• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.9 Asuhan Kebidanan

2.9.1 ANC (Antenatal Care)

Pengertian Ante Natal Care (ANC) Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. (Kutipan Sihombing, 2012 dari Manuaba, 2008)

Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali :

1. Satu kali kunjungan selama trimester I (14 minggu)

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36) (Depkes RI, 2013)

76

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Kutipan Sihombing, 2012 dari Depkes RI, 2013):

1. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan 2. Ukur tekanan darah

3. Ukur tinggi fundus uteri

4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap

5. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan 6. Tes terhadap penyakit menular seksual

7. Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah) 8. Tentukan persentasi janin dan hitung DJJ

9. Tetapkan status gizi (ukur LILA) 10. Tatalaksana Kasus

Namun, dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut Dinkes, standar minimal pelayanan ANC adalah 14 T yaitu :

1. Timbang berat badan 2. Tekanan darah 3. Tinggi fundus uteri 4. Tetanus toxoid lengkap

5. Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan. 6. Tes penyakit menular seksual (PMS)

77

8. Terapi kebugaran. 9. Tes VDRL

10. Tes reduksi urine. 11. Tes protein urine 12. Tes Hb

13. Terapi iodium 14. Terapi malaria

Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14 T sesuai kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T (nomor 1-7 pada 10 T di atas). Pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak diberikan oleh dukun bayi. (Kutipan Sihombing, 2012 dari Prawiroharjo, 2010)

2.9.2 Persalinan

Definisi

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Saifuddin, 2013).

Persalinan kala II adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan yang dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi.

78

Tahap Persalinan 1. Kala I

Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam (Varney, 2007).

Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu : a. Fase laten

Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ketitik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.

b. Fase aktif

Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3 – 4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase dan selama kala II persalinan.

Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :

 Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

79

 Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

 Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

2. Kala II

Menurut Depkes RI (2013), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum terlihat menonjol, vulva vagina dan sfingter

ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir darah.

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.

80

3. Kala III (pengeluaran plasenta)

Menurut Depkes RI (2013), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba.

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV

Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum.

2.9.3 PNC (Postnatal Care)

Masa nifas (purperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari pasca persalinan.

81

Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan sebanyak 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Berikut ini merupakan jadwal pelaksanaan Kunjungan Nifas (KF) :

1. KF 1 pada 6 jam - 48 jam. 2. KF 2 pada 4 hari - 28 hari. 3. KF 3 pada 29 hari - 42 hari.

Adapun penatalaksanaan yang dilakukan di setiap kunjungan antara lain :

1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

Penatalaksanaan :

a. Memantau tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan pendarahan pervaginam.

b. Mengajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan pendarahan uterus dan bagaimana melakukan pemijatan jika uterus lembek dengan cara memijat atau memutar perut selama 15 kali. c. Menganjurkan ibu untuk segera memberikan ASI pada bayinya. d. Menjaga kehangatan pada bayi dengan cara selimuti Bayi. e. Menganjurkan ibu untuk segera memberikan ASI pada bayinya. f. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini .

g. Menganjurkan ibu untuk menempatkan bayinya di tempat tidur yang sama.

82

2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan) Penatalaksanaan :

a. Memantau tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kantung kemih dan pendarahan pervaginam.

b. Memantau keadaan ibu suhu tubuh.

c. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, saturan dan buah-buahan dan minuman sedikitnya 3 liter air setiap hari.

d. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam, siang malam dengan lama menyusui 10-15 menit di setiap payudara.

e. Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

f. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara tetap bersih dan kering. Terutama putting susu,Menganjurkan ibu untuk memakai BH yang menyongkong payudara.

g. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15 menit di setiap payudaranya.

h. Melakukan imunisasi BCG.

3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

83

4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) Penatalaksanaan :

a. Memeriksa tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus dan pengeluaran pervaginam.

b. Memberitahukan pada ibu bahwa aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

c. Menganjurkan ibu dan suami untuk memakai alat kontrasepsi dan menjelaskan kelebihan, kekurangan, dan efek sampingnya.

(Depkes RI, 2013)

2.9.4 BBL (Bayi Baru Lahir)

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas maupun kunjungan rumah.

Berikut ini merupakan jadwal (waktu) pelaksanaan Kunjungan Neonatus (KN) :

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN I) dilakukan dalam kurun waktu 6 – 48 jam setelah bayi lahir.

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN II) dilakukan dalam kurun waktu hari ke tiga sampai dengan hari ke tujuh setelah bayi lahir.

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN III) dilakukan dalam kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah bayi lahir.

84

Adapun penatalaksanaan yang dilakukan di setiap kunjungan antara lain :

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) Penatalaksanaan :

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi.

b. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika suhunya 36.5 Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup.

c. Pemeriksaan fisik bayi. d. Dilakukan pemeriksaan fisik

e. Gunakan tempat yang hangat dan bersih.

f. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan. g. Memberikan imunisasi HB-0.

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) Penatalaksanaan :

a. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering. b. Menjaga kebersihan bayi.

c. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

d. Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10 -15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.

85

e. Menjaga keamanan bayi. f. Menjaga suhu tubuh bayi.

g. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA.

h. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) Penatalaksanaan :

Hampir sama dengan kunjungan neonatal ke-2 namun ditambahkan dengan konseling pemberian imunisasi BCG pada usia 1 bulan. (Depkes, 2010)

86

Dokumen terkait