• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan RPIJM Kabupaten Tapin"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

B

B

a

a

b

b

6

6

K

K

e

e

r

r

a

a

n

n

g

g

k

k

a

a

K

K

e

e

l

l

e

e

m

m

b

b

a

a

g

g

a

a

a

a

n

n

d

d

a

a

n

n

R

R

e

e

g

g

u

u

l

l

a

a

s

s

i

i

K

K

a

a

b

b

u

u

p

p

a

a

t

t

e

e

n

n

T

T

a

a

p

p

i

i

n

n

6.1. ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA

1). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya,dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasaranapenunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerahbagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

(2)

2). Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepadaPemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang CiptaKarya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi :

(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnyaadalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3). Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4). Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkankapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem

(3)

perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuhupaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan

e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di

lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

Diagram 6.1.

Organisasi Pemerintah Kabupaten Tapin

5). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini,reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan

BUPATI TAPIN

DINAS-DINAS

BADAN/LEMBAGA

SEKRETARIS DAERAH

(4)

birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3(tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good

governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi

pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan olehK/L dan Pemda;

c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepegawaian dan diklat;

d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individu berdasarkan kompetensi;

f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian InternPemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan InternPemerintah (APIP);

g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

(5)

6). Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, danevaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

(6)

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkatdaerah.Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerahadalah Peraturan Daerah (Perda).Penjabaran tupoksi masing-masing SKPDProvinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangkapenyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan. Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan-peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagitentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/subbidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

(7)

6.2. KERANGKA KELEMBAGAAN

6.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

a) Peraturan Daerah Terkait Struktur Organisasi Pemerintah Daerah

1. Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 04 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tapin;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tapin sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 08 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tapin;

3. Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 05 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tapin 2005-2025.

b) Keorganisasian Pemerintah Daerah Kabupaten Tapin

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tapin berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapin terdiri dari

1. Sekretariat Daerah 2. Sekretariat DPRD 3. Inspektorat

4. Badan Kepegawaian Daerah

5. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 6. Badan Pemberdayaan Per

c) Keorganisasian Bidang Cipta Karya

d) Organisasi Pelaksana Penyusunan RPI2JM

6.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Struktur kelembagaan Pemerintah Kabupaten Tapin mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 08 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

(8)

Perangkat Daerah Kabupaten Tapin. Peraturan Daerah Kabupaten Tapin tersebut antara lain bersandar pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2008 Pasal 2 dinyatakan bahwa dengan Peraturan Daerah ini dibentuk kembali perangkat daerah sebagai berikut:

a. Sekretariat 1) Sekretariat Daerah 2) Sekretariat DPRD b. Dinas Daerah 1) Dinas Pendidikan 2) Dinas Kesehatan

3) Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata 4) Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah 5) Dinas Pekerjaan Umum

6) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 7) Dinas Peternakan dan Perikanan

8) Dinas Kehutanan dan Perkebunan 9) Dinas Pertambangan dan Energi

10) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 11) Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi

12) Dinas Pengelolaan Pasar

13) Dinas Sosial, Kependudukan, dan Tenaga Kerja 14) Dinas Tata Kota dan Kebersihan

c. Lembaga Teknis Daerah

1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2) Inspektorat

(9)

4) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 5) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 6) Badan Lingkungan Hidup

7) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan 8) Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah

9) Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat 10) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu

11) Rumah Sakit Umum Daerah Datu Sanggul Rantau d. Kecamatan dan Kelurahan

Mengacu kepada ruang lingkup bidang PU/Cipta Karya yang mencakup air minum, drainase, persampahan, Tata Bangunan dan Lingkungan, serta Pengembangan Lingkungan Permukiman, dapat diidentifikasi lembaga yang terkait dengan pekerjaan tersebut, yakni:

1) Dinas Pekerjaan Umum, dengan struktur organisasi sebagai berikut: • Sekretariat

• Bidang Pengairan • Bidang Bina Marga

• Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang • Bidang Jasa Konstruksi dan Perlengkapan • UPT

• Kelompok Jabatan Fungsional

2) Dinas Pengelolaan Pasar, dengan struktur organisasi sebagai berikut: • Sekretariat

• Bidang Pendataan, Pemungutan, dan Pelaporan

• Bidang Data Usaha, Pengembangan, dan Pembangunan • Bidang Penataan, Kebersihan, Keamanan, dan Ketertiban • UPT

