• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis Operasional .1 Daerah Pelayanan Kota Bandung

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang (Halaman 34-38)

3.3 Permasalahan dan Kendala Bisnis Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

3.3.4 Aspek Teknis Operasional .1 Daerah Pelayanan Kota Bandung

Sistem pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh PD Kebersihan telah melayani 30 kecamatan di Kota Bandung. Daerah pelayanan PD Kebersihan dibagi ke dalam empat wilayah operasional kerja seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.14. Wilayah operasional kerja PD K ebersihan Kota Bandung adalah:

1. Bandung Utara, yang terdiri dari Kecamatan Cidadap, Coblong, Sukasari, Sukajadi, Bandung Wetan, Cibeunying Kaler, dan Cibeunying Kidul

2. Bandung Barat, yang terdiri dari Kecamatan Andir, Astana Anyar, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bandung Kulon, Bojongloa Kidul, dan Cidendo

3. Bandung Timur, yang terdiri dari Arcamanik, Ujung berung, Cibiru, Rancasari, Panyileukan, Buah Batu, Cinambo, Antapani, Mandala Jati, dan Gedebage

4. Bandung Selatan, yang terdiri dari Sumur Bandung, Kiara Condong, Regol, Lengkong, Batununggal, dan Bandung Kidul. 3.3.4.2 Tingkat Pelayanan Kota Bandung

Pencapaian tingkat pelayanan pada dasarnya merupakan kinerja sistem pengelolaan yang dimulai dari operasi pewadahan, pengumpulan/pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Sistem pengelolaan tersebut dibentuk dengan mempertimbangkan aspek kondisi fisik daerah pelayanan dan faktor efisiensi waktu, tenaga manusia dan biaya.

Pengelolaan sampah oleh PD Kebersihan telah melayani 30 kecamatan di Kota Bandung dengan 90% dari luas wilayahnya. Pelayanan dilakukan terhadap seluruh sumber sampah, yaitu permukiman, pasar, daerah komersil, perkantoran, fasilitas umum, saluran drainase dan penyapuan jalan.

Hingga tahun 2012 Kota Bandung telah memiliki 161 TPS yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandung. Perbandingan antara jumlah TPS dengan jumlah penduduk adalah 1 TPS melayani 15.061 jiwa. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal, 1 TPS melayani 10.000 orang sehingga perlu dilakukan penambahan jumlah TPS. Sebaran TPS di Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 3.15. Persentase tingkat pelayanan TPS dapat ditentukan melalui perhitungan (jumlah TPS*10.000)/jumlah penduduk)x 100%) =62,27%.

3.3.4.3 Sumber, Komposisi, Jenis dan Timbulan Sampah

Sumber, komposisi, jenis dan timbulan sampah merupakan hal yang perlu diketahui untuk menentukan sistem pengelolaan yang paling baik untuk diaplikasikan di Kota Bandung. Berdasarkan penelitian Prof. Enri Damanhuri (2006), dengan jumlah penduduk Kota Bandung sekitar 2.500.000 jiwa, timbulan sampah kota Bandung adalah sekitar 1500 ton/hari dengan rata-rata timbulan sampah sebesar 0,6 kg/orang/hari.

3.3.4.4 Pewadahan Sampah

Saat ini jumlah sarana pewadahan sampah di Kota Bandung masih terbatas dengan jenis yang beragam dan lokasinya tersebar di

berbagai wilayah di Kota Bandung. Jenis dan volume pewadahan sampah di setiap kawasan berbeda-beda, yaitu:

1. Pewadahan sampah untuk daerah permukiman teratur menggunakan tong/drum sampah 100 liter atau bak sampah 80 liter

2. Pewadahan sampah untuk daerah permukiman tidak teratur menggunakan kantong plastik bekas dengan volume yang bervariasi atau bin plastik 50 liter

3. Pewadahan sampah untuk daerah pertokoan, perkantoran, industri dan fasilitas sosial menggunakan tong/drum 100 liter atau bin plastik 120 liter

4. Pewadahan sampah untuk pasar menggunakan kantong plastik bekas dengan volume bervariasi atau bin plastik 120 liter 5. Pewadahan sampah untuk jalan protokol dan tempat-tempat

umum menggunakan tong/drum sampah 100 liter 3.3.4.5 Pengumpulan Sampah

Pengumpulan Sampah Permukiman

Sebagian besar sampah di Kota Bandung berasal dari

lingkungan permukiman. Biasanya sampah dari lingkungan

permukiman diakumpulkan menggunakan gerobak yang dioperasikan

oleh manusia, namun pada beberapa lokasi pengumpulan sampah dilakukan menggunakan mobil pick up. Pengumpulan sampah di pemukiman dilakukan oleh petugas swakelola dari RT/RW atau oleh petugas yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan masyarakat setempat. Sampah hasil penyapuan atau pengumpulan tersebut diangkut ke TPS terdekat.

