase Permukaan

Perkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder

Panjang < 5 km

ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:

luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi

Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km

Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km

v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps

(43)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 6

e. Pembangunan Gedung i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,

perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

(44)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 7

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembangan kawasan permukiman baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk; Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

Luas kawasan: < 10 ha h. Penanganan Kawasan

Kumuh Perkotaan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

Luas kawasan: < 5 ha

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.10 Tahun 2008

8.2. ASPEK SOSIAL

(45)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 8

serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut :

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Tugas dan Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Secara umum upaya-upaya yang dapat dilaksanakan terhadap aspek sosial pada Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya adalah:

1. Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum.

2. Sosialisasi program pengamanan kegiatan ekonomi atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat, yaitu program re-settlement (pemukiman kembali) atau konsolidasi lahan.

3. Kesepakatan pemukiman kembali atau konsolidasi lahan atas masyarakat yang lahannya digunakan oleh pembangunan bidang Cipta Karya.

4. Pengamanan kegiatan produktif masyarakat yang lahannya terkena pembangunan Bidang Cipta Karya.

5. Pengamanan sistem ekonomi lokal, pada wilayah yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta karya atau lahannya digunakan untuk pembangunan tersebut.

(46)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 9

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

7. Pemberdayaan ekonomi kelompok masyarakat yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta Karya.

8. Sosialisasi program pengamanan sosial atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat

A. Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali

Kegiatan Safeguard Pengadaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun.

Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak kegiatan pengadaan tanah.

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan RPI2JM mengacu pada prinsip-prinsip berikut:

1. Transparan, kegiatan harus diinformasikan secara transparan kepada pihak yang terkena dampak, mencakup: daftar warga, aset (tanah, bangunan, tanaman, dll) yang terkena dampak; 2. Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam

seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman kembali;

3. Adil, Pengadaan tanah tidak memperburuk kondisi kehidupan DP Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya termasuk biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, dan diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah.

4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan. 5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :

 DP mendapatkan manfaat yang lebih besar dibanding harga tanah miliknya

 Tanah hibahkan nilainya ≤ 10% dari nilai tanah bangunan atau aset lain yang produktif

dan nilainya < 1 (satu) juta Rupiah.

Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan secara formal;

1. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas lahan yang diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, pendapatan serta status pekerjaan DP, harga pasaran tanah yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP sebelum pembebasan tanah;

2. Kegiatan yang mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan Iebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK.

3. Jika kegiatan investasi mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK atau kurang dari 10% asset produktif atau melakukan pemindahan penduduk secara temporer selama konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.

(47)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 10

5. Ada beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi bagi DP, yakni:

 Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang memiliki karakteristik ekonomi serupa saat pembayaran ganti rugi dilakukan;

 Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;

 Perhitungan ganti rugi tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman ditambah biaya kerugian non material lain,

 Perhitungan ganti rugi aset diganti dengan aset yang sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset.

 Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan / atau pemukiman dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas, atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa:

 Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset produktif,

 Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau prasarana. 6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi:

 Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,

 Warga yang tidak memiliki hak atas tanah tetapi menguasai/ menggarap lahan

 Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah,

 Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum ataupun perjanjian dengan pemilik tanah, Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk kepentingan agama).

B . Metode Pendugaan Dampak

Ada beberapa metode pendugaan dampak yang terjadi terhadap lingkungan, yakni melihat dampak fisik dan dampak non fisik.

Dampak Fisik, yakni dampak pada individu, tanah, bangunan, tanaman dan asset produksi:

 Pendugaan dampak melihat kerusakan langsung yang terjadi pada alam sekitar,

 Pendugaan dampak melihat tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi,

 Pendugaan dampak melihat tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi,

 Pendugaan dampak melihat tingkat partisipasi nyata dari masyarakat.

Dampak Non Fisik, yakni dampak terhadap lokasi, akses terhadap tempat kerja atau terhadap prasarana dan sarana, dsb.