• Kelompok Jabatan Fungsional

3) Dinas Tata Kota dan Kebersihan, dengan struktur organisasi sebagai berikut: • Sekretariat

(10)

• Bidang Tata Ruang Kota • Bidang Tata Bangunan

• Bidang Kebersihan Lingkungan dan Persampahan • Bidang Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum • UPT

• Kelompok Jabatan Fungsional

4) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dengan struktur organisasi sebagai berikut:

• Sekretariat

• Bidang Fisik dan Tata Ruang • Bidang Ekonomi

• Bidang Sosial Budaya

• Bidang Statistik, Penelitian, dan Pengembangan • UPT

• Kelompok Jabatan Fungsional

5) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tapin, dengan struktur organisasi sebagai berikut:

• Direktur

• Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan • Kepala Bagian Teknik

(11)
(12)

KABUPATEN TAPIN TANGGAL : Pebruari 2008

KEPALA DINAS

H. RAJUDIN NOOR,S.Sos,M.AP

KABID TATA RUANG KOTA

H. SUGIHARTO SUTEDJO, ST,MT

POKJAFUNG

SEKSI

PENATAAN RUANG KOTA

SEKSI PENGENDALIAN TATA

RUANG KOTA

H. BAKHRIANSYAH

BIDANG

KEBERSIHAN LINGKUNGAN & PERSAMPAHAN Drs. ABDUL MUIN BIDANG TATA BANGUNAN H. SYAIFUL ANSYARI, ST BIDANG PERTAMANAN & PENERANGAN JALAN UMUM

H. YUSDIANI, S.AP

SEKSI

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

H. HANAFI GOBETH, S.AP

SEKSI PENGAWASAN BANGUNAN SYAMSUDDIN A. S.Sos SEKSI PERTAMANAN MARZUKI, S.AP SEKSI PENERANGAN JALAN UMUM UPT SEKSI KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKSI PERENCANAAN BANGUNAN NOORHAYANI, ST SEKRETARIS H. MURYADI, ST KASUBAG UMUM & KEPEGAWAIAN

SITI AISYAH,S.Sos

KASUBAG

PROGRAM & PELAPORAN KEUANGAN KASUBAG

(13)
(14)

Tim pelaksana RPI2JM Kabupaten Tapin telah dikukuhkan dalam Surat Keputusan Bupati tapin No. 188.45/208/KUM/2014 tentang Pembentukan Satuan Tugas Pendampingan Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Inftastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Kabupaten Tapin.

6.2.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Data tentang kondisi sumberdaya manusia yang mengisi lembaga/instansi yang terkait dengan penyelenggaran Bidang PU/Cipta Karya masih belum terkumpul seluruhnya. Data yang ada hanyalah berkenaan dengan tingkat pendidikan formal pimpinan masing-masing lembaga sebagai berikut:

a. Kepala Dinas Pekerjaan Umum berpendidikan Sarjana (S1);

b. Kasubdin Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum berpendidikan Sarjana (S1); c. Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan berpendidikan Sarjana (S1);

d. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah berpendidikan Sarjana (S1); e. Kepala Bidang Fisik dan Prasarana berpendidikan Sarjana (S1);

f. Direktur Utama PDAM berpendidikan Sarjana (S1).

Selain memiliki pendidikan formal, para pejabat/pimpinan lembaga yang terkait dengan pekerjaan bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Tapin juga pernah mengikuti berbagai kursus dan pendidikan, termasuk pendidikan penjenjangan Diklatpim II bagi pejabat eselon II dan Diklatpim III bagi mereka yang menduduki jabatan eselon III.

6.3. ANALISIS KELEMBAGAAN

6.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Secara organisasional, pelayanan publik bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Tapin seluruhnya dilakukan oleh organisasi pemerintah dan semi pemerintah, yakni pelayanan air minum yang dilaksanakan perusahaan daerah. Padahal saat ini terdapat beberapa perusahaan tambang, terutama tambang batubara yang beroperasi di Kabupaten Tapin. Dalam waktu dekat akan beroperasi beberapa perusahaan besar kelapa sawit yang tentunya membutuhkan pelayanan publik bidang PU/Cipta Karya. Oleh sebab itu, salah satu

(15)

tantangan kedepan adalah mengupayakan keterlibatan private sektor, misalnya melalui dana CD untuk peningkatan pelayanan publik bidang PU/Cipta Karya.

6.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tapin No. 05 Tahun 2008 pasal demi pasal secara eksplisit mencantumkan tugas pokok masing-masing SKPD, namun dalam prakteknya masih sering terjadi tumpang tindih pekerjaan dan kekosongan personel untuk melaksanakan suatu kegiatan. Tumpang tindih pekerjaan terlihat ketika dilaksanakan ekspose Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin beberapa waktu lalu yang memunculkan wacana bahwa tugas penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota baiknya diserahkan kepada Dinas Pasar dan Kebersihan, padahal sesuai Perda fungsi tersebut menjadi kewenangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Sebaliknya ketika dilaksanakan penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/ Cipta Karya, terjadi kekosongan personel yang terlibat dalam proses penyusunan rencana ini. Akibatnya data yang diperlukan sebagai bahan penyusunan rencana tidak tersedia dan harus dicari sendiri oleh fasilitator yang sesungguhnya hanya bertugas memfasilitasi kegiatan.

Tugas-tugas bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Tapin pada prinsifnya terbagi habis oleh lembaga pemerintah dan semi pemerintah yang ada. Namun dalam prakteknya banyak tugas pelayanan yang belum terlaksana secara optimal, sehingga memunculkan masalah seperti:

a. Kekurangan prasarana dan sarana fisik yang cukup menonjol terjadi pada operasional lapangan. Misalnya, pelayanan sampah yang terkendala oleh keterbatasan TPS dan truk angkutan serta alat pengolahan sampah di TPA yang teknologinya masih rendah untuk ukuran jumlah sampah Kabupaten Tapin. Hal ini ditunjukkan oleh tidak terangkutnya sebagian sampah pada TPS-TPS di kota Rantau.

b. Beberapa sisi yang dinilai sangat memberatkan beban lembaga pemerintah yang melayani bidang PU/Cipta Karya antara lain persampahan; drainase; sanitasi lingkungan; dan jalan lingkungan.

(16)

c. Kawasan kumuh. Kawasan kumuh yang membutuhkan perhatian mendesak justru ada di Kota Rantau.

d. Pelayanan Air Minum. Jangkauan pelayanan PDAM di Kabupaten Tapin baru mencapai Kota Barabai (ibukota Kabupaten) dan beberapa kota kecamatan yang memiliki IKK. Sementara daerah pedesaan umumnya belum tersentuh pelayanan PDAM. Selain itu, kualitas, air yang disalurkan PDAM juga belum memenuhi standar air minum.

e. Kualitas sumber daya manusia. Keterbatasan kuantitas dan kualitas pegawai sebagai penyedia jasa/layanan (service provider) dibandingkan tuntutan masyarakat yang semakin kompleks. Tidak jarang pada level ini pegawai lebih banyak mengukur pelayanan hanya dari aspek kuantitas tanpa memperhatikan kualitas layanan sebagai desentralisasi. Sebagai wujud pelayanan terfokus kuantitas, terlihat dari pemberian Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah lingkungan sehingga banyak bangunan rumah dan toko di Kabupaten Tapin yang dibangun menutup atau mempersempit saluran drainase. Akibatnya terjadi ketidak seimbangan ekosistem yang berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan permukiman.

f. Kualitas sumber daya manusia. Profesionalisme yang rendah merupakan kelemahan lain yang dihadapi pegawai di lingkungan Pemerintah Tapin dalam pelayanan publik bidang PU/Cipta Karya. Hal ini diduga berkaitan dengan kewenangan yang luas dari Bupati di era otonomi yang secara periodik bisa memutasi pegawai dalam waktu singkat. Akibatnya, belum sempat pegawai menempa diri pada posisi atau jabatan yang diembannya, yang bersangkutan bisa terkena mutasi ke tempat baru. Memang kondisi ini bisa mendorong pegawai memiliki keahlian general, namun bisa pula menyebabkan pegawai menjadi kurang profesional.

Indikator di atas menunjukkan bahwa tantangan ketata laksanaan pelayanan publik bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Tapin adalah bagaimana mengoptimalkan peran lembaga-lembaga yang ada, terutama untuk masalah yang mendesak, yakni kualitas sumber daya manusia, prasarana dan sarana fisik seperti pengelolaan sampah; penanganan kawasan kumuh, dan penyediaan air minum dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik.

(17)

6.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tumpang tindih dan kekosongan kegiatan dalam pelayanan publik bidang PU/ Cipta Karya di Kabupaten Tapin terjadi akibat pemahaman yang berbeda tentang tugas dan fungsi masing-masing SKPD, sehingga memunculkan kesan adanya ego sektoral dan kepentingan sektor.

Jadi, tingkat pendidikan formal dan hasil pendidikan penjenjangan yang telah dilalui pejabat di daerah belum menjamin bahwa mereka bisa memahami span of control dan

responsibility organisasi. Sisi lain yang diduga turut memperparah sikap profesional aparat

adalah terlalu seringnya terjadi mutasi pejabat dan pegawai di daerah, sehingga nyaris tidak ada pegawai yang benar-benar profesional, khususnya dilingkungan pelayanan publik bidang PU/Cipta Karya.

Munculnya masalah ketatalaksanaan sehingga berdampak terhadap belum optimalnya pelayanan publik bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Tapin sebenarnya terkait erat dengan keterbatasan sumberdaya aparatur dan fasilitas pendukung kerja mereka. Jumlah aparatur dengan kualitas yang ada saat ini terlalu kecil dibandingkan dengan pertumbuhan permukiman di kawasan kumuh kota Rantau. Demikian pula halnya dengan produksi sampah setiap hari, khususnya di kota Rantau yang berada dijalur transportasi Banjarmasin-Balikpapan (Kalimantan Timur). Kondisi yang relatif sama terjadi pada PDAM yang memiliki personel terbatas, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga pelayanan air minum di Kabupaten Tapin belum optimal.

6.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT kelembagaan ini memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal. Dari sisi internal, hal yang diperhatikan adalah kekuatan dan kelemahan. Sedangkan dari sisi eksternal, peluang dan ancaman yang menjadi focus perhatian. Pemetaan faktor internal dan faktor eksternal ini akan mempengaruhi jenis strategi yang akan dipilih untuk pengembangan kelembagaan pada masa yang akan datang.

(18)

Tabel 6.1

Analisis SWOT Kelembagaan

Peluang (O)

a.Kebutuhan SDM tinggi b. Banyak sektor dan Sub Sektor yang belum tertangani c. Pendanaan non APBD Kab

Ancaman (T)

a. Permasalahan bidang cipta karya semakin banyak b. Penanganan KSK belum terpadu

Kekuatan (S)

a. Seksi yang menangani bidang Cipta Karya telah sesuai sektor keciptakaryaan

Strategi SO (Kuadran 1)

1. penambahan SDM 2. Peningkatan usulan 3. Peluang pendanaan CSR, APBN, APBD Prov

Strategi ST (Kuadran 2) 1. Fokus penuntasan permasalahan keciptakaryaan di KSK 2. peningkatan keterpaduan di KSK prioritas Kelemahan (W)

a. SDM sesuai bidang cipta karya masih minim

b.Tingkat koordinasi masih minim

Strategi WO (Kuadran 3)

1. Optimalisasi SDM yang ada 2. Kontrak individual

3. Optimalisasi koordinasi antar instansi terkait

Strategi WT (Kuadran 4)

1. Pemenuhan SPM pada kawasan perdesaan 2. Peningkatan swadaya masyarakat

Sumber: Hasil Analisis

6.4. RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN 6.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

Arah kebijakan untuk meningkatkan kinerja organisasi pemerintah daerah agar lebih efektif dan efisien menuju good governance, melalui program pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah, dengan kegiatan:

• Penyusunan Deskripsi Pekerjaan/jabatan (job discription); • Penyusunan Analisis Jabatan dan struktur organisasi; • Penyusunan standar kompetensi Jabatan struktural.

