• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN BANTUAN TEKNIS RPIJM DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYUSUNAN BANTUAN TEKNIS RPIJM DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

|9-1

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran

umum

dan

kondisi

eksisting

lingkungan,

analisis

perlindungan lingkungan dan sosial seperti Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – UPL,

dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap

perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan

pembangunan bidang Cipta Karya.

(2)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-2

RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk

meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan

permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi

acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan

instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang

dibutuhkan.

8.1 Aspek Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang

Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan

adalah sebagai berikut:

1.

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen

pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan

(UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Hidup (SPPLH)”.

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan

prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu

lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,

penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya

tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan

untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar

dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai

persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL

dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau

disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL

dan UPL.

(3)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-3

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan Pemerintah

kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.

32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,

peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i.

Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j.

Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan

daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f.

Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di

bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

(4)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-4

8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian

Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau

kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM

bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS

menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program

menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi

mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan hidup.

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung

dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi

penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman

mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk

mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Gambar 8.1.

Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS (Sumber: Permen LH

No.9/2011)

(5)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-5

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per

sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan,

kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan

wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan

mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

(6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok

masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu

tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko

atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 8.1.

Tabel 8.1

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

No

Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan

Kesimpulan

(signifikan/tidak)

1

Perubahan Iklim

Keterangan:

Hingga

laporan

ini

disusun,

Kabupaten Lombok Timur belum ada KLHS.

Penyusunan KLHS menjadi rencana program

tahun 2015-2019.

2

Kerusakan, kemerosotan,

dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati

3

Peningkatan intensitas dan

cakupan wilayah bencana

banjir, longsor, kekeringan,

dan/atau kebakaran hutan dan

lahan,

4

Penurunan mutu dan

kelimpahan sumber daya

alam

5

Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau

lahan,

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas

tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap

kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang

Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat

(6)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-6

Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas

RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh terhadap

kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD)

dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan,

dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

1. Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan

KLHS;

2. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau

program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

4. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk

menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan

berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 8.2

Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat

dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan

Contoh Lembaga

Pembuat keputusan

a. Bupati/Walikota

b. DPRD

Penyusun kebijakan, rencana

dan/atau program

Dinas PU-Cipta Karya

Instansi

a. Dinas PU-Cipta Karya

b. BPLHD

Masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian

(perorangan/tokoh/ kelompok)

a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian

lainnya

b. Asosiasi profesi

c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan

dan lingkungan hidup

d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup

e. Perorangan/tokoh

f. kelompok yang memiliki data dan

informasi berkaitan dengan SDA

Masyarakat terkena Dampak

a. Lembaga Adat

b. Asosiasi Pengusaha

c. Tokoh masyarakat

(7)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-7

d. Organisasi masyarakat

e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan,

petani dll)

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

1. penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,

dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

2. pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

3. membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 8.3

Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang

Cipta Karya

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Penjelasan Singkat

Lingkungan Hidup Permukiman

Keterangan:

Hingga

laporan

ini

disusun,

Kabupaten Lombok Timur belum ada KLHS.

Penyusunan KLHS menjadi rencana program

tahun 2015-2019.

Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum

Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas Air

Ekonomi

Isu 2: kemiskinan berkorelasi dengan

kerusakan lingkungan

Contoh: pencemaran air mengurangi

kesejahteraan nelayan di pesisir

Sosial

Isu 3: Pencemaran menyebabkan

berkembangnya wabah penyakit

Contoh: menyebarnya penyakit diare di

permukiman kumuh

(8)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-8

Tabel 8.4

Contoh Tabel Identifikasi KRP

No

Komponen kebijakan /

rencana / program

Kegiatan

Lokasi (Kecamatan /

Kelurahan (jika ada))

1

Pengembangan Permukiman

Keterangan:

Hingga

laporan

ini

disusun,

Kabupaten Lombok Timur belum ada KLHS.

Penyusunan KLHS menjadi rencana program

tahun 2015-2019.

2

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

3

Pengembangan Air Minum

4

Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

N

o

Komponen

kebijakan,

rencana

dan/atau

program*

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-

Aspek Pembangunan Berkelanjutan**

Bobot Lingkungan

Hidup Permukiman

Bobot Sosial

Bobot

Ekonomi

Total

Bobot

Isu 1:

Isu 2:

Isu 1:

Isu 2:

Isu 1:

Isu 2:

1

Pengembangan

Permukiman

Keterangan: Hingga laporan ini disusun, Kabupaten Lombok Timur belum

ada KLHS. Penyusunan KLHS menjadi rencana program tahun 2015-2019.

2

Penataan

Bangunan

& Lingkungan

3

Pengembangan

Air minum

4

Pengembangan

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk

mengembangkan berbagai alternative perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan

berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau

program yang dikaji potensial memberikan dampak negative pada pembangunan berkelanjutan,

maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah

kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternative untuk menyempurnakan

dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:

(9)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-9

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana,

dan/atau program yang diperkirakan akan menimbul kan dampak lingkungan atau

bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau

program.

c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan,

rencana, dan/atau program.

d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 8.5

Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

No

Komponen kebijakan, rencana

dan/atau program

Alternatif

Penyempurnaan KRP

1

Pengembangan Permukiman

Keterangan: Hingga laporan

ini

disusun,

Kabupaten

Lombok Timur belum ada

KLHS. Penyusunan KLHS

menjadi

rencana

program

tahun 2015-2019.

2

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

3

Pengembangan Air minum

4

Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

No

Komponen Kebijakan, Rencana

dan/atau Program

Rekomendasi Perbaikan KRP

dan Pengintegrasian Hasil

KLHS

1

Pengembangan Permukiman

Keterangan: Hingga laporan ini

disusun,

Kabupaten

Lombok

Timur

belum

ada

KLHS.

Penyusunan

KLHS

menjadi

rencana program tahun

2015-2019.

2

Penataan Bangunan dan Lingkungan

3

Pengembangan Air minum

4

Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman

Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota,

maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan

lingkungan dalam RPI2-JM.

Untuk Kabupaten/Kota yang belum menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota,

maka KLHS dapat menjadi usulan program mengingat KLHS bersifat wajib berdasarkan UU PPLH

Pasal 15 ayat 1.

(10)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-10

Dalam UU PPLH Pasal 15 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib

membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar

dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.

Sebagaimana tertuang dalam pasal 15 ayat 2 UU PPLH, penyelenggaraan KLHS bersifat

wajib dalam penyusunan atau evalausi :

1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya pada tingkat

nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

3. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak

dan/atau risiko lingkungan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya

terdiri atas: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan,

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota, Rencana Detil Tata Ruang Kabupaten/Kota, dan Rencana Tata Ruang

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota.

Sehingga, untuk Kabupaten/Kota yang belum menyusun dan memiliki dokumen KLHS

Kabupaten/Kota, maka KLHS dapat menjadi usulan program seperti yang tersebut dalam pasal 15

ayat 2 UU PPLH yang meliputi KLHS RTRW, KLHS RPJP/RPJM, dll

Pendekatan dan Prinsip-prinsip KLHS

KLHS ditujukan untuk menjamin pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam

pembangunan. Ada tiga nilai penting dalam penyelenggaraan KLHS yang dapat

mencerminkan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu keterkaitan

(interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice).

Keterkaitan (interdependency) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS dapat

menghasilkan kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan keterkaitan antar

sektor, wilayah, global-lokal. Nilai ini juga mengandung makna dihasilkannya KLHS yang

bersifat holistik berkat adanya keterkaitan analisis antar komponen fisik-kimia, biologi dan

sosial ekonomi. Keseimbangan (equilibrium) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan

KLHS senantiasa dijiwai keseimbangan antara kepentingan sosial-ekonomi dengan

kepentingan lingkungan hidup, antara kepentingan jangka pendek dan jangka panjang,

antara kepentingan pembangunan pusat dan daerah, dan keseimbangan lainnya.

(11)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-11

Implikasinya, usaha pemetaan ragam dan bentuk kepentingan para pihak menjadi salah

satu proses dan metode yang penting digunakan dalam KLHS. Keadilan (justice) dijadikan

nilai penting agar penyelenggaraan KLHS dapat menghasilkan kebijakan, rencana dan

program yang tidak mengakibatkan marjinalisasi sekelompok atau golongan tertentu

masyarakat karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam

atau modal atau pengetahuan.

KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan

berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaraan KLHS

tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana dan/atau

program, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk kebijakan, rencana

dan/atau program, khususnya dari perspektif pembangunan berkelanjutan. KLHS adalah

strategi yang cenderung bersifat ”persuasif” dalam pengertian lebih mengutamakan

proses pembelajaran dan pemahaman para pemangku kepentingan yang terlibat

dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program agar lebih

memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam kerangka pendekatan

ini, 6 (enam) prinsip KLHS seyogyanya dianut, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

Prinsip 1: Penilaian Diri (Self Assessment)

Makna prinsip ini adalah sikap dan kesadaran yang diharapkan muncul dari diri pemangku

kepentingan yang terlibat dalam proses penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana

dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

dan mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut dalam setiap keputusannya. Prinsip ini

berasumsi bahwa setiap pengambil keputusan secara apriori mempunyai tingkat kesadaran

dan kepedulian atas lingkungan.

KLHS menjadi media atau katalis agar kesadaran dan kepedulian tersebut terefleksikan

dalam proses dan terformulasikan dalam produk pengambilan keputusan untuk setiap

kebijakan, rencana dan/atau program.

Prinsip 2: Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau program (Improvement of the

Policy, Plan, and/or Program)

Prinsip ini menekankan pada upaya untuk penyempurnaan pengambilan keputusan suatu

kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS tidak menghambat proses perencanaan

kebijakan, rencana dan/atau program, melainkan menjadi media atau katalisator untuk

memperbaiki proses dan produk kebijakan, rencana dan/atau program. Prinsip ini berasumsi

(12)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-12

bahwa perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program di Indonesia selama ini belum

mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan secara optimal dan KLHS dapat memicu

perbaikan atau penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program bersangkutan.

Prinsip 3: Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial (Social Learning and Capacity

Building)

Prinsip ini menekankan bahwa integrasi KLHS dalam perencanaan kebijakan, rencana

dan/atau program harus menjadi media untuk belajar bersama khususnya tentang isu-isu

pembangunan berkelanjutan, baik bagi masyarakat umum dan khususnya bagi para birokrat

dan pengambil keputusan. KLHS harus memungkinkan seluruh pemangku kepentingan

yang terlibat dalam perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program untuk meningkatkan

kapasitasnya mengapresiasi lingkungan hidup dalam keputusannya. Melalui KLHS, dapat

dicapai masyarakat, birokrat, dan pengambil keputusan yang lebih cerdas dan kritis dalam

menentukan keputusan pembangunan agar berkelanjutan.

Prinsip 4: Memberi Pengaruh pada Pengambilan Keputusan (Influencing Decision Making)

Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus memberikan pengaruh yang positif pada

pengambilan keputusan.

KLHS akan mempunyai makna apabila pada akhirnya dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan, khususnya untuk memilih atau menetapkan kebijakan, rencana dan/atau

program yang lebih menjamin pembangunan yang berkelanjutan.

Prinsip 5: Akuntabel (Accountable)

Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara terbuka dan

bertanggungjawab, sehingga dapat dipertanggung-jawabkan pada publik secara luas. Azas

akuntabilitas KLHS sejalan dengan semangat akuntabilitas dari kebijakan, rencana dan/atau

program itu sendiri, sebagai bagian dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good

governance). Pelaksanaan KLHS dapat lebih menjamin akuntabilitas perumusan kebijakan,

rencana dan/atau program bagi seluruh pihak. KLHS tidak ditujukan untuk menjawab

tuntutan para pihak, karena lingkup KLHS terbatas, sedangkan tuntutan dapat berdimensi

luas.

(13)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-13

Prinsip 6: Partisipatif

Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan

pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau program. Prinsip

ini telah menjadi amanat dalam Undnag-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan harus diwadahi dalam

penyelenggaraan KLHS. Dengan prinsip ini diharapkan proses dan produk kebijakan,

rencana dan/atau program semakin mendapatkan legitimasi atau kepercayaan publik.

Karakteristik Proses Perumusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program

KLHS menekankan pada enam prinsip sebagaimana dikemukakan di atas, maka menjadi

penting untuk memahami dalam tatanan karakteritik proses perumusan kebijakan, rencana

dan/atau program. Paling tidak terdapat 4 (empat) karakteristik proses perumusan

kebijakan, rencana dan/atau program di Indonesia yang harus dipahami untuk

penyelenggaraan KLHS.

Karakteristik 1: Membangun Konsensus (Concensus Building)

Penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program adalah proses

pembangunan konsensus atau kesepakatan. Penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana

dan/atau program melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat,

dimana para pihak seringkali mempunyai kepentingan masing-masing. KLHS diintegrasikan

dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dengan harapan

dapat memperkuat proses membangun kesepakatan, khususnya tentang hal-hal yang

terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup. Meskipun demikian, perlu

dicatat bahwa ada kalanya tidak selalu tercapai konsensus, sehingga KLHS tidak selalu

mengarah pada satu kesepakatan bersama. Untuk itu proses KLHS tetap membuka peluang

adanya keragaman pendapat (“dissenting opinion”) dan dilampirkan pada hasil akhir

kesepakatan.

Karakteristik 2: Dinamika Proses Teknokratik, Partisipatif, dan Perumusan Kebijakan Publik

Oleh karena penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program melibatkan

berbagai pemangku kepentingan dengan kepentingan yang beragam, maka penyusunan

dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program tidak sepenuhnya merupakan proses

teknokratik atau ilmiah, melainkan juga proses partisipatif dan proses perumusan kebijakan

publik, dalam pengertian dimana antar pemangku kepentingan saling mempengaruhi,

berdialog, dan bernegosiasi untuk memperjuangkan kepentingannya.

(14)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-14

KLHS harus diselenggarakan dalam konteks ini. Suatu perencanaan kebijakan, penyusunan

rencana dan program adalah kontinuum rasional

– konsensus, sehingga negosiasi tidak

dapat dilakukan tanpa basis proses rasional. Prinsip planning process improvement,

capacity building dan public accountable tidak dapat diaplikasikan tanpa ditunjang

argumentasi yang obyektif.

Karakteristik 3: Pentingnya Komunikasi dan Dialog

Karena penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program bertujuan

membangun konsensus antar berbagai kepentingan, maka dinamika komunikasi dan dialog

antar berbagai pemangku kepentingan menjadi penting. KLHS harus menekankan pada

proses komunikasi dan dialog yang efektif agar dapat mempengaruhi proses pengambilan

keputusan untuk memilih alternatif kebijakan, rencana dan/atau program yang lebih

berkelanjutan dan menyiapkan mitigasi yang diperlukan. Pelaku yang terlibat dalam

penyelenggaraan KLHS harus mengembangkan ketrampilan untuk dapat melakukan

proses-proses komunikasi dan dialog yang efektif.

Karakteristik 4: Pentingnya Peran Personal dan Proses Informal

Penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program di Indonesia juga dicirikan

dengan berperannya aktor-aktor personal, melalui jalur komunikasi informal dan/atau

personal. Proses dan komunikasi formal seringkali perlu didukung peran personal dan

proses informal untuk menghasilkan konsensus atau kesepakatan. KLHS harus

diselenggarakan dengan mempertimbangkan hal ini, yakni membangun jalur komunikasi

personal dan/atau informal dengan para pemangku kepentingan. Melalui proses komunikasi

dan negosiasi personal dan/atau informal ini juga diharapkan dapat memperluas peluang

untuk mempengaruhi pengambil keputusan.

Obyek KLHS

Dalam UU PPLH Pasal 15 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib

membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar

dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau

program.Kadang kala atribut kebijakan, rencana dan/atau program sulit dibedakan secara jelas,

bahkan dapat saling tumpang tindih, namun secara generik perbedaannya adalah sebagai berikut:

(15)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-15

a.

Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh Pemerintah atau pemerintah

daerah untuk mencapai tujuan. Dalam prakteknya kebijakan dapat berupa arah yang

hendak ditempuh (road map) berdasarkan tujuan yang digariskan, penetapan prioritas,

garis besar aturan dan mekanisme untuk mengimplementasi tujuan.

b.

Rencana adalah hasil suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,

melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Dalam

prakteknya rencana dapat berupa rancangan, prioritas, pilihan, sarana dan

langkah-langkah yang akan ditempuh berdasarkan arah kebijakan dengan mempertimbangkan

ketersediaan dan kesesuaian sumber daya.

c.

Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta

memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh

instansi pemerintah. Dalam prakteknya program dapat berupa serangkaian komitmen,

pengorganisasian dan/atau aktivitas yang akan diimplementasikan pada jangka waktu

tertentu dengan berlandaskan pada kebijakan dan rencana yang telah digariskan.

Sebagaimana tertuang dalam pasal 15 ayat 2 UU PPLH, penyelenggaraan KLHS bersifat

wajib dalam penyusunan atau evalausi : 1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta

rencana rincinya pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. 2.

Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. 3. Kebijakan, rencana dan/atau program yang

berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan. Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) beserta rencana rincinya terdiri atas: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata

Ruang Pulau/Kepulauan, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota, Rencana Detil Tata Ruang Kabupaten/Kota, dan Rencana Tata Ruang Kawasan

Strategis Kabupaten/Kota.

Integrasi KLHS ke dalam Proses Perumusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Sesuai dengan pendekatan dan prinsip KLHS sebagaimana dikemukakan di atas, pengintegrasian

KLHS dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program menjadi kunci efektifitas

penyelenggaraan KLHS.

Dalam konteks ini, tidak terdapat formula atau rumus baku yang dapat memandu pengintegrasian ini

karena setiap kebijakan, rencana dan/atau program mempunyai karakteristik obyek, proses dan

prosedur yang tertentu dan bahkan unik, karenanya menjadi penting untuk memahami secara rinci

masing-masing proses penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dengan

segala dinamikanya.

(16)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-16

Setiap kebijakan, rencana dan/atau program mempunyai proses dan prosedur penyusunan,

penetapan dan evaluasi masing. Oleh karena itu, detil pengintegrasian KLHS dalam

masing-masing kebijakan, rencana dan/atau program dirumuskan oleh masing-masing-masing-masing kementerian/lembaga

yang berwenang.

Untuk penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program, terkait penataan ruang,

kewajiban penyelenggaraan KLHS melekat pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Dalam PP ini telah diatur bahwa dalam perencanaan tata

ruang harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui Kajian

Lingkungan Hidup Strategis. Berdasarkan PP tersebut, proses penyusunan rencana tata ruang

harus dilengkapi kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, sebagaimana

diamanatkan dalam UUPPLH. UUPPLH juga mewajibkan penyelenggaraan KLHS dalam evaluasi

atau peninjauan kembali rencana tata ruang. Lebih lanjut, pelaksanaan kajian daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup dalam penataan ruang dapat mengacu pada pedoman yang telah

diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup maupun Kementerian Pekerjaan Umum.

Dalam penyusunan RPJP dan RPJM, baik untuk tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota,

KLHS diwajibkan dalam penyusunan dan evaluasi RPJP/RPJM. Pengintegrasian penyelenggaraan

KLHS secara teknis untuk RPJP/RPJM pada tingkat nasional akan ditentukan lebih lanjut oleh

Bappenas, dan pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota oleh Kementerian Dalam Negeri.

Beberapa perundangan dan peraturan yang dapat menjadi referensi mengenai perencanaan

pembangunan antara lain: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional; PP Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional; PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; PP Nomor 10 Tahun 2010

tentang Tata Cara Peruntukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan; Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 08 Tahun 2007; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 dan peraturan

lain yang berlaku.

Penyelenggaraan KLHS untuk kebijakan, rencana dan/atau program lain yang berpotensi

menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup akan diatur oleh menteri/kepala lembaga

pemerintahan yang membidangi kebijakan, rencana dan/atau program terkait. Untuk mengetahui

kebijakan, rencana dan/atau program apa saja yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko

lingkungan hidup, dilakukan proses penapisan atau screening. Sesuai dengan prinsip self

assessment, proses penapisan dilakukan oleh masing-masing pembuat kebijakan, rencana dan/atau

program. Meskipun demikian, catatan proses dan hasilnya harus dapat diakses oleh masyarakat dan

pemangku kepentingan lainnya.

(17)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-17

Metode Pelaksanaan KLHS Berdasarkan Tingkat Kedetilan

Penentuan metode analisis teknis dan metode proses pelaksanaan KLHS juga akan sangat

ditentukan oleh konteks, kondisi, dan jenis kebijakan, rencana dan/atau program yang akan dikaji.

Oleh karena itu, diperlukan satu kecermatan dan kreativitas untuk menentukan metode mana yang

tepat dan efisien untuk satu KLHS. Dengan kata lain, penentuan metode akan sangat ditentukan

dengan kekhasan kondisi, situasi, dan jenis kebijakan, rencana dan/atau programnya. Tabel berikut

memberikan gambaran tentang tiga metode dan kondisi yang melatarbelakangi pemilihan metode.

Tabel 8.6

Tiga Alternatif Metode Pelaksanaan KLHS dan Pertimbangan

Pilihannya

Pilihan

Deskripsi

Pertimbangan

Catatan

Metode

Umum

Metode

Proses penilaian

• Kebijakan, rencana

Prasyarat penyusunan

Cepat/

suatu isu

dan/atau program

kebijakan, rencana

(Quick

berdasar

membutuhkan

dan/atau program yang

Appraisal)

pertimbangan

penilaian yang cepat. telah diatur dalam

ahli yang

•Keterbatasan waktu

peraturan perundangan

umumnya

dan sumberdaya.

harus tetap terpenuhi.

cenderung

• Tidak tersedia data

kualitatif.

yang cukup.

Situasi darurat.

Metode

Semi

Detil

Penilaian

berdasarkan

pada data dan

informasi yang

lebih

akurat,

dapat bersifat

kuantitatif.

Kebijakan, rencana

dan/atau

program

memerlukan

masukan segera.

Tersedia data dan

informasi

yang

cukup.

Prasyarat penyusunan

kebijakan,

rencana

dan/atau program yang

telah

diatur

dalam

peraturan perundangan

harus tetap terpenuhi.

(18)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-18

Pilihan

Deskripsi

Pertimbangan

Catatan

Metode

Umum

Metode

Detil

Penilaian

menggunakan

metode

yang

komprehensif

dan memerlukan

ahli.

Kebijakan, rencana

dan/atau

program

yang kompleks dan

cukup

waktu

untuk

menyusunnya.

Tersedia data dan

sumber

daya

yang

melimpah.

Tersedia ahli yang

dapat mengerjakan.

Prasyarat penyusunan

kebijakan,

rencana

dan/atau program yang

telah

diatur

dalam

peraturan perundangan

harus tetap terpenuhi.

Metode Cepat (Quick Appraisal)

Metode Cepat atau quick appraisal adalah metode kajian yang lebih mengandalkan pengalaman dan

pandangan para pakar (profesional judgement) dan cenderung bersifat kualitatif. Metode ini dipilih

ketika satu kebijakan, rencana dan/atau program segera memerlukan pandangan KLHS, tidak

tersedia waktu yang cukup untuk melakukan kajian yang lebih detil. Namun prasyarat penyusunan

kebijakan, rencana dan/atau program berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku harus tetap

terpenuhi.

Beberapa petunjuk teknis agar metode ini dapat dilakukan dengan baik antara lain sebagai berikut:

1

Perlu dipilih pakar yang tepat sesuai dengan isu-isu yang terkait dengan

kebijakan, rencana dan/atau program.

2

Perlu dirancang suatu proses diskusi yang efektif dan efisien, antara lain dengan

merumuskan isu-isu pokok yang akan didiskusikan.

3

Moderator yang dipilih sebaiknya handal dan efektif, dapat menjaring dan merumuskan

pandangan para pakar secara obyektif.

4

Seluruh proses perlu dicatat atau didokumentasikan dengan rinci dan lengkap.

Contoh:

Identifikasi dan perumusan isu-isu pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui suatu forum diskusi

dengan pemangku kepentingan dan atau melibatkan para ahli. dan ditentukan baik melalui

kesepakatan bersama, maupun dengan meminta pendapat para ahli (professional judgement).

Hasilnya diwujudkan dalam daftar sederhana dengan penjelasan sederhana yang mudah dipahami.

Kajian pengaruh antara suatu komponen kebijakan, rencana dan/atau program dengan potensi

dampak dan/atau risiko lingkungan hidup dilakukan dengan menggunakan matriks, perbandingan,

analisis sederhana, atau analogi.

(19)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-19

Metode Semi Detil

Metode semi detil adalah kajian yang memanfaatkan data-data yang ada digabungkan dengan

pengalaman dan pandangan para ahli. Metode ini merupakan suatu langkah lebih maju daripada

metode cepat, dimana pandangan para pakar didasarkan pada dukungan data-data dan informasi

yang cukup memadai, sehingga keputusannya lebih akurat dan dapat lebih berifat kuantitatif.

Metode semi detil dipilih apabila kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji tidak begitu

mendesak untuk diputuskan, serta tersedia waktu dan sumber daya yang cukup untuk

mengumpulkan data dan informasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan oleh para pakar.

Prasyarat penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program berdasarkan peraturan perundangan

yang berlaku harus tetap terpenuhi. Pada metode ini sebaiknya didahului dengan pelingkupan kajian

(misalnya lingkup wilayah, lingkup waktu, lingkup substansi yang dikaji dll).

Kiat-kiat untuk melakukan metode semi detil yang efektif dan efisien antara lain:

1

Pemilihan pakar dan pemangku kepentingan dilakukan secara selektif dan

benar-benar sesuai dengan isu-isu yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau

program.

2

Data-data dan informasi pendukung yang memadai disiapkan dalam format-format

yang mudah dibaca dan dipahami.

3

Moderator yang dipilih sebaiknya handal dan efektif, dapat menjaring dan

merumuskan pandangan para pakar secara jernih.

Contoh pelaksanaan KLHS dengan metode semi detil adalah:

1

Identifikasi isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan

melakukan analisis kecenderungan berbasis data (baseline trend analysis) terhadap

masing-masing isu yang dianggap penting atau menjadi perdebatan antar pemangku

kepentingan;

2

Proses kompilasi data dan fakta dilakukan sesuai tahapan perumusan kebijakan,

rencana dan/atau program dan dilihat kecenderungannya untuk merumuskan isu-isu

pembangunan berkelanjutan; atau

3

Kajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program terhadap dampak dan/atau

risiko lingkungan hidup dilakukan dengan mengkaji potensi dampak berdasarkan

analisis kecenderungan berbasis data (baseline trend analysis) atau kombinasi

antara metode cepat dan metode detil.

Metode Detil

Metode detil adalah kajian menggunakan berbagai metode ilmiah yang komprehensif, dan kompleks

yang dalam beberapa hal hanya dapat dilakukan oleh para pakar di bidangnya masing-masing.

Metode detil dilakukan untuk mengkaji beberapa isu spesifik yang dianggap penting dan sangat

beresiko apabila diputuskan tanpa kajian ilmiah yang sesuai prosedur.

(20)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-20

Metode detil dilakukan apabila kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji menimbulkan isu-isu

penting dan komprehensif dan tidak segera harus diputuskan. Metode ini juga dipilih apabila

pemrakarsa kebijakan, rencana dan/atau program mempunyai sumber daya yang cukup untuk

melaksanakan metode ini. Pada metode ini sebaiknya didahului dengan pelingkupan kajian (misalnya

lingkup wilayah, lingkup waktu, lingkup substansi yang dikaji dll).

Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam memilih /melaksanakan metode detil yakni:

1

Metode yang kompleks tidak otomatis menghasilkan kajian yang lebih gamblang dan

jelas.

2

Penggunaan metodologi yang kompleks juga berpotensi menimbulkan penilaian

pemangku kepentingan bahwa hasil kajian justru tidak transparan.

3

Pendekatan kajian yang kompleks dapat bermanfaat jika benar-benar memberikan

nilai tambah bagi proses pengambilan keputusan.

4

4.Kerangka acuan kajian detil idealnya didiskusikan dengan pengambil keputusan

dan pemangku kepentingan yang terkait langsung untuk memastikan bahwa mereka

menyetujui tingkat akurasi dan keterbukaan dari pendekatan kajian yang kompleks

tersebut serta menyetujui konsekuensi waktu dan sumber daya yang diperlukan

untuk menyelenggraakan usulan kajian detil ini.

Contoh pelaksanaan KLHS dengan metode detil adalah:

1

Identifikasi isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan

melakukan kajian-kajian terhadap masing-masing isu yang dianggap penting atau

menjadi perdebatan antar pemangku kepentingan;

2

Proses kompilasi data dan fakta dilakukan sesuai tahapan perumusan kebijakan,

rencana

dan/atau

program

dijadikan

sarana

untuk

merumuskan

isu-isu

pembangunan berkelanjutan.

Dengan kata lain, data dan informasi yang dikumpulkan pada tahap awal perumusan

kebijakan, rencana dan/atau program dapat dijadikan dasar untuk merumuskan

isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan; atau

3

Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program terhadap dampak

dan/atau risiko lingkungan hidup dengan menggunakan alat analisis yang lebih

kompleks seperti sistem informasi geografis (Geographic Information System/GIS),

proses analisis berhirarkhi (Analytical Hierarchy Process/AHP), dan pemodelan

hubungan antar factor.

(21)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-21

Metode Pengkajian

Proses kegiatan penyusunan dokumen harus berinteraksi langsung dengan proses penyusunan KRP,

dimana integrasinya berlangsung menurut langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah 1: Pelingkupan : proses sistematis dan terbuka untuk mengidentifikasi isu-

isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul berkenaan

dengan rancangan KRP.

Langkah 2 : Penilaian atau telaah/analisis teknis:

proses identifikasi, deskripsi, dan evaluasi mengenai konsekuensi dan efek

lingkungan akibat diterapkannya RPJM; serta pengujian efektivitas RPJM dalam

menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Kegiatan telaah dan analisis teknis harus

didasarkan pada:

a.

pemilihan dan penerapan metoda serta teknik analisis yang sesuai dan terkini,

b.

penentuan dan penerapan aras rinci (level of detail) analisis agar sesuai

dengan kebutuhan rekomendasi, dan

c.

sistematisasi proses pertimbangan seluruh informasi, kepentingan dan aspirasi

yang dijaring.

Langkah 3 : Penetapan alternatif:

a.

substansi pokok/dasar RPJM atau KRP tata ruang (misalnya: mengubah

pola atau struktur ruang dari yang semula diusulkan),

b.

program atau kegiatan penerapan muatan RPJM atau KRP tata ruang

(misalnya: mengubah lokasi atau besaran infrastruktur yang dibutuhkan), dan

c.

Kegiatan-kegiatan operasional pengelolaan efek lingkungan hidup

(misalnya : penerapan kode bangunan yang hemat energi).

Berdasarkan PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN

2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM

PENYUSUNAN ATAU EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH, Kerangka Laporan KLHS

Dalam Penyusunan RPJPD atau RPJMD meliputi:

(22)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-22

Tabel 8.7

Kerangka Laporan KLHS Dalam Penyusunan RPJPD atau RPJMD

(23)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-23

Tabel 8.8

Kerangka Laporan KLHS Dalam Penyusunan Renstra SKPD

Sumber: Permendagri 67 Tahun 2012

KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana-program. Sedangkan

pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal,

UKL-UPL. Dan SPPLH.

(24)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-24

8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib

AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis

Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak

wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL.

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi

dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi

dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Tabel 8.9

Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No.

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

A.

Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan

sistem Control landfill/sanitary landfill:

- luas kawasan TPA, atau

- Kapasitas Total

> 10 ha

> 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:

- luas landfill, atau

- Kapasitas Total

semua

kapasitas/ besaran

c. Pembangunan transfer station:

- Kapasitas

> 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah

terpadu:

- Kapasitas

> 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:

- Kapasitas

semua kapasitas

f. Composting Plant:

- Kapasitas

> 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:

- Kapasitas

> 500 ton/hari

B.

Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas

> 25 ha

b. Kota besar, luas

> 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas

> 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi

> 2.000 ha

C.

Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas

penunjang:

-

Luas, atau

-

Kapasitasnya

> 2 ha

> 11 m

3

/hari

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk

(25)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-25

No.

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

-

Luas, atau

-

Kapasitasnya

> 3 ha

> 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

-

Luas layanan, atau

-

Debit air limbah

> 500 ha

> 16.000 m3/hari

D.

Pembangunan Saluran Drainase

(Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang:

> 5 km

b. Kota sedang, panjang:

> 10 km

E.

Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi

- Luas layanan

> 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi

- panjang

> 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

Tabel 8.10

Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada

Program Cipta Karya

Sektor Pengembangan Permukiman

Uraian Kegiatan

Kebutuhan Dokumen

Lingkungan Kab/Kota Detail Lokasi AMDAL UKL/UPL SPPL PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - - -

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan - - -

Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh - - -

Pembangunan - - -

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Lombok Timur

Kws. Denggen Timur Kec. Selong Kab.

Lombok Timur - V -

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Lombok Timur

Kws. Kelayu Jorong Kec. Selong Kab.

Lombok Timur - V -

Manajemen Pengendalian

Supervisi PSD Kawasan Kumuh Perkotaan Lombok Timur

Kws. Denggen Timur Kec. Selong Kab.

Lombok Timur - - -

Supervisi PSD Kawasan Kumuh Perkotaan Lombok Timur

Kws. Kelayu Jorong Kec. Selong Kab.

Lombok Timur - - -

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan - - -

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

Potensial yang Meningkat Kualitasnya - - -

Pembangunan - - -

Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws.

Kec. Suela Lombok Timur Kec. Suela Kab. Lombok Timur V - -

Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws.

(26)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-26

Uraian Kegiatan

Kebutuhan Dokumen

Lingkungan Kab/Kota Detail Lokasi AMDAL UKL/UPL SPPL Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws.

Kec. Suela Lombok Timur Kec. Suela Kab. Lombok Timur V - -

Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws.

Kec. Sembalun Lombok Timur Kec. Sembalun Kab. Lombok Timur V - - Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws.

Kec. Sembalun Lombok Timur Kec. Sembalun Kab. Lombok Timur V - - Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws.

Kec. Sembalun Lombok Timur Kec. Sembalun Kab. Lombok Timur V - - Peningkatan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw.

Agropolitan Rasimas Kec. Sakra Lombok Timur Kec. Sakra Kab. Lombok Timur V - - Peningkatan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw.

Agropolitan Rasimas Kec. Sakra Lombok Timur Kec. Sakra Kab. Lombok Timur V - - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Aikmel. Lombok Timur Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Aikmel. Lombok Timur Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Aikmel. Lombok Timur Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Aikmel. Lombok Timur Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Aikmel. Lombok Timur Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Aikmel. Lombok Timur Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur - V -

Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Masbagik. Lombok Timur Kec. Masbagik Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Masbagik. Lombok Timur Kec. Masbagik Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Masbagik. Lombok Timur Kec. Masbagik Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

(27)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-27

Uraian Kegiatan

Kebutuhan Dokumen

Lingkungan Kab/Kota Detail Lokasi AMDAL UKL/UPL SPPL Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Masbagik. Lombok Timur Kec. Masbagik Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Masbagik. Lombok Timur Kec. Masbagik Kab. Lombok Timur - V -

Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Suralaga. Lombok Timur Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Suralaga. Lombok Timur Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Suralaga. Lombok Timur Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Suralaga. Lombok Timur Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Suralaga. Lombok Timur Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Suralaga. Lombok Timur Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur - V -

Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Montong Gading. Lombok Timur

Kec. Montong Gading Kab. Lombok

Timur - V -

Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Montong Gading. Lombok Timur

Kec. Montong Gading Kab. Lombok

Timur - V -

Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Montong Gading. Lombok Timur

Kec. Montong Gading Kab. Lombok

Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Montong Gading. Lombok Timur

Kec. Montong Gading Kab. Lombok

Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Montong Gading. Lombok Timur

Kec. Montong Gading Kab. Lombok

(28)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-28

Uraian Kegiatan

Kebutuhan Dokumen

Lingkungan Kab/Kota Detail Lokasi AMDAL UKL/UPL SPPL Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Montong Gading. Lombok Timur

Kec. Montong Gading Kab. Lombok

Timur - V -

Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Pringgabaya. Lombok Timur Kec. Pringgabaya Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Pringgabaya. Lombok Timur Kec. Pringgabaya Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Pringgabaya. Lombok Timur Kec. Pringgabaya Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Pringgabaya. Lombok Timur Kec. Pringgabaya Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Pringgabaya. Lombok Timur Kec. Pringgabaya Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Pringgabaya. Lombok Timur Kec. Pringgabaya Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Pringgasela. Lombok Timur Kec. Pringgasela Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Pringgasela. Lombok Timur Kec. Pringgasela Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Pringgasela. Lombok Timur Kec. Pringgasela Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Pringgasela. Lombok Timur Kec. Pringgasela Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Pringgasela. Lombok Timur Kec. Pringgasela Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

(29)

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

|8-29

Uraian Kegiatan

Kebutuhan Dokumen

Lingkungan Kab/Kota Detail Lokasi AMDAL UKL/UPL SPPL Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Sambelia. Lombok Timur Kec. Sambelia Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Sambelia. Lombok Timur Kec. Sambelia Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Sambelia. Lombok Timur Kec. Sambelia Kab. Lombok Timur - V - Pemantapan sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Sambelia. Lombok Timur Kec. Sambelia Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Sambelia. Lombok Timur Kec. Sambelia Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan

Sambelia. Lombok Timur Kec. Sambelia Kab. Lombok Timur - V -

Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws Kec.

Suela (Kab. Lombok Timur). Lombok Timur Kec. Suela Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws Kec.

Suela (Kab. Lombok Timur). Lombok Timur Kec. Suela Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws Kec.

Suela (Kab. Lombok Timur). Lombok Timur Kec. Suela Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya

Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan Suela. Lombok Timur Kec. Suela Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya

Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan Suela. Lombok Timur Kec. Suela Kab. Lombok Timur - V -

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya

Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan Suela. Lombok Timur Kec. Suela Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

di Kecamatan Sikur. Lombok Timur Kec. Sikur Kab. Lombok Timur - V - Pembangunan dan peningkatan sarana dan

prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3)

Gambar

Gambar 8.1.  Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS (Sumber: Permen LH  No.9/2011)
Tabel 8.1  Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
Tabel 8.2  Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat  dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Tabel 8.5  Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar pengunjung sejumlah 7 pengunjung (70%) menilai penyediaan fasilitas

Guru meminta siswa mengerjakan tugas yang terdapat di buku Aktivitasku Tematik, Jilid 3D, Penerbit Ganeca Exact, halaman 9 untuk dikerjakan di rumah.... Guru

Alinea 4: Perjelas pertanyaan penilitian artikel ini: Pedoman/petunjuk manakah yg dapat diberi kepada jemaat masa kini untuk memilihara pergaulan dgn Tuhan melalui doa.. Alinea

Memperhatikan Akta permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Garut Nomor: 137/Pdt.G/2011/PA.Grt pada tanggal 06 Mei 2011, yang menyatakan Pembanding

Berdasarkan hasil wawancara dengan para santri dan ustadz menggambarkan bahwa praktek perilaku gasab merupakan salah satu bentuk perilaku yang bertentangan dengan

Dengan menggabungkan layanan bimbingan kelompok dan teknik sosiodrama dapat menjadi salah satu cara untuk dapat membantu siswa dalam meningkatkan solidaritas kepada

dan cara menghafal Al- Qur‘an.. Sebelum anda mulai menghafal target harian, terlebih dahulu anda harus dapat membacanya dengan benar. Jika anda tidak yakin dengan bacaan

9 Relevan dengan Surya, Slameto dan Ali seperti yang dikutip Tohirin, menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu