• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

5. Aspek Pengembangan Sumber Belajar Berbasis Android

Aspek pengembangan sumber belajar berbasis aplikasi Android terdiri dari dua hal. Aspek pengembangan pertama ialah pemilihan wacana atau teks yang akan dimasukkan dalam aplikasi, aspek pengembangan sumber belajar yang kedua ialah pemilihan konten berupa gambar dan video.

Teks adalah ujaran (lisan) atau tulis yang berguna untuk menyampaikan pesan, gagasan atau informasi (Priyanti, 2014:65). Pesan yang disampaikan dalam bentuk teks akan lebih mudah dipahami ketika kita memperhatikan apa tujuan dan konteks situasi yang ada. Sebagai contoh, ketika kita ingin menjelaskan suatu objek secara detail sehingga siswa dapat seolah melihat, merasakan objek tersebut maka kita akan memilih teks deskripsi.

Untuk membuat suatu sumber belajar agar mudah diterima oleh siswa teks harus harus dipilih bentuk dan strukturnya (Priyanti, 2014:66). Pemilihan teks didasarkan atas konteks situasi yang dihadapi. Konteks situasinya beragam yakni antara apa yang sedang dibicarakan, siapa yang terlibat, saluran yang digunakan (lisan, tilis atau keduanya), dan tujuan sosialnya, untuk menjelaskan, meyakinkan atau menceritakan.

Penggunaan teks dengan tujuan yang sama dapat diplih teks yang sama juga, namun perlu variasi dalam segi bentuk, isi maupun bahan yang digunakan. Kemiripan teks yang disajikan dan dapat dikelompok-kelompokan itu disebut genre. Ada beberapa genre teks yang digunakan dalam sumber belajar yang dikembangkan yaitu genre sastra dan faktual.

Teks bergenre sastra bertujuan untuk mengajuk emosi dan imajinasi pembaca/penyimak, sedangkan genre faktual adalah teks yang dapat menghadirkan informasi atau gagasan dan bertujuan untuk menceritakan, meyakinkan, menjelaskan, dan lain-lain (Anderson dalam Priyanti, 2014:66).

Berdasarkan genrenya sastra dapat digolongkan menjadi teks naratif, puitik dan dramatik. Teks sastra naratif bertujuan untuk menceritakan sesuatu, teks sastra puitik bertujuan untuk mengekspresikan perasaan, dan teks sastra dramatik bertujuan untuk mengkomunikasikan ide atau pengalaman seseorang melalui aksi di atas panggung. Adapun genre teks faktual yang bisa dibedakan menjadi teks deskripsi, diskusi, berita, kotbah dan semacamnya.

Gambar 1 Klasifikasi Teks

Selain pemilihan teks berdasarkan genre, konteks maupun tujuan belajar siswa, teks juga harus ditulis agar siswa mudah membaca dan memahaminya. Manser (Zainurrahman, 2011:20) mengungkapkan ada tiga hal wajib yang dipertimbangkan ketika kita ingin menulis teks dengan jelas, yaitu:

a. Apa yang ditulis hendaknya benar secara tata bahasa dan sesuai dengan penggunaan bahasa secara umum.

b. Kosakata dan penyusunan kalimat menggunakan bahasa yang sederhana namun tidak merusak makna yang ingin disampaikan.

c. Memilih kata sinonom yang cocok, relevan, kontekstual dan umum.

Ketiga unsur tersebut tentunya membuat teks semakin jelas dan mudah dibaca oleh siswa. Selain ketiga unsur diatas, teks yang memiliki keterbacaan tinggi harus memiliki unsur kohesi dan koherensi (Zainurrahman, 2011:7). Kohesi merupakan unsur keterkaintan antara kata-kata hingga paragraf-paragraf. Kohesi dapat juga diungkapkan melalui konjungsi pada kalimat-kalimat maupun paragraf-paragraf, sedangkan unsur koherensi merupakan hubungan yang logis antara kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf yang ada dalam suatu teks.