Faktor Internal

Faktor Eksternal

(19)

6.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana

Rencana peningkatan mengembangkan kelembagaan dan ketatalaksanaan perangkat daerah, dapat ditempuh melalui:

1) Program Restrukturisasi Kelembagaan Perangkat Daerah, dengan kegiatan: • Evaluasi Struktur Organisasi Perangkat Daerah (SKPD)

• Membentuk struktur organisasi sesuai PP yang berlaku

2) Program Penataan Ketatalaksanaan Perangkat Daerah, dengan kegiatan: • Menyusun standarisasi ketatalaksanaan perangkat daerah

• Menyusun tata naskah dinas lingkup perangkat daerah (SKPD)

6.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Rencana peningkatan SDM dan fasilitas pendukung, dapat ditempuh dengan langkah-langkah strategis sebagai berikut:

1. Penempatan Pegawai Sesuai Minat Dan Keahlian

Kondisi pegawai yang ada perlu dievaluasi untuk menempatkan mereka sesuai minat dan keahlian. Dalam hal ini beberapa lembaga yang jumlah pegawainya dinilai melebihi beban kerja bisa dipindahkan ke instansi yang terkait langsung pelayanan publik bidang PU/ Cipta Karya, sehingga secara terjadi penambahan jumlah pegawai untuk pelayanan bidang PU/Cipta Karya.

2. Pendidikan Dan Pelatihan

Pegawai yang ada diikut sertakan dalam pendidikan dan pelatihan khusus atau diadakan khusus berkenaan dengan pekerjaan bidang PU/Cipta Karya. Kebijakan ini tentu perlu disertai kebijakan lain berupa penempatan mereka harus tetap berada dalam organisasi/instansi yang tugas dan fungsinya berkenaan dengan bidang PU/Cipta Karya.

3. Penambahan Pegawai Fungsional

Peraturan sekarang memungkinkan Pemerintah Daerah memiliki pegawai fungsional lebih banyak. Pegawai tersebut bisa diarahkan menjadi tenaga-tenaga yang memiliki keahlian spesialis, termasuk spesialis dibidang PU/Cipta Karya.

(20)

Pembentukan tenaga spesialis diutamakan dari pegawai yang berstatus pegawai negeri, dan sisanya untuk pekerjaan tertentu disektor pelayanan air bersih bisa direkrut dalam bentuk kontrak kerja. Rekrutmen pola kontrak kerja memudahkan pemerintah setempat mencari tenaga kerja yang cocok dengan karakteristik pekerjaan bidang PU/Cipta Karya dan memudahkan penempatan mereka pada lokasi-lokasi tertentu.

4. Penambahan Personel

Personel yang dimaksudkan disini tidak harus berstatus pegawai negeri, tetapi bisa dalam bentuk kontrak kerja. Rekrutmen pola kontrak kerja ini diutamakan untuk pelayanan air minum agar memudahkan pemerintah setempat menempatkan mereka pada lokasi-lokasi tertentu yang membutuhkan pelayanan air minum.

Arah kebijakan menyiapkan ketersediaan aparatur pemerintah daerah yang profesional dan menata keseimbangan antara jumlah dengan beban kerja di setiap SKPD yang ditmpah melalui program peningkatan profesionalisme aparat pemerintah daerah, dengan kegiatan:

• Rekrutment PNS;

• Penyusunan analisis kebutuhan diklat;

• Perencanaan dan pelaksanaan diklat pegawai yang dilaksanakan di daerah; • Penyelenggaraan ujian dinas;

• Penyelenggaraan ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah;

• Sosialisasi dan pelaksanaan kode etik PNS dan penegakan peraturan disiplin PNS. Arah kebijakan untuk peningkatan kualitas manajemen dan SDM PDAM dengan kegiatan:

• Penyesuaian penghasilan karyawan; • Peningkatan SDM;

• Rekruitmen tenaga ahli Teknik Lingkungan, Teknik Sipil dan Akuntansi; • Interkoneksi Jaringan antar IKK dan BNA;

(21)

Arah Kebijakan Meningkatkan kualitas pengelolaan Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah, diupayakan melalui Program Peningkatan Pengelolaan Administrasi

Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah, dengan kegiatan:

1. Penyusunan Data perwilayahan PNSD;

2. Pengembangan database kepegawaian dalam bentuk penyiapan desain struktur data kepegawaian;

3. Penyediaan perangkat pendukung administrasi kepegawaian; 4. Pelayanan administrasi kepegawaian.

Kebijakan yang akan diterapkan untuk masa lima tahun kedepan adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik (Good Governance), Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja personalia kepegawaian pada semua SKPD lingkup Pemerintah yang akan dilaksanakan antara lain yaitu program kenaikan gaji berkala otomatis (sepanjang memenuhi syaraf), program peningkatan wawasan melalui tugas belajar, magang kerja dengan lembaga pelatihan dan perguruan tinggi dengan sasaran me-ningkatkan kesejahteraan pegawai, terwujudnya peningkatan pembinaan kinerja, terwujudnya peningkafan pembinaan karier PNS dan terwujudnya peningkatan PNS yang memiliki kompetensi sesuai bidangnya dalam kaitan reward and funishement.