8.3. RENCANA PENGELOLAAN

8.3.1. Rencana Sistem Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan

Sistem Pengelolaan Safeguard Lingkungan dan Safeguard sosial di Kabupaten Deli Serdang direncanakan dikelola dengan sistem terpadu di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang dengan melibatkan Iangsung Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) terkait sesuai tugas masing-masing SKPD.

(48)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 11

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

dan permukiman kembali direncanakan dikelola oleh Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan Dinas Cipta Karya dan Pertambangan.

8.3.2. Prosedur Pelaksanaan dan Pemantauan

Untuk memastikan bahwa safeguard Iingkungan dan safeguard pengadaan tanah dipantau dengan baik, maka diperlukan tahapan prosedur sebagai berikut:

 Identifikasi, Penyaringan dan Pengelompokan dampak,

 Study dan Penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan, berupa diskusi, dan konsultasi,

 Perumusan dan perencanaan rencana pemantauan,

 Pemantauan ulang terhadap proses diatas,

 Perumusan mekanisme pemantauan dan penanganan safeguard.

(49)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.

Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan dari pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor

swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

9.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah

diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri,

Bab

.9

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN

(50)

IX . 2 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

2. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan

terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala

kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui Pemerintah Pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

(51)

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan

memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang

mempertimbangkan:

o Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

o Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses

pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

(52)

IX . 4 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor

1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di

tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana

lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)

dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta

(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.

Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga

optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2. PROFIL APBD KABUPATEN DELI SERDANG

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah Belanja Daerah, Pendapatan Daerah, Pembiayaan Daerah.

9.2.1. Belanja Daerah

Belanja Daerah terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung. Belanja Daerah (local

expenditure) diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistim jaminan sosial.

(53)
(54)

AspekPembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang IX . 6 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

(55)

Tabel 9.2. Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang Dalam 5 Tahun Terakhir

Belanja Daerah

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Belanja Tidak Langsung 131,082,559,600 49,44 158,483,772,733 47,75 196,188,638,705 42,52 220,726,068,502 37,23 275,895,367,294 39,71

Belanja Pegawai 123,268,344,200 46,49 150,919,527,733 45,47 182,333,291,705 39,52 211,207,065,852 35,62 240,556,514,936 34,62

Belanja Bunga - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00

Belanja Subsidi 600,000,000 0,23 600,000,000 0,18 - 0,00 - 0,00 - 0,00

Belanja Hibah 3,983,215,400 1,50 1,725,000,000 0,52 6,583,202,000 1,43 2,880,000,000 0,49 24,284,349,700 3,50

Belanja Bantuan Sosial 3,231,000,000 1,22 5,239,245,000 1,58 7,272,145,000 1,58 6,639,002,650 1,12 11,054,502,658 1,59

Belanja Langsung 134,060,106,850 50,56 173,425,910,846 52,25 265,189,823,707 57,48 372,147,993,736 62,77 418,902,262,454 60,29

Belanja Pegawai 10,627,310,150 4,01 12,503,730,900 3,77 16,436,348,100 3,56 24,654,623,500 4,16 30,712,052,800 4,42

Belanja Barang dan Jasa 51,491,452,595 19,42 66,770,567,805 20,12 80,150,263,538 17,37 92,410,757,590 15,59 112,160,267,781 16,14

Belanja Modal 71,941,344,105 27,13 94,151,612,141 28,37 168,603,212,069 36,54 255,082,612,646 43.02 276,029,941,873 39,73

(56)

AspekPembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang IX . 8 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Deli Serdang Dalam 5 Tahun Terakhir

Belanja Daerah

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Penerimaan Pembiayaan 9,573,181,732 100 15,407,026,027 90 47,778,969,436,40 96 21,627,757,408 100 28,408,617,759 100

Penggunaan SiLPA Pencairan

dana cadangan 3,249,538,858 34 9,083,383,153 53 41,455,326,561,40 83 15,304,114,533 71 22,084,974,884 78