Pengumpulan Sampah Jalan

Pengumpulan sampah jalan merupakan rangkaian dari kegiatan penyapuan sampah jalan, seperti yang disajikan oleh Gambar 3.17. Sampah yang telah disapu dikumpulkan di dalam container 120 liter atau carangka. Pengumpulan sampah jalan yang dilakukan saat ini menggunakan mobil pick up, kendaraan roda tiga atau gerobak sampah. Kendaraan tersebut mengangkut sampah dari sapuan jalan ke TPS.

Pengumpulan Sampah Pasar

Pengumpulan sampah pasar merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari penyapuan sampah pasar oleh personil PD

Kebersihan hingga pengangkutan sampah tersebut ke TPS. Pengangkutan sampah pasar ke TPS biasanya menggunakan gerobak sampah. Untuk pasar modern atau mall, sampah yang sudah tertampung dalam container diangkut menggunakan kendaraan truk ke TPS oleh PD Kebersihan. Selain itu terdapat juga pengangkutan yang dilakukan oleh pengelola mall langsung ke TPA.

Pengumpulan Sampah Komersial

Pengumpulan sampah yang bersumber dari daerah komersial dapat dilakukan oleh petugas swakelola dari RT/RW atau petugas yang sudah dikontrak oleh masyarakat. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan dan sampah ke TPS adalah gerobak atau mobil pick up. Selain itu, terdapat pula kawasan komersial yang menggunakan container dengan sistem sewa atau dengan pengadaan sendiri dengan mekanisme pengangkutan ke TPA berdasarkan kesepakatan antara pihak penyewa dengan PD Kebersihan. Ada pula yang menggunakan jasa pengelola kebersihan swasta dan membawanya langsung ke TPA. ntuk mengefektifkan pengangkutan sampah di TPS, Kementerian PU Cipta Karya Kota Bandung membangun SPA (Stasiun Peralihan Antara) di TPS Tegallega dan TPS Pasar Induk Gedebage, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.18. Pada SPA terdapat bangunan dengan

seperangkat mesin press, 1 unit truk, dan pengolah lindi. SPA dibangun dengan tujuan untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan volume pengangkutan sampah ke TPA. Sebelum dipress sampah terangkut 4 hingga 5 ton/truk, setelah dipress sampah yang terangkut menjadi 7 hingga 8 ton/truk. Pemindahan dan Pengangkutan Sampah

Pemindahan adalah tahap memindahkan sampah hasil

pengumpulan kedalam kendaraan pengangkut, sedangkan

pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah dari objek pengangkutan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Total sarana angkutan di Kota Bandung adalah 102 unit namun rata-rata yang beroperasi sebanyak 90 unit perhari. Kendaraan tersebut mengangkut sampah sebanyak 1.029 ton perhari dari total timbulan sampah 1.667 ton perhari, sehingga persentase pengangkutan sampah ke TPA adalah 62%.

Dalam pengoperasiannya, truk pengangkut berangkat dari pool menuju TPS. Setelah truk penuh dengan sampah, truk menuju ke TPA. Setelah membuang sampah di TPA, truk kembali ke TPS lalu mengangkut kembali sampah dari TPS ke TPA sesuai dengan ritasi yang akan dilakukan pada hari itu.

Peralatan pengangkutan sampah yang digunakan adalah truk jenis Arm Roll/Load Haul (LIB) dan Dump Truck. Setiap truk dilengkapi

dengan surat-surat kendaraan yang berlaku. Truk jenis Dump dilengkapi dengan perlengkapan operasional berupa sapu lidi, carangka, gacok, singkup, terpal dan tambang, sedangkan truk jenis LH dilengkapi dengan container, terpal dan tambang. Truk jenis LH dilengkapi dengan satu orang pengemudi dan satu prang kernet, sedangkan truk jenis Dump dilengkapi dengan satu orang pengemudi dan awak truk empat orang.

Untuk pengangkutan sampah dari Stasiun Peralihan Antara (SPA) digunakan truk yang berheda. Dilakukan 2-3 rit/hari, dimana 1 ritasinya dapat menghabiskan waktu kurang lebih 4-5 jam dikarenakan lokasi TPA yang sangat jauh. Untuk memenuhi kebutuhan pengangkutan sampah ke TPA, PD kebersihan menyewa trek untuk melakukan 19 rit/hari. Jumlah ritasi angkutan setiap hari rata-rata 195 rit.

3.3.4.6 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Sampah yang terangkut dari TPS dan SPA dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Sementara Sarimukti yang terletak di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Rarat. TPA Sarimukti dioperasikan pada tanggal 28 Mei 2006 dengan luas 25 Ha, dimana proses pengolahan sampah disini menggunakan Sistem Control

Landfill menggantikan TPA Leuwigajah yang longsor. Sampah yang masuk ke TPA Sarimukti berasal dari Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. Jumlah sampah yang diangkut dari Kota Bandung ke TPA ini dengan menempuh jarak kurang lebih 45 km, adalah sebesar 1.100 ton per hari. TPA Sarimukti ini dikelola oleh BPSR Provinsi Jawa Barat yang direncanakan umur pakainya hingga tahun 2014/2015. Pemprov Jabar sedang menyiapkan TPA Regional di Legok Nangka yang direncanakan akan beroperasi setelah masa pakai TPA Sarimukti habis.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang (Halaman 34-38)

Dokumen terkait