• Tidak ada hasil yang ditemukan

Areal tanaman baru umumnya dibangun dari hutan primer atau hutan sekunder, dengan kondisi fisik yang tidak selalu sama dari satu tempat ke tempat lain, sehingga pengelolaan yang baik adalah syarat terpenting untuk menjamin suksesnya pembukaan lahan baru. Persiapan pembukaan lahan sebaiknya dimulai 4 bulan sebelum tahun program (16 bulan untuk menyelesaikan program), persiapan meliputi: perizinan pembukaan lahan dari pemerintah setempat dan melakukan survey lahan. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam operasional pembukaan lahan sampai penanaman antara lain: persiapan dan pemilihan lokasi pembibitan, pembukaan saluran drainase utama. imas dan tumbang, pembuatan jalan dan saluran air, pemancangan. penanaman legume cover crop (LCC), dan penananam kelapa sawit. Berikut ini rincian kegiatan land clearing yang dilakukan oleh penulis:

Membuka saluran drainase utama. Pada lahan yang datar atau sepanjang aliran sungai umumnya mempunyai masalah drainase yang cukup berat sehingga sering dijumpai areal rendahan (low land area) dan rawa-rawa yang dipengaruhi oleh pasang-surut permukaan air sungai. Pembukaan lahan yang mempunyai masalah drainase akan menghadapi hambatan yang serius, sehingga perlu dilakukan pembukaan saluran drainase untuk mengeluarkan air dari areal yang akan dibuka. Pembukaan saluran drainase utama dapat dilakukan dengan alat berat excavator, sebaiknya selesai bersamaan dengan pekerjaan tumbang sehingga areal yang dibuka cepat kering dan memudahkan proses pematangan tanah.

Imas dan tumbang. Konsep imas ditujukan untuk mempermudah proses tumbang, mutu pekerjaan imas dan tumbang yang baik akan sangat mempengaruhi proses pembukaan lahan. Pekerjaan menumbang dilakukan segera setelah areal diimas. Pekerjaan menumbang pohon dilakukan dengan menggunakan gergaji rantai (chain saw) dan kapak.

Gambar 1. Proses stacking menggunakan excavator

Seiring dengan isu lingkungan yang berkembang saat ini, pembukaan lahan yang dilakukan di SPE menerapkan konsep zero burning (tanpa proses pembakaran). Dalam sistem pembukaan lahan tanpa proses pembakaran, setelah penumbangan langsung dilakukan proses stacking (rumpukan) secara mekanis menggunakan bulldozer atau excavator. Kerugian sistem zero burning yaitu efisiensi lahan yang bisa ditanami kelapa sawit akan lebih rendah karena sebagian lahan harus dikorbankan untuk menjadi tempat stacking (rumpukan). Beberapa keuntungan pembukaan lahan tanpa proses pembakaran adalah: tidak menimbulkan polusi udara, kesuburan tanah tetap terjaga, biologi tanah (mikroba) tetap berkembang dengan baik, dan secara ekonomi hasil kayu tebangan dapat dimanfaatkan.

Memancang. Pemancangan dimaksudkan untuk memberi tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Selain itu pekerjaan memancang juga digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda, dan penanaman Legume Cover Crop

(LCC). Bahan dan alat yang diperlukan dalam melakukan pemancangan antara lein berupa: kompas, kayu pancang (pancang induk dan anak pancang), bendera, sling besi untuk jarak tanam antar pokok dalam barisan utara-selatan 9 m, serta jarak tanam antar barisan timur-barat 7.8 m.

Pancang kepala setinggi 2 m dan anak pancang setinggi 1m yang bagian atasnya diberi cat putih atau bendera digunakan sebagai titik patokan, titik tersebut merupakan pertemuan collection road dan main road dari titik tersebut ditarik garis tegak lurus arah utara-selatan. Tali dengan tanda berjarak 9 m ditarik dari titik patokan tersebut, kemudian dilakukan pemasangan pancang kepala

dengan jarak antar pancang 100 m. tali tersebut dipakai secara bersamaan untuk memasang anak pancang pada setiap tanda yang akan dijadikan titik tanam.

Gambar 2. Pemancangan

Pada titik patokan tadi juga ditarik garis lurus arah timur-barat dengan menggunakan tali yang bertanda jarak 7.8 m. Pemasangan pancang kepala dilakukan sesuai dengan tanda tersebut sampai batas areal blok yang akan dipancang. Pada barisan tanaman kedua digunakan tanda berjarak setengah panjang sisi segitiga (4.5 m), setiap tali bertanda dipasang anak pancang. Pemancangan dilakukan secara bergantian dengan barisan tanaman selanjutnya, prestasi memancang 0.15-0.20 ha/HK. Setiap tim pancang terdiri atas 5 personel (1 personel bertugas untuk meneropong, 2 personel bertugas untuk memancang, 2 personel bertugas untuk menarik tali). Pada areal lahan baru, kegiatan pemancangan dilakukan setelah penetapan batas blok dan seluruh kayu dirumpuk (stacking) di gawangan mati, tetapi sebelum dilakukan penanaman LCC.

Menanam legume cover crop (LCC). Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (LCC) sangat penting di perkebunan kelapa sawit. Beberapa manfaat dari pembangunan LCC adalah: dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat menghemat biaya pengendalian gulma, meningkatkan kandungan bahan organic tanah, memperbaiki kondisi fisik tanah (aerasi dan kelembaban tanah), mencegah terjadinya erosi, mengikat (fiksasi) unsur hara Nitrogen dari udara, dan menekan pertumbuhan hama dan penyakit tertentu.

Tumbuhan penutup tanah yang umumnya ditanam di perkebunan kelapa sawit yaitu: Calopogonium caerulium (CC), Pueraria javanica (PJ),

Calopogonium mucunoides (CM), Centrosema pubescens (CP), Mucuna

dapat dilakukan cara menugal di antara pokok dan gawangan kelapa sawit. Penanaman LCC dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara campuran dan murni. Penanaman dengan cara campuran merupakan kombinasi penanaman benih PJ, CM, dan CC dalam larikan dengan MC. LCC ditanam sejajar dengan barisan tanaman. Larikan campuran PJ, CM, dan CC sebanyak dua baris dan satu baris antarpokok dalam barisan tanaman. Prestasi kerja untuk kegiatan penanaman LCC adalah 5 gawangan/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 3 gawangan/HK. Pola penanaman LCC campuran disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema penanaman LCC (campuran) di gawangan kelapa sawit

Menanam kelapa sawit. Kegiatan penanaman kelapa sawit meliputi penggalian lubang tanam, pelangsiran bibit ke lapangan, pengeceran bibit ke dalam blok, dan penanaman kelapa sawit. Kegiatan penanaman di SPE dilakukan oleh tenaga borongan/BHL, penggalian lubang tanam disertai oleh pemberian pupuk RP dengan dosis 0.5 kg/lubang tanam. Prestasi kerja untuk kegiatan penggalian lubang tanam adalah 20 lubang/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 5 lubang/HK.

Pengendalian Gulma

Pengendalian lalang (Imperata cylindrica). Pertumbuhan lalang di Kebun Sungai Pinang Estate (SPE) terjadi secara sporadis (terpencar) sehingga tindakan pengendalian yang efektif adalah dengan menggunakan metode spot spraying. Peralatan yang digunakan adalah alat semprot knapsack sprayer gendong RB 15 dengan tipe cone nozzle, VLV 200 (volume semprot 100 L/ha). Herbisida yang digunakan adalah Audit 480 AS dengan bahan aktif iso propil

amino glifosat berwarna kuning yang bersifat sistemik. Konsentrasi yang digunakan adalah 0.8% dengan dosis 0.1 L/ha.

Beberapa kendala yang harus dihadapi tim semprot di SPE adalah ketersediaan air untuk melarutkan herbisida sehingga dibutuhkan tim pengangkut air yang lebih banyak, untuk saat ini hanya ada 1 orang yang bertugas sebagai tukang air. Selain itu ketersediaan stok herbisida di gudang juga menjadi kendala yang mempengaruhi rencana kerja bulanan untuk kegiatan pengendalian gulma. Rotasi kegiatan pengendalian lalang adalah 3 kali dalam setahun dengan prestasi kerja 2-3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 1 ha/HK. Peralatan semprot yang digunakan di SPE dapat dilihat pada Gambar 4.

Pengendalian kentosan/VOPS (voluntary oil palm seedlings). Pengendalian VOPS/kentosan dilakukan dengan alat knapsack sprayer RB 15 kapasitas 15 L, menggunakan Gramoxone herbisida kontak berbahan aktif

paraquat dengan konsentrasi bahan 20 % dengan dosis 0,8 liter/ha. Prestasi kerja untuk kegiatan ini adalah 2-3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 1 ha/HK. Sebenarnya tindakan pengendalian VOPS tidak akan terjadi jika pengawasan terhadap kegiatan pemanenan dilakukan secara efektif. VOPS muncul karena berondolan tidak terkutip dan terdapat buah tinggal, maka diperlukan komitmen antara supervisi dan tenaga pemanen untuk mencegah permasalahan ini.

Gambar 4. Peralatan semprot (RB 15 dan MHS)

Semprot piringan, pasar rintis, dan TPH. Piringan, pasar rintis, dan TPH merupakan sarana yang terpenting dalam kegiatan produksi dan perawatan di SPE karena merupakan akses utama di dalam blok yang sangat mempengaruhi

kegiatan panen, pengumpulan TBS, pemupukan, penunasan, dan pengawasan. Kegiatan perawatan piringan, pasar rintis, dan TPH dapat dilakukan secara manual maupun secara kimia, untuk perawatan secara chemis dilakukan pengendalian menggunakan alat semprot MHS (Micron Herbi Sprayer) dengan prestasi kerja 5 ha/HK. Alat semprot ini digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (ULV).

Bahan/herbisida yang digunakan adalah campuran dari Audit 480 AS

dengan Starane 200 EC. Bahan aktif Audit 480 AS adalah iso propil amino glifosat berwarna kuning, bersifat sistemik yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berjenis rumput. Sedangkan Starane 200 EC adalah herbisida sistemik purna tumbuh berbahan aktif fluroksipir 200 g/L, berbentuk cairan pekat berwarna putih yang dapat diemulsikan dengan air berfungsi untuk mengendalikan gulma berjenis daun lebar. Jenis gulma yang dikendalikan adalah Ageratum conyzoides

(babandotan), Ottochloa nodosa, Nephrolepis biserrata, Mikania micrantha, Clidemia hirta, dan Melastoma malabathricum. Kegiatan ini dilakukan dengan rotasi 3 kali per tahun atau 4 bulan sekali.

Dongkel anak kayu (DAK) dan babat tanaman pengganggu (BTP). Metode ini merupakan tindakan pengendalian gulma secara manual, umumnya alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah cados (cangkul dodos), dodos yang dibengkokan, digunakan untuk mengangkat anak kayu sampai ke akarnya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, VOPS, dan Melastoma malabatrichum. Rotasi pekerjaan ini adalah 1-2 kali setahun dengan prestasi kerja 2-4 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 1 ha/HK. Pembabatan merupakan kegiatan yang khusus dilakukan di daerah rendahan, yang tergenang disaat musim penghujan. Peralatan yang digunakan berupa parang dan batu asah, pembabatan dilakukan sampai batang anak kayu mepet ke tanah. Prestasi kerja untuk kegiatan ini adalah 1 ha/HK sedangkan prestasi kerja penulis 0.5 ha/HK

Pengendalian Hama dan Penyakit

Sensus. Baik sensus pokok, buah, maupun hama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data yang lengkap tentang keadaan sebenarnya di lapangan/blok sehingga dengan adanya kelengkapan data dapat mempermudah pengambilan keputusan untuk penanganan jika timbul masalah. Dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit, perkebunan SPE melakukan kegiatan sensus hama sebelum memutuskan untuk melakukan pengendalian hama secara kimia.

Penanaman beneficial plant. Beneficial plant memiliki peranan yang sangat besar dalam rangka pengendalian hama terpadu (PHT) mengingat pengembangan jenis tanaman ini merupakan cara yang paling mudah dan murah dibanding tindakan-tindakan lainnya seperti introduksi dan perbanyakan musuh alami dan lain-lain. Beneficial plant adalah jenis-jenis tanaman penghasil nectar yang dikembangkan sebagai sumber makanan (food source) bagi serangga parasitoid yang merupakan musuh alami bagi serangga hama kelapa sawit.

Pengembangan jenis tanaman ini dimaksudkan untuk memperbaiki keseimbangan alami antara jenis serangga hama dengan musuh alaminya yaitu jenis serangga parasitoid maupun predator (meningkatkan keragaman hayati). Oleh karena itu tanaman itu harus memiliki karakteristik mampu menghasilkan nectar, terbukti memiliki daya tarik (attractiveness) terhadap serangga parasitoid maupun predator, mudah diperbanyak, serta mudah perawatannya. Penanaman

beneficial plant harus dilakukan dengan mendahulukan areal yang dianggap paling rawan serangan ulat api maupun ulat kantong. Jenis-jenis beneficial plant

dikembangkan di SPE adalah Cassia cobanensis, Antigonon leptopus, dan

Turnera subulata.

Penanaman beneficial plant di SPE terbukti efektif dalam menekan populasi hama ulat di perkebunan Sungai Pinang. Hal tersebut terlihat dari menurunnya intensitas serangan hama yang memberi kontribusi penghematan biaya pengendalian hama secara kimia.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang menjadi perhatian di SPE, karena biaya (budget) untuk kegiatan pemupukan mencapai 60-70% dari total biaya pemeliharaan. Prinsip utama kegiatan pemupukan di SPE adalah tepat jenis tepat dosis, tepat cara, tepat waktu.

Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit). Kegiatan pengambilan sampel daun dilakukan untuk mengetahui status hara tanaman melalui jaringan daun sehingga didapat rekomendasi pemupukan pada tiap blok yang dilakukan ole departemen riset Minamas. Identifikasi gejala defisiensi hara secara visual dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel daun. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pengambilan sampel daun ini adalah dodos/egrek, gunting, pisau, kantung sampel yang telah diberi label, serta ballpoint. Setiap tim terdiri dari 3 karyawan (2 perempuan bertugas untuk mengambil sampel daun dan memberi tanda pada pokok sensus dan satu orang pria untuk memotong pelepah menggunakan dodos atau egrek). Banyak sampel daun yang diambil berbeda-beda sesuai dengan luasan blok, sampel daun diambil dari pelepah ke-17.

Penguntilan. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan. Sistem untilan merupakan metode aplikasi pupuk dengan membuat untilan (repacking) pupuk dari goni 50 kg (untuk urea dan MOP) dan HGFB berukuran (25 kg) menjadi goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan (biasanya 12-16 kg per untilan) (Pahan, 2007). Pengutilan dilakukan dengan menggunakan takaran yang terbuat dari eks wadah herbisida, hasil untilan disusun (ditumpuk) rapi antara 10-15 until per tumpuk untuk memudahkan penghitungan. Pupuk yang telah diuntil harus segera ditabur esok harinya agar tidak terjadi proses penggumpalan. Prestasi kerja untuk kegiatan penguntilan adalah 1.5 ton/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 0.9 ton/HK.

Pelaksanaan pemupukan. Pengeceran pupuk adalah kegiatan mengambil pupuk yang telah diuntil di gudang pupuk untuk dibawa ke lapangan. Kendaraan pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan adalah wheel tracktor atau dump truck disesuaikan dengan kondisi jalan. Kapasitas unit pengangkut tersebut berkisar 5 ton untuk urea dan 6-7 ton untuk MOP. Aplikasi pemupukan di SPE untuk TBM dilakukan di piringan, sedangkan untuk TM dilakukan di gawangan mati. Khusus untuk blok yang diaplikasikan janjangan kosong, pemupukan dilakukan di atas permukaan JJK. Prestasi kerja kegiatan pemupukan adalah 500kg/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 180 kg/HK.

Perawatan Jalan.

Kondisi jaringan jalan di perkebunan harus dibuat dengan sasaran dapat dilalui dalam segala kondisi cuaca. Dengan perencanaan dan pengendalian mutu yang baik diharapkan konstruksi jalan akan kuat, awet, dan perawatan jalan yang murah sehingga dapat memudahkan dalam transportasi pupuk, panen, dan aktifitas kebun lainnya. Mengacu pada fungsi jalan tersebut maka perawatan jalan secara rutin dengan teknis yang tepat perlu dilakukan, karena dapat mengurangi biaya transport dan pemeliharaan jalan itu sendiri.

Faktor yang menyebabkan kerusakan jalan: air, bahan organik tanah, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan struktur), beban (tonase) kendaraan, kurangnya perawatan. Beberapa kegiatan perawatan jalan secara manual yang umum dilaksanakan di SPE adalah memotong cabang pelepah/cabang pokok sawit yang menghalangi sinar matahari dan menggangu lalu lintas kendaraan (tunas pasar) dengan rotasi 1 x 2 bulan (prestasi 100 m/HK), reparasi dan konsolidasi jalan pada musim hujan dengan pembuatan tali air untuk membuang genangan air, dan dan penyusunan batu padas berdiameter > 10 cm untuk menimbun lubang pada badan jalan. Perawatan jalan secara mekanis dapat memanfaatkan alat berat Road Grader untuk meratakan/membentuk permukaan jalan dan Road Compactor untuk memadatkan jalan.

Pemanenan

Potong buah. Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan untuk menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yng perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah adalah: persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat-alat kerja.

Pembersihan piringan dapat dilakukan secara manual maupun chemis, kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan pengutipan berondolan. Selain itu kondisi piringan W0 (tanpa gulma) dapat memudahkan pengawasan terhadap prestasi kerja tenaga panen dan pengutip berondolan. Sarana lain yang perlu dipersiapkan untuk mendukung kegiatan potong buah adalah pembuatan pasar rintis dan rintis tengah, pemasangan titian panen pada parit, dan pembuatan TPH dengan ukuran 6 m x 4 m di tiap 2-3 pasar rintis.

Alat-alat kerja potong buah yang perlu disiapkan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS (dodos dan egrek), alat untuk bongkar muat TBS (gancu dan tojok/tombak), alat untuk membawa TBS ke TPH (angkong/kereta sorong dan goni eks pupuk).

Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya dalam areal panen/hanca yang sama. Sistem rotasi panen di SPE adalah rotasi 6/7 yaitu terdapat 6 seksi panen dengan interval waktu panen dalam satu seksi 7 hari, namun dalam pelaksanaan di lapangan sering terkendala kondisi blok yang sulit (khusunya daerah rendahan) dan ketersediaan tenaga potong buah. Jumlah seksi potong buah disusun menjadi 6 seksi (A, B, C, D, E, dan F). Kualitas buah di SPE didasarkan mempertimbangkan beberapa criteria, yaitu: potongan gagang yang dipotong mepet maksimal 5 cm dari permukaan buah sampai sisi potongan yang miring, kesegaran buah dan berondolan yang dikirim ke PKS minimal 24 jam setelah dipanen, kematangan buah dengan ripeness > 95%.

Administrasi potong buah. Sistem basis yang digunakan di SPE adalah basis borong, yaitu jumlah janjang yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan janjang sebagai premi lebih borong. Basis borong

ditetapkan berdasarkan tahun tanam dan waktu/jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari Jumat). Premi basis borong adalah premi yang diterima pemanen saat jumlah janjang panen sama dengan jumlah basis borong, sedangkan premi lebih borong adalah premi yang diterima pemanen jika jumlah janjang telah melebihi basis (tiap janjang dikalikan rupiah yang telah ditetapkan). Prestasi kerja untuk kegiatan pemanenan ditentukan berdasarkan basis janjang yang berbeda- beda tiap tahun tanam (tahun tanam 1991: 82 janjang, tahun tanam 1993: 85 janjang, tahun tanam 1998: 90 janjang, tahun tanam 2000: 165 janjang).

Pemberian sanksi di SPE III diberikan kepada tenaga potong buah berdasarkan data pemeriksaan mandor panen dan krani buah yang telah diperiksa oleh asisten. Setiap pemanen mendapat denda Rp. 5000/janjang jika terdapat tandan buah yang mentah dan tinggal (di pokok maupun di TPH). Sanksi dan denda telah ditentukan terlebih dahulu oleh perusahaan, tetapi kendala dalam penerapan di lapangan adalah tenaga supervisi yang kurang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran panen.

Pengolahan CPO

Pengolahan hasil TBS dan pemasaran CPO di PT Bina Sains Cemerlang menjadi tanggung jawab sebuah unit pabrik pengolahan kelapa sawit yang di sebut Sungai Pinang Factory berkapasitas produksi sebesar 30 ton/jam. Hasil pengolahannya berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel Palm Oil (KPO). Pada umumnya pabrik pengolahan kelapa sawit memiliki dua stasiun yaitu stasiun utama [stasiun penerimaan buah, rebusan, pemipilan (stripper), pencacahan (digester), pemurnian (clarifier), dan stasiun pemisahan biji dan kernel] dan stasiun pendukung (stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air, penimbunan produk dan bengkel).

Stasiun penerimaan buah. Tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi pabrik menggunakan unit pengangkut (dump truck, truck, atau tracktor). Sebelum masuk ke loading ramp, TBS harus ditimbang di jembatan penimbangan (wheighing bridge). Setelah berada di loding ramp berkapasitas 350 ton., TBS diangkut ke dalam Stasiun Rebusan menggunakan lori (kapasitas lori kecil 2,7 ton dan kapasitas lori besar 4,5 ton TBS).

Stasiun perebusan (sterilizer). TBS dipindahkan dari loading ramp dengan menggunakan lori yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang ke dalam bejana rebusan (sterilizer) yang berkapasitas 10 lori dalam satu bejana rebusan. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur 140ºC dan tekanan 2-2,8 kg/cm2 selama 80-90 menit. Tujuan perebusan adalah mematikan enzim yang dapat memacu kenaikan asam lemak bebas (ALB), memudahkan pemipilan, dan penyempurnaan dalam pengolahan dengan mengurangi kadar air. Hasil sampingan (by product) dari proses ini adalah air kondensat yang mengandung 0.5 % minyak ikutan, yang kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit

(Effluent Treatment). Stasiun rebusan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Stasiun rebusan (sterilizer)

Stasiun bantingan (thresher). Buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam thresher dengan menggunakan hoisting crane. Pada tahapan ini, berondolan yang masih melekat di tandannya akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan. Alat yang digunakan adalah rotary drum thresher (drum berputar) dengan kecepatan putaran 12 rpm. Brondolan yang keluar dari bagian bawah thresher ditampung oleh screw conveyor untuk dikirim ke digester sedangkan janjang kosong yang keluar dari belakang tresher

ditampung oleh empty bunch conveyor. By Product dari proses ini adalah janjangan kosong, yang dikirim ke hopper. Janjangan kosong dari proses ini dikembalikan lagi ke kebun (land application). JJK yang berada di hopper dimuat ke kendaraan pengangkut menggunakan alat berat. Stasiun bantingan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Stasiun bantingan (thresher)

Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser). Berondolan yang dibawa oleh screw conveyor dimasukkan ke dalam digester, untuk memisahkan biji dengan serabut. Dalam proses pencacahan ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga antara 800-900C. Setelah mengalami pencacahan massa buah dimasukkan ke dalam alat pengempaan (presser) agar minyak keluar dari biji dan fibre. Pada proses pengempaan akan diperoleh minyak kasar, ampas, dan biji. By product yang dihasilkan dari proses ini adalah serat/fiber yang akan dimanfaatkan sebagai sumber energy pada boiler. Sebelum minyak kasar ditampung ke dalam Crude Oil Tank, dilakukan pemisahan kandungan pasir yang dilakukan di dalam vibrating screen, sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak di kirim ke Depericarper (pemisahan ampas dan biji). Dalam proses penyaringan kasar, minyak kasar dipompakan ke dalam Decanter

untuk memisahkan solid dan liquid. Pada fase cair yang berupa minyak dan air ditampung pada Continuous Settling Tank lalu dikirim ke oil tank, sedangkan pada fase padatan (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank lalu dikirim ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.

Stasiun pemurnian (clarifier). Minyak dari Crude Oil Tank (COT) yang bertemperatur 95-100 oC dialirkan ke Stasiun Pemurnian untuk pemurnian minyak dari memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Minyak Kelapa Sawit yang sudah dipisahkan dari kotoran dengan prinsip pengendapan akan masuk ke bagian hot whell tank untuk dikirim ke vacuum dryer dengan tujuan mengurangi

Dokumen terkait