Hasil Penjualan Kekayaan

Daerah - 0 - 0 - 0 - 0 - 0

Penerimaan Pinjaman dan

Obligasi Daerah 6,323,642,874 66 6,323,642,874 37 6,323,642,875 13 6,323,642,875 29 6,323,642,875 22

Pengeluaran Pembiayaan - 0 1,683,747,780 10 2,197,511,749 4 - 0 - 0

Pembentukan Dana Cadangan - 0 - 0 - 0 - 0 - 0

Penyertaan Modal - 0 - 0 1,000,000,000 2 - 0 - 0

Pembayaran Pokok Pinjaman - 0 1,683,747,780 10 1,197,511,749 2 - 0 - 0

(57)

Tabel 9.4. Proyeksi Pendapatan APBD Kabupaten Deli Serdang Dalam 5 Tahun Ke Depan

Komponen PAD

Realisasi

Per sen tase

Proyeksi

Y2 Y1 Y0 Y-1 Y-2 Y-3 Y-4 Y-5

Pendapatan Asli

Daerah 8,728,414,452 12,798,137,844 15,497,693,680 17 % 18,132,301,606 21,214,792,879 24,821,307,668 29,040,929,971 33,977,888,067

Dana Perimbangan 337,797,195,419 415,651,488,151 460,534,793,950 20% 527,570,125,823 607,156,282,646 701,258,948,724 812,193,722,743 942,683,052,461

DAU 262,539,422,000 348,056,278,000 387,954,949,000 17% 453,907,290,330 531,071,529,686 621,353,689,733 726,983,816,987 850,571,065,875

DBH 30,498,573,419 30,861,970,151 36,268,784,950 15% 41,709,102,693 47,965,468,096 55,160,288,311 63,434,331,557 72,949,481,291

DAK 44,759,200,000 36,733,240,000 36,311,060,000 12% 31,953,732,800 28,119,284,864 24,744,970,680 21,775,574,199 19,162,505,295

DAK Air Minum - - - -

DAK Sanitasi - - - -

Lain-lain Pendapatan

Daerah yang Syah 82,036,565,231 152,359,647,052 210,396,884,159 27% 267,204,042,882 339,349,134,460 430,973,400,764 547,336,218,971 695,116,998,093

(58)

Aspek Kelembagaan Kabupaten Deli Serdang X . 1 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

10.1. ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2JM pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2JM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk

Bab

.10

Gambar

Tabel 7.1. Desain Program Keterpaduan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan Entitas
Tabel 7.2. Matriks Entitas Regional Kabupaten Deli Serdang
Tabel 7.3. Matriks Entitas Kabupaten Deli Serdang
Tabel 7.4. Matriks Entitas Kawasan Kabupaten Deli Serdang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.14 : Pelayanan yang diberikan customer service pada BPRS Mitra Agro Usaha Bandar Lampung cepat tanggap dalam mengatasi keluhan dari nasabah

Apabila kas atau aset lancar lainnya digunakan oleh perusahaan untuk membeli saham untuk ditarik kembali atau dimiliki kembali sebagai treasury, maka modal kerja

Sistem pendukung keputusan penempatan lokasi mesin ATM dengan menerapkan metode Analytical Network Process dapat memberikan nilai terhadap lokasi untuk penempatan

9 Relevan dengan Surya, Slameto dan Ali seperti yang dikutip Tohirin, menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

Mengingat pentingnya permasalahan yang terjadi pada remaja putri terkait dengan nyeri haid ( dysmenorrhea ) maka penulis tertarik untuk mengetahui perbedaan pengaruh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk adalah untuk membuat karet siklo dari lateks DPNR, membandingkan karet alam ( natural rubber , NR) dengan karet sintetis sebagai bahan baku

Bersumber dari latar belakang yang telah ditemukan dan dijelaskan peneliti diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran efikasi diri

Pihak berkuasa kententeraan Israel telah merampas telaga daripada penduduk Palestin yang gagal tampil untuk mengatakan telaga itu kepunyaan mereka, begitu juga halnya dengan