• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Analisis Aspek Non Finansial

6.1.2. Aspek Teknis

Aspek teknis yang dikaji berkaitan dengan sumber daya produksi yang digunakan oleh usaha budidaya Belimbing Dewa, teknik budidaya sesuai SOP, lokasi usaha budidaya dan produksi Belimbing Dewa.

1. Sumber Daya Produksi

Sumber daya produksi yang digunakan pada usaha budidaya belimbing Dewa dapat terbagi kedalam empat bagian yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal dan bahan baku. Sumber daya yang pertama,manusia (tenaga kerja), merupakan salah satu faktor produksi utama dari usaha budidaya Belimbing Dewa. Tenaga kerja yang dipakai berasal dari tenaga kerja keluarga dan non keluarga yang berasal dari lingkungan masyarakat sekitar. Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan tugas-tugas khusus dalam kegiatan budidaya Belimbing Dewa. Dalam kegiatan perawatan dan pemupukan berjumlah rata-rata tiga orang. Kegiatan pembungkusan dan pemetikan memerlukan tenaga kerja lebih banyak yaitu berjumlah rata-rata tujuh orang dikarenakan dalam proses pembungkusan harus cepat agar tidak banyak buah yang jatuh. Kegiatan pemangkasan memerlukan tanaga kerja rata-rata empat orang. Tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki dengan umur diatas 20 tahun.

Sumber daya yang kedua adalah sumber daya alam. Sumber daya alam yang digunakan dalam usaha budidaya Belimbing Dewa adalah lahan dan sumber mata air. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya Belimbing Dewa di kecamatan Pancoran mas sebesar 448,44 m2. Pada Kecamatan Sawangan lahan yang digunakan 1.509.1 m2 . Hal ini disebabkan banyak lahan yang telah digunakan untuk pemukiman serta konversi lahan. Lahan-lahan yang banyak digunakan merupakan lahan pekarangan rumah. Para petani budidaya Belimbing Dewa menjalankan usaha budidaya Belimbing Dewa dengan luas rata-rata kepemilikan lahan sebesar 1708,75 m2. Lahan yang digunakan oleh petani budidaya merupakan lahan milik pribadi. Harga lahan untuk usaha di lokasi penelitian sebesar Rp 206.250,00 per meter.

Sumber daya alam lainnya yang digunakan dalam usaha ini adalah mata air. Air sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya Belimbing Dewa dikarenakan belimbing merupakan tumbuhan yang perlu banyak air. Sumber mata air yang

54 digunakan oleh para pembudidaya Belimbing Dewa adalah air yang mengalir di sungai-sungai dengan irigasi sederhana, air hujan maupun sumur bor yang dimiliki oleh petani. Para petani budidaya kemudian mengalirkan air tersebut melalui pipa-pipa dan ditampung dalam drum air. Untuk mendapatkan air tersebut, para petani budidaya tidak mengeluarkan biaya. Mereka hanya perlu menyiapakan pipa dan drum air. Selain sumber air dari sungai, para petani juga memenuhi kecukupan air dengan memanfaatkan tenaga mesin, yaitu jet pump, untuk mempermudah proses pengambilan air melalui sumber mata air yang berasal dari air tanah.

Modal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha berasal dari modal sendiri. Para petani budidaya pada penelitian ini tidak melakukan peminjaman modal ke pihak lain ataupun lembaga keuangan, seperti bank. Akan tetapi petanipun sesekali mendapatkan batuan dari pemerintah berupa peralatan serta input yang disalurkan melalui kelompok petani. Modal awal petani budidaya digunakan untuk membeli bibit, membangun gudang dan membeli peralatan serta perlengkapan yang dibutuhkan, seperti, mulsa/karbon, steam, gunting stek, drum air, cangkul, golok, timbangan, tangga, box kontainer, parang dan hands frayer.

Jumlah pohon rata-rata yang dimiliki petani adalah sebanyak 62 pohon dengan umur rata-rata diatas lima tahun. Bibit belimbing yang dibeli oleh petani berukuran 80cm. Rata-rata petani budidaya memiliki satu buah gudang untuk menyimpan obat-obatan, peralatan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam usaha budidaya Belimbing Dewa. Gudang dibangun pada awal tahun usaha serta membutuhkan waktu pembangunan selama kurang lebih dua bulan. Pembangunan gudang ini menghabiskan biaya sebesar Rp 3.800.000,00 per unit nya.

Bahan baku yang digunakan dalam usaha budidaya Belimbing Dewa adalah pupuk dan obat-obatan. Pupuk yang digunakan sebanyak dua macam yaitu pupuk kandang dan NPK. Obat-obatan yang dipakai petani adalah Curacron, Decis dan Dusban sebagai pestisida. Sedangkan Gandasil B sebagai perangsang bunga dan Gandasil A sebagai perangsang Buah.

2. Penyediaan input

Input yang dibutuhkan oleh usaha budidaya Belimbing Dewa terdiri dari bibit, pupuk dan obat-obatan. Bibit yang pertama kali ditanam oleh petani dibeli

55 secara langsung pada petani lain atau tempat penjualan bibit. Bibit yang digunakan rata-rata dibeli dengan harga Rp 100.000,00. Kualitas tanaman sangat tergantung dari kualitas bibitnya. Petani yang telah menanam pada tahun pertama, bibit selanjutnya diperoleh dari perbanyakan dengan cara okulasi. Pohon yang diperoleh dari hasil okulasi ini, dapat berbuah pada umur satu tahun sejak masa penanaman, namun hasil dari buah pertama ini belum optimal. Untuk kelanjutan yang lebih baik, bunga yang tumbuh pada usia satu tahun ini dipangkas terlebih dahulu. Hasil yang optimal diperoleh pada usia pohon tiga tahun keatas sejak penanaman. Keunggulan lain menggunakan bibit dengan cara okulasi, buah yang dihasilkan sama dengan induknya. Jadi buah yang dihasilkan seragam.

Input lainnya adalah pupuk. Pupuk berupa pupuk NPK diperoleh dengan cara membeli secara langsung pada agen pertanian yang ada di sekitar lokasi. Lokasi agen bahan pertanian yang sering didatangi petani terletak di daerah Parung. Petani memilih agen tersebut karena harga yang lebih murah dibandingkan agen pada tempat lain. Pupuk NPK dibeli petani dengan harga Rp. 11.875,00 per kilo gram. Pupuk kandang didapatkan petani dari peternak ayam domba dan kambing yang ada di daerah usaha. Harga pupuk kandang adalah Rp 8.500,00 per karung. Ketersedian akan pupuk ini baik NPK maupun kandang cukup baik. Pupuk selalu tersedia pada agen maupun peternakan. Proses pembayaran untuk pupuk dilakukan secara tunai.

Sedangkan untuk penggunaan obat-obatan, petani membelinya pada agen yang sama dengan membeli pupuk atau didapatkan di koperasi. Satu liter decis dibeli dengan harga Rp 226.250,00. Harga satu liter curacron adalah Rp 212.500,00. Sedangkan satu liter dusbran seharga Rp 100.000,00. Gandasil A dan Gandasil B dibeli perbungkus dengan harga Rp 26.125,00 per bungkus.

3. Kegiatan Budidaya Belimbing Dewa

Usaha pembudidayaan Belimbing telah lama disahakan di Kota Depok dan merupakan usaha turun-temurun. Selain ditanam dikebun atau lahan tersendiri, tanaman belimbing juga ditanam di sekitar pekarangan rumah. Tehnik budidaya belimbing Dewa di Kota Depok sebenarnya hampir sama dengan yang lain. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas buah belimbing yang dihasilkan oleh petani serta sebagai langkah dalam mewujudkan belimbing

56 sebagai icon Kota Depok, maka telah disusun Strandar Operasional Prosedur oleh Dinas Pertanian Kota Depok sebagai pengembangan pola produksi belimbing. SOP belimbing ini adalah panduan teknik budidaya blimbing yang dilakukan untuk meningkatkan mutu buah beliming yang dihasilkan oleh petani.