Selain pemilihan wacana dan teks, pengembangan aplikasi sumber belajar juga harus memperhatikan aspek pemilihan konten berupa video dan gambar. Video merupakan media yang dapat menampilkan atau menggambarkan suatu objek yang bergerak bersamaan dengan suara alamiahnya atau bersamaan dengan suara yang sesuai (Arsyad, 2010:49). Video dapat memberikan gambaran hidup tentang suatu informasi tertentu. Gambaran hidup itu dapat berupa pemaparan

proses, penjelasan tentang konsep yang rumit, dan menghadirkan sesuatu yang abstrak menjadi lebih kongkret.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika kita ingin menyajikan video untuk proses belajar. Menurut Munadi (2010:127-128), ada enam poin dalam pemilihan video dalam proses membantu belajar siswa, yaitu:

a. Pemilihan video harus sesuai dengan tujuan belajar siswa. Anderson (Munadi, 2010:127-128), menyebutkan ada tiga tujuan utama penggunaan video dalam belajar, yaitu tujuan kognitif, tujuan psikomotor, dan tujuan untuk mempengaruhi sikap serta emosi siswa saat belajar.

Tujuan kognitif yang diberikan bisa berupa kemampuan mengingat kembali hal-hal yang sudah diketahui ataupun memberikan berupa rangsangan gerak kepada siswa. Tujuan psikomotor mencakup pemberian contoh semacam gerak, seperti gerakan dalam membaca berita dll. Video yang disajikan juga mempengaruhi sikap dan emosi siswa, apabila videonya mearik maka siswa akat termotivasi untuk belajar.

b. Mengenal atau melihat terdahulu video yang akan disajikan untuk mengetahui manfaat bagi proses belajar siswa.

c. Video yang disajikan memuat tindak lanjut seperti merangsang siswa untuk berdiskusi.

d. Video dapat diputar berkali-kali atau lebih dari satu kali.

e. Memuat bagian yang penting dan bermanfaat bagi siswa agar video tidak dipandang sebagai hiburan semata.

f. Dapat dilakukan tes terhadap video yang disajikan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap video.

Aspek pemilihan konten selanjutna ialah pemilihan gambar. Mayer (2009:115) berpendapat bahwa menambahkan jenis gambar tertentu pada kata-kata atau teks bisa membantu siswa memahami pesan-pesan instruksional. Gambar-gambar membantu proses penerimaan informasi siswa, gambar-gambar juga mampu menghadirkan sesuatu yang kongkret untuk sesuatu yang abstrak.

Gambar-gambar dapat membantu pemahaman siswa terhadap sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang kongktet yang mudah dipahami oleh siswa. Namun pemakaian gambar dalam sebuah media atau sumber belajar tidak dapat dilakukan sembarang, ada prinsip-prinsip yang harus dipatuhi ketika kita memasukan gambar dalam suatu pembelajaran.

Ada empat prinsip yang digunakan untuk memasukan gambar-gambar dalam sumber belajar, menurut Mayer (2009:93-194) yaitu,

a. Prinsip multimedia

Prinsip ini menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik dengan kata-kata dan gambar-gambar daripada dengan kata-kata saja. Pada saat kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara bersamaan siswa dapat membangun model verbal dan pictorial dan membangun hubungan antar keduanya.

b. Prinsip kedekatan ruang

Prinsip ini menyatakan bahwa siswa dapat belajar lebih baik ketika kata-kata dan gambar-gambar terkait disajikan saling berdekatan daripada ketika disajikan saling berjauhan di satu halaman layar. Ketika kata-kata dan gambar-gambar

disajikan berdekatan dalam suatu layar siswa dapat menggunakan sumber kognitif dan visual untuk diproses dalam memori kerja pada waktu yang bersamaan, hal ini akan mempermudah siswa dalam memahami suatu pesan atau informasi.

c. Prinsip keterdekatan waktu

Siswa bisa belajar lebih baik jika kata-kata dan gambar-gambar yang berhubungan disajikan secara berbarengan daripada secara bergantian. Ketika sajian verbal dan visual disajikan berbarengan siswa akan mudah mengkonstruksi informasi atau pesan dalam waktu yang bersamaan dalam memori kerja, ini mengakibatkan daya tangkap pada memori kerja siswa akan lebih efektif.

d. Prinsip koherensi

Pembelajaran akan terganggu jika kata-kata dan gambar-gambar yang menarik namun tidak relevan ditambahkan dalam suatu pesan atau informasi sumber belajar. Siswa akan lebih mudah memahahami pesan atau informasi jika mereka menikmati pembelajarannya. Penambahan suatu gambar/kata yang menarik memang penting untuk menambah minat siswa, namun harus diperhatikan juga relevansinya agar apa yang dibaca oleh siswa dapat bermakna.

6. Keterampilan Membaca

Dokumen terkait