Daerah Kabupaten Tapin Untuk lebih mendukung dan mendorong profesionalime pegawai terus dilaksanakan dan ditingkatkan program penerapan hukum dan peraturan (Law Enforcement) sekaligus program pelayanan yang cepat, murah, ramah, transpraran dan akuntabel disetiap pelayanan publik. Secara bertahap dan berlanjut semua PNS mempunyai kompetensi sesuai bidangnya, disiplin mencapai target kinerja dan menerapkan polo pengembangan karier yang jelas. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai, mengembangkan karier pegawai dan meningkatkan profesionalitas pegawai.

(22)

Contents

6.1. ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA ... 1

Diagram 6.1. ... 3

Organisasi Pemerintah Kabupaten Tapin ... 3

6.2. KERANGKA KELEMBAGAAN ... 7

6.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya ... 7

d) Organisasi Pelaksana Penyusunan RPI2JM... 7

6.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ... 7

6.2.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya ... 14

6.3. ANALISIS KELEMBAGAAN ... 14

6.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya ... 14

6.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ... 15

6.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya ... 17

6.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan ... 17

Tabel 6.1 ... 18

Analisis SWOT Kelembagaan ... 18

Peluang (O) ... 18

a.Kebutuhan SDM tinggi... 18

b. Banyak sektor dan Sub Sektor yang belum tertangani ... 18

c. Pendanaan non APBD Kab ... 18

Ancaman (T) ... 18

a. Permasalahan bidang cipta karya semakin banyak ... 18

b. Penanganan KSK belum terpadu ... 18

Kekuatan (S)... 18

(23)

Strategi SO (Kuadran 1) ... 18

1. penambahan SDM ... 18

2. Peningkatan usulan ... 18

3. Peluang pendanaan CSR, APBN, APBD Prov ... 18

Strategi ST (Kuadran 2) ... 18

1. Fokus penuntasan permasalahan keciptakaryaan di KSK ... 18

2. peningkatan keterpaduan di KSK prioritas ... 18

Kelemahan (W) ... 18

a. SDM sesuai bidang cipta karya masih minim ... 18

b.Tingkat koordinasi masih minim ... 18

Strategi WO (Kuadran 3) ... 18

1. Optimalisasi SDM yang ada ... 18

2. Kontrak individual ... 18

3. Optimalisasi koordinasi antar instansi terkait ... 18

Strategi WT (Kuadran 4) ... 18

1. Pemenuhan SPM pada kawasan perdesaan ... 18

2. Peningkatan swadaya masyarakat ... 18

Sumber: Hasil Analisis ... 18

6.4. RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN ... 18

6.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian ... 18

6.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana... 19

6.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 19

1. Penempatan Pegawai Sesuai Minat Dan Keahlian ... 19

2. Pendidikan Dan Pelatihan ... 19

3. Penambahan Pegawai Fungsional ... 19

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk adalah untuk membuat karet siklo dari lateks DPNR, membandingkan karet alam ( natural rubber , NR) dengan karet sintetis sebagai bahan baku

Jawaban terhadap pertanyaan mengapa konsumen datang ke suatu tempat (baik pertama kali atau berulang) merupakan informasi yang penting untuk menentukan strategi perusahaan.

Sesuai hasil penelitian mengenai analisis rancangan program percepatan revitalisasi pesawat Piper Seneca V yakni: Pelaksanaan revitalisasi pesawat Piper Seneca V yang dilakukan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. Coba Anda bandingkan pendapat dari ketiga pakar tersebut dengan pendapat ahli

• Sebagai sebuah perkiraan awal, pembangunan didefinisikan sebagai “ proses perbaikan kondisi hidup seluruh populasi yg menempati daerah tertentu atau suatu negara “...

Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.. 11

Angka ini termasuk ke dalam interval 0,701 – 0,900, sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi antara Kepemimpinan dimensi Mengarahkan dan memberikan Dukungan secara

Tujuan dari penelitian adalah menyajikan visualisasi pakaian adat Toraja dan aksesorinya sebagai media pengenalan yang interaktif dengan menggunakan Augmanted Reality (AR)