Teknik budidaya belimbing sesuai SOP telah disosialisasikan kepada para petani belimbing di Kota Depok mulai tahun 2007. Hanya saja belum banyak petani yang menerapkannya hingga sekarang. Ada petani yang telah menerapkan seluruh SOP dan adapula petani yang tidak sepenuhnya menerapkan SOP bahkan adapula petani yang tidak atau belum menerapkan. Tehnik budidaya Belimbing Dewa sesuai SOP terbagi menjadi beberapa tahap yang dimulai dari penanaman tanaman Belimbing Dewa, pemupukan dan penyemprotan, pengairan, pemeliharaan/ sanitasi kebun, pembungkusan dan penjarangan bunga, panen dan yang terakhir adalah pemangkasan (Gambar 3).

Gambar 3. Proses Teknik Budidaya Belimbing Dewa sesuai SOP

Tahapan pertama dimulai dari penanaman bibit belimbing. Bibit belimbing ditanam petani pada saat ketinggian satu meter. Kedalaman tanam 50 meter dan lebar satu meter. Jarak tanaman yang sesuai oleh SOP adalah 7x7 meter dikarenakan semakin jauh jarak tanam belimbing akan meyebabkan cabang-

Penanaman Pemupukan & penyemprotan Pengairan Pemeliharaan/Sanitasi Kebun Pembungkusan & Penjarangan Buah Panen Pemangkasan

57 cabang semakin menyamping dan menghasilkan buah yang lebih banyak. Ketentuan jarak tanam ini yang paling sering dilanggar oleh petani. Ada yang menggunakan jarak tanam 6x6 meter dengan alasan banyak lahan yang kosong sehingga lahan tidak optimal serta ada tanaman belimbing yang sudah ditanam sebelum pemberlakuan SOP ini.

Tahapan berikutnya adalah pemupukan dan penyemprotan tanaman Belimbing Dewa. Menyediakan kebutuhan hara dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman belimbing dilakukan melalui kegiatan pemupukan. Pupuk yang digunakan pada tanaman belimbing adalah pupuk kandang dan NPK.

Pupuk kandang dan NPK digunakan untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kegiatan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dan NPK dilakukan tiap empat bulan sekali

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

Gambar 4. Pola Jarak Tanam Belimbing

7 m

58

Gambar 6. Proses Pemupukan Belimbing Dewa Melalui SOP

Banyaknya pupuk yang digunakan oleh petani rata-rata untuk pupuk kandang 3 karung per pohon atau 30-60 kg. Sedangkan untuk NPK, rata-rata yang digunakan adalah 2 kg per pohon. Berdasarkan SOP dosis pupuk kandang dan NPK per pohon belimbing dewa disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Dosis Pupuk Kandang dan NPK pada Usaha Budidaya Belimbing Dewa di Kota Depok

Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2007)

Prosedur pelaksanaan pemberian pupuk pemberian pupuk diantaranya sebagai berikut:

1) Menyiapkan alur lubang pupuk dibawah lingkaran tajuk sedalam 20 centimeter dan selebar cangkul

2) Menyiapkan pupuk sesuai jenisa dan dosis yang akan digunakan 3) Memasukkan pupuk kedalam lubang tanam kemudian menutupnya.

Waktu Pemupukan Dosis Pupuk sekali Pemakaian (kilogram/pohon)

Pupuk Kandang Pupuk NPK

3-12 bulan setelah tanam 20-30 0,2-0,3

1-3 tahun setelah tanam 30-40 0,4-0,6

59 Kegiatan penyemprotan obat-obatan dilakukan dua minggu satu kali dengan sistem oplosan. Kegiatan ini guna merangsang daun dan buah. Pada musim hujan penggunaan input obat-obatan dua kali lebih banyak dibandingkan musim kemarau, hal tersebut disebabkan obat-obatan yang telah disemprotkan hilang tersiram air hujan.

Tahap selanjutnya adalah pengairan. Kegiatan ini dilakukan untuk menyediakan kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman belimbing dewa. Kegiatan pengairan dilakukan 2 minggu setelah penyemprotan atau saat telah keluar bunga. Sebelum kegiatan pengairan dilakukan, hal yang harus dipehatikan adalah melihat kondisi tanaman dan tanah. Pengairan harus dihentikan jika kondisi tanah telah cukup lembab. Air yang digunakan sebagai sumber pengairan berasal dari air hujan, irigasi sederhana maupun sumur bor.

Para pelaku usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok, umumnya melakukan kegiatan pengairan hanya pada musim kemarau. Bahkan ada yang sama sekali tidak melakukan pengairan dengan alasan tanaman belimbing dewa akan terus berproduksi walaupun dalam kondisi kering.

Setelah dilakukan penyemprotan untuk merangsang bunga dan buah lalu pengairan, tahapan berikutnya pemeliharaan tanaman belimbing dewa dengansanitasi kebun serta pengendalian hama dan penyakit tanaman belimbing dewa. Sanitasi kebun adalah kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kebun. Sanitasi kebun penting dilakukan untuk memberikan lingkunagn tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman dan memutuskan siklus hidup Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Kegiatan ini meliputi pembersihan gulma yang tumbuh disekitar tanaman dan membersihkan buah belimbing yang jatuh ke tanah dan yang tersangkut di pohon. Kegiatan sanitasi kebun dapat dikatakan sebagai kegiatan pencegahan terhadap datangnya HPT.

Pengendalian HPT adalah tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian seperti penurunan mutu dan produksi buah belimbing yang diakibatkan oleh hama dan penyakit tanaman. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian HPT, petani melakukan pengamatan terhadap HPT di kebun secara teratur dan berkala. Dengan mengenali HPT yang menyerang dan gejala serangannya, maka petani dapat melakukan tindakan atau cara yang tepat untuk mengatasinya.

60

Gambar 7. Tanaman yang Terkena HPT

Ada beberapa hama dan penyakit yang dapat serta sering menyerang tanaman belimbing dewa, yaitu:

1) Lalat Buah

Untuk mengendalikan serangan lalat buah, petani melakukan pengendalian dengan menggunakan perangkap lalat buah yang menggunakan zat bermerek dagang Petrogenol yang mengandung feromon. Pengendalian menggunakan insektisida juga dapat dilakukan. Insektisida yang digunakan adalah insektisida sistemik.

Untuk menghindari serangan lalat buah, petani membungkus buah pada saat tiga sampai empat minggu setelah buah terbentuk. Jika ada buah yang terserang atau jatuh, maka harus dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantung plastik lalu dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 centimeter atau dibakar.

2) Jamur Upas

Penyakit ini menyerang bagian batang atau cabang tanaman. Jika serangan sudah berat maka dapat mengakibatkan batang mengering dan lapuk. Pengendaliannya dilakukan dengan cara menyemprot atau mengoleskan cabang yang sakit dengan calixin atau dapat juga menggunakan fungisida seperti Benlate. 3) Bercak Daun

Bercak daun ini disebabkan oleh jamur. Penyakit ini menyerang daun, tangkai daun dan batang muda. Penyakit yang disebabkan karena jamur ini meyebabkan terjadinya bercak-bercak daun dengan tepi daun berwarna coklat tua atau ungu. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun kuning hingga rontok. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan fungisida.

61 Kegiatan selanjutnya adalah pembungkusan. Pembungkusan buah dilakukan 1,5 bulan mulai dari pohon belimbing dewa berbunga. Pembungkusan akan dilakukan lebih cepat apabila musim hujan. Buah yang dilakukan pembungkusan adalah buah muda yang telah berukuran 3 centimeter atau sebesar jempol kaki. Pembungkusan buah dilakukan untuk mencegah kerontokkan buah akibat gangguan hama dan bertujuan menghasilkan buah yang besar, bersih dan menarik. Ciri-ciri buah belimbing dewa siap dibungkus yaitu batang terlihat coklat dan warna buah hijau tua.

Gambar 8. Proses Pembungkusan Buah Belimbing Dewa

Agar diperoleh buah yang besar maka dalam satu dompolan buah maksimal dipelihara sebanyak lima buah. Buah yang dubungkus dipilih buah yang memenuhi kriteria bentuk bagus (tidak bengkok), sehat (kulit buah tidak berbintik hitam), tidak cacat dan tangkai buah besar. Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu dilakukan penjarangan buah pada saat ukuran buah 2 centimeter atau 15-20 hari sejak bunga mekar. Buah yang dibuang adalah buah yang tidak memenuhi kriteria, yaitu yang memiliki ciri-ciri bentuk dan ukurannya tidak normal, buah terserang OPT, terdapat diujung ranting atau cabang.

Bahan yang digunakan untuk pembungkusan buah belimbing dewa yaitu kertas karbon dan plastik mulsa, masing-masing bahan tersebut memliki kelemahan dan kelebihan. Namun, karena keberadaan kertas karbon yang mulai langka di pasaran serta harganya yang mahal, maka petani lebih memilih pembungkus berbahan plastik mulsa hitam perak. Plastik mulsa memeiliki kelebihan yaitu harga lebih murah, tidak mudah rusak apabila terkena air hujan dan dapat digunakan beberapa kali pemakaian. Sedangkan kelemahannya bahan terlalu lembab dan buah yang dihasilkan lebih kecil dan berwarna pucat, waktu

62 pembungkusan buah lebih lama. Waktu pembungkusan sampai dengan panen apabila menggunakan kertas karbon yaitu 45 hari sedangkan plastik mulsa 50 hari. Setelah buah berumur 50-55 hari, kegiatan pemanenan dilakukan. Sebelum dilakukan pemanenan, dilakukan terlebih dahulu pengamatan pada buah yang akan dipanen. Hal ini dilakukan untuk memperoleh buah yang sesuai tingkat kematangan dan waktu pemetikan yang tepat. Panen belimbing dewa dilakukan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Januari hingga Februari, Mei hingga Juni dan September hingga Oktober.

Gambar 9. Pembungkus Buah Belimbing Dewa

Buah belimbing dewa sudah dapat di panen ketika telah memasuki indeks kematangan buah IV hingga VI. Indeks kematangan IV dipilih dengan tujuan agar buah tidak cepat busuk dalam proses penyimpanan. Ciri indeks kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 9.

Produktivitas tiap pohon pertahun yang diharapkan dicapai dari penerapan SOP belimbing dewa Kota Depok adalah:

 Umur 2-4 tahun : ≤ 500 buah/pohon/tahun  Umur 5-9 tahun : 500-1200 buah/pohon/tahun  Umur >15 tahun: ≥ 2.000 buah/pohon/tahu

63

Tabel 9. Ciri-Ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok

Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2007

Rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target mutu dan produktivitas yang diharapkan. Petani yang memiliki pohon berumur 5-20 tahun rata-rata 800-2000 buah.

Gambar 10. Belimbing Dewa yang Siap Panen

Kegiatan berikutnya setelah panen berakhir adalah pemangkasan. Kegiatan pemangkasana dibagi menjadi dua jenis yaitu kegiatan pemangkasan bentuk dan kegiatan pemangkasan pemeliharaan. Kegiatan pemangkasan bentuk adalah kegiatan membentuk cabang atau ranting tanaman agar mempunyai tajk yang

Indeks Kematangan Buah

Ciri-ciri Buah Belimbing Dewa Kegunaan Indeks I Buah berwarna hijau tua Buah belum siap panen Indeks II Buah berwarna hijau sedikit

kuning

Untuk salad dan hiasan, ekspor melalui laut dan udara

Indeks III Buah berwarna hijau

kekuningan

Untuk salad dan hiasan, ekspor melalui laut dan udara

Indeks IV Buah berwarna kuning

kehijauan

Untuk kue, cake, hiasan, jus, dimakan segar dan ekspor melalui udara

Indeks V Buah berwarna kuning muda Untuk juice dan dimakan segar

Indeks VI Buah berwarna kuning

kemerahan

Untuk dimakan segar, juice (tidak disarankan untuk ekspor)

Indeks VII Buah berwarna merah

kekuningan (orange tua)

Tidak disarankan untuk ekspor tapi masih dapat digunakan untuk bahan olahan

64 diharapkan dan dengan tujuan agar lebih memudahkan petani dalam melakukan kegiatan pengolahan, perawatan dan pemanenan.

Gambar 11. Kegiatan Pemangkasan

Sedangkan pemangkasan pemeliharaan adalah memotong cabang atau ranting tanaman yang tidak produktif dan tidak dikehendaki. Hal ini bertujuan untuk merangsang pembungaan, membuang ranting atau cabang yang mati, tunas air maupun cabang yang tidak produktif serta memudahkan sinar matahari masuk sampai cabang-cabang terbawah.

4. Lokasi Usaha

Usaha budidaya belimbing dewa Kota depok terdapat di lima kecamatan di Kota Depok. Diantaranya Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Beiji yang memeiliki produktivitas tinggi. Pelaku usaha budidaya belimbing dewa memiliki berbagai alasan untuk mendirikan usaha di lokasi tersebut, diantaranya adalah:

a) Lokasi Usaha

Lokasi usaha budidaya belimbing dewa Kota depok turut mempengaruhi jumlah produksi belimbing dewa yang dihasilkan. Keadaan tanah dan sumber air yang memadai, maka tanaman belimbing tersebut akan menampilkan semua sifat yang dimiliki secara maksimal. Belimbing Dewa berproduksi maksimal pada ketinggian 0-500 meter diatas permukaan laut dengan keasaman tanah diantara 5,5 – 7,0. Kedalaman air tanah yang ideal untuk pertumbuhan belimbing antara 50-200 cm. Hal ini sesuai dengan karakteristik agroekosistem Kota Depok terutama pada Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Beiji

65 yang sangat potensial bagi pengembangan usaha agribisnis Budidaya Belimbing Dewa.

Selain itu petani memilih lokasi Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Beiji karena mereka merupakan warga asli daerah tersebut serta tanaman belimbing sudah di tanaman di daerah Kota Depok sejak lama sebelum adanya varietas Dewa. Para petani telah mencoba berbagai tanaman di daerah tersebut dan yang paling baik serta cocok produktivitasnya adalah belimbing

b) Akses Menuju Lokasi

Para petani budidaya belimbing dewa memilih lokasi di Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Beiji dikarenakan akses menuju ke lokasi tersebut mudah dijangkau. Dengan jalan utama yang telah beraspal dan akses kendaraan umum yang mudah didapat, seperti ojek untuk jalur yang lebih sempit dan angkutan umum untuk melalui jalur yang lebih lebar, memudahkan para petani atau pihak terkait untuk menuju lokasi usaha budidaya atau melakukan mobilisasi ke berbagai wilyah lainnya.

Kota Depok merupakan kawasan pertanian budidaya belimbing dan telah banyak yang mengetahuinya, sehingga para petani tidak perlu melakukan pemasaran lebih banyak. Selain itu, dilokasi banyak terdapat pelaku usaha budidaya belimbing dewa, sehingga para petani dapat berinteraksi secara personal atau kelompok tani yang ada di wilayah untuk saling bertukar pikiran dan informasi mengenai usaha agribisnia budidaya belimbing dewa.

Lokasi usaha agribisnis budidaya belimbing dewa yang berada di Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Beiji berada di dekat tempat tinggal para petani, yang jaraknya kurang lebih 200 meter, sehingga mempermudah petani untuk melakukan aktivitas di kebun.

c) Letak Pasar

Pasar tujuan dari belimbing dewa adalah Jakarta, Jawa dan Sumatera. Petani tidak mengetahui pasar tujan mereka secara pasti dikarenakan petani mempercayakannya kepada pengumpul untuk memasarkan. Para pengumpul langsung mengambil belimbing dewa yang telah dipanen di kebun petani. Setelah itu barulah belimbing dewa dipasarkan ke berbagai wilayah.

66 Pengumpul mengambil menggunakan mobil, sehingga para petani tidak mengeluarkan biaya transportasi.

d) Letak Sumber Bahan Baku

Sumber bahan baku utama yang digunakan pada usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok seperti pupuk dan obat-obatan , relatif mudah untuk didapatkan. Rata-rata petani membeli bahan baku di sekitar lokasi usaha. Di setiap Kecamatan banyak dijumpai pelaku agribisnis yang menyiapkan kebutuhan pertanian yang harganya terjangkau. Namun ada beberapa petani yang membeli bahan baku ke daerah yang cukup jauh, yaitu Parung dengan alasan harga yang lebih murah. Untuk pupuk kandang, petani membelinya pada pelaku usaha peternakan kambing yanag ada diwilayah Kota Depok.

e) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada, dimiliki peternak untuk mendukung kelancaran usaha peternakan yang dijalankan. Sarana dan prasarana tersebut antara lain adalah:

Dokumen